Tak dipungkiri, bahwa jalan-jalan di Mal merupakan suatu gaya hidup masyarakat perkotaan. Bahkan di hari-hari libur, banyak masyarakat tumpah ruah ke Mal, dan banyak yang hanya sekedar jalan-jalan, ada nenek atau kakek sedang di dorong di kursi roda, beserta anak cucunya. Pernahkah anda mengamati, apakah yang menarik minat untuk mengunjungi suatu Mal ? Apakah makanannya, kelengkapan barang-barang yang dijual, atau apakah karena toko bukunya? Pada sektor manakah yang paling banyak menarik minat pengunjung untuk membelanjakan uangnya?
Jalan-jalan di Mal merupakan salah satu kegiatan saya, jika sudah tak ada lagi yang dikerjakan di rumah, sekedar ingin berjalan-jalan mencari situasi yang berbeda, atau membaca bacaan di pojok cafe sambil menikmati makan siang sambil melihat beraneka ragam gaya orang yang sedang berada di Mal. Tentu saja, karena tempat tinggal saya di Jakarta Selatan, Mal yang sering dikunjungi adalah Pondok Indah Mal (PIM), Cilandak Town Square (Citos), D’Best, Plasa Senayan, Ratu Plaza, dan Plaza Semanggi. Sampai menulis tulisan ini, saya malah belum pernah menengok Senayan City. Mal manakah yang paling menarik minat saya, diantara beberapa Mal tersebut? Dan kapan serta untuk keperluan apa saya mengunjungi Mal tersebut?
1. Cilandak Town Square (Citos)
Ini Mal yang paling dekat dengan rumah, hanya memerlukan 10 menit jalan kaki. Saya akan pergi ke Citos, jika ingin menonton film bersama anak-anakku, dan sambil menunggu film diputar biasanya mencoba makanan yang bertebaran diberbagai cafe di Mal tersebut. Citos memang menarik, terutama bagi kaum muda, semakin malam situasi Citos makin ramai. Dan jika anda sering mengunjungi Citos akan terlihat pergeseran usia pengunjungnya, siang sampai malam sekitar jam 21.00 wib, sebagian besar pengunjung adalah family (ibu ayah dan anak-anaknya, kadang bersama kakek nenek), namun semakin malam makin banyak anak muda yang datang. Kalau mau pilih makanan, memang disini disajikan berbagai variasi makanan. Namun jika anda ingin berbelanja, hanya ada Matahari dan beberapa toko lain, serta ada toko buku Aksara. Keterbatasan inilah, yang menyebabkan saya hanya berkunjung jika ingin mengobrol dengan teman sambil makan, atau menonton film.
2. Pondok Indah Mal 1,2 (PIM)
Ini adalah Mal yang paling sering saya kunjungi, baik bersama teman, keluarga atau…hanya sendirian. Sendirian? Ya, jika suami sedang di luar kota, anak-anak punya kegiatan sendiri….tinggalah ibu jalan-jalan ke PIM. Mengapa saya senang ke Mal ini? Makanan cukup bervariasi, dari yang cukup sesuai kantong (seperti Bakmie GM), atau sesekali mampir di Amerikan Grill…dulunya bernama Sizzler….dan bubur ayamnya sedaaap. Jika ke American Grill, anak saya suka mencoba berbagai steak, sedang saya hanya pesan salad…namun pesan salad ini artinya kita boleh makan di buffee (ada bubur ayam, nasi goreng, lasagna, berbagai salad, es cream dll)…kadang sampai jadi sulit berdiri karena kekenyangan.
Di PIM ada berbagai toko buku (sayangnya kemarin mencari toko buku Gunung Agung, yang biasanya di lt.3 PIM 1 kok sudah nggak ada ya?), dari toko buku Gramedia, Kinokuniya, pengganti Times (lupa namanya). Anak saya tahan duduk berjam-jam di toko buku Gramedia, bahkan pernah sampai 5 jam…dan hanya beli 2 (dua) buku. Di sini juga sering ketemu teman sesama pencinta buku, dan saat-saat libur Lebaran Gramedia tetap buka dan ramai dikunjungi pengunjung yang tidak mudik.
