Transit….ohh….transit

Anda sering bepergian jauh menggunakan pesawat terbang? Punya pengalaman menarik saat transit? Cerita saya ini khusus untuk transit di bandara dalam negeri.

Umumnya waktu transit antara 20 menit s/d 60 menit. Walaupun terasa lama, jika bandara sibuk, apalagi jika aturannya semrawut, maka waktu 30 menit sangat pendek. Namun kadang-kadang kita suka ingin tahu seperti apa dan bagaimana situasi bandara, apalagi jika kita pertama kali transit di bandara tersebut. Pengalaman di bawah ini adalah pengalaman pribadi saat transit pada beberapa bandara di Indonesia.

1. Transit di Bandara Medan.

Dulu saya sering sekali pergi ke Medan, dan Medan adalah kota paling ujung utara Sumatra yang pernah saya kunjungi. Namun saat mendapat tugas ke Banda Aceh dan transit di Medan pada bulan April 2007 , diumumkan pramugari waktu transit 30 menit, saya berniat turun karena cukup lama. Ternyata bandara di Medan sedang rame-ramenya, penumpang transit antri panjang sekali, dan setelah itu antri lagi bersama penumpang yang baru masuk, diperiksa satu persatu barang bawaannya.

Hal ini berbeda jika anda transit di Bandara Juanda, Surabaya, karena penumpang transit langsung masuk ke ruang tunggu bandara dan tak perlu diperiksa lagi. Karena lagi ingin ke toilet, saya pergi ke toilet…waaa disini antri lagi, karena toilet yang bisa digunakan hanya satu, dan lainnya….rusaaak. Duhh…sedihnya wajah bandara kita. Akibatnya baru saja duduk di ruang tunggu, nama saya dipanggil berulang-ulang…dan rupanya panggilan sejak tadi, tapi saya tak mendengar, karena sedang ke toilet.

Akhirnya saat kembali lagi dari Banda Aceh ke Jakarta, dan transit di Medan, saya memutuskan untuk tetap tinggal di pesawat, walau pesawat dibersihkan.

2. Transit di Bandara Ngurah Rai, Denpasar

Dalam perjalanan ke Jayapura awal Agustus 2007, pesawat transit dua kali, di Bandara Ngurah Rai dan Bandara Moses Kilangin di Timika. Pramugari mengumumkan bahwa waktu transit 30 menit di Bandara Ngurah Rai, dan karena pesawat mau dibersihkan, penumpang dipersilahkan turun. Saya bersama kedua teman turun, dan antri mengambil kartu transit. Lama sekali saya tak diberi kartu transit, ternyata kartu transit disesuaikan dengan nomor kursi tempat kita duduk di pesawat, dan kartuku dicari tak ketemu.

Kesibukan Bandara Ngurah Rai, DenpasarAwalnya saya masih sabar, tapi dorongan ingin kebelakang tak tertahankan lagi, dan akhirnya saya bilang…”Kenapa sih nggak dikasih kartu biasa aja, kan yang salah anda, bukan saya?” Mereka masih bersikeras, bahkan pegawai pria nya masuk lagi ke bandara…hanya mencari kartu transit yang sesuai nomor kursiku. Waah…gimana nih..makin kebelet…akhirnya saya menjadi sewot…”Mbak, kalau nggak segera ketemu saya jongkok disini lho, baru tahu rasa.” Akhirnya saya dikasih kartu transit biasa yang tanpa nomor kursi.

Teman saya (kebetulan dari Bali) menarik tangan saya diajak mampir ke lounge...”Disini aja, biar nggak antri, saya takut kamu keburu ngompol…” Kami lari-lari cari toilet di lounge dan teman saya membereskan urusan administrasi (maklum mesti menandatangani slip kartu kredit, walau cuma bayar Rp.1,-) . Betapa leganya setelah urusan selesai…baru aja saya minum jeruk…ada panggilan namaku berulang-ulang. Saya keluar ke counter no.6…apa yang terjadi? Ternyata mbak si pramugari darat meminta kartu transitku yang tanpa nomor kursi, ditukar dengan yang pakai nomor. Udah deh, saya langsung marah…”Mas, mbak..lain kali kalau kerja yang benar dong…anda yang salah, kok saya yang repot. Bagaimana sih Garuda ini?”…Mereka hanya menunduk malu, dan saya juga nggak tega meneruskan. Kata temanku…”Udah, kamu lapar, ayooo minum dan makan kue kecil lagi…” Hehehe, temenku lucu, dia menenangkan saya dengan makanan.

