Kebetulan saya bersama Lita (panggil nama langsung ya, biar lebih akrab) menjadi fasilitator diskusi “Women Issues“. Sampai lima menit pertama tak ada seorangpun peserta diskusi yang muncul, dan kami hanya memandang orang-orang yang melewati tempat kami ke arah tempat diskusi “Current Issues” yang kelihatannya memang lebih banyak diminati peserta. Saya sempat bergurau dengan Lita…..”Wahh , jangan-jangan memang issue tentang wanita kurang menarik ya.”
Tak lama kemudian peserta yang ingin diskusi mulai berdatangan, mungkin karena saat makan siang banyak dihibur obrolan, dan lupa tidak diingatkan, serta terjadi perubahan tempat diskusi, maka banyak yang bingung. Saya lihat ada beberapa yang hanya mondar-mandir, dan lama baru memutuskan akan ikut diskusi dimana. Jujur saja, andaikata tak menjadi fasilitator, saya lebih tertarik pada diskusi tentang teknologi atau Current Issues. Bahkan anakku sendiri tertarik ikut diskusi yang fasilitatornya Maylaffayza dan Joko Anwar.
Dari peserta diskusi 11 orang (di luar dua orang fasilitator), hanya dua orang yang pria, yaitu Budi Boga dan Made (maaf saya lupa mencatat nama panjangnya dan nama blog nya). Diskusi diawali dengan pertanyaan, apa sih sebetulnya isu tentang wanita? Titut menyatakan bahwa dia sedang ingin meneliti tentang blog yang pemiliknya para wanita, apa sih sebetulnya yang ingin ditulis oleh para wanita ini? Sekedar sharing atau apa? Dari penelitian oleh Merina Liem pada tahun 2002…(tolong koreksi jika salah), sesuai penjelasan Titut, dinyatakan bahwa blog para wanita Indonesia isinya sebagian besar hanya berkutat sekitar domestik rumah tangga, seperti: resep masakan, curhat, cerita tentang anak dsb nya. Salah satu peserta menimpali, justru karena stigma itulah, maka blognya tak ada menceritakan tentang anak dan rumah tangga, namun hal-hal yang perlu diketahui oleh sesama, yaitu isu tentang masalah kesehatan, karena kebetulan latar belakang pendidikannya Teknik Kimia. Peserta satunya cerita bahwa dia telah menerbitkan buku tentang origami, yang dulunya diawali dengan menulis blog. Juga ada yang khusus menceritakan seputar aborsi dan permasalahannya, risiko yang akan dihadapi baik dari sisi hukum maupun agama.
Yang menjadi surprised, justru pria yang bergabung dengan kami adalah mas Budi boga, yang blog nya adalah tentang Gizi dan kuliner by Budi, yang isinya justru tentang masakan, bahkan lebih dari 22 buku gizi dan kuliner sudah diterbitkan oleh PT Primamedia Pustaka (Gramedia Group), Puspa Swara dan Kawan Pustaka. Diskusi menjadi berkembang, dengan pertanyaan, apakah menulis tentang resep masakan bukankah hal yang menarik? Bukankah dengan menulis resep masakan, maka ada beberapa teman, yang bisa mengaplikasikan resep-resep tadi dilapangan, membuka katering, dan menjualnya untuk menambah penghasilan keluarga, walau mungkin tingkatnya masih kelas RT atau RW?
Akhirnya kami menyimpulkan bahwa tulisan apapun sangat menarik, sepanjang diminati oleh pembaca. Terus bagaimana sebaiknya blog yang dimiliki oleh para wanita? Semuanya sepakat bahwa sebaiknya kita menulis blog yang fokus, spesifik, sehingga memudahkan bagi para pembaca yang ingin mendapatkan tambahan info. Misalkan saya ingin baca blog yang membahas tentang masalah hukum, maka saya akan baca blog B. Jika mau mengikuti diskusi di blog yang membahas masalah investasi, maka baca blog C dst nya. Pada dasarnya peserta diskusi sepakat ingin memiliki blog yang fokus, walau prakteknya akan lebih sulit, karena kadang penulis sendiri bosan dan ingin menulis hal-hal di luar kebiasaan sehari-hari. Kemudian saya menceritakan pengalaman pak WD, yang selama ini dikenal sebagai penulis blog yang banyak menulis bidang engineering. Pada suatu ketika WD menulis hal di luar engineering dan langsung menuai banyak protes…dan dijawab oleh WD bahwa blog dia tujuannya adalah ingin sharing, tak sebatas engineering saja.
