Pada saat anak-anak masih balita, acara tidur siang merupakan hal yang wajib. Bagaimana jika anak makin besar, atau sudah usia Sekolah Dasar? Masih perlukah tidur siang tersebut?
Disadari, kebutuhan tidur anak balita masih tinggi. Jadi pada jadual kegiatan anak, dicantumkan antara lain waktu makan pagi, waktu bermain, waktu tidur siang dan sebagainya. Daftar ini perlu dibuat, terutama jika ibu berkarir di luar rumah. Pada kenyataannya, masalah tidur siang ini juga menjadi masalah yang sulit saat usia anak makin besar.
Pada zaman saya dahulu, sekolah dekat dengan rumah, tidak macet, belum ada televisi, bahkan radio pun hanya beberapa keluarga yang memiliki. Sekarang gangguan bagi anak-anak semakin banyak, sekolah yang tak selalu dekat dengan rumah, acara televisi yang nyaris 24 jam, maka para orangtua harus pandai menyiasati hal ini. Apabila kita hanya menyerahkan pada si mbak atau baby sitter, hal ini juga menyulitkan, karena mereka kadang tidak berani bertindak tegas pada anak kita.
Pada saat anak saya sekolah SD, sorenya sekolah madrasah, agar mendapatkan ilmu agama yang cukup. Di satu sisi, ini juga menghindari anak melakukan kegiatan yang kurang bermanfaat. Risikonya, karena sekolah madrasah tiap hari, maka beberapa acara televisi yang diminati anak harus direkam, supaya bisa dilihat saat mereka lagi libur, atau pada akhir minggu. Hari lainnya, seminggu sekali anak kami kursus piano. Acara yang padat tersebut, membuat acara tidur siang menjadi berkurang.
Pada saat anak saya besar (kebetulan si sulung di diagnosa narcolepsy, yaitu sejenis sleeping disorder), anak saya mengatakan….” Kenapa sih mesti ada acara tidur siang? Padahal asal tidur malamnya cukup, kan tak harus tidur siang. Sekarang malahan saya mengantuk melulu”. Anak sulung saya sering tertidur di kelas, juga pada saat kuliah… syukurlah sepanjang tidurnya ditempat yang benar (ruang kuliah) maka dia masih bisa mengikuti pelajaran. Pertanyaan anakku masih terngiang-ngiang ditelingaku, benarkah harus ada tidur siang, atau masih perlukah tidur siang? Saya tak bisa menjawabnya, karena saya tak bergerak di bidang kesehatan. Mungkin ada diantara pembaca yang bisa menjawabnya.
mmm..saya kurang mengerti kalo masalah tidur siang…dulu juga waktu kecil pasti disuruh tidur siang, tapi mungkin karena masih kecil pengenny maen trus jadi ga pernah bisa tidur siang…Kalo melihat idealnya mungkin tidur siang perlu…tapi kalo melhat jaman sekarang dengan segala kesibukan, rasanya tidur siang semakin sulit…kalo melihat anak jaman sekarang aktifitasnya terkadang udah kaya org tua dari pagi mpe sore, sekolah, les-les dan sebagainya…
Saya pernah sangat iri ketika istirahat jam kerja menyaksikan orang-orang bisa tidur siang di masjid, sementara saya nggak bisa…:))
Waktu itu saya melihatnya, kok kayaknya nikmaaattt banget ya? :))
Riadi,
Kayaknya kalau seperti zaman saya kecil dulu, tidur siang adalah kewajiban, karena setelah tidur siang, masih sempat mengikuti kegiatan di sore hari…kalau hidup di kota besar, kan sudah macet dimana-mana, apalagi sekarang.
Donny Reza,
Pasti nggak iri kalau menyadari bahwa orang yang sempat tidur siang adalah orang yang tidak sibuk, atau pekerjaannya kurang menantang. Bagi orang yang karirnya sukses, pasti akan tidak sempat tidur siang…kecuali sakit atau hari libur.
Tidur siang itu soal kebutuhan. Kebetulan, karena keluarga saya adalah lama yang tinggal di kota kecil, maka siesta jadi kebutuhan.
Apakah siesta itu produktif? Terpulang kepada masing-masing orang. Beberapa toko di Yogya. dulu, kalau pukul 2 siang tutup, lantas pukul 5 kembali buka. Pemiliknya butuh siesta.