Setelah kembali ke pesawat, saya cerita ke teman lain yang satu perjalanan dengan ketawa-ketawa…tapi memang konyol sekali…bayangkan jika penumpang yang turun banyak sekali, dan kartu sesuai nomor kursi tak dipersiapkan lebih dulu, situasinya bakal rame sekali. Dibelakang saya bapak-bapak juga sewot, karena pramugari darat bukannya membantu, malah ganti nanya…”Bapak tadi duduknya di kursi nomor berapa? Kok kartunya nggak ada?” Aduh Garuda…kalau bikin aturan, harus dipersiapkan dulu dong pelayanannya.

3. Transit di bandara Moses Kilangin, Timika

Sebetulnya waktu transit cuma 20 menit, tapi karena belum pernah ke Timika, saya dan teman nekat turun. International Airport TimikaApalagi pernah mendengar cerita pada tahun 1995 an, bahwa di bandara Timika, dibedakan antara penumpang bule dan WNI….jadi ingin melihat seperti apa sih Bandara Timika. Bandara Timika, dilihat dari landasanPenumpang yang mau turun naik bis, dan ….ohh betapa kagetnya saya dan teman saya…..Timika yang terkenal dengan Freeport nya, bandaranya sangat sederhana, kalau tak boleh di bilang sangat jelek, benar-benar tak menggambarkan bandara international.Bandara Moses Kilangin, dilihat dari landasan

Disini penumpang transit juga diberi kartu transit yang disesuaikan dengan nomor kursi penumpang, namun karena yang turun untuk transit sedikit, maka pelayanan cepat sekali.

Raung tunggu Bandar Moses Kilangin, TimikaKursi ruang tunggu bandara, terdiri dari bangku panjang dari kayu, lantainya sederhana, bagian dinding yang menghadap landasan setengah papan…… Rencana pembangunan Bandara Moses Kilangin, TimikaSyukurlah hati agak lega, setelah melihat bahwa dipinggir bandara sedang terlihat ada pembangunan, yang konon katanya akan didirikan bangunan Bandara yang lebih bagus.

Sedih sekali melihat wajah bandara Timika, seperti bandara perintis…tak sesuai dengan nama besarnya.

4. Transit di Bandara Frans Kaisiepo, Biak.

Pada perjalanan pulang dari Jayapura ke Jakarta, transit di bandara Biak dan Bandara Hasanudin, Makassar. Transit di Bandara Biak adalah kali kedua bagi saya, namun yang pertama kali telah terjadi 12 tahun silam, dan saat itu masih pagi buta. Pramugari menyarankan semua penumpang turun, karena selain pesawat akan dibersihkan, pesawat juga akan mengisi bahan bakar di bandara Frans Kaisiepo ini. Bandara Biak bersih dan nyaman, toko penjual souvenir yang ada diruang tunggu hanya satu, namun cukup mewakili…dan harganya…mahal sekali.

Bandara Frans Kaisiepo, BiakBandara Biak sangat terkenal, karena digunakan sebagai pendaratan pasukan Sekutu pada saat perang Pasific, di bawah pimpinan Jenderal Douglas Mac Arthur. Sayang waktu transit hanya 30 menit, yang terasa cepat berlalu.

Anehnya disini penumpang transit tak diberi kartu transit yang ada nomor kursinya, jadi tak ada masalah. Mengapa perlakuannya berbeda? Bukannya semuanya merupakan penumpang Garuda, dan Bandara dikelola oleh Angkasa Pura?