Mau beli baju atau sepatu? Disini lengkap tersedia, dari yang menengah sampai yang super mahal…tinggal menunggu diskon. Karena kaki saya bermasalah (pernah jatuh saat outbound), maka oleh dokter tak boleh memakai sepatu hak tinggi dalam jangka waktu lama, dan sebaiknya pakai sepatu yang empuk dan berhak rendah. Berarti hanya sepatu bikinan luar negeri, dan yang paling nyaman merk Scholl… sayang modelnya kuno dan mahal. Jadi untuk membeli sepatu ini saya menunggu diskon, yang kalau beruntung kadang diskon nya sampai 50%.
3. D’best
Ini juga Mal yang sering dikunjungi, terutama pasar swalayannya. Mal ini dulunya paling dekat dengan rumah, sebelum saya pindah ke rumah yang saya tempati sekarang. Di lantai 2 dijual berbagai barang keperluan seperti baju wanita, pria dan anak-anak. sedangkan lantai tiga untuk keperluan rumah tangga, peralatan listrik, toko buku Gramedia, pakaian senam.
Di lantai empat, ada Johny Andrean salon, dan food court. Dulu saya sering pesan bubur ayam jika lagi nggak suka makan, sayangnya bubur ayam Cianjur sudah nggak jual lagi disini, jangan-jangan nggak begitu laku, padahal menurutku enak sekali. Jika malas ke PIM, saya ke D’Best mencari bacaan, terus nongkrong makan sambil baca di lantai empat ini. Memang pengunjung D’Best hanya rame pada saat-saat tertentu, terutama pasar swalayannya.
4. Plaza Senayan
Termasuk Mal yang “agak jarang” saya kunjungi, kalau kesini biasanya jika ada teman yang mengajak ketemu, dan karena lokasinya agak di tengah Jakarta, maka disinilah biasanya pertemuan diadakan. Biasanya saya dan teman-teman ketemu di Cafe Wien, makanannya enak, walau harganya tak murah….jadi tak bisa sering-sering kesini. Dan porsinya besar sekali, jika anda wanita pastikan pesan makanan berbagai macam, agar bisa sharing, karena porsi terkecil pun bagi saya masih sangat banyak.
5. Ratu Plaza
Saya mengunjungi Ratu Plaza jika ada keperluan yang berhubungan dengan komputer. Ini Mal yang cukup sering saya kunjungi, apalagi biasanya saya dan suami sekaligus berbelanja di Carrefour yang lokasinya berdekatan. Suami senang mengunjungi Carrefour di Ratu Plaza, karena ikan lautnya segar, maklum suami sudah harus diet dan lebih banyak makan ikan, itupun hanya dibakar atau di pepes. Jika ke Ratu Plaza, harus hati-hati dengan kantong (khusus untuk saya), rencana cuma lihat-lihat sering kebblasan belanja segala pernak pernik yang terkait dengan komputer, flash disk dsb nya.
6. Plaza Semanggi
Dulu Mal ini jarang saya kunjungi, walau lokasinya diseberang kantor lama saya, maklum lokasinya terletak di daerah macet, dan 3 in 1. Namun belakangan “agak sering”, apalagi setelah ada Gramedia (lagi-lagi…ini daya tariknya), juga setiap kali ada ketemuan, teman-teman menganjurkan ketemu disini, karena mudah dicapai dari mana-mana. Kalau nggak ada sopir, saya lebih suka naik taksi, karena pulangnya juga mudah mencari taksi BB…ini bedanya dengan Plaza Senayan, taksi sulit dicari, apalagi taksi BB.
Dari bahasan di atas, terlihat bahwa saya menyukai Mal jika:
- Ada toko buku yang cukup besar
- Restoran yang menjual makanan cukup banyak, dengan harga bervariasi dan terjangkau kantong saya
- Tersedia taksi BB yang akan mengantar saya pulang setelah kelelahan jalan-jalan di Mal. Jika di Mal tersebut tak tersedia taksi yang aman, jangan harap saya mengunjungi Mal tsb, kecuali diantar suami…padahal seringnya kan jalan-jalan sendirian, karena dirumah udah ga ada kerjaan (suami dan anak-anak sedang sibuk semua)
- Ada gedung bioskop…karena biasanya tertarik menonton jika ada judul film yang sesuai.