Pada dasarnya kami, kaum wanita ingin menjadi penulis yang memberikan nilai tambah bagi masyarakat, yang isinya dapat meningkatkan peran wanita dalam membangun karakter bangsa ini. Dan yang penting kami ingin lebih banyak menulis, untuk menolong kaum wanita, yang selama ini belum semuanya memperoleh keberuntungan mendapatkan pendidikan yang cukup. Semua setuju bahwa sebaiknya isi blog dibuat lebih spesifik, bila belum bisa memenuhi semuanya, minimal secara prosentase sebagian besar telah memenuhi unsur spesifik tadi. Apapun isi blog, entah berupa resep makanan, kesehatan, sport, apabila ditulis dengan gaya bahasa yang baik, akan mendapat tempat dihati para pembaca.
Peserta diskusi kelompok Women Issues adalah ( tolong lengkapi ya bila kurang):
- Amara, dari Yogra
- Budi boga (http://budiboga.blogspot.com)
- Made (http://madeswastika.blogspot.com)
- Titut
- http://kecilmungil.elzan.com
- Kiky Fitriyanti (http://cabekriting.blogspot.com)
- Dewi (http://dewinov.wordpress.com)
- http://prajuritkecil.multiply.com/
- http://fmayaa.blogspot.com (yang telah menerbitkan buku tentang origami)
- Grace Susetyo (http://graceclarissa.blogs.friendster.com)
- Inna Aryani Hudaya (http://abortus.blogspot.com)
Bagi peserta kelompok diskusi Women Issues di atas yang datanya belum lengkap , mohon dilengkapi ya (nama ataupun alamat blog nya). Tak terasa waktu sangat cepat berjalan, dan dua kali sudah saya diperingatkan panitia, bahwa waktu telah habis. Selanjutnya hasil diskusi dalam pleno dibawakan oleh Titut, karena beliau ini yang nantinya akan melanjutkan penelitian tentang blog yang dimiliki para wanita, seperti apa dan berapa banyak wanita Indonesia yang telah mempunyai blog, dan bagaimana sisi pandangannya terhadap isu tentang wanita itu sendiri.
Wah, saya sih tidak setuju. Alasannya? Pemikiran kita ga bisa dibatasi. Memang, untuk menggaet pembaca, diharapkan kita fokus. Tapi sebagai manusia pemikir, itu sama saja dipancung oleh pembaca. Pikiran dan imajinasi tidak boleh dibatasi. Hendaknya dibebaskan. Makanya muncul lah blog.
Regards,
Tukang Ketik
http://adiwirasta.blogspot.com/
Adi,
Lha! Itu kan kesimpulan hasil diskusi, jadi saya ga boleh ngarang dong! Blog ku sendiri masih ngalor ngidul, sesuai mood penulisnya…hehehe.
Tapi dari sebagian besar peserta diskusi kelompok WI, kalau dibaca, blognya sebagian besar fokus kok…kali aja cuma blogku yang ga fokus…..Peace..:D
menulis fokus dan spesifik hal yang sulit memang dan akan membuat bosan.dan saya juga tidak bisa.
tapi dalam sebuah tampilan yang lebih baik,sebenarnya tulisan dengan beragam topik bisa disatukan dalam ‘sub-bagian’ yang berbeda,semacam menu-menu yang ada di tampilan web pada umumnya.
Bu, saya menulis weblog yang spesifik. Hanya membahas orang Cilincing saja. Huehehe.
Tapi, sayang sekali saya tidak bisa datang ke diskusi itu. Kebetulan minat dan bakat saya salah satunya adalah isu mengenai anak dan perempuan.
Mungkin kalau ada kesempatan, di lain waktu kita bisa diskusi sama-sama, Bu.
Oh ya, saya setuju dengan mengenai mengkerucutkan masalah dengan membuat blog spesifik. Sebab isu perempuan itu sedemikian luasnya. Bukan mau memancung kreatifitas, tapi kalau mau ‘main cantik’, mau tidak mau, harus bikin wadah yang spesifik.
Kenapa harus spesifik, saya pikir peserta diskusi jauh lebih tahu daripada saya.
Menurut saya pribadi, blog yang tidak spesifik itu menyenangkan untuk dibaca, sementara blog yang spesifik itu membantu sekali di saat dibutuhkan. Tentu saja tidak bisa generalisasi, tapi umumnya memang begitu.
Tapi itu tentu saja masih pendapat pribadi. Masih amat bisa didebat dan dipertanyakan.