Dulu ada anak Jakarta, jadi wartawan, ngotot mau menelepon beberapa dosen sepuh Yogya untuk wawancara siang hari. Saya bilang, “Nanti saja, mereka lagi tidur siang. Teleponlah nanti sore ketika mereka menikmati teh dan pisang goreng.” Apa yang saya katakan terbukti. Hal sama berlaku untuk beberapa pastor di biara yang sering jadi narasumber. π
Saya? Masih sering siesta. Di Jakarta dulu saya lakukan di kantor. π Di rumah, kalau libur, juga. Di luar kota? Apalagi! π
Ini apakah karena dampak dari ketidakseimbangan antara istirahat dan belajar bu. Sebab aktivitas anak ibu begitu padat antara inscool dan exscool.
Tapi ada kemiripan antara anak ibu dengan saya saat dulu masih di pesantren. Setiap masuk sekolah langganan tidur … heheh π
Sebab saya di tempat pak kyai itu sebagai “asisten” yang mengurusi tanggung jawab dunia perdapuran dan supply rangsum buat para santri2 yang ratusan jumlahnya… jadi cappe deh.. π
yah, sekarang keknya ga perlu tidur siang, deh. yg penting tidur malem cukup.
(^_^)v
Tidur kok dibikin susah… Tidur ya tidur aja.
Saya sih penganut insomnia jadi masalah tidur udah biasa. Buat saya justru tidur itu buang-buang waktu. Kalau tidur di kelas…biarin ajah, adem.
PamanTyo,
Hehehe…jadi ingat masa kecilku ….toko-toko buka sampai jam 1 terus tutup…dan sore jam 5-9 malam buka lagi.
Tapi apakah di Yogya masih seperti ini paman? Kayaknya saya beberapa kali ke Yogya, toko buka terus dari pagi sampai malam, hanya pegawainya saja yang dibuat 3 shift.
Mas Kurt,
Awalnya saya menganggap sepele, suka tidurnya dikelas sejak SMP, malah pernah disangka narkoba kok ngantuk terus. Karena nilai sekolahnya lumayan, kami lengah…masalah baru terasa saat kuliah di UGM Yogya, nilainya hancur. Akhirnya dia mengeluh merasa ngantuk melulu…kebetulan pas saya ajak ke psikolog, ibu psikolog ingat pernah mendengarkan acara TV tentang gangguan tidur.
Saya cari, dan yang ada “Sleeps Laboratory” di RS Mitra Kemayoran…dan, ternyata REM (Rapid Eye Movement) anak saya 11…padahal untuk orang yang mudah tidur, hanya maksimal 2. Jadi setelah didiagnosis, dia ternyata narcolepsy, dan merupakan pasien termuda pertama yang ditemukan di Indonesia (pernah diwawancara di Trans)….Dia sering jatuh tertidur, apalagi jika stres, kondisi jatuh tertidurnya makin parah. Akhirnya kami sepakat dia dipindahkan, untuk mulai kuliah lagi di Jakarta.
Mudah2an dia awal tahun ini bisa lulus (tinggal nunggu pengumuman), …nanti saya akan posting tersendiri, agar pembaca memahami jika ada anggota keluarganya mempunyai masalah tidur dan bagaimana mengatasinya, karena ternyata bukan masalah sepele.
Drjt,
Kalau masih ada waktu, tidur siang bisa mengembalikan stamina. Yang jelas penting untuk tidur cukup, entah siang atau malam.
Lemon S. Sile,
Banyak orang berpendapat seperti itu…tidur kok dibikin susah….padahal ternyata jika ada gangguan tidur, mengakibatkan berbagai hal.
Btw, thanks telah mampir.
Ketika masih SD sampai dengan kelas 5, saya juga diwajibkan tidur siang tapi kebiasaan berhenti saat kelas 6 karena saya sekolah siang.
Kalau dibilang perlu atau engga saya kurang tau, tapi kalau dibilang pengin, wah pengin banget. Soale bagi pekerja kantoran 7-5 macam saya, tidur siang adalah kemewahan yang harus dibayar mahal π (potong gaji, masak ijin pulang siang karna mau tidur siang)
Edel,
Hallo Edel..tahu nggak anakku iri lho sama aku…katanya mosok Edel malah suka baca blog nya nyokap dibanding blog gue…hahaha.
