Pertama kali datang di Jakarta bersama ibu dan adikku tahun 67, Jakarta masih sepi sekali. Hotel Indonesia masih baru, juga Wisma Nusantara. Kedua kalinya pada pertengahan tahun 1970, karena awal tahun saya mulai mengikuti kuliah di Bogor.
Dari Bogor saya naik bis ke Jakarta. Jarak Jakarta- Bogor ditempuh dalam waktu 1 (satu) jam. Terminal bis saat itu di lapangan Banteng. Karena mau menginap di saudara sepupu yang menjadi WARA (Wanita Angkatan Udara), saya turun di perempatan Cawang, kemudian naik becak Rp.50,- ke kompleks Halim Perdana Kusuma, dan berhenti di pasar Ciplak (pasar yang berdiri persis disebelah kanan kompleks perumahan Halim Perdana Kusuma).
Sepupuku mengajak jalan-jalan melewati By pas, yang saat itu masih sepi sekali, kemudian terus ke Jl.MT Haryono dan belok kanan ke Jl.Sudirman terus ke jl. Thamrin. Jika berbelanja untuk pakaian, kami ke Pasar Baru, kadang-kadang ke Pasar Cikini dan pasar Blok M. Pasar Blok M masih sepi, naik bis juga masih nyaman. Yang ada bis PPD, dan bis lain yang saat itu sopirnya terkenal ngebut adalah Saudaranta, yang saat ini tak ada lagi, entah berpindah nama atau bangkrut.
Pasar Ular yang terletak di daerah Tanjung Priok, merupakan pasar yang sering didatangi untuk membeli barang2 impor. Apabila sepupuku mendapat jatah tugas terbang ke Tanjung Pinang, banyak temannya menitip untuk membeli barang, terutama bahan pakaian. Pada saat itu, bahan pakaian yang dijual di toko masih sangat terbatas, serta baju harus dibuat di penjahit karena yang ditoko pilihannya tidak banyak. PENAS yang terletak di By pas, merupakan tujuan untuk menonton film karena harganya murah. Ditengah film ada break, penonton bisa membeli makanan atau minuman, yang kemudian dilanjutkan menonton film lagi.
Jika tidak kerumah sepupuku, saya bersama teman kuliah tidur dirumah teman seangkatan yang terletak di Jl. Hang Lekir, Kebayoran Baru. Dari Bogor naik bis turun di terminal lapangan Banteng, kemudian ganti bis ke blok M yang melewati Mayestik, dan turun di Pakubuwono. Apabila ingin berjalan-jalan kami naik becak dari Kebayoran Baru ke Blok M, ongkosnya Rp.50,- Pasar Blok M masih tradisional, dipinggir terminal dijual buku2 Agatha Christie Rp.100,- dapat tiga buku.
Hmm begitu cepat perkembangan di Jakarta. Saat saya lulus, telah ada jalan Tol Jagorawi yang membentang, transportasi menjadi lebih mudah. Saat bekerja dan ditempatkan di Jakarta pada akhir tahun 1978, saya kost didaerah Kebon Pala, hanya 500 meter dari Pasar Tanah Abang. Setiap pulang kantor (kantorku di jl.Veteran, dekat istana), bis yang saya tumpangi berhenti di terminal Tanah Abang. Kemudian saya berjalan kaki melewati pasar Tanah Abang, kadang-kadang mampir untuk membeli buah, terus dilanjutkan naik bemo di Jl.KH Mas Mansyur.
Pertengahan tahun 1979 saya pindah kost di Jl.Sultan Agung, Manggarai. Walaupun dekat dengan terminal Manggarai, tapi penumpang bis sudah penuh sesak, apalagi kalau pulang kantor. Setelah menikah saya tinggal di Rawamangun, perjalanan setiap hari mengalami kemacetan, terutama di jl. Pramuka. Begitulah, Jakarta makin cepat berkembang, baik bangunan gedung-gedungnya, juga pertambahan jumlah orangnya.
Dan pertambahan jumlah penduduk semakin tak terbendung, hanya menyisakan ruang kosong untuk tangkapan air 30% (Kompas, 21 feb 2007). Masalah makin berlarut karena dari 7000 ton sampah penduduk Jakarta setiap hari, hanya 18% yang terangkut ketempat pembuangan resmi. Sisanya berakhir di lahan kosong dan sungai.
Good site!!!
11Good site!!!!!
N
vwtnd….orangnya sama ya dengan pkrgl?
Thanks komentarnya
Seneng banget baca ttg Jakarta tahun 70an, berhubung saya lahir dan dibesarkan di jkt 1971-1988 sebelum pindah ke Texas, dan skg kadang suka pilu nginget hidup sehari-hari di jakarta jaman dulu. makasih ya ceritanya…..
Ica (Melissa),
Thanks telah mampir…Jakarta sebenarnya indah, dan menyenangkan, tapi sayang masih semrawut. Perlu ditata kembali, tapi harus didukung oleh seluruh warganya.
I’ve just been letting everything happen without me lately, but oh well. I haven’t been up to much these days. Today was a complete loss. Shrug. More or less nothing seems important, but such is life.,
mbak, masih ingat nggak tarif bis kota saat itu, tarif kost di kebon pala dan manggarai…gaji mbak waktu itu berapa.. asyik membayangkan jakarta tempo doeloe.. bagus sekali tulisannya mbak…
Salud!
Saya memvisualisasikannya menurut versi saya sendiri..
I Love history of Indonesia, especially Jakarta..
nice,
Regards..
Seperti indah begitu ya tempo doeloe,apa lagi kalo melihat film2 nya,
berkesan banget kaya nya….
wah kalo dilengkapin fotonya pada waktu itu bagus sekali, saya penasaran, maklum anak kelahiran 80an
terimakasih sudah berbagi 🙂