Maaf ya, pak Bajay

Beberapa hari tidak produktif karena kurang sehat (flu), akhirnya mau tak mau sore ini saya harus pergi ke dokter, gara-gara si bungsu menilpon bahwa akhir pekan mau ke Jakarta. Waduhh, kalau ibu dan kakaknya masih sakit, bisa-bisa dia ketularan dan terganggu kuliahnya dan tugas sebagai koordinator asisten.

Terpaksa, akhirnya setelah mandi sore, saya pergi ke dokter langganan sejak masih tinggal di rumah lama. Saya tak berani nyopir, walaupun punya SIM A, akibatnya SIM ku masih perawan. Kegiatan sehari-hari, kalau kemana-mana jika tak ada yang mengantar, naik kendaraan umum (bisa berarti taksi, angkot, busway, bis kota, bajay dll). Naik bajay, menurut kata orang, hanya sopir bajay dan Tuhan yang tahu, kemana arah tujuan bajay, karena sopir bajay suka meliuk-liukkan kendaraan, menerobos kiri kanan mobil, serta berbelok tanpa menyalakan lampu tanda berbelok.

Saya menyeberang jalan, dan menunggu di depan pasar Mede, sambil berpikir mau naik apa, pilihan hanya angkot K-11 dan bajay, kalau taksi terlalu dekat. Jalanan di Jl. RS Fatmawati saya lihat semakin macet, dan pak polisi sibuk membantu melancarkan arus kendaraan. Tanpa menawar saya naik bajay, dengan tujuan klinik Cipete, tempat dokter langganan berpraktek. Mendekati pertigaan jl. Cipete Raya dan DBest kemacetan makin parah, sepeda motor, angkot dan bajay saling serobot. Pak sopir mencoba menyelip di kiri jalan, dan biasanya hal ini sukses untuk mempercepat sampai dipertigaan untuk belok ke arah Cipete Raya.

Namun…apa dikata…ada tiga polisi berjejer sibuk mengatur lalu lintas, dan karena pak sopir ambil kiri dia harus terus ke arah utara, bahkan belokan di depan Dbest pun dijaga polisi…terpaksa pak sopir lurus dengan kemacetan yang makin parah, dan baru bisa berputar dibelokan dekat gedung BCA. Syukurlah pak sopir tetap tenang, tak terdengar menggerutu, dan sayapun cukup tenang….dan akhirnya sampailah di depan Klinik. Saya membayar sesuai yang diminta…Rp.8.000,-..sebetulnya hati ingin menambah, tapi mengingat kesalahan pada pak Bajay, yang menyebabkan dia mencapai tujuan lebih lama…akhirnya dengan berat hati saya tak menambah apa-apa, dengan harapan lain kali pak Bajay bisa disiplin. Sebetulnya, kemacetan yang makin parah, akibat ulah segelintir orang yang suka menerobos, dari sebelah kiri langsung belok ke kanan, yang menghambat kendaraan dibelakangnya. Masalahnya, kedisiplinan hanya terjadi jika ada polisi yang menjaga dan mengatur lalu lintas.

Pulang dari klinik saya naik bajay lagi…dan karena sudah tahu jl. Fatmawati macet, saya minta pak sopir lewat jl. Cilandak Tengah, terus Cilandak I (belakang Citos). Karena jalan yang dilalui termasuk jalan tikus, sejak masuk Cilandak I mengendarai kendaraan harus berhati-hati karena banyak polisi tidur. Berbelok ke Cilandak IX, entah kenapa, mungkin udah gelap….grobaaag ….pak sopir menubruk polisi tidur yang cukup tinggi saat kendaraan melaju cepat…saya terloncat dari bangku penumpang…syukurlah saya sempat memegang pembatas antara sopir dan penumpang, sehingga hidung saya tak nyungsep nabrak pembatas. “Aduhh pak…pelan-pelan aja….”, kata saya. “Iya bu, habis ga kelihatan.” Syukurlah tak lama kemudian rumah saya udah kelihatan….ahh pak bajay, apapun yang terjadi, saya tetap setia naik bajay, karena murah dan bisa mengantar dalam jarak dekat.

Saya pernah dua kali naik kancil, mirip bajay, rasanya lebih nyaman…sayangnya di Jakarta belum banyak kendaraan kancil ini.

Iklan

35 pemikiran pada “Maaf ya, pak Bajay

  1. Caplang,
    Iya…terkejut-kejut….tapi asyik.

    Pipiet,
    Salam kenal juga. Taksi tetap laku, untuk jarak jauh. Kancil enak kok, terasa naik mobil, tapi kecil, bisa nyeruduk, dan meliuk-liuk, menyerobot jalan sempit…hehehe

  2. hehehe klo ibu saya bilang “naek bajaj tu klo harga sudah ditetapkan mo lewat manapun ya segitu2 juga..” jadi soal muter itu ya memang ga perlu nambah kayanya Bu

    btw Bu, knp ga naek ojek?
    klo sekarang tu rasanya peran bajaj sedikit demi sedikit sudah mulai tergeser dengan ojek .. sama halnya dgn bajaj, jarak tak jd soal yg paling penting tawar menawar harga .. cuman belakangan ojek ko nawarnya aneh2, masa Gd.BRI ke Karet 10rb
    hehehe sama halnya bajaj, ojek juga soal ketertiban kayanya mesti belajar lagi .. masa iya jalan 1 arah dilawan? trotoar dia pake dsb
    ah soal ketertiban si kayanya bangsa ini mesti belajar byk Bu ..