5.Transit di Bandara Hasanudin, Makassar.

Disini penumpang juga tak diberi kartu transit bernomor. Transit di Bandara Hasanudin cukup lama (1 jam), dan penumpang dapat menikmati ruang tunggu yang luas, banyak toko cinderamata…dan toko buku. Saya dan teman saya asyik menikmati membaca di toko buku yang ada di bandara, malah membeli buku.

Apa yang dapat saya peroleh dalam pengalaman transit?

  • Sebaiknya kita telah pergi ke toilet lebih dulu saat masih di pesawat, sehingga saat turun di Bandara untuk transit, bisa menikmati situasi Bandara yang sedang kita kunjungi.
  • Saran untuk Garuda: jika ingin memberikan kartu transit sesuai nomor duduk penumpang, hendaknya pramugarai darat/petugas telah mempersiapkan lebih dulu, sehingga tidak membuat penumpang menunggu berdesakan. Dan apakah memang perlu? Rasanya saat beberapa kali pergi keluar negeri, saat transit kita hanya diberi kartu transit tanpa nomor kursi tempat kita duduk.
  • Saat transit, terutama dalam perjalanan panjang, sebaiknya dimanfaatkan untuk turun ke Bandara, agar kita bisa berjalan-jalan, dan menikmati situasi Bandara. Bukankah dalam perjalanan panjang, kita lebih banyak duduk?
Iklan

25 pemikiran pada “Transit….ohh….transit

  1. Satu hal yang paling saya tidak mengerti adalah saat mengantri kenapa orang-orang harus dorong-mendorong? Tidak perduli yang pakai dasi atau daster, semua ikut-ikutan mendorong. Sewaktu sedang mengantri untuk masuk ke bus di Polonia Medan, anak-anak saya yang kecil didiorong dari belakang, karena sebal langsung saja saya balik badan dan mendorong seluruh orang dibelakang sambil membentak agar berhenti mendorong. Sulit juga kalau sudah merupakan bagian dari budaya.

  2. Barry,
    Hahaha…kebayang deh bagaimana serunya. Itulah orang Indonesia, halus, ramah, tapi dalam sekejap bisa berubah brutal.

    Juga nggak mau antri, tapi berdesak-desakan…

  3. liswari

    Jadi ingat waktu transit di korea harusnya 3 jam eh delay sampai 6 jam..waktu itu pakai china airline…capek banget tengah malem nunggu di bandara sendirian..gak bisa tidur karena bawa tas-tas tapi untungnya kru nya bertanggung jawab, penumpang yang nunggu di kasih makan, minum snack, kopi, teh dll..

    Trus kalau dari beberapa bandara yang ku lihat, aku paling suka bandara Fort Lauderdale..cantik bandaranya…. Miami Airport malah kalah jauh kubilang.. nanti Ibu kalau main ke sini kita pakai bandara itu aja..trus kita jalan-jalan dech disini banyak tempat wisata terkenal kayak Disney World, Universal Studio, Kennedy Space.. hehehe aku sich belum sempet jalan-jalan kesana …

  4. Waahhh, banyak pengalaman (transit)nya nih…

    Sayang, Iko jarang berpergian jauh dengan pesawat,.. jadi belom banyak (merasakan) pengalamannya.. 😀

  5. Lis,
    Ada beberapa bandara di LN yang enak, seperti Changi (Singapura), Schiphol (Amsterdam)….lainnya aku nggak tahu. Bandara di Athena biasa aja walau luas sekali, bandara di KL lumayan, Bandara Charles De Gaulle (Paris) malah bagusan bandara Sukarno Hatta, Hongkong juga menarik….tapi masalahnya kalau udah tengah malam ya tokonya udah tutup.

    Iko,
    Saya bepergian juga karena tugas kantor, jika keluar negeri umumnya terkait pekerjaan atau studi banding atau seminar…maklum uangnya nggak cukup. Terus demikian juga bepergian di dalam negeri, kecuali ada yang sakit mendadak, atau ada yang meninggal…baru naik pesawat biaya sendiri. Lainnya karena tugas semua.

