Tugas pertama kali keluar pulau

Suatu pagi di awal tahun 80 an, bos saya, memanggil:

“Siapkan SPJ, 2 (dua) hari lagi kita turne ke Pontianak”.

Jawab saya: “Baik, pak. Apalagi yang harus saya persiapkan?”

“Ya apa-apa yang umum dilakukan jika orang bertugas,” jawab beliau.

Wahh….celaka, selama ini saya sudah tugas keluar kota beberapa kali, namun semuanya dengan teman seangkatan ataupun senior, belum pernah bersama bos, mana sendirian lagi. Jadilah hari itu saya sibuk kasak kusuk apa yang harus dipersiapkan, tanya sana sini, dan tentu saja jawaban yang saya peroleh bermacam-macam, yang makin menambah kepusingan saya. Bos saya orangnya pandai, zakelijk , fight, tapi menurut kata orang juga susah-susah gampang, artinya jika beliau pernah merasa kecentok (atau dalam bahasa Indonesia “kesenggol”) maka beliau akan menjaga jarak dengan orang tersebut.

Malam sebelum keberangkatan saya menitipkan anak sulung saya yang belum berumur 1 (satu) tahun beserta pemomongnya kerumah adik, agar kalau sakit atau ada apa-apa dapat segera ditolong. Pagi-pagi saya berangkat ke bandara, saat itu masih di Kemayoran, dan di bandara ternyata bos sudah ada diruang tunggu. Sepanjang perjalanan saya melihat pemandangan keluar (maklum pertama kali keluar Jawa), bos akhirnya nanya “Kamu belum pernah turne keluar pulau?” “Belum pak,” jawab saya. “Baiklah, nanti kamu akan sering saya suruh jalan-jalan,” kata beliau. Wahh celaka, saya membatin. Walaupun senang, tapi anak saya masih kecil dan masih minum asi. Jika sering turne keluar kota kan asinya jadi nggak keluar.

Di tempat tujuan kami dijemput oleh Pimpinan Cabang perusahaan, dan kami langsung ke Kantor Cabang setempat. Saya langsung meminta file klien, untuk saya cocokkan dengan data yang ada di Kanpus. Tak terasa sudah jam makan siang, bos keluar dar kamar Pimpinan Cabang. “Sudah selesai belum?” Jawab saya, “belum pak”. “Ah coba lihat, apa aja sih yang kok lihat,” kata beliau sambil tersenyum. Entahlah, sekilas saya seperti melihat senyum geli di sudut bibir beliau, tapi sebentar kemudian wajah beliau sudah kembali normal, sehingga saya pikir cuma mimpi saja.

Kami kemudian makan di rumah makan, makanannya enak sekali, terutama makanan dari ikan laut. Hmm, kopi disana juga terkenal enak, kata sang penjual, cara memasaknya sekaligus air dicampur dengan biji kopinya dimasak sampai mendidih. Selesai makan kami melihat proyek, kebetulan klien yang dikunjungi bergerak dibidang konstruksi. Dari proyek konstruksi, kami melihat pembangunan pabrik, saya sudah lupa pabrik apa.Ada beberapa proyek yang dikunjungi hari itu, dan karena Pontianak kotanya tak terlalu besar dan letak proyek berdekatan, sebelum Magrib kami sudah menungjungi 5 (lima) proyek.

Malam hari bos tanya, apa saya mau jalan-jalan lihat kota Pontianak. Tentu saja saya menjawab ya, dan beliau akhirnya meminta Wakil Pimpinan Cabang dan istrinya menemani saya berjalan-jalan. Kota Pontianak saat itu hampir mirip dengan kota Cianjur, tak terlalu ramai, dan jalanan cukup bersih. Saya membeli suvenir berupa tugu katulistiwa untuk kenang2an, karena kota Pontianak memang terletak pada garis katulistiwa. Pulang jalan-jalan saya diantar ke hotel, dan obrolan diteruskan sampai malam, karena saya sendiri yang meminta agar sepulang mereka saya bisa langsung tidur. Hotel tempat saya menginap masih baru, terletak dipinggir sungai Kapuas.

Paginya saya bangun terus mandi, saya ragu apa saya menunggu bos mengajak makan pagi atau bagaimana? Saya lupa menanyakan pada teman-teman, karena yang terpikirkan hanya pekerjaan, sehingga masalah seperti ini lupa ditanyakan. Akhirnya saya memutuskan menunggu bos menilpon. Ternyata tak lama kemudian, bel pintu berbunyi, dan setelah saya buka yang datang Pimpinan Cabang. Sambil tersenyum dia tanya, “Udah siap kopernya?”