  3. bajaj atau bajay? ya wess lah.. sama wae.. betull..
    hanya Tuhan dan supir bajay yang tau mao kemana πŸ˜€
    tapi asik naek bajay, orang ngomong apa-apa ga kedengeran (soale bisingnya itu loh πŸ™‚ hihi..)
    saya kurang suka bajay kalo saya sendiri bawa kendaraan, soalnya yang bawa bajay serasa bawa motor, nyelap nyelip aja.. wekeke.. ada ruang dikit langsung dihantem.. wekkek
    tapi top lah buat bajay (bukan sopirnya :-D) angkot sejuta umat..

  4. hmm…lama tak singgah ke blog ibu. gimana flu nya bu enny? dah sembuhkah? eh btw si bungsu apakah sudah memantapkan karir utk dosen? di posting bu enny si bungsu jd koord. asdos ya?

  5. bajaj itu selain cara nyopirnya yg ngga nguatin jugah brisik banget, klo ada telpon sumpah ga kedengeran habis πŸ˜€

    wuah untung ibu sampai di rumah dgn baik baik saja yah πŸ˜‰

  6. Imam,
    Iya, risiko naik bajay adalah bising, kalau keseringan kuping bisa budeg, dan harus tutup hidung, biar ga bau knalpot. Tapi murah meriah, dan ga mungkin nyasar atau dilarikan sopir bajay, seperti jika kita naik taksi.

    Sandy,
    Iya isis, dulu saat kecil si bungsu suka tidur dipangkuan mbaknya sepulang kursus.

    Utaminingtyaaaz,
    Siapa bilang ga bisa pacaran jika naik bajay…yang jelas akan sering senggolan karena si sopir suka meliuk-liuk.

    Osinaga,
    Flu udah mendingan, tinggal batuknya. Si bungsu masih kuliah S2, nyambi jadi koordinator asisten…bedanya dengan asisten biasa (katanya lho! sayapun tak jelas), koordinator asisten membawahi beberapa asisten…tapi bukan asisten dosen. Kayaknya beda deh. Jadi dosen? Entahah, terserah dia aja.

    Aprikot,
    Kalau naik bajay memang harus libur teleponnya…hehehe. Tapi saya pilih naik bajay, daripada naik taksi yang ga jelas (selain BB), karena ada risiko dirampok.

  7. saya belum tau rasanya naik bajaj. di sini gak ada bajaj, soalnya. jadi ya, kemana2 naik angkot atau taksi atau dianter sama juragan, hehehe…

    semoga cepet sembuh, bu.

  8. Edel,
    Wahh iya, kendaraan rakyat….murah meriah, pake deg2an.

    Tikabanget,
    Wahh hebat dong, ibunya berani nyetir…hehehe…saya cuma punya SIM doang, nyopirnya hanya berani di jalan Tol.

  9. Kenikmatan naik bajaj (dan yang benar bacanya Bajaj, bukan bajay.. — informasi dari teman India — itu nama pengusaha di sana) hanya bisa ditandingi oleh naik truk terbuka. Aliran udara lancar.. tidak tertutup seperti taksi.

  10. Kunderemp,

    Karena kalian terlatih naik bajay sejak kecil, berhubung kalau naik taksi si mbak yang mengantar takut nyasar dan argo taksi naik terus. Dengan naik bajay, harga lebih pasti, dan tukang bajay ga ada niat untuk menaikkan argo (karena memang ga pake argometer)
    Risikonya , tiap kali diajak naik mobil, langsung tidur, supaya tak pusing…gara-gara mobil ber AC dan tak ada angin…hahaha

  11. semoga cepet sembuh ya bu..
    sekali2 coba nyetir bu.. pas lagi hari minggu/sabtu.. πŸ™‚
    Tapi naek kendaraan umum juga praktis sih, ga usah pusing parkir, ga usah sport jantung ama kendaraan yang nyelip kanan kiri.. hehe

  12. Adi,
    Prihatin apanya? Ngusruknya atau flunya? Doain ya, batuknya udah mendingan, biar bisa datang tgl. 1

    Masseko,
    Hehehe…iya…kendaraan murah meriah, sebenarnya enggak juga sih, ongkosnya hampir sama dengan taksi, tapi kan naik taksi di Jakarta berbahaya, kecuali pesan dari rumah.

    Sakuralady,
    Iya nih, padahal SIM nya udah belasan tahun punya…hehehe

  13. kalo naik kancil, hanya singa dan tuhan saja yang tahu kapan kancil akan belok πŸ™‚

    btw, memang naik bajaj itu banyak gak enaknya (berisik dan berasap), tapi bisa sampai kemana aja… πŸ™‚

  14. masseko

    bu Edratna,
    mungkin penjahatnya nyangka, yg naik taksi pst org berduit, sedang yg naik bajay org pas-pasan? Bener begitu?