  6. Tambahan, bu..bandara yang “ngejreng”, bahkan menurut saya lebih megah drpd Changi : Bandara di Dubai. Saya sampai terbengong2 waktu masuk. Internetan gratis-unlimited lewat hotspot sembari transit. Jadi ga berasa 4 jam menunggu.

    Sayangnya bandara yg sekeren itu ga didiukung dg petugas yg murah senyum, dan entahlah, spertinya petugas2 di imigrasi juga kurang bisa berbahasa inggris.. mereka kebanyakan memakai isyarat saat meminta kita melakukan sesuatu 😦

  7. Dila,
    Iya, bandara yang menyenangkan membuat waktu yang lama saat transit tak terasa. Jadi ingat, saat Ari pulang dari Bne, saya sarankan jangan naik Qantas, karena bandara Sidney biasa aja, mendingan pake SQ…biar transit di Changi. Pas saya tanya, enak nggak transitnya? Jawabnya..”Asyik, bisa main internet…” Lho!, Jadi transit cuma nunut main internet.

  8. Ihedge,
    Itulah yang terjadi pada anak sulungku….jadi ga kemana-mana. Ehh emang stafku dulu juga begitu, cepet-cepet pengin segera ke bandara…bilangnya…”kan bisa gratis internet…nahh, ibu ke toko buku…” Jadi sama-sama senang.

  9. reksa

    di bandara ahmad yani semarang juga disediakan wifi gratis…. tapi belum pernah nyoba maklum belum punya laptop hehehe….

  10. Wahh …asyik dong. Paling tidak yang menunggu tak bosan…tapi mestinya juga disediakan komputer, jadi tak perlu bawa laptop.

    (Saya paling malas bawa laptop, karena berat…hehehe, barang-barang cewek kan udah banyak)

  11. Saya pernah delay sampai berjam-jam, waktu mau pergi ke Medan…akibatnya acara kacau. Pengalaman mengajarkan, pakailah pesawat paling pagi, karena kemungkinan delay lebih kecil, demikian juga saat pulang ke Jakarta.

    Pernah mencoba pesawat selain Garuda, mau ke Palembang, delay lamaa banget…setelah 3 jam, saya datang ke counter dan minta ditukar aja…ternyata pesawat kacanya rusak, mau diperbaiki. Sampai kapan? Gara-gara saya, penumpang lain ikutan bubar…syukur perusahaan penerbangan mau mengganti uang tiket. Ini memberi pelajaran bagiku, karena saya sering menyerahkan ke staf (anak buah) untuk beli tiket dan mengikuti kemauan mereka untuk mencoba pesawat selain Garuda (oleh perusahaan uang tiket dibayar tunai, untuk kelas Garuda). Sejak itu, saya selalu pake Garuda jika di dalam negeri (kecuali jalurnya tak bisa Garuda), dan jika staf saya mau pake yang lain (biar ada uang lebih) silahkan…tapi ketemu saja di sana. Hmmm…..jadi saya lebih sering bepergian sendiri.

    Dengan trik pergi dan pulang pake paling pagi, syukurlah jadi jarang kena delay…..

  12. Iya tuh, kalau transit di LN sih biasanya saya cuma jalan2 aja, biar gak pegel karena duduk. Kalau transit penerbangan lokal, cuma duduk2 di lounge doang, soalnya kalau jalan2 gak mesti tempatnya nyaman buat jalan 😀

  13. Mungkin perlu survey, berapa rata-rata rupiah yang dikeluarkan penumpang untuk belanja saat transit? Dari sini pengelola bandara bisa mempertimbangkan untuk membuat wajah bandara semakin menarik.