Bagaimana dengan anda? Apa yang membuat anda tertarik untuk sering mengunjungi Mal tertentu?
ke Mall, jarang…
itukan produk kapitalisme..hehehe
Senayan City saat ini adalah mal favorit saya bu, tempat makannya sangat beragam baik di lantai bawah ataupun di lantai 4 dan 5. Mau makanan fast food hingga makanan jepang dan brazil juga ada. Dari burger king, Jco, sushi, waroeng kita, KFC hingga makanan padang juga ada. Pokoknya pilihan makanannya paling TOP. Buanyak banget
Tempatnya luas, parkir luas, di dalam mal juga luas sekali dan nyaman. Dari baju, elektronik, perlengakapan bayi, mainan anak, dll. Belanja di Debenhams, Zara, Mothercare hingga Best Denki (electronincs). Cuman toko bukunya cuma ada TGA Bookstore-grupnya gunung agung- doang (gak ada gramedia)
Tempat favorit saya adalah “Urban Kitchen” di lt 5, ini adalah butik foodcourt (semacam foodcourt tapi lebih bagus). Dan favorit saya di Urban Kitchen adalah “Nasi Liwet” dari Nasi Liwet Keprabon, ueenak sekali, seraca pulang ke solo, rasanya paling enak se jakarta…. Biarpun hobi wisata kuliner, tapi tetep lidah jawa 😀
btw, Gunung Agung di PIM kan jadi TGA Bookstore itu bu, itu kan brand barunya Toko Buku Gunung Agung untuk mal kelas menengah atas,bukan ?
eh bioskopnya juga ada tuh bu, taksi BB juga ada
wah gaul nih ibu … 😀
saya pernah ajak ibu saya ke BIP di bandung… ternyata ibu saya tidak suka. capek katanya… 😦
tapi memang sih … kalo sama keluarga mending tidak ke mall, apalagi keluarga saya dari kampung. bapak ibu lebih suka jalan-jalan ke tempat sodara dan ke desa-desa 😀
kalo saya ke mall biasanya sama teman-teman saja.
Uhm, saya nggak terlalu suka jalan-jalan ke mall. saya ke mall biasanya hanya untuk beli buku saja, dan setelah itu langsung pulang.
maklum.. bukan penikmat mall tapi penikmat alam 🙂
Semua mall yang ibu sebutkan sudah pernah saya kunjungi, dan tujuan utamanya selalu nyari buku, terkecuali ke Ratu Plaza untuk lihat-lihat onderdil komputer/laptop.
Kalau nonton film, lebih enak beli keping DVD-nya dan nonton di rumah… 🙂
kalau baru pertama kali ke mal: ya.
kalau sudah sering: nggak.
lebih enak menikmati “mandi air panas” ketimbang menikmati “jalan-jalan di Mal”
Saya masih belum bisa menikmati jalan jalan di mal, sebab memang jarang jalan-jalan kalo di mal. Palingan cuma ngendon di toko buku sama food court aja. Abis itu pulang, ndak pake jalan-jalan. 😀
Arul,
Wahh ga bisa diundang ketemuan dan makan-makan di Mal dong! Masalahnya kan sebagian orang hanya mampu beli rumah kecil, ruang tamunya kecil, ga ada pembantu…jadi kalau ada keperluan ngobrol dengan teman, ketemunya di Mal…bisa juga sih direstoran….tapi bukan di rumah. Kayak rumahku, kalau ada tamu lebih dari 3 (tiga) orang terasa udah penuh sesak, kalau berpapasan mesti jalannya miring…..hehehe
Andrias Ekoyuono,
Ya memang, Gunung Agung udah berubah nama…cuma kemarin tuh lokasi yang biasanya untuk toko buku ex Gunung Agung, berubah jadi Timezone…serta untuk alat2 rumah tangga di PIM…atau mungkin pindah lokasi?
Saya lupa menyebutkan Blok M Plaza…ini Mal yang dulu seminggu sekali (tiap Sabtu) mesti saya kunjungi, karena anak-anak kursus piano di lantai 5, dan saya menunggu di toko buku Gunung Agung, kadang sambil menikmati jus adpukat di CFC. Cuma saat ini agak jarang, namun ini Mal favorit anak bungsuku sambil mengenang masa-masa SMA (SMA 70) yang dekat dengan Blom M Plaza.
Kapan-kapan saya coba deh, nengoki Senayan City.
Sandy,
Ke Mal juga bisa kok dinikmati dengan keluarga…dulu suami ga suka ke Mal, sekarang jadi hobi, malah lebih sering. Karena bisa menemukan buku-buku menarik, lihat peralatan di Ace Hardware, juga peralatan elektronik lainnya.