Ternyata kami langsung ke bandara Supadio (waduhh…. padahal saya terbiasa sarapan….mudah2an kepala nggak pusing) untuk langsung terbang ke Jakarta. Sialnya pesawat delay sampai 2 (dua) jam. Bos mulai mengomel, kok kayak naik oplet aja, kata beliau. Kepala mulai terasa pusing, saya berdoa semoga pesawat segera berangkat, karena makin lama saya kawatir bos akan melihat dari wajah saya yang lapar berat.

Syukurlah akhirnya pesawat berangkat, sepanjang perjalanan bos tidur (saya melihat kayaknya beliau cape diskusi sampai tengah malam dengan Pimpinan Cabang dan klien)….”Alhamdulillah,” batin saya, dan langsung menghabiskan makanan dalam kotak yang diberi pramugari, serta minum kopi panas. Mendekati Jakarta, bos bangun, sambil melirik kotak kue yang tinggal satu. “Lho, udah makan?” sambil tersenyum. Saya pura-pura tak tahu arti senyuman beliau, yang pasti membatin anak buahku ini ternyata kelaparan.

Mendarat di Jakarta, beliau langsung bilang,”Anda langsung pulang saja ya, saya ke kantor dulu.” Beliau mengantar saya ketempat taksi Blue Bird…..dan semua bingkisan oleh-oleh diberikan kepada saya, sampai bagasi taksi penuh sekali. Waktu saya membantah, beliau mengatakan,” Kan anda tinggak di kompleks, bagi-bagikan untuk tetangga”

Wah asyik juga turne dengan bos, dapat oleh-oleh ikan asin dan lempok (dodol terbuat dari durian) buanyaaak banget dan bisa dibagi rata untuk satu kompleks. Pengalaman turne dengan bos ini mengingatkan saya, jika saya pergi dengan anak buah, waktu malam sebelum tidur saya sudah mengatakan, besok mau makan sama-sama apa tidak. Bagaimana jika ketemu langsung direstoran, karena tiap orang yang menginap mendapat voucher untuk makan pagi. Agar kejadian anak buah kelaparan karena malu bertanya tak terulang lagi.

Pengalaman ini ternyata membuat saya melakukan suatu hal yang konyol, saat suatu ketika saya diajak perjalanan dinas bersama Direktur. Saat itu saya sudah setingkat asisten manager, waktu jam 5 pagi saya sudah tilpon ke restoran untuk pesan roti panggang plus kopi susu. Ternyata Di rektur saya tilpon jam 7 pagi, mengajak makan pagi di restoran. Waktu saya bilang sudah sarapan, beliau bilang, “Wah,kecil-kecil makannya banyak ya. Ya udah pokoknya turun aja, ntar kalau udah kenyang minum jus aja.” Akhirnya saya turun, dan beliau ketawa sambil berkata, ” Kamu masih kurus, hayoo makan lagi yang banyak”.

Jika turne dengan Direktur saya yang satu ini, saya berusaha duduk jauh dari beliau, karena beliau suka meletakkan segala macam lauk pauk ke piring saya, agar saya mau makan banyak. Maklum beliau dari suku Batak, yang kata beliau, wanita dianggap cantik jika badannya tidak kurus. Namun penghindaran ini sebagian besar tak berhasil, karena beliau selalu ingin saya dekat beliau supaya tak diganggu orang lain. Saat itu saya sering menjadi wanita satu2nya diantara bapak-bapak, ada enaknya juga, tapi sering risih atas banyaknya perhatian dari mereka, yang maksudnya baik.

Catatan:

SPJ : Surat Perjalanan jabatan

Kecentok : kesenggol, atau orang agak tersinggung akibat ucapan kita.

Zakelijk : tough

Oplet : sejenis angkutan umum (sekarang digantikan oleh angkot) yang suka ngetem di sembarang tempat.

Iklan

7 pemikiran pada “Tugas pertama kali keluar pulau

  1. Kun,

    Itu istilah umum yg digunakan di kantor… dan udah menjadi bahasa yang umum digunakan.

    Malah ada yg memplesetkan …turu kono turu kene …..artinya tidur disana dan tidur disini (untuk ngeledek orang2 yang sering turne)

  2. narpen

    oh.. pajangan tugu katulistiwa yg ada di ruang tamu itu ya?? kirain itu dari babe.. pas masi sekolah suka kubuat ngaca lho sebelum pergi :p soalnya backgroundnya dari kaca.. sambil buru2 sempet2nya nengok kesitu..

Tinggalkan Balasan

Isikan data di bawah atau klik salah satu ikon untuk log in:

Logo WordPress.com

You are commenting using your WordPress.com account. Logout /  Ubah )

Gambar Twitter

You are commenting using your Twitter account. Logout /  Ubah )

Foto Facebook

You are commenting using your Facebook account. Logout /  Ubah )

Connecting to %s