Jika kita bepergian di kota-kota di pulau Jawa, ciri khas yang ada adalah pada pusat kota terdapat alun-alun yang ditengahnya tumbuh pohon beringin kembar (sekarang sudah tak banyak lagi), terus dipinggir alun-alun berdiri bangunan Kabupaten, kantor Bank, pertokoan maupun gedung bioskop. Alun-alun merupakan pusat kegiatan, tempat dilakukan upacara, tempat pasar malam di waktu-waktu tertentu.
Bagaimana halnya dengan stadion? Stadion dikotaku terletak diujung timur kota, dijalan kearah Dungus (tempat sanatorium dilereng gunung Wilis), hanya berjarak 100 m dengan SMA I. Berbeda dengan alun-alun yang hanya saya sambangi sekali-kali, tidak begitu halnya dengan stadion Wilis. O, iya nama Wilis ini kemungkinan berasal dari gunung Wilis, karena kota Madiun berada diantara gunung Wilis disebelah timur dan gunung Lawu disebelah barat.
Saat-saat sekolah di SMP maupun di SMA, setiap kali pelajaran olah raga dilakukan di stadion Wilis . Jika dari SMA I, stadion Wilis hanya berjarak 100 meter, namun cukup jauh dari SMP III yang terletak di Madiun sebelah Utara. Namun rasanya saat itu jarak tidak jadi masalah, kotaku yang panas masih sepi, orang Madiun yang punya mobil pribadi masih bisa dihitung jari dan umumnya mobil dinas perusahaan, begitu juga yang punya kendaraan bermotor. Transportasi hanya dengan sepeda, becak atau dokar (delman). Sepulang dari olah raga, kami kembali ke sekolah di SMP III beramai-ramai naik sepeda, dan mampir ditempat warung yang berjualan dawet di jalan Flores, atau kadang-kadang melalui jalan Halmahera, sebelum belok ke kiri ke arah jl. Diponegoro. Di ujung jl.Diponegoro dan jl. Biliton, ada warung yang menjual minuman, terkenal karena siropnya yang dibuat dari gula merah.
Stadion Wilis akan ramai jika ada Pekan Olah Raga se karesidenan Madiun. Karesidenan Madiun meliputi kota Ponorogo, Ngawi, Nganjuk dan Magetan. Entah, kelihatannya ada pembagian tugas, acara apa saja yang dilaksanakan di alun-alun dan apa yang diadakan di stadion Wilis. Selain untuk olah raga, lokasi stadion dipilih jika ada grup musik yang manggung di kota kecil kami, atau ada acara kembang api, atau ada ludruk Surabaya.
Pada saat itu di depan stadion, dipintu masuk sebelah selatan masih berupa tanah lapang, sehingga cukup ngeri jika melewati jalan depan stadion di malam hari. Jika musim kemarau dan angin bertiup kencang, hawa panas begitu menyengat, dan saya mengontel sepeda dengan susah payah.
Kemudian pemerintah Kota Madya ingin memindahkan keramaian kota Madiun kesebelah timur. Orang2 yang berjualan, yang sebelumnya dipinggir alun-alun dengan tenda pada waktu malam hari, dipindahkan ke sebelah barat stadion. Jadilah saat malam hari situasi tak seram, tapi karena masih banyak arena terbuka, dan penerangan lampu kurang banyak, pada malam hari banyak pasangan-pasangan yang menikmati udara malam hari di Madiun dengan makan atau minum di tenda-tenda yang banyak disebelah barat stadion. Makanan yang disukai adalah bakso. Apa yang khas dengan bakso di Madiun? Tidak seperti bakso Gajah Mada, yang terkenal di Jakarta, bakso di Madiun benar-benar hanya bakso dan kuahnya ,tanpa ditambah mie atau bihun. Dan makannya bisa langsung, dengan mencocolkan bakso sambel di mangkok kecil, atau bisa juga dimakan dengan lontong.
Makanan khas lain selain brem adalah nasi pecel. Nasi pecel yang enak terletak di jl. Cokroaminoto, dekat dengan alun-alun. Warung nasi baru buka jam 10 malam sampai subuh. Pecel Madiun rasanya asin dan pedas, berbeda dengan pecel Tulungagung yang cenderung manis, tapi bagi saya semuanya enak. Nasi pecel Madiun mirip dengan nasi pecel Kediri, tempat kelahiran suami. Yang membuat khas, dibungkusnya memakai daun pisang dan daun jati, karena Madiun dikelilingi dengan hutan jati kearah barat dan timur.