Fertob,
Kalau sekedar sight seeing, saya juga tak terlalu suka. Jalan-jalan ke Mal biasanya ada tujuan, ke toko buku, atau cari sesuatu…terus nongkrong cari makan sambil baca…asyik juga lho.
Tapi jika dibanding melihat keindahan alam, saya juga memilih lihat laut, gunung, lembah dan daerah-daerah baru yang belum pernah dikunjungi. Cuma kadang kan tak ada waktu, dan sering mata udah capek di depan komputer, pengin ganti suasana. Kalau buku bacaan masih banyak yang belum di baca, saya lebih memilih tinggal di rumah.
Arie,
Wahh…penikmat Spa ya….bener juga, untuk mengurangi stres bisa juga ke salon…dari mulai luluran (plus dipijat), facial (inipun ada yang pencet dan totok…), ceambath, manicure, pedicure…dan pijat refleksi. Pulang-pulang badan udah segar.
Pijat totok wajah, untuk mengurangi kelelahan, pusing, saya baru merasakan 2 (dua) tahun terakhir ini.
Danalingga,
Kaum pria umumnya memang hanya ngendon di toko buku, dan makan. Jadi kalau ke PIM, saya jalan-jalan, anak sulungku/suami di toko buku, ke Disc Tara, atau suami ketempat barang-barang elektronik, ntar kalau urusan belanja selesai, baru deh janjian ketemu di tempat makan…jadi semuanya senang.
3 hal yg paling saya suka dari mall itu :
– bioskop
– toko buku
– tempat jalan2 hemat, drpd jalan2 kliling kota kan boros bensin. 😀
yang paling sering: Plaza Semanggi –> dari kantor tinggal nyebrang, hehehehe
Mall yg paling sering saya kunjungi : Mall Ambassador/ ITC Kuningan, belanja baju atau mainan anak lumayan murah, ada Care4, ada toko buku juga, di foodcourtnya banyak pilihan makanan, dan suami juga seneng karena bisa borong DVD murah.
Cuman disana klo weekend suka macet dan perlu perjuangan utk dapat tempat parkir.
Yang terutama desainnya.. Eh Ibu mesti coba sekali-kali ke mall-mall di Depok yang kebanyakan asal bikin.
Pasti nggak betah 😀
Baskoro,
Sama dong…soalnya saya bukan termasuk yang suka jalan-jalan ke Mangga Dua atau Tanah Abang, karena ga bisa menawar. Kalau ke Mal tujuan utama: lihat toko buku (dan biasanya selalu ada yang menarik untuk dibeli), nonton (jika ada judul film yang sesuai), dan makan (tergantung isi kantong….kalau lagi ada rejeki berani mencoba yang aneh2 asal halal).
Utaminingtyazz,
Iya Pelangi (Plaza Semanggi) sekarang makin keren…juga Gramedianya, suka ada buku2 yang nggak ada di Gramedia tempat lain.
Puspa,
Sekarang di Abu Dhabi ? Disana terkenal Mal nya ya….(saya belum pernah kesana…:(( ) Mal Ambasador baru dua kali saya datangi, kayaknya enak, cuma masalahnya banyak yang kena korban taksi dari sana (karena taksi yang mangkal namanya bukan BB). Dan kalau ke Ambasador mesti bawa mobil sendiri…jadi akhirnya ga masuk hitungan.
Ikram,
Saya ke Depok seneng ke Gramedia, cukup luas dan menarik. Ke Mal Depok baru sekali, bareng keponakan2 dua tahun lalu, mampir di Detos dan ITC…karena habis Lebaran jadi sepi…tapi memang sepintas kurang menarik, entah kenapa ya…mungkin karena ga nemu toko buku…..
ya kalo ada duit nya sih jalan2 ke toko sih enak bu .. kalo ndak ada duit jadi dongkol 😀
Sandy,
Namanya juga jalan-jalan, tak harus belanja kan? Coba kalau lagi duduk-duduk di Plaza Senayan atau PIM, berapa yang nenteng plastik belanjaan? Kadang saya cuma makan doang….atau sekedar janjian ma teman, kadang juga janjian ma suami.
