Salah satu obyek wisata di Jayapura adalah mengunjungi monumen Jend Mac Arthur, yang terletak di atas bukit, di atas Danau Sentani, yang dikenal dengan daerah Ifar Gunung, dan sekarang lebih populer disebut bukit Makatur. Untuk bisa masuk kesana harus melalui daerah pos penjagaan Rindam XVIII/Trikora, dan jika saat itu sedang ada latihan menembak, maka masyarakat umum tak diperkenankan melewati daerah tersebut.
A. Perjalanan dari Jayapura ke Ifar Gunung.
Dari Jayapura ke monumen Mac Arthur memerlukan waktu sekitar 45 menit, melalui jalan berkelok-kelok melingkari laut dengan pemandangan yang aduhai, kemudian diteruskan dengan melingkari Danau Sentani. Perjalanan melewati suatu daerah yang ditinggali masyarakat yang berasal dari Buton, yang mata pencahariannya bertanam palawija atau nelayan. Jauh dibelakang pemukiman orang-orang Buton ini terlihat gunung Cyclops yang diselimuti kabut, menandakan hujan akan turun.
Jalan menuju bukit Makatur mulus, namun sempit dan berkelok-kelok, syukurlah jalanan sepi sehingga pak sopir bisa ngebut. Pada bukit Makatur, selain tugu peringatan Mac Arthur, juga ada museum yang menceritakan riwayat perjalanan Jend Mac Arthur saat Perang Dunia ke II.
Bapak Hans Yambe Yabdi adalah asli Papua, yang merupakan penjaga situs purbakala dimana didirikan monumen Mac Arthur, beliau menerima rombongan kecil kami dengan ramah, serta sempat berfoto bersama.
Kemudian beliau mengajak kami melihat museum, yang penuh dengan gambar, dan cerita perjalanan Mac Arthur.
B. Perjalanan sejarah yang melahirkan tugu Mac Arthur:
- Pada tanggal 7 Desember 1941 Jepang memulai perang Pasifik dengan menyerang Pearl Harbour di Hawai. Kurang dari delapan jam kemudian Jepang membom Clarc Field, utara Manila. Tiga hari kemudian Mac Arthur menyatakan Manila sebagai kota terbuka dan pindah ke Corregidor. Selama dua minggu kemudian di bawah tekanan berat tentara Jepang, pasukan Amerika di Filipina ditarik ke Bataan dan mereka meneruskan perlawanan terhadap Jepang selama tiga bulan. Pada bulan Maret 1942 Presiden Franklin Roosevelt memerintahkan Mac Arthur dan keluarganya menuju ke Melbourne. Mac Arthur membuat pernyataan …” I shall return.”
- Tugas utama adalah melindungi Australia. Untuk memutuskan jalur laut Australia ke Amerika Serikat, Jepang berusaha mengurung Port Moresby lewat pantai selatan Irian. Setelah Jepang gagal mencapai sasarannya itu lewat laut, mereka dihentikan di darat pada bulan September 1942 oleh pasukan Australia di bawah perintah Mac Arthur. Sekutu kemudian mengambil alih pertahanan dan memulai suatu operasi militer yang panjang dan sulit untuk mengusir keluar Jepang dari Irian.
- Pada bulan Februari 1943 Sekutu menang kendali atas Irian bagian tenggara dan mengeliminasi ancaman jalur laut. Kemenangan Mac Arthur terhadap Jepang di Irian adalah suatu langkah pertama dalam suatu operasi militer yang membawa pasukannya menuju ke arah barat Filipina. Sepanjang operasi ini unit-unit angkatan laut Pasific yang dipimpin oleh Adm William Holsey ditempatkan di bawah komando strategis Mac Arthur. Setelah membebaskan kepulauan Solomon, pasukan Mac Arthur menyerbu memasuki kepulauan Admiralty dan menetralisir basis pertahanan Jepang di Rabaul pada tahun 1944. Mereka kemudian bergerak di sepanjang pantai utara Irian dan akhirnya membuat pertahanan di Jayapura.
