Para asisten di keluarga ku

Para asisten sangat dibutuhkan terutama untuk keluarga yang kedua suami isteri bekerja di luar rumah. Ayah ibuku keduanya menjadi guru, dan seingatku sejak kami kecil (saya sulung dari tiga bersaudara) selalu ada mbak yang momong kami, dan ada Yu Yem yang selain momong juga membantu memasak. Karena kedekatan kami, terutama adik bungsuku, jika yu Yem pulang ke kampung dia menangis ingin ikut. Jadilah adikku digendong ditenggok dan diajak pulang kekampungnya.

Saat yu Yem menikah, keluargaku berganti-ganti asisten, dan akhirnya ibu memutuskan bahwa anak2 cukup besar untuk mandiri (padahal saat itu saya baru masuk SMP dan adikku masih TK). Jika pulang sekolah dan dirumah belum ada orang, adikku main ke tetangga, makan dulu dirumah tetangga, setelah saya pulang sekolah baru dijemput. Memang tetangga kami seperti keluarga, dan rasanya kami dulu sangat bebas bermain dengan anak2 tetangga, dan bergantian tidur di rumah teman2.

Lanjutkan membaca “Para asisten di keluarga ku”

Iklan

Suka duka kehidupan di asrama putri

Saat awal kuliah di Bogor, saya kost di rumah dosen. Setiap pagi om akan bertanya, “apa hari ini ada quis? Udah siap belajarnya? Semoga sukses ya?” Begitu juga saat ketemu malamnya….” Bagaimana kuliah hari ini? dst dstnya….” Perhatian yang menyenangkan, walau kadang membuat kikuk juga…

Walaupun kost menyenangkan, tapi saya harus berani masuk asrama, karena bayar kost sangat mahal untuk ukuran kantong ayah ibu, apalagi kedua adikku juga akan melanjutkan ke Perguruan Tinggi. Untuk mendaftar masuk asrama putri, kita diminta mengisi, berapa gaji orangtua, punya saudara apa tidak di kota Bogor…dan semacam wawancara kecil2an yang mudah dilalui (maklum ekonomi pas2an, jadi mudah untuk lolos masuk asrama Putri).

Lanjutkan membaca “Suka duka kehidupan di asrama putri”

Tana Toraja nan indah permai

Sejak selesai mengunjungi Wamena, saya sudah ingin melihat Tana Toraja, dengan ibu kotanya Makale. Sepulang dari Wamena, kedua staf ku melanjutkan perjalanan ke Toraja, tetapi saya harus langsung pulang ke Jakarta, karena besoknya putri bungsuku ulang tahun.

Akhirnya kesempatan itu datang juga. Saat bertugas di Makasar, kebetulan permasalahan yang harus diselesaikan cukup banyak, sehingga kepulangan kami terlambat. Ternyata sehari setelah kami bisa menyelesaikan tugas, besoknya liburan hari Raya Paskah, dan jika digabung dengan hari Sabtu dan Minggu kami punya waktu cukup untuk melihat Tana Toraja, maklum perjalanan Makassar Tora memerlukan waktu 8 (delapan) jam.

Lanjutkan membaca “Tana Toraja nan indah permai”

ABG zaman dulu

Istilah ABG populer beberapa tahun belakangan ini, tapi disini saya akan cerita ABG di tahun 65 an. Ketika saya ABG (umur 12-15 tahun) bersamaan dengan kondisi bangsa Indonesia yang makin sulit. Penduduk sulit memenuhi kebutuhan pokok, kalaupun punya uang barang-barang kebutuhan pokok sangat langka. Saat itu saya mulai memasuki SMP, setiap penghuni rumah mendapat jatah kartu untuk mendapatkan bahan kebutuhan pokok: minyak tanah, minyak goreng, beras (yang dicampur jagung), gula dsb nya.

Kami harus berhemat untuk memakainya dan harus pandai mengatur menu makanan agar tercukupi menu sehat keluarga. Setiap antri untuk mencairkan kupon makanan, saya diajak oleh kakak sepupu (saya hanya tiga bersaudara, tetapi ayah ibu selalu menerima keponakan yang sekolah di kota kecil kami, dan menumpang di keluarga kami), pulangnya membawa barang2 kebutuhan pokok, kadang2 minyak tanah yang saya bawa menetes…dan tetesan minyak ini akan berwarna pelangi jika terkena bekas air hujan yang belum kering di jalan tanah yang becek, membuat kami senang bermain-main…dan baru berhenti jika dimarahi kakak sepupu.

Lanjutkan membaca “ABG zaman dulu”

Suka duka pasang telepon kabel

Sebelum th 90 an di Indonesia belum ada handphone, dikompleks rumah dinas tempat kami sekeluarga tinggal, yang punya hanya pak RT, dan bisa dipergunakan oleh seluruh penghuni kompleks. Untuk kenyamanan, telepon diletakkan pada garasi, dan kami tinggal memasukkan koin jika akan mempergunakan telepon.