Hmm ..jadi ingat masih sibuk2nya kerja, suami dari Bandung pagi2, ada acara di kantornya (Dikti), saya janjian ketemu suami di Mal pas makan siang…habis itu suami balik ke Bandung, saya balik lagi ke kantor untuk nerusin kerjaan.
lokasi yg disebutin dekat dng lingkungan saya
tapi kurang bintaro plasa
saya kurang suka pergi ke mal
kecuali kalo emang ada yg dicari
karena biasanya parkir motor di mal kurang manusiawi
oh ya, baru bbrp hari yg lalu saya kopdar dng blogger WP di Sensi
yang di lebak bulus ga dicobain bu? ada 2 lho seberang-sebarangan hihih, saya ga menikmati kalo cuman jalan-jalan ngelilingi mal, saya biasanya langsung ke tempat tujuan ( toko buku, tempat makan ato bioskop) sesudah tercapai tujuan trus pulang 😀
Untuk yang di Bekasi dan sekitarnya. Jangan lupa ke Metropolitan Mal Bekasi, di samping pintu tol Bekasi Barat yang lama.
Saya suka GRAMEDIA toko bukunya, cukup lengkap dan besuar.
Hanya sayangnya, karena berkembang menjadi mal elite di kawasan tersebut, parkirnya itu yang minta ampun.
Saran: datanglah pagi-pagi menjelang mal buka.
Dulu aku suka ke mal, sekarang anak-anak ku yang suka ngajak ke mal, paling mereka yang jalan-jalan aku numpang baca di toko buku, tapi aku ingin kampungku jangan ada mal, supaya kalo mudik bener-bener bisa refresh.
Mal…. saya lebih suka ke mal sendirian karena kalau bawa suami biasanya … cepet minta pulang dengan alasan cape.
Karena kebetulan kantor saya di daerah Sudirman yang lebih strategis mungkin Ambasador Mal, betul kata Mbak Puspa barangnya murah2, banyak foodcourt, ada toko buku juga ada ITCnya daripada ke tanah abang yang kadang2 sesak lebih baik ke itcnya …. bukan promosi lho
Caplang,
Saya pernah dua kali ke Bintaro Plaza, itupun sebelum tahun 2000 an. Karena jarang main ke arah sana, jadi jarang mampir juga.
Iway,
Maksudnya Point Square dan Carrefour ya? Point Square kesenangannya anak gadisku, bajunya murah2, cocok untuk konsumsi mahasiswa, tapi masih banyak toko yang kosong. Saya baru 3 kali kesana. Sedang ke Carrefour memang khusus untuk belanja bulanan, tapi kadang ya nggak harus ke Carrefour.
Mas Wir,
Saya cuma lihat Mall nya dari kejauhan, karena termasuk jarang ke Bekasi. Kapan-kapan saya akan mampir…Gramed nya bagus ya?
Dewi lanjar,
Ada beberapa ortu yang memberi saran, jangan sering mengajak anak ke Mal, kawatir ketagihan. Kalau saya sebaliknya, bagaimana anak-anak kita bisa memilih untuk melakukan hal positif…sampai sekarangpun, kalau ke Mal, yang dicari anakku hanya toko bukunya….disini bisa tahan 5 jam duduk membaca.
Tini,
Ambasador kayaknya memang terkenal ya….tapi entahlah saya masih prefer PIM…hehehe. Mungkin karena mudah dicapai dari rumah, bisa naik taksi, naik bajay, bis atau pake sopir….masalahnya nggak berani nyopir sih, walau punya SIM…
saya suka mall kelapa gading. disana lengkap, mulai dari makanan, butik, sampai tempat belanja. 😀
toko bukunya ada gramedia dan TGA. trus toko kaset/CD juga ada banyak. bioskopnya pun ada 3 (mulai dari la piazza, gading 1, sampai gading 3). pokoknya di gading lengkap deh. 😀
cK,
Iya sih, kata orang yang pernah kesana, Mal Kelapa Gading memang lengkap…cuma sayangnya jauuuhh jika dari tempat tinggalku.
Thanks telah mampir.
kalo di bandung, mall yang paling merakyat menurut saya adalah BIP (bandung Indah Plaza). Grade semakin meningkat antara lain : IP (istana Plaza), BSM, Ciwalk (Cihampelas Walk), PVJ (Parijs Van Java). ehm, ada yang tertinggal gak ya? mengingat jarang jalan-jalan, Bu. Tapi kadang suka sedih kalo ke mall, melihat orang2 sangat mudah menghabiskan uang, menonton, beli baju baru, makan di restoran mewah, berpakaian ‘mini’ (alakadarnya), tapi di sudut lain kota ini ada yang kelaparan.