Assalamualaikum,
Saya mau mencari keluarga di Madiun yang telah terpisah lebih 100 tahun sebelum nenek saya berhijrah ke Malaysia. Bolehkah bapak bantu? terima kasih
Mas Haryadi,
Mohon maaf, karena sejak awal tahun 1970 saya sudah kuliah di luar kota dan hanya pulang saat liburan. Setelah lulus, saya berpindah-pindah ke kota Surabaya, Sidoarjo, Yogya dan kemudian menetap di Jakarta sejak akhir tahun 1980.
Ayah ibu sudah meninggal, dan saya pulang ke Madiun hanya untuk nyekar, sedang rumah dikontrakkan. O, iya saya seorang ibu dengan 2 (dua) anak remaja.
Mungkin ada teman2 dari Madiun yang membaca ini bisa menolong mas Haryadi. Thanks.
Halo mbak…. mbak Ratna ya?
aseli Madiun, mbak? di jalan mana?
oh iya… mbak mampir di blog-ku kan, ttg Daisuki, aku pernah nulis sekali ttg tempat nongkrong di Bandung tapi sepertinya lebih ke nongkrong buat anak muda sih, mbak… hehehhehe…. coba liat aja ke sini http://endhoot.blogspot.com/2006/03/tempat-nongkrong-di-bandung.html
mungkin mbak bisa search juga postingan2ku yg lain,coba dicari di bawah label food n beverage… maklum, mbak, aku rada2 seneng makan sih… cuman ya belum blusukan ke mana2 😀
met kenal ya, mbak…
-Dian-
smp 3 ya angkatan thn brapa?
aku juga smp 3 lo
guru bhs daerahnya p. maimun kan..
endhoot,
Wahh maaf karena langsung japri….lupa belum dibales disini ya. Rumahku didaerah Ngrowo Madiun (sekarang kosong, karena ayah ibu sudah almarhum), Jl. Setya Bhakti no.22. Saya juga jadi jarang pulang, karena nggak ada lagi yang mau ditemui….paling hanya nyekar…dan berdoa bisa setiap waktu, tak harus ke makam.
Ella,
Saya lulus SMP III tahun 1966, terus ke SMA I. Saya lupa nama guru bahasa Daerahnya (soalnya nilaiku nggak pernah bagus)…hehehe. Ella lulus tahun berapa?
wah mbak Ella nek bodo (hari raya) pulang ngga?
omahku neng jalan kweni lho cedak to karo ngrowo.
catur y
wah mbak Ella nek bodo (hari raya) pulang ngga?
omahku neng jalan kweni lho cedak to karo ngrowo.
catur y
smp 3
sma 1
Sejak tahun 90 an udah jarang pulang ke Madiun, karena ayah meninggal tahun 1981 awal dan ibu tahun 1986. Rumah di Ngrowo kosong, mau dijual adik-adik masih ingat betapa susahnya ayah ibu membangun rumah, jadi sekarang hanya sekedar ada yang menempati, minimal ada yang bersih-bersih..
Mas Endrawan (sama dengan Catur ya), Jl. Kweni dekat dengan Ngrowo, yang dibelakang Pasar Besar kan?
stadion wilis sekarang sudah cantik, bu. terakhir saya pulang seminggu yang lalu, keadaan sudah jauh berubah. tempat saya latihan naik sepeda dulu sudah hilang. oiya, penjual es “timbangan” di ujung jl. biliton itu skrg juga sudah tdk ada. madiun sudah ramai sekarang, bu.
Krismariana,
Thanks telah mampir.
Waah…penjual es “timbangan” udah nggak ada ya…padahal dulu terkenal sekali dengan sirop gula merahnya. Jadi kangen…saya udah jarang pulang, karena di Madiun udah nggak ada siapa-siapa.
saya orang madiun, dari lahir merantau beberapa tahun dan mulai tg 2000 menetap di madiun.
sekarang umur 52 th, salam kenal teman2 . . .
madiun sekarang semakin ramai perkembangan
kota melebar ke arah timur, selatan dan timur laut
. . . .
Wah orang madiun semua ya ? He.. Saya bukan orang madiun tp tetangganya alias di kota nganjuk, tapi kota madiun menjadi kenangan karena dulu tahun 2000 aku pernah mendaftar jadi polisi dikota madiun. Muter muter kota madiun karena mencari tempat test pernah saya lakukan bahkan pernah juga tersesat gara gara kepengen periksa gigi ke dokter riadi di jalan jawa pada waktu itu.. Memang bu kota madiun penuh dg kenangan walaupun saya bukan orang madiun.