(Sumber data: Eco Riyana Putra, Kepala Seksi Kebudayaan, Kandepdiknas Kabupaten Jayapura. Sentani, 18 Mei 2001)
C. Bagaimana jejak Mac Arthur di Jayapura?
Berikut ini catatan yang saya peroleh dari museum purbakala, serta dari obrolan dengan pak Hans:
- Jenderal Mac Arthur, setelah terpaksa meninggalkan Bataan dan menyingkir ke Australia, dan menerima bantuan pasukan serta peralatan dari Amerika, menyusun kekuatan baru dan strategi yang ditetapkannya adalah serangan balasan akan dilaksanakan menurut garis yang terpendek ke Jepang. Oleh karena itu pulau-pulau Indonesia bagian Barat, tidak termasuk dalam strategi serangan balasan ini.
- Tempat-tempat pendudukan lainnya seperti: Sorong, Sarmi, Manokwari, Teluk Kao dsb nya tidak diserbu tetapi diblokir dari udara dan laut sehingga hubungan keluar terputus, tidak dapat saling memberi bantuan, dan akhirnya menyerah.
- Pembebasan Nieuw Guinea/Papua oleh tentara Sekutu berlangsung hanya kurang dari tiga bulan, yaitu tgl.22 April s/d 30 Juli 1944. Kekuatan tentara Jepang sepanjang pesisir utara dan barat Papua tidak berdaya terhadap strategi perang Sekutu yaitu taktik perang “lompat katak”. Sama seperti pasukan Jepang yang memulai masuk Papua dengan mendaratkan pasukannya di Teluk Humboldt (sekarang Teluk Hamadi), maka Mac Arthur masuk kembali ke Papua dengan mendaratkan pasukannya melalui teluk Hamadi. Kemudian pasukannya berjalan kaki melalui Danau Sentani dan terus naik ke atas gunung, dan akhirnya membuat markas besar di Bukit daerah Ifar Gunung. Dari sini Mac Arthur kemudian merebut kembali Sarmi, Sorong, Manokwari dan Fak-fak.
- Kedudukan tentara Sekutu di Hollandia dan sekitarnya makin diperluas, dan mendesak pertahanan tentara Jepang sehingga tidak terdapat perlawanan dan lumpuh seluruhnya. Dengan demikian pada tanggal 6 Juni 1944, operasi militer tentara Sekutu merebut Hollandia di bawah pimpinan Jenderal Douglass Mac Arthur dinyatakan selesai. Hollandia kemudian oleh Jend Mac Arthur dijadikan sebagai: a) General Head Quarter of the South West Pacific Area (Markas besar Pasifik Barat Daya).b) Pusat Allied Air Forces (Angkatan Udara sekutu).c)Pusat Allied Land Forces (Angkatan Darat Sekutu), d). The US “7” Fleet Recreation Centre di Ifar.
- Sejak pendaratan tentara Sekutu di Hamadi atau Depapre pada tanggal 22 April 1944 sampai dengan 6 juni 1944, dimana operasi penyerangan Hollandia selesai, korban dipihak Sekutu: 3332 prajurit tewas dan 1057 luka-luka. Sedang korban di pihak Jepang: 3332 prajurit tewas, 611 tawanan, 611 melarikan diri ke Sarmi, serta ada yang hilang tak diketahui jumlahnya. Hollandia selanjutnya oleh Mac Arthur dijadikan sebagai “Markas Besar Tentara Sekutu Wilayah Pasifik Barat Daya” atau “General Headquarter of The Southwest Pacific Area“.
C.Perkembangan kota Jayapura (Hollandia) pada masa Sekutu (1944-1946).
