Ibu saya menjadi Kepala Sekolah Dasar Negeri Bhakti (dulu namanya Sekolah Rakyat), dan tepat disebelah SD Bhakti terdapat SD Mojorejo II. Sedangkan SD Mojorejo I terletak kira2 1km dari SD Bhakti, namun mendekati rumah kami. Ayah ibu sepakat bahwa anak2nya tak boleh bersekolah di satu sekolah yang sama dengan tempat ibu mengajar, untuk mengajar kemandirian dan agar nilai yang diperoleh saya serta adik2 merupakan nilai yang mencerminkan kemampuan riel.
Jarak SD Mojorejo I dengan rumah kurang dari 1 km, dikiri kanan jalan masih penuh tanaman, baik pohon besar maupun tanaman perdu. Hawa sangat segar, karena jarak antara rumah dan sekolah kami hanya ada 3 rumah, lainnya sejauh mata memandang hanya kerimbunan tanaman hijau. Dibelakang SD, membentang sepanjang 5 km dari belakang SD melewati kira-kira 100 m dibelakang rumah kami, terdapat tanah lapang luas yang ditanami rumput dan pohon2 cemara . Tanah tsb milik PDAM Kotamadya Madiun, oleh karena itu air tanah didaerah rumah kami sangat jernih. Jika waktu istirahat, anak2 SD sering bermain dilapangan rumput, kadang bermain kasti ataupun permainan ketangkasan lainnya.
Saya pindah dari SD Boboran ke SD Mojorejo I kelas IV. Di kelas IV kami di bagi dalam beberapa kelompok, masing2 kelompok terdiri atas 6 anak. Tugas setiap kelompok bergiliran menjaga kebersihan kelas, di samping itu masing2 kelompok mendapat sepetak tanah berukuran 2×2 meter dihalaman depan sekolah. Tanah tersebut harus ditanami dengan tanaman sayuran atau bunga, terserah pada keputusan kelompok masing-masing, namun setiap tahun diadakan penilaian. Kami berlomba-lomba membuat taman kami menjadi taman yang indah, dan penuh dengan bunga. Para anggota kelompok bergilir menyiram bunga untuk kelompoknya, airnya di timba dari sumur kerekan, yang airnya dalam sekali dan sangat berat untuk anak seusia kelas IV SD. Namun kami sangat senang menjalankan peran tersebut, karena kami bebas mengelola taman kecil tsb.
Guru kelas 4, akrab dipanggil dengan pak Har, merupakan guru yang rajin dan sangat memberikan perhatian pada anak didiknya. Seminggu dua kali kami diminta membawa sikat gigi dan tapal gigi, dan diajarkan cara menyikat gigi yang benar. Selanjutnya setiap satu minggu sekali diadakan pemeriksaan kebersihan kuku, rambut, tangan, kaki, serta gigi. Apabila ada anak yang kakinya korengan (hal yang sangat biasa untuk zaman itu), atau ada gigi berlubang, beliau memberikan surat pengantar ke klinik yang jaraknya 1 km dari sekolah untuk mendapatkan perawatan. Bila ada yang mempunyai gigi berlubang, terpaksa harus pergi ke RSUD Madiun yang terletak di jl. Dr. Sutomo dan berjarak lebih kurang 3 km dari sekolah.
Guru agama Islam mengajar seminggu sekali, dan saya selalu menunggu waktu beliau mengajar, karena beliau suka sekali menyelipkan dongeng Nabi Muhammad saw beserta sahabat2nya. Suatu ketika beliau mengajak anak-anak ikut kegiatan pramuka, beliau menjelaskan bahwa kegiatan pramuka sangat bermanfaat. Bagi anak-anak yang harus membantu orang tuanya tidak menjadi masalah, karena pramuka hanya diadakan seminggu sekali pada hari Minggu dan dimulai jam 9 pagi. Teman2 saya pada waktu itu banyak yang harus membantu orang tuanya berjualan di pasar, atau di toko saat pulang sekolah, membantu angon (menggembala) kerbau atau kambing. Banyak juga teman SD saat itu yang pergi kesekolah tanpa alas kaki. O, iya saat itu kami menulis di sabak (semacam papan tulis persegi kecil) dengan menggunakan “grip”, karena buku tulis sangat mahal, dan buku tulis kertasnya berwarna kekuningan karena kertasnya berasal dari merang (batang padi). Risikonya catatan disekolah harus dihapus jika mau menulis yang baru, anehnya kami mudah menghapal saat itu, tapi ini juga karena pelajaran kami masih sangat sederhana dan terbatas (itung, nulis, maca, nggambar, nembang, tata krama), yang dapat digambarkan sesuai lagu Pangkur Lamba di bawah ini
Hayo kanca ojo kemba
Ngupaya kawruh kang nyata, itung, nulis klawan maca
Nggambar, nembang, tatakrama
(Tembang; Pangkur Lamba)
Permainan anak-anak saat itu juga sederhana, serta banyak diiringi lagu dan tarian, seperti bermain ular naga. Kami berderet membelakangi teman, dan teman yang dibelakang memegang pundak teman yg didepan, serta sama2 berjalan melingkar sambil menyanyikan lagu….ular naga panjangnya, bukan kepalang, menjalar-jalar selalu kian kemari. Umpan yang lezat itulah dicari, ini dianya yang terbelakang. Begitu lagu selesai, yang jadi kepala naga akan berupaya memegang anak yang menjadi buntut ular naga, dan tentu saja dilindungi oleh anak2 yang lain….maka tidak mudahlah menangkap buntut naga. Begitulah permainan kami sehari-hari saat SD, banyak petualangan kecil2an diantara rerumpunan pohon, bernyanyi, menari. Apalagi setelah ikut kegiatan pramuka, maka hobby menari menjadi lebih tersalurkan, disamping melatih cara berpikir analisis, mencari jejak, serta kegiatan2 lainnya, yang terasa besar artinya saat saya telah jauh dari orang tua.
Kelas 5 SD saya lewati tanpa banyak kesan, kemungkinan juga karena faktor gurunya. Guru kelas 5 tidak kreatif seperti pak Har, namun demikian beliau memberikan banyak hal untuk bekal kami dikemudian hari. Dan akhirnya saya naik ke kelas VI. Hari-hari semakin sibuk karena dikelas VI saya akan menghadapi ujian, sekolah juga memberikan tambahan pelajaran di sore hari seminggu tiga kali. Disinilah awalnya saya mulai menikmati menjelajah alam disekitar rumah kami . Walaupun jarak sekolah dan rumah relatif dekat, ada 3 alternatif jalan yang dapat kami pilih, dan setiap pulang sekolah saya dan teman2 selalu memilih alternatif yang berbeda-beda. Dari pengamatan saya, tegalan disekitar rumah tinggal kami telah mulai banyak yang dibangun menjadi perumahan. Saya suka jalan2 di pondasi rumah yang sedang dibangun, sambil membayangkan seperti apa bentuk rumahnya kelak. Di satu sisi teman bermain saya juga semakin banyak, dengan semakin bertambahnya tetangga dilingkungan rumah kami.
saya jg alumni SD mojorejo 1. saat itu guru olahragax pak Gatot.
au jg alumni sd mojorejo lho angkatanx bayu, yeni
Ibu ratna, kalau boleh tahu ini tahun berapa ya? saya sekolah di SD Bhakti tahun 1976 – 1982. Kepala Sekolah waktu itu Bu Marsono.
Bu Marsono ibu saya, beliau telah mendahului kita tgl.21 Okt 1986.