*Yang baru nonton di mall, terus sedikit menyesal dengan film dan orang2 yang berada di mall itu. hehe..
Dika,
Menurutku Mal yang paling PW di Bandung tetap BIP, karena posisinya ditengah kota, serta didepannya ada Gramedia.
Saya baru dua kali ke BSM, tapi entah kenapa rasanya biasa-biasa aja, padahal cuma sekali naik angkot dari rumahku di Buah Batu.
Ke Mal ya Bu, Duuh saya paling suka jalan2 ke Mall. Tapi yaa itu tadi, hanya jalan-jalan. Sementara menikmati fasilitas apalagi menggairahi berbaai macam tawaran produk2 di sana agak mikir2.
Sehingga saya berkesimpulan, bahwa orang2 berduit, maka duitnya akan beredar di tempat di mana-mana tersedia berbagai macam produk untuk orang2 berduit. Sedangkan yang “setengah berduit” peredarannya pun tetap di tempat yang sesuai. Warteg misalnya. 🙂 heheh maaf bu, ini sekedar slentingan pemikiran saya… aslinya, saya sering ke Mall mengajak anak-anak untuk menikmati gaya hidup orang2 modern. Biar si anak tidak kuper nantinya. Tapi dasar saya produk ndeso, di Mall itu tetap menjadi magnet yang jika tidak didsari kebutuhan akan kepentingan masa depan, justru akan menyiksa si penikmati itu sendiri… 🙂
Tepatnya Saya di Sharjah bu, kira – kira 2 jam dari Abu Dhabi, dan 1 jam dari Dubai. Saya juga belum pernah ke Ibu kota UAE itu (Abu Dhabi), tapi yang terkenal dengan Mall dan gedung2nya nya adalah Dubai. ada 2 mall yg sudah saya kunjungi
1. MOE (Mall of the Emirates), mall paling gede disini, ada ski Dubai didalamnya.(http://www.malloftheemirates.com/photoGallery.asp)
2. Ibn Batuta mall, ini mall luas banget, terbagi jd 6 court sesuai dg negara2 yg pernah dikunjungi Ibn Batuta, interiornya keren.(http://www.ibnbattutamall.com/Persia.asp)
Cuman krn guede sekali, saya gak mampu jalan dari ujung keujung.
Dan, disini yg rame dept. store / butiknya, jadi toko bukunya kurang menurut saya.
just info: Dubai Shopping Festival 2008, rencananya mulai 24 January 08, bakalan banyak diskon, kemaren Debenhams bisa 75% off atau buy one get one free.
yang shopaholik, monggo… 😀
jadi pengen buka mall … bisnis yg nguntungin banget … *ngayal.com*
jadi ingat, dulu waktu tahun 2000, aku dan kawan2 dari SMU (SMUN 6 Jkt) diajak mahasiswa-mahasiswa UPH (waktu itu mereka mengundang anak2 SMU se-Indonesia dalam rangka APhO) bosan banget waktu di Lippo Karawaci. Alasannya satu: Gak ada toko buku.
Kawanku sampai mengomel2, “Mal mewah2 tapi gak ada toko buku satu pun”.
Waktu di Yogya, aku juga agak2 kesal, karena di Galleria (dekan Jln. Herman Yohannes), toko bukunya cuma satu dan itu pun kecil banget (kios koran di Margonda Depok jauh lebih lengkap). Di Malioboro Mall, seingatku juga gak ada toko buku. Akhirnya, main-mainnya cuma ke SAB (Social Agency Books), Toga Mas, dan shopping.. Sigh
Mas Kurt,
Sama dong, saya ke Mal juga hanya jalan-jalan…atau mau cari buku…kata temen, kalau semua orang seperti saya, toko-toko akan bangkrut.
Icha,
Siapa tahu mimpimu jadi kenyataan…kan semua diawali dari mimpi…terus diperjuangkan….dan berhasil.
Kunderemp,
Saya jarang jalan2 di Mal kota Yogya, kalau ke Yogya seneng jalan2 di Malioboro, tapi ya sekedar jalan-jalan, lihat situasi, perkembangan pedagang kecilnya. Juga lebih suka ke pasar Beringharjo, beli pecel, dawet dll…..beli batik kalau nggak ada temannya, nggak bisa menawar.
