Apabila kita perhatikan, beberapa bandara di Indonesia, telah menjadi bandara internasional, termasuk Bandara Hasanudin di Makassar. Sejak beberapa tahun yang lalu, paling tidak sekali dalam setahun saya menjejakkan kaki di bandara Makassar, entah dalam rangka tugas kunjungan ke kota Makassar ataupun dalam rangka transit pada perjalanan ke kota Manado, Sorong, Jayapura, Ambon dll.
Kota Makassar berkembang sangat pesat, bahkan kata orang…”apa yang ada di Jakarta, juga ada di Makassar’…komentar ini ada benarnya. Tahun lalu, dimana orang-orang Jakarta masih berduyun-duyun antri beli J.Co (jenis donut) yang dijual di Chitos (Cilandak Town Square)….pas saya melewati Mall di daerah Panakukkang, temenku nyeletuk, “…Ehh lihat, disini juga ada J.Co.” Tak lama kemudian dia nyeletuk lagi…”Ehhn, ada roti Buana”….Memang benar, jenis-jenis makanan yang umum dijual di Jakarta, telah ada di Makassar.
Akhir bulan Mei 2007, saya ditugaskan mengajar untuk para Analis Kredit salah satu Bank, untuk wilayah Sulawesi dan Maluku. Hal yang langsung terlihat, begitu keluar dari pintu Bandara, adalah persiapan jalan Tol dari Bandara ke kota…pembebasan tanah terlihat telah selesai, tinggal pelaksanaan pengaspalan jalan. Dipinggir pantai Losari, nampak perluasan areal umum di dekat jalan Somba Opu ke arah laut, disini telah ada fasilitas hotspot. Sayang sekali, saya mengajar penuh dari jam 8.00-17.30 WIT selama dua hari berturut-turut, sehingga kurang waktu menikmati jalan-jalan. Apalagi cuaca di Makassar saat itu panas sekali (sekitar 33 derajat celsius), di tambah sebelumnya saya baru pulang dari Bandung, yang hujan terus menerus…..jadilah badan terasa meriang. Walaupun demikian, habis dipijat, badan agak terasa enak, malamnya saya bisa menikmati pemandangan tepi pantai, dan melihat beberapa kelompok orang yang asyik berdiskusi.
Di kota Makassar, jangan sampai lupa makan makanan laut, yang semuanya terasa menyegarkan. Juga kota ini tekenal dengan otak-otaknya, yang konon kata orang terenak di Indonesia (kata temanku, yang pernah tinggal di Palembang 3 tahun, di Makassar 3 tahun dan di Medan 5 tahun)….Memang benar, otak-otak Makassar terasa ikan tenggirinya, dipesannya harus minimal sehari sebelum pulang ke Jakarta, dan harus langsung dimasukkan kedalam frezzer, agar rasanya tak berubah. Di sini juga terkenal makanan dari kacang-kacangan, yang cocok buat oleh-oleh. Di sini minyak kayu putih, yang asalnya dari pulau Buru juga banyak di jual, termasuk balsem dari minyak tawon.
Yang senang perhiasan, jangan lupa beli perhiasan emas yang berasal dari emas Kendari, warnanya kekuningan. Toko perhiasan berderet di sepanjang jalan Somba Opu…. Di daerah jl. Somba Opu, juga ada toko penjual souvenir, khas untuk wilayah Makassar dan sekitarnya. Disini dijual T shirt, tas, replika kapal laut dll.
Kota Makassar juga terkenal dengan sulaman sutranya, yang saat ini sedang “in” adalah kain tenun sutra dari Sengkang. Kain tenun ini di jual di berbagai toko, dan terlihat indah untuk baju pesta.
Wajar kota Makassar terus besolek, karena jika kita kita bepergian ke wilayah Indonesia Timur akan selalu transit di Bandara Hasanudin Makassar. Kota masih hidup sampai malam, bahkan teman saya sempat mencari makan malam yang buka selama 24 jam, di dekat lapangan (lupa namanya), di mana banyak para wartawan berkumpul sambil berdiskusi menunggu dead line. Kota Makassar telah tumbuh menjadi kota Bisnis, yang akan semakin membesar. Pendidikan, seminar, untuk para profesional yang tinggal di wilayah Papua,Maluku dan Sulawesi Utara banyak dilaksanakan di kota Angin Mamiri ini. Sayang waktu saya hanya 3 malam di Makassar penuh dengan jadual mengajar, sehingga hanya sempat menyusuri kota saat malam hari, namun kota Makassar di saat malam hari sangat indah…apalagi jika dilihat dari pantai Losari, nampak lampu bertebaran sepanjang pantai, terlihat pulau Selayar di kejauhan mata memandang.
Benar Bu, kota Makassar memang tumbuh pesat. Saya terakhir ke sana awal tahun ini untuk mengunjungin nenek.
Dari segi properti, banyak apartemen2 yang lagi dibangun. Sistem hypermarket juga bisa berjalan.
Dan yang membanggakan, masyarakat lokal bisa dibilang menguasai perekonomian Makassar. Sepertinya jiwa entrepreneurship penduduk lokal relatif lebih tinggi dari pada di daerah-daerah lain di Indonesia.
Pengamatan sekilas, hampir semua rumah-rumah di kota makassar yang didekat jalan raya merupakan ruko. Lantai 1 buat bisnis.
Bahar,
Makassar perkembangan bisnisnya sangat pesat. Pada tahun 1980 an sampai dengan awal 90 an, bisnis yang ada hanya perdagangan kecil menengah, perhotelan (itupun hotel berbintang baru Maranu), dan untuk Indonesia timur yang banyak adalah jasa konstruksi untuk pembangunan infrastruktur (jalan, jembatan). Memang ada perusahaan besar, seperti grup Kalla, juga pertambangan, tapi kota relatif masih tak terlalu rame, dan belum macet.
Sekarang…pada jam-jam tertentu, Makassar macet, dan untuk pergi ke Bandara harus diperhitungkan waktunya. Tapi saya senang melihatnya, mudah2an kota-kota disekitarnyanya akan ikut terdorong pertumbuhannya.
Ngomong-ngomong, Bahar asal Makassar ya?
Betul. Ibu saya dari Makassar. Ada darah Bugis nih.. 😀
Berarti cocok dong di pekerjaan sekarang…intuisi bisnisnya tinggi.
Semoga sukses….:D
waowww makassar memang betul-betul kota yang perkebanganx sangat pesat… gedung pencakar langit suda bertaburan dimana-mana mal-mal suda tidak susah lagi di temukan disetiap sudut kota suda ada malnya
nama lapangannya “lapangan karebosi”. tempat bersejarahnya orang makassar.