Perkembangan kota Hollandia dalam Perang Dunia ke II atau Perang Pasifik sangat pesat. Apalagi Hollandia dan sekitarnya kemudian ditata kembali menurut kebutuhan tentara Sekutu dengan mengandalkan pekerja intinya “Batalyon Pembangunan” (Construction Batalyon) yang disingkat dengan sebutan “See Bees‘ (lafal dari huruf C dan B disingkat dari Construction Batalyon). See Bees mendemonstrasikan cara bekerja yang mengagumkan dengan peralatan mekanis, berbeda sekali dengan cara Jepang yang hanya mengandalkan kerja paksa penduduk dengan tenaga Romusha. Dengan meledakkan kaki-kaki pegunungan dengan dinamit, disusul dengan pendobrakan menggunakan buldozer, berbagai ukuran jalan dapat diselesaikan dengan cepat, sehingga tentara Sekutu yang di Hollandia-Sentani-Ifar-Depapre dan sebagainya dapat berkomunikasi dengan cepat.
Jalan induk ini banyak cabang-cabangnya; ke teluk Youtefa, Kamp Walker, Kamp 7 Fleet Abepantai, Sky Line, Hamadi dan kompleks perkampungan lain. Sebelum jalan tersebut diaspal, orang yang mengendarai mobil sewaktu musm kemarau terselubung debu, sehingga tentara Amerika mengutuk debu-debu ini.
D. Perlunya perawatan situs purbakala
Obyek wisata dan situs purbakala berupa monumen Mac Arthur dan cerita kemenangan Sekutu atas tentara Jepang, layak dikunjungi. Dari bukit Makatur kita bisa melihat pegunungan dan bukit-bukit yang menghijau, daun-daun yang ditiup angin, dan hamparan air Danau Sentani, dan disebelahnya terlihat landasan pesawat terbang dari Bandara Sentani. Sayangnya pas saya kesini, tak ada pesawat yang sedang take off atau landing, mungkin akan menjadi pemandangan yang sangat menarik.
Situs berupa rerumputan terlihat cukup bersih, sayang masih terlihat kurang perawatan. Sebaiknya pengunjung disiapkan cerita dalam bentuk fotokopi dari perjalanan Mac Arthur, dan diminta membayar per lembarnya, sehingga dapat sebagai tambahan biaya untuk perawatan.
Wow, sebuah liputan yang menarik. Foto2nya apalagi. Thank bu.
Asyik banget ya Bu bisa melihat-lihat situs sejarah dunia. Dan ditulis dengan enak juga, jadi ga usah lihat wikipedia nih…:) Terima kasih.
Hai Ibu.. Welcome home.. udah kangen nih sama tulisan nya..
Kang Adhi,
Thanks mas Adi, Jayapura memang indah sekali, rasanya jadi ingin cerita terus, dan pengalaman saya kali ini berkesan sekali. Dua belas tahun lalu saya pernah ke Wamena dan Jayapura, juga Sorong, cuma karena waktunya begitu singkat, tak sempat memperhatikan hal-hal yang detail.
Sayasaja,
Iya…seneng sekali. Padahal udah mikir, dua hari libur di Jayapura mau ngapain? Ternyata…wooo…banyak sekali hal yang mau dilihat….tapi waktu masih kurang juga…
Mbak Vitta,
Iya nih, dua hari pulang ke Jakarta langsung tepar…yang dikerjakan pertama kali menulis, biar nggak lupa…belum sempat jalan-jalan ke blog teman
Liputan yang menarik, sudah kembali dari mengajar rupanya. Selamat datang kembali.
Oiya, baru tahu kalao Jayapura pernah dikasih nama Hollandia (mungkin saya lupa pelajaran sejarah).
Sepak terjang McArthur ini banyak dibahas di “Perang Pacific”nya PK Ojong. (bukan bermaksud promosi) 🙂
Macanang,
Benar… Jendral Douglas Mac Arthur memang terkenal saat Perang Dunia ke II, terutama slogannya…”I shall return”… Sayang fotokopi yang ditempel di museum Mac Arthur tak lengkap, itupun saya foto, baru ditulis kembali di rumah.
Kapan-kapan saya baca tulisannya PK Oyong …judulnya apa? Saya dan anak sulung saya pencinta cerita sejarah….
Bu Ed, tulisannya bagus sekali. saya sudah tiga generasi (sejak tahun 45an opa di sorong doom, sampai ini udah punya anak) aja nggak lengkap tau sejarah di papua.
sampai sekarang masih sering pulang ke jayapura, sorong, dan wamena, tapi nggak pernah berusaha nyari tau (walaupun sekedar bertanya sama opa yang masih sehat sampai sekarang).
tengkyu tulisannya.