Ini oleh-oleh yang baik dari PB2007, Bu. Banyak blog yang menceritakan soal suasana, banyak blog yang menceritakan isi foto, banyak blog pula yang kritik. Tapi pada tulisan ini, saya tersenyum, sebab melihat secercah cahaya pada “Suara Baru di Indonesia”.
Saya fikir, ini lah sisi positif dari PB2007 yang membanggakan. Maka itu, saya sampaikan pula terimakasih untuk teman-teman yang berdiskusi soal Woman Issues (dan isu-isu lainnya). Serta terimakasih untuk Panitia PB2007 yang memungkinkan diskusi ini berlangsung.
Maaf, Bu. Komennya jadi panjang dan ndak fokus. Maaf yaa, maklum lagi bahagia mau punya putra. Hehehe.
Trian,
Memang betul….dari pembahasan pak Wimar …apa sih kehebatan blogger? Karena berani menulis apa aja, entah dibaca orang apa tidak, akan di suspend atau tidak, atau bahkan akan dicekal dan dikeluarkan dari jabatan apa tidak. Kalau udah mikir risiko, ya kebebasan ekspresi nulisnya berkurang. Tulisan fokus akan memudahkan pembaca jika ingin mencari artikel tertentu, seperti saya, membaca blog nya Lita (ini rumahku), atau mbak Evy (senyum sehat), karena ingin mencari artikel terkait dengan kesehatan. Juga blognya Annahape, kalau ingin lihat arsitek tentang rumah.
Jadi blog fokus, sebetulnya lebih untuk kepentingan pembaca. Bagi penulis blog sendiri? Lha saya awalnya cuma cerita masa kecil, karena diledek suami terus cerita tentang manajemen, motivasi, kompetensi (karena terkait bidang saya dan saya mengajar di bidang ini)…terus karena permintaan teman2 usia muda (seperti Trian cs), jadilah menulis tugas & wisata, pengelolaan keuangan rumah tangga dsb nya.
Saya pribadi melihat, pembaca ingin blog yang tulisannya memberikan nilai tambah bagi pembaca, informasi, sharing dsb nya…walau dikemas dalam bentuk cerita sehari-hari. Saya menulis saat anakku kena demam berdarah bukan curhat (“agak membela diri ya”), tapi ingin membagi pengalaman, apa yang harus diawasi jika keluarga kita kena demam berdarah…karena banyak sekali mitos di masayarakat yang sulit di cek kebenarannya. Mengapa? Karena keponakan tetanggaku, yang notabene ayah ibunya dokter, dan si sakit anak tunggal yang baru diperoleh setelah menikah enam tahun, tetap tak tertolong karena kemungkinan kekeliruan penanganan di Rumah Sakit (tak boleh diberi minum air putih banyak-banyak). Saat itu kemungkinan para dokter juga belum banyak pengalaman, karena masih awal berjangkitnya DB. Dengan semakin banyak pengalaman, menjadi semakin tahu apa yang sebaiknya dilakukan…karena anakku justru diharuskan minum air putih banyak-banyak, minimal 6 liter per hari.
Bangaip,
Wahh selamat dulu…sedang menunggu kelahiran ya? Semoga mendapat putra yang sehat, lucu, dan menjadi anak yang sholeh.
Saya pribadi setuju dengan diskusi di WI…walau saya harus lebih mengerahkan tenaga dan pikiran untuk menulis. Karena menulis yang fokus, memerlukan energi lebih banyak, harus mencari data-data dan sumber yang laik dipercaya. Kan beda jika menulis yang ringan, karena kayaknya kita sekedar menulis….dan mengalir lancar begitu saja. (Ehh memang blogku kayak orang mendongeng ya, karena emang saya suka mendongeng saat anak-anak kecil, dan sampai sekarang mengobrol ketawa ketiwi dengan kedua anakku).
Tapi kedepan, tentunya menulis blog harus ada tujuan, untuk bisa sharing dengan pembaca, jadi peningkatan kualitas isi tulisan memang perlu. Tapi jika belum bisa, tak perlu dipaksakan, nanti malah para blogger baru nggak berani tampil….apalagi jika mengingat target pak Menteri bahwa tahun depan harus bisa satu juta blogger di Indonesia.