Awal tahun 90 an beredar rumor, bahwa PT Telkom akan membuat jaringan baru yang dapat diakses oleh para penghuni kompleks, tapi kami harus bayar lebih mahal. Karena telepon memang penting, saya termasuk yang ikutan bayar iuran…cukup mahal juga. Ternyata… saat diumumkan di koran (saat itu jika PT Telkom sudah siap membuka jaringan baru, diumumkan di koran, dan yang berminat mendaftar dikantor telepon yang ditunjuk)…saya pas tugas keluar kota….hmm sedihnya. Syukurlah ada tetanggaku yang baik hati, saya sekeluarga boleh menggunakan telepon dia, pas awal bulan kami melihat nomor-nomor yang tersambung, dan membayar sebesar biaya yang tercantum dalam tagihan telepon. Temanku ini memang baik hati, kami sekeluarga kadang2 menganggu pada jam2 tidur, maklum suami di Bandung sehingga seringkali berita mendadak terpaksa disampaikan lewat telepon tetangga.

Lanjutkan membaca “Suka duka pasang telepon kabel”

Menikmati liburan dengan naik busway

Rasanya sudah lama sekali tidak naik bis, padahal saat awal mulai kehidupan di Jakarta, bis kota selalu menemani hari-hariku, sejak berangkat dan pulang kantor, berjalan-jalan maupun kegiatan lain selalu dengan naik bis kota. Maklum pegawai baru, walaupun saat itu mencari pekerjaan tak sesulit sekarang, tapi sebagai sarjana baru gaji masih kecil sekali. Setiap habis terima gaji, harus sudah di pilah2, mana untuk bayar kost, untuk pergi bekerja (sudah disisihkan dalam dompet kecil), untuk rekreasi dll.

Pada pertengahan tahun 79 saya bersama adik pernah keliling Jakarta menggunakan bis kota, berangkatnya dari terminal ke terminal, dan kami turun di beberapa daerah yang dirasa menarik. Ide mencoba busway sebetulnya sudah sejak lama, tapi setiap kali waktunya tak tepat. Biasalah…kalau direncanakan sering malah tidak jadi.

Lanjutkan membaca “Menikmati liburan dengan naik busway”

Sehari keliling Sumbar

Saat saya masih mahasiswa, saya mempunyai seorang sahabat yang berasal dari kota Bukittinggi. Dia banyak bercerita tentang keelokan daerah asalnya, yang sayangnya sampai saya berpisah dengannya, saya belum punya kesempatan untuk berkunjung ke kotanya.

Saat saya ditugaskan ke Padang, kebetulan suami ada tugas ceramah di Padangpanjang, jadilah kami bersama teman2 dari Padang menikmati keindahan Sumbar (Sumatra Barat). Pengalaman ini membuat saya ingin mengajak anak2 untuk melihat kesana.

Lanjutkan membaca “Sehari keliling Sumbar”

Wamena, is a beautiful city

Pada kesempatan dinas ke Wamena tahun 1995, saya mendapatkan pengalaman yang tak terlupakan. Kota Wamena dapat dicapai dari Jayapura, dengan naik pesawat sejenis Fokker 28 . Penerbangan sebaiknya dilakukan pada saat cuaca cerah, karena kota Wamena berada didataran tinggi dan dikelilingi oleh pegunungan, sesuai informasi koridor yang dapat dilalui pesawat menembus pegunungan hanya 2 (dua) buah yang cukup besar . Pada saat kabut, koridor ini kurang jelas terlihat sehingga berisiko pada penerbangan. Selain melalui jalur udara, kota Wamena belum dapat dicapai melalui melalui jalan darat. Wajar harga-harga kebutuhan pokok di Wamena sangat tinggi karena harus diangkut melalui pesawat udara.

Lanjutkan membaca “Wamena, is a beautiful city”

Melihat matahari terbit di gunung Bromo.

Setiap pegawai yang baru masuk, biasanya mengalami masa job training. Model job training yang dilakukan berbeda-beda disesuaikan dengan kebutuhan perusahaan. Job training juga merupakan upaya perusahaan mengenalkan lingkungan kerja dan budaya perusahaan pada para pegawai baru, yang umumnya terdiri dari berbagai latar belakang berbeda.

Masa job training adalah masa yang paling menyenangkan, karena pertama kalinya kita menerima uang bulanan tetap, belum punya tanggungan keluarga dan teman2 seangkatan masih bujangan semua. Kalau kita bisa mengatur jadual dengan tepat, masa job training adalah masa yang paling menyenangkan.

Lanjutkan membaca “Melihat matahari terbit di gunung Bromo.”