Zarod,
Saya ke Madiun terakhir kali tahun 2001, hanya nyekar ke makam almarhum ayah dan ibu.
hallooo arek-arek madiun……
aku alumnus smpn 1 madiun..buat temen-temen dari kelas 3b lulusan tahun 1989…salam dechh…
buat alumnus smu 2 madiun tahun 1992….ohh…dimana kita ngadain reuni..?????
temen-temen aku ..lulusan smpn 1 madiun tahun 1989 : ISMAIL QUDRIK, AFRIANSYAH RIADI, JOLAR, TOMY, WIBOWO, DIAH, PRIMA, EVI……dimana ajah kalian..?????
ooh…BANYAK KENANGAN DI MADIUN…
di Madiun cinta pernah bersemi
di Madiun juga aku pernah disakiti
tapi aku terlalu sayang dan cinta sama Madiun
dari Surabaya..aku selalu merindukan kamu…
Madiun – ku
Mbak, sebagai orang MAdiun rasa homesick ( kangen ) sangat kuat sekali. Tentunya kalau melihat Stadion Wilis yang sekarang rasanya tidak ada kenangan sama sekali. Dulu aku SD di SD Diponegoro 2, sekarang SD Klegen lalu meneruskan ke SMP 4 dan melanjutkan di SMA 1. Sekolah-sekolah itu sangat dekat dengan rumahku dan semuanya aku tempuh dengan jalan kaki. Aku alumnus SMA 1 th 80, SMP 1976. Kenangan beli es didepan SMA 1, beli nasi pecel di depan Stasiun, beli es dawet catur dll sangat mengingatkan kota yang membesarkan saya. Tapi setelah beberapa tahun ini aku ke Madiun kenangan-kenangan yang pernah membekas di hati sudah tak terlihat lagi. rasanya hampa dan sedih melihat kota MAdiun sepertio sekarang ini. mau l;ihat di bioskaop MT ( madiun Theatre ); Lawu atau Arjuna tak bisa aku lakukan lagi. Tahun betrapa mbak lulus dari SMA 1. mohon kalau ada daftar alumni SMA 1 th 1980 aku minta datanya.
Ndol,
Sejak tahun 70, saya sudah keluar dari kota Madiun dan hanya pulang setahun sekali. Apalagi setelah ayah ibu tiada, udah 10 tahun lebih tak ke Madiun.
aku lulusan sma 1 madiun th 1986, sebelumnya di sd dan smp santo yusuf, jl diponegero……
sekarang kerja di surabaya
mbak ratna, saya adik di sd diponegoro dan sman 1 madiun, hobo saya masih mampir di pecel mabk har ( setahun sekali ), SMA lulus 1984… sudah tua. Senang rasanya ketemu teman sedaerah, apalagi SD diponegoro, tentu ingat pak Gareng ( pak Pete) yang pernah ikut menangani karawitan di sana. Salam kenal mbak, pelabuhan saya saat ini semarang
Mbak ratna salam kenal , seneng banget bs silaturahmi sama piyantun mediun sy alumni sma 1 th 83 dan sudah lama pengin ketemu temen alumni soalnya bgt lulus sy langsung meluncur ke jkt.
Insya Alah thn ini lbran bs di madiun sm spt mbak nyekar dan rmh jg asal ada yg ngrwat ,
terimakasih salam untuk klga.
luar biasa. saya ngggak menyangka banyak orang2 madiun yg masih cinta sama kotanya.maaf saya baru kali ini lihat blog ibu. saya lahir th 68 lulus sma1 th 86 jurusan paspal. rmh sy pindah2 dulu jl asahan, terus pindah jl margobawero, sekarang tinggal ibu sy di perum taman asri. sy lebaran kemarin pulang madiun panasnya luar biasa. puuaanasss sekali.
untuk yg ingin menambah teman no hp sy 0816-1386990, 021-99261826.
semoga madiun terus jaya
ass. saya asli madiun. tepatnya lahir di Jl. diponegoro no 2B. rumah saya dulu tepatnya didepan sekolah santo yusuf samping sd kartini (sekolah saya waktu SD th 1974) dan samping sma B.Ventura. Nenek moyang ada di Caruban. sekarang saya tinggal di Bandung (Dosen disalah satu P.Tinggi yang dimiliki Bandung). Rumah di madiun kata orang tua saya masih ada katanya ( ortu ada di Lampung) saya rindu kota madiun yg hanya dapat saya lihat dari foto-foto masa kecil. sejak 1974 saya belum pernah pulang. terima kasih ada blog ini mudah-mudahan saya jadi semakin rindu kampung halaman. Mengingat saya kepaten obor (kata orang jawa) mohon informasi ttg madiun mbak. matur nuwun
Mbak Saya nanok dari mbedion juga. Tapi semenjak th 90 saya udah merantau ke sumantra.Saya dulu sekolah di sd Diponegoro ,lulus th 81 ,smp di BonaVentura th 84 & STM Siang th 87 orang tua saya tinggal di jl Margo Bawero 12 .dan terakir plg 5 th yang lalu.Bagaimana kabar madiun yg sekarang ya ? Kalo ada teman yang masih ingat saya hubungi saya ya.Tatok nanok yg kembar iku lhoo.Dan saya ingin mencari teman -teman waktu smp & stm dulu.Kalo ada yang masih ingat hubungi saya ya.: nggenot@gmail.com ,atau : nggenot@yahoo.com Makasih mbak..