Gramed nya lumayan juga, banyak buku yang tak dijual di Gramed Jakarta.
biasanya kalo temen2 mau ngumpul n bingung mau kemana ujung2nya ke mall.. pas di jakarta dulu deket sama citos dan PIM, tapi kalo buat kumpul biasanya pada pilih plangi (plaza semanggi) gak tau kenapa, mungkin foodcourt nya yang lengkap.
kalo saya suka “jangan asem” nya waroeng podjok di plangi itu, tapi muahal, hehe
Iya nich bu saya paling senang jalan2 ke mal bersama anak dan suami, biasanya saya ke mal hanya mau jalan-jalan menghilangkan rasa jenuh dirumah dan mencoba makanan, karena kita keluarga senang makan.
Kalau ke mal anak saya senang yang ada permainan seperti di Citos ada Time Zonenya, dan posisinya dekat dengan rumah, maklum masih suka main.
kayaknya kita keluarga menikmati kl jalan2 ke mal……kalau anakku sudah besar dan sudah bisa membaca….pasti saya akan ajak ke Toko Buku biar melakukan hal yang positif he…he…he….
halah3x
ngomongin mal yg kasih komen segambreng. ck ck ck… bisa aja nih si ibu.
ngomong2 soal plangi, jadi inget waktu kopdar ama ibu, kunderep, bu vitta, suami bu vitta dan gunadi. Seru yah? Kepengen lagi euy…
Quote from Tukang Ketik “ngomong2 soal plangi, jadi inget waktu kopdar ama ibu, kunderep, bu vitta, suami bu vitta dan gunadi. ”
wah, pernah kopdar ya? jadi pengen ikutan.
btw iya nih, yang kasi komen di postingan kali ini rame banget 🙂
Macanang,
Kayaknya Pelangi memang beken, karena letaknya ditengah-tengah, juga makanan cukup lengkap serta terjangkau harganya.
Mia,
Membiasakan membaca bisa sejak kecil. Sejak anak-anak kecil (sekitar 1 tahun), saya sudah mulai mendongeng sambil melihat buku gambar…jadi anak terbiasa kemana-mana bawa buku, dan sibuk. Sambil menunggu dokter bisa mewarnai bukunya, terus minta didongengi…setelah makin besar, dia bisa dibelikan bacaan sederhana (ada gambar, dan hurufnya besar-besar).
Tukang ketik,
Kalau yang komentar banyak, berarti merasa senasib sepenanggungan…hehehe…kalau yang berat-berat yang baca banyak, tapi tak komentar.
Sebetulnya tak masalah kok, yang penting apa yang kita tulis ada keinginan untuk sharing (dan akan lebih baik jika ada unsur edukatifnya). Seperti penulis sastra, kan setiap kali kita membaca karya sastra yang baik, akan menemukan sesuatu yang sebelumnya tak kita temukan, padahal kita udah baca buku tadi sampai tamat. Sayangnya menulis seperti itu tidak mudah…dan saya masih jauuuuh sekali dari kemampuan tersebut.
Utaminingtyazzzz.
Wahh saya jadi ingat terus tentang z empat ini….
Iya nih tukang ketik, tuh diajaki kopdar sama Utami, tinggal pilih di Pelangi (dekat kantor Utami) atau di gedung BNI (kantor tukang ketik)
belakangan BIP agak berubah, karena diambil sama pengelolanya PS-Jakarta. Kebetulan sempet di Bandung 7 tahun (dr SMA sampai Kuliah), namun referensi belanja baju tetep Cimol yang pindah ke Tegal Lega dan akhirnya menetap di Gede Bage. Sodara-sodara, celana pendek trendi hanya 5000 saja. Dan masih banyak pakaian layak pakai namun bekas yang dapat dijadikan acuan bergaya didepan umum. He he he he.. Intinya mah buat sayah, Biar kere yang penting Gaya, dan semuanya tersalurkan melalui tempat2 kayak begini….
Btw, ttg Gramedia Metropolitan Mall, emang rada berubah belakangan. Dulu mah, meuni rikseuk, sekarang jadi lega dan nyaman pisan lah! Dan service-nya juga makin OK. Kemarin beli bukunya Pram-Bumi Manusia, 6 halaman kosong tak berisi, bisa dituker tanpa dipersulit! Si mbak2nya ramah pula dan kita dikasi buku atas nama minta maaf. Pilihannya antara buku akuntansi yang membosankan atau novel roman murahan.