Blog Bangaip jelas udah lebih fokus dibanding blogku. Sejak ikut acara kemarin, saya jadi introspeksi pada diri sendiri, bahwa paling tidak kita harus menulis yang lebih baik (walau belum fokus), yang isinya bermanfaat bagi pembaca, dan mendorong orang lain berbuat kebaikan.
waduh blog aku termasuk yg spesifik to, makasih bu Enny… hwehehe…awalanya emang maunya kesana biar orang dapet image bagus ttg dentist… biar ga kesannya dentist itu manusia mahal yg klo nanya aja kudu mbayar (klo mangap baru mbayar… hwahaha… ) lhaa luama2 kok ngambrah2 keasikan ikut2an nulsi yg lain2 biar kesannya gaul gitu lho… ben makin deket sama pembacanya,… nah klo udah nyadar baru fokus banget… ngemas dan milih2 yg topik untuk di sampaikan kepada umum dalam bentuk tulisan ya emang ga mudah … tapi alhamdulillah dan InsyaAllah tulisan saya cukup memberikan sedikit pengetahuan ttg kesehatan gigi dan mulut…
setuju ama bang aip…
BTW tak kira woman issuenya itu mbahas KDRT atau poligami atau apalah perlindungan terhadapa perempuan dan anak2 soale woman emang rendah banget dan kurang perlindungan di Indonesia ini
Mbak Evy,
Saya setuju dengan pendapat Bangaip sbb:….Menurut saya pribadi, blog yang tidak spesifik itu menyenangkan untuk dibaca, sementara blog yang spesifik itu membantu sekali di saat dibutuhkan. Tentu saja tidak bisa generalisasi, tapi umumnya memang begitu….
Justru itu saya angkat topi terhadap Budiboga, Lita, mbak Evy, Inna, Maya…dll yang blognya udah spesifik, karena menjadi bahan referensi bacaan.
Ehh ngomong-ngomong apa bahan yang kita tulis di blog, bisa jadi referensi Tugas Akhir atau untuk penulisan makalah ya? Karena pada pedoman membuat makalah, termasuk cara pengutipan artikel yang dimuat di internet. Lha blog itu termasuk yang bisa dipake sebagai bahan referensi apa enggak?
Mbak Evy,
Sebelum diskusi saya sempat mengobrol dengan Lita, dan akhirnya kami sepakat akan menyerahkan pada keinginan peserta diskusi bahwa topik WI akan di bawa kemana.
Memang sempat dibahas tentang posisi wanita yang masih lemah, tapi ya karena waktunya cuma 20 menit, maka disepakati apa peran para wanita dalam menulis blog, agar blog dapat bermanfaat bagi sesama, atau bisa meningkatkan peran ekonomi keluarga. Jadi yang isinya resep makanan, juga bermanfaat, jika pengunjung mencoba resep tsb, dan membuatnya sebagai tambahan income keluarga.
kalo ngga salah madeswastika.blogspot.com
bu , entar aku sambung lagi ya…
mau ke atas dulu, kelg direksi ada yang meninggal….*nggapentingdeh*
Kiky,
Thanks infonya, sudah saya tambahkan, mudah2an betul mas Made yang itu ya.
waah kayaknya menarik yah PestaBlogger itu, sayang daku sabtu kemaren mesti masuk kantor hiks
ngomong2 tentang fokus menulis blog, sepertinya blog dengan topik di luar IT di indonesia masih kurang yah ?
tapi alhamdulillah di blog ini dapet link ttng gigi, tak subscribe ah ke google reader
HIDUP GOOGLE READER
*maaf bu, promosi gak penting 😀
Ping-balik: The Ripple Effect: Pesta Blogger 2007 Winners and Reviews at Journal by Marisa Duma
Adit,
Justru itulah senengnya, semakin banyak blogger yang menulis spesifik memudahkan pembaca untuk mencari info. Sayangnya blogku juga sulit untuk spesifik, karena bidang saya umum, mengajar tentang manajemen, analisa keuangan (terkait dengan perbankan), juga tentang motivasi…jadi malah belum fokus…pelan-pelan deh, ntar kalau dikasih target malah ga menulis, kayak kalau kita disuruh menulis makalah, segala macam buku dibuka…nulisnya dikiiiit….
Marisa Duma,
Thanks , jadi bisa membaca komentar tentang PB 2007 secara komprehensip.
Apapun isinya, blog menurut saya, mm…. seperti oase di tengah padang gersang, menyejukan. Ditengah pola hidup masarakat yang semakin hedonis, tumbuh komunitas baru yang senang berbagi pengalaman dan pengetahuan. Sesuatu yang sangat langka karena di luar sana, kebanyakan dinilai dengan uang. Inilah kekuatan blog. Selamat Hari Blogger Nasional. Salam
Budi Sutomo,
Iya sih, tak perlu dipikirkan yang pusing-pusing ya…yang penting menulis….ntar kalau dipikirin malah ga jadi nulis…
Salam juga…hehehe..saya jadi sering baca blog nya mas Budi, tapi tak ditanggung untuk mencoba resepnya, atau perlu kursus dulu kali ya.