Walah, ternyata Bu Edratna ini juga kelahiran madiun, tho? Dan dapat suami dari kediri.
Kalau saya kebalikannya, saya asli Madiun dapet istri dari Kediri…
Pasti yang ada dipojokan jalan Biliton tuh Es Timbangan 🙂 Kok gak ditulis juga gado-gado termahal untuk ukuran Madiun, tapi memang sangat enak. Bahkan saya belum pernah menemukan gado-gado dikota lain yang enaknya ngalahin gado-gado Pak Tomo, walaupun harganya lebih mahal.
Sekarang madiun mau nyaingin surabaya (panasnya, hehehe) dan juga padetnya karena udah banyak mobil2 sliweran di kota, kadang kalo rame dikit macet misal liburan hari raya (weleh-weleh)
Weh, saya paling muda nih kayaknya 😛
Memang Madiun sekarang ini pwanas banget, Mas…
Tetapi ketika saya pulang ke Madiun, rasanya tetep adem, bisa ketemu dengan ibu… 🙂
kalo madiun sampe seantero dunia gak ada yang lebih dan gak kurang dengan logo “pecel madiun” gak ada duanya.., aku terakhir lulus sma bonaventura di madiun th ’89, aku lg ngumpulin teman2 yang seangkatanku susah banget mba, aku skg ada di jakarta, biarpun panas tapi ttp ngangeni.., aku terakhir tinggal di jl. pandu 19 (dpan sma 1), matur suwun mbak sampun ikut nimbrung ttg tanah kelahiran – madiun.
Saya asli banget soko Madiun. Lahir sampai lulus SMA satoe di Madiun. Alumni SD Diponegoro 2 trus SMP 1. Isik sering muleh nang Madiun, paling nggak 1 tahon pisan.
021 99551912 or 08129192813.
Assalamualaikum, apa kabar WILIS STadium klo digunakan untuk ISL bulan ini y?
Aih, senengnya bisa nemuin orang madiun yang sudah sukses di tanah rantau. Saya bukan orang amdiun, asli PAcitan, tapi sudah sejak th. 1988 pindah ke MAdiun dari Kalimantan Barat. Sampais ekarang sich masih di MAdiun. MAdiun sedikit-sedikit mulai berdandan. Tapi masih tetap nyaman dan damai. O ya…saking banyaknya Pusat perbelanjaan yang muncul, di MAdiun jadi bisa wisata belanja loh. Ok, Salam kenal buat orang-orang Madiun semuanya.
Sugeng siang mbak/Mas….., salam kenal ya……,
maaf saya jadi senyum2 sendiri stlah baca koment2 diatas, saya juga ASMAD (Asli Madiun/ alumni Sekolah yg kata orang anaknya bdl2 (Cokro)
Mbak kecilku dulu SD Guntur dan kalau pulang suka makan es pasrah timbangan dan lempeng gapit, waduy sayang ya tidak dilestarikan….,dulu aku tinggal di Jl. Bali samping Dwi Tunggal, kangen buangeeet dech pokonya ama madiun penuh kenangan indah…he…he….., sekarang aku keluar dari madiun th 84 pindah ke Malang dan thn 90 Pindah jakarta sampai hari ini…, thanks mbak …next nulis lagi ya…..
madiun tahun 2011 ini sudah jauh berbeda dengan yang anda ceritkan, alon-alon sdah gemerlap dengan lampu mercuri ribuan watt, dengan pohon palem raja menghias didalamnya, stadion wilis sekarang sudah berstandar nasional sudah berdiri mall sebanyak 4 buah , madiunku sekarang tambah hebat tambah ramai tidak kalah dengan kota-kota lain, coba sekali-kali datang ke madiun lagi pasti akan pangling , semuanya sudah berubah , perguruan tinggi sudah banyak, yang terakhir akan didirikan institut kereta api terletak di sebelah selatan batalyon 501