  14. Permisi…saya lagi cari soal transit di Jkt, ada yg tau hotel dkt bandara? Setelah landing kami harus ke Malang. Insya Allah pulang akhir Feb ini, gak tau gimana cuaca tanah air nantinya, takutnya kejebak banjir. Mohon infonya ya…PM jg boleh 🙂

  15. Raditya

    Waktu saya ke Timika, benar-benar pengalaman yang seru. awalnya kaget banget melihat kondisi bandara yang sangat sederhana sekali. Tapi setelah melihat dihalaman parkirnya, ya ampun, banyak banget mobil2 4×4 dan bagus pula. ternyata mobilnya freeport, nah disitu baru kefikir, bandara nomor 2,hihi.. Dan ketika mapir ke hanggarnya Airfast disana, ternyata gk kalah seru. cayo Moses kilangan, cayo Timika.. Miss you

  16. kristal

    pertama kali aku ke jogya karna nyampe nya malam… duch buat ini airporte indah bnget.
    eh trnyta 1minggu kemudian waktu aku mau brangkat balik ke daerah aku, pagi2 aku udah ada di bandara Adi sucipto ternyata itu bandara depannya ada rel kereta api. buset aku kaget banget.
    tp kota jogya emg gak ada duanya, pokoknya paling asyik bnget.
    sapa pun yg blm ke jogya pasti rugi bnget klu seumur hidup gak ke jogya.
    jogya always I mizz u

  17. Ansor

    saya punya anak di timika nama nya Anisa yuniarti , kata nya dia kerja di puskesmas di timika ,tinggal di sp 1 , saya ingin ketemu bisa ga bantu saya dia tinggal sama ibu nya dan bapak tiri nya nama nya Muhamad Tuhuteru pegawai sabandar …….
    bagaimana cara nya supaya saya bisa ketemu???

  18. buat semua…
    aqu mau minta tlg ksh tau harga tiket garuda atau apa aja,tujuan dari Jakarta ke Jayapura.
    buat yang udh pernah ke wamena (papua),tlg kasih tau donk biayanya dari Jakarta hingga sampai di Wamena..coz mau banget ke papua nich…please yach..!!
    makasih sebelum dan sesudahnya..Jesus Bless U All..

  19. pengalaman saya sama dengan bpk ansor
    saya punya pacar namanya Charles Boloy (asli orang papua), sekarang dia kerja di kapal yahukimo 1.
    siapa tau ada yang kenal, tolong kasih kabar ke saya ya lewat emai di niapricillia@yahoo.com. coz udah 2 tahun 4 bulan ga ketemu, saya mau banget ketemu dia..gimana yach..??

  20. mendengar cerita diatas mengenai transit saya adalah orang yang kebetulan tinggal didekat bandara FRANS KAISIEPO BIAK
    ternyata memang penumpang yang turun di bandara biak tidak perlu repot-repot untuk antri lagi. karena sistem yang diterapkan di bandara itu masih agak ke belandaan jd kita maklumi saja.

  21. kurcaci

    @edratna n raditya.
    cerita bandara timika yang kaya’ kandang kuda udah ga ada lagi. sekarang merupakan bandara termegah sepapua n papua barat. walapun kecil, tapi top abis.kalo pengen fotonya, ntar ta’ kasih. kalo frans kaisiepo emang udah lumayan dari dulu

  22. Abon_ayam

    Dari jayapura tdk ada garuda ke wamena. Saran sy (karena sy jg backpacker jd prinsip ekonomis jg diperhatikan) mending pake lion ke jayapura karena selisih harga tiketnya ckp lumayan. Perjalanan cuman 2jam ke makassar dan 2.5jam kejakarta tidaklah tll lama. Terakhir sy ke jakarta dgn lion cm 1.2jt dr jayapura.

    Mengenai bandara, memang jogja yg menurut sy paling unik. Kecil tp manis. Btw, kl ada yg maen ke merauke… Bs email sy. Sy saat ini ada dimerauke paling tidak sampe juni taon depan. Salam.

Tinggalkan Balasan

Isikan data di bawah atau klik salah satu ikon untuk log in:

Logo WordPress.com

You are commenting using your WordPress.com account. Logout /  Ubah )

Foto Facebook

You are commenting using your Facebook account. Logout /  Ubah )

Connecting to %s