I remembered what my friend said about Yosef Ardi thought about blooging. Yosef told him that blogger should not suppose their writes to consider with any specific streams just because what their reader want. They should have their own entity, something that make blog different with journalism or public website.
And I totally agree with him.
Papibonbin,
Menulis yang serius memang perlu waktu, minimal harus mendapatkan sumber data dan bacaan. Papibonbin dari LIPI ya. Saya justru bertanya, dapatkah blog menjadi bahan acuan untuk menulis makalah?
Dari diskusi di WI, sebetulnya para wanita ingin berperan, memberikan sharing bagi pembaca….tentu sharing ini ada berbagai macam, tergantung latar belakang pengalaman dan pendidikan penulisnya. Dan sebetulnya ini menarik, jika bisa dilaksanakan. Blog saya sendiri bukan termasuk blog yang spesifik, apalagi bidang pekerjaan dan pengalamanku saat ini memang jadi kemana-mana.
Btw, thanks telah mampir
saya juga spesifik, bu. blog saya spesifik banget tentang cerita keseharian saya dan pemikiran-pemikiran bandel ala saya. pokoknya semuanya ditulis dengan subyektif berdasarkan sudut pandang saya sendiri 😉
Shelling Ford,
Sependapat, isi blog mu memang spesifik…dan saran untuk jadi blogger ngetop, sesuai dengan hasil diskusi di PB2007 (saya lupa yang membawakan…atau pas bagian Current Issues ya?).
Namun kadang-kadang menulis di blog tujuan utamanya adalah untuk sharing, dan kebetulan punya waktu, bahkan kata anakku…ibu produktif menulis jika sedang menganggur…jadi ngetop apa tidak, hanya sekedar akibat sampingannya.
bu.. blog saya juga spesifik.. (narsis banget nih)
tapi sifatnya sih masih ngumpulin yang tercecer saja.
mungkin ga penting sih, cuma mungkin suatu saat ada gunanya.. terutama untuk kepentingan riset mengenai Kopi Gayo
http://www.kopigayo.blogspot.com
bu.. blog saya juga spesifik.. (narsis banget nih)
tapi sifatnya sih masih ngumpulin yang tercecer saja.
ga penting sih, cuma mungkin suatu saat ada gunanya.. terutama untuk kepentingan riset mengenai Kopi Gayo
http://www.kopigayo.blogspot.com
Noeroel,
Menulis yang spesifik memang lebih sulit….karena harus punya bahan2 riset, acuan, bahan bacaan dll.
Saya tetap menulis yang santai kok…tapi tetap juga ingin sharing pengalaman selama ini.
Thanks telah berkunjung.
bu… ini ira, yang ikutan bincang women issue di PB 2007.
blog saya malah… isinya banyak ngompol… ngomongin politik. hihihihi… sebenernya sih curhat kehidupan sehari-hari. secara yang dilakuin berurusan dengan politik ya sutralaaaaaah ya…:D
Ira,
Yang penting menulis…apa aja yang ada dipikiran kita. Saya kalau mau menulis yang lebih serius, mikirnya lama…kalau yang santai langsung mengalir begitu saja…..nggak bakat jadi jurnalis kali ya….
Aduh Ibu….tahun 2007 nggak kenalan, tahun 2008 nggak kenalan, kok baru ketemuannya di Kopdarnya TE….padahal saya tiap tahun pasti hadir di Pesta Blogger hehehe…
Saya waktu tahun 2007 itu posisinya di sebelah kelompoknya Maylaff, bimbang antara bridge blogging dan current issues…sebentar dengerin si ndoro, sebentar nengokin unspun….hehehe….
http://www.wikimu.com/News/DisplayNews.aspx?id=4433
http://khazanahpikir.blogspot.com/2007/11/new-voices-of-indonesia-speak-through.html
Mungkin kita sudah tlisipan ya…tapi yang namanya blogger kan banyak sekali…..
Saya hanya datang pas tahun 2007 dan 2008..tahun 2009 dan 2010 kebetulan bertepatan dengan tugas kelluar kota.
Tahun ini entahlah…jika diberikan karunia berangkat Haji tahun ini, mungkin juga nggak bisa datang.