Mas Adam,
Saya seneng melihat budaya masyarakat sekitar…sebetulnya kemarin juga ingin ke Wamena, tapi cuaca hujan terus…padahal aturannya kalau mau ke Wamena, pergi dari Jayapura pake pesawat paling pagi, dan balik lagi ke Jayapura pake pesawat paling pagi dari Wamena.
Wamena sangat menarik untuk dikunjungi, sayang dulu saya cuma semalam, dan sebetulnya masih ingin balik kesana lagi.
Papua memang indah, Sorong juga indah kan, berbukit-bukit…dan kata temenku, Manokwari jauh lebih indah.
Btw, di Kompas ada artikel tentang Papua, diterbitkan tiap hari. menarik sekali bacanya.
saya senang mengikuti kegiatan napak tilas, coz slain bisa menikmati pemandangan alam yang asri juga pesertanya kompak2 walopun agak begundal, maklum pecinta alam……. hehe ndak deng…piss!!!!!! for wong2 alam!!!!
Deeda,
Ceritanya ganti di share di blog dong, biar yang lain ikut baca. Thanks telah mampir.
thanks sebab sudah mempromosikan kota jayapura sebagai kota transit bagi wisatawan
Waromi’E,
Sama-sama….semoga saya mendapat kesempatan ke Jayapura lagi.
hello kawan ko mantap! saya jadi ingat Sa pu kampung sentani lg.
Ciliwai,
Thanks telah mampir
Yeah..I agree wiv dat…Papua is a very nice island…even though not lots of tourist out there…U should try to visit My village in Jayapura, dats in Tanah Merah, and it’s YONGSU SAPARY, you can see the exotic view of Cycloop mountain….
Cia,
Saya baru sempat ke Jayapura, Sorong dan Wamena..
wau keren sekali beritanya. tetap berkarya untuk papua bu. saya juga mempunyai liputan tentang kota jayapura. jika ibu berkenan silahkan mampir sini
http://richie.web.id/2007/11/14/jayapuraku-i-miss-you-so-much/
Godfather,
Thanks kunjungannya
Dulu ke makatur pas sd kelas 2 hehe.. Dah lama bgt. Masih ada tuh fotonya. Sering jg maen k Ifar Gunung.
Ping-balik: Lima belas bulan kemudian «
Ping-balik: Operation Reckless « JenSen99's Weblog
aduh jadi ingat kampung halaman tercinta. t4 dilahirksn dan di besarkan tak terlupakan.
kerenn
menarik sekali tapi akan lebih lengkap kalau ibu juga mengunjungi tempat-tempat dimana pasukan mc arthur mendirikan tempat-tempat berlabuhnya kapal armada 7 nya yaitu dok 2, dok 3, dok 5, apo, base g dan banyak tempat lain yang nama-namai itu tetap dipakai hingga sekarang.
trima kasih atas tanggapan-tanggapannya,saya (eco riyana putra) yang saat ini sudah dalam purna tugas dan sudah kembali ke kampung halaman di Yogyakarta,sehingga semuanya yang indah itu tinggal menjadi kenangan .
untuk sdr.Hans Yambe Yabdi selamat menjalankan tugas semoga kita bisa bersua lagi.dan saya ucapkan terimakasih kepada semua tamu sekecil apa pun bantuan anda sangat berarti bagi kelestarian peninggalan sejarah ini.
Wah, senang kota saya bisa dipromosiin 🙂 aku tnggal di Sentani, dan sering ke Ifar Gunung 🙂 coba tante kemarin Ke Kali suembak, itu sangat bersejarah 🙂
Ping-balik: DAI NIPPON WAR PART ONE “DAI NIPPON WAR IN INDONESIA 1942″ | Driwancybermuseum's Blog
mantapz skali ceritanya. mengajakku kembali ke 1 dekade yg lalu….. saat aku menuntut ilmu di rindam xvii…… hufth…..