  15. Masseko,
    Betul itu….zaman saya masih staf, isteri bos komentar…”Naik bajay…ihh amit-amit…” Padahal dia isteri bos lho….belum jadi bosnya…hehehe

    Terus saya selalu sedia payung kecil di tas (kebiasaan sejak di Bogor yang hujan terus), kalau naik taksi (bukan BB), payung selalu disiapkan dan waspada terus, siap memukul kepala sopir taksi kalau berani menjalankan mobil pelan-pelan. Jadi kalau naik taksi, pintu periksa dulu, bisa ga dibuka dari dalam, terus telepon (pura2) …saya naik taksi warna xxx nomor sekian….perintah terus, kiri kanan, pokoknya harus ikuti aturan…saking curiganya…lha kan malah stres.

    Lha kalau naik bajay, kan tinggal lompat, dan kalau teriak, orang lain pasti dengar….dasar paranoid ya….

  16. masseko

    bu Edratna,
    Paranoid sih tidaklah, ya..? Tapi w a s p a d a, kayak pesen bang napi dulu. Ini yg sering terlupakan. Entah krn terlampau tinggi dlm menilai kemampuan diri (kelewat pd), atau salah dalam menilai sikon. Mau naik taksi, bajay atau lainnya sama saja, yg beda cuma peluang kejadiannya. Ya itu tadi, penjahat menganggap penumpang taksi lebih tajir untuk dirampok! Memang begitu..?

  17. narpen

    ha3… heboh bener naek bajaj-nya..
    tapi abang bajaj-nya ga ngomel2 bu? biasanya kan gtu, meski salah pun, tetep ngeyel minta ditambah πŸ˜€

  18. Saya klo lagi di Jkt juga kalo naek taksi pasti otomatis periksa pintu bisa dibuka gak dari dalam, jendela bisa dibuka gak. Emang klo di Jkt bawaannya suka parno, habis sudah banyak kejadian gak sedap, bahkan dari perusahaan taksi yang sudah punya nama.

    Kalo lagi di Batam sih santai-santai aja, padahal keadaan taksinya jauh lebih amburadul. Mungkin karena taraf kehidupan disini lebih baik jadi tingkat kriminalitas gak setinggi di Jakarta.

    Jakarta ohh Jakarta..

  19. Masseko,
    Secara rata-rata penumpang taksi memang lebih tajir kok. Naik bajaypun sebetulnya rawan, saya pernah diingatkan pak Bajay, agar tas tangannya ditaruh didalam, agar tak mudah dijambret.

    Narpen,
    Ibu jarang kok dapat tukang bajay yang ngomel, ada juga sekali dua…kalau ngomel nggak ditambahi…tapi kalau macet banget, dan dia baik, nggak mengeluh, memang suka ibu tambah.

    Iamedel,
    Jakarta memang menarik, ya ribetnya, macetnya…dan harus selalu waspada. Dan siap kalau ada apa2 setiap saat.

  20. itu angkotnya kwk S-11 bu πŸ˜€
    lha kenapa ga dari awal lewat cilandak tengah bu, kan 2 arah, lebih dekat lagi, atau lewat komplek mpr? minimal ga ke jalan raya, dokter anakku dulu juga di klinik itu, dr jahja zakaria, pria tapi lembut banget hehehehhehe

  21. tini

    ibu….. memang naik bajaj itu enak, tidak ada argo jadi kemanapun sesuai kesepakatan tidak akan nambah.

    tapi ada juga loh gak enakya….. tetap harus waspada ……karena saya punya pengalaman di th 95, naik bajaj di jambret saat hujan gerimis di perempatan pas lagi lampu merah di kasih pisau di leher… dan waktu itu memang saya pake perhiasan + dia minta dompet (kebetulan mau kuliah) jadi pas pulang saya pinjem duit ke temen untuk ongkos pulang.

    Juga teman dekat saya tarik2 tas dibajaj dengan penjambret.

    Nah dari situ saya lebih waspada kalau naik bajaj.

  22. Iway,
    Kalau naik KWK yang lewat Cilandak Tengah, jalan kaki kerumahku lumayan jauh, apalagi badan agak meriang. Kalau dari Jl. Fatmawati hanya jalan sekitar 200 meter.

    Tini,
    Memang untuk daerah tertentu, naik bajay rawan. Tapi syukurlah di Jakarta Selatan lumayan aman, lagipula saya memang cuma pake jeans dan T shirt, tanpa pake anting (anting hanya dipake ke kantor), juga hanya jarak dekat, tak lewat perempatan yang berbahaya. Yang jelas tak menarik minat orang lain untuk melirik….

Tinggalkan Balasan

Isikan data di bawah atau klik salah satu ikon untuk log in:

Logo WordPress.com

You are commenting using your WordPress.com account. Logout /  Ubah )

Foto Facebook

You are commenting using your Facebook account. Logout /  Ubah )

Connecting to %s