Ternyata masa kuliah menyenangkan ya…tapi lebih menyenangkan lagi jika udah bekerja, ngumpulin uang, buat dipakai jalan-jalan, dan melakukan hal-hal yang disenangi,
kalo saya masup golongan pelor, ga bisa nempel sama bantal dikit trus ilang alias nempel molor **semoga ini bukan kelainan**
sejak kelas 6 udah ga wajib bobo siang, karena waktunya dikonversi jadi waktu les dan main π
Iway,
Kalau itu mah sekedar gampang tidur aja…..karena Iway bisa lulus tepat waktu kan?
quote from Edratna
‘syukurlah sepanjang tidurnya ditempat yang benar (ruang kuliah) ‘
hahaha… Ibu ada-ada saja.
Whehehe, lha wong anaknya jarang apdet blog, gak produktip kek ibunya π
Utaminingtyazzzz,
Lha iya…kalau tidurnya di ruang kuliah…dia masih bisa mendengarkan dan memahami. Itulah kelebihan yang diberikan Tuhan. Cerita ini benar terjadi lho Utami…..
Edel,
Biasalah…dia memang suka protes, kalau saya bilang blog mu terlalu berat, ibu pun bingung mau komentar apa…dia ga percaya, katanya mudah kok….Edel udah lebih kenal deh….
Kalau anak2 saya sih memang saya bebaskan untuk tidur atau tidak tidur siang (masih pada SD), soalnya kalau kebanyakan tidur siang, malamnya suka nggak bisa tidur dan kalau nggak bisa tidur malemnya, terutama yang kecil, pasti suka nyariin bapak ibunya. Kalau udah begitu ya repot, mau tidur nggak bisa, biasanya bapaknya yg paling jadi sasaran mainan, ya kaki dikelikitik atau kepala dijadikan kendang, pokoknya nggak bisa tidur dng nyenyak malemnya. Daripada begitu, ya mendingan dibebasin aja deh…. terserah mau tidur apa nggak! Benar begitu ngga ya seharusnya??
Yari NK,
Terbayang deh serunya…..saya dulu setiap jam 9 malam, lampu kamar dimatikan atau diganti lampu kecil, sehingga anak-anak kalaupun belum ngantuk, lama-lama akan mengantuk….kalaupun bermain sudah di atas tempat tidur.
Tidur siang sesuai dengan jam biologis anak. Jadi mutlak diperlukan.
Otaknya membutuhkan tidur siang yang menghasilkan hormon pertumbuhan yang penting bagi proses tumbuh kembang.
Banyak sudah penelitian yang membuktikan, bahwa anak yang cukup tidur mempunyai prestasi akademis lebih baik dibanding yang kurang.
Dr Andreas Prasadja,
Saya baca tentang bapak di majalah Nova….
Memang betul anak dibiasakan tidur yang cukup sejalan dengan umurnya…tapi anak sulung saya gampang tertidur dimana-mana…ternyata memang narcolepsy (sleeping disorder) dan ini baru diketahui setelah dia mahasiswa.
Bagaimana sampai terdiagnosa narcolepsy?
Lalu, bagaimana anak Ibu menerimanya?
Bagaimana juga ia beraktivitas sehari-hari?
Maaf, saya ingin tahu, siapa tahu ada masukan berharga bagi penderita narcolepsy lainnya.
Dr.Andreas,
Ceritanya panjang sekali. Sejak kecil si sulung memang berbeda dengan adiknya, dia tak terlalu rajin belajar tapi sangat pandai,dan masuk 10 besar terus, dan saat SD lulusan terbaik. Masuk SMP dia mulai tertidur di kelas, gurunya marah, saya dipanggil dikira kena narkoba. Ternyata kepala sekolah malah terbahak-bahak , saat saya datang ke sekolah, katanya anakku ditraktir kepala sekolah makannya lahap berarti bukan narkoba. Saat itu dia baru sakit flu, dan obat dokter mengandung obat tidur…jadi saya dan dokter sepakat inilah penyebabnya.
Saat SMA sering tertidur juga, terutama untuk pelajaran sosial, tapi kalau untuk eksakta dia merajai dan melek terus, bahkan saat lulus dia termasuk tiga besar.Akhirnya dia ingin kuliah di kota lain, mencoba mandiri, dan diterima di jurusan ilmu komputer UGM. Disini baru terlihat prestasi jauh menurun, saya mendatangi ketua jurusan, seorang ibu, untuk diskusi bagaimana agar anak saya bisa tumbuh semangatnya untuk belajar, ini tahun 2000. Ternyata prestasi tak membaik, akhirnya dia mengaku merasa ngantuk terus…kalau kuliah jam 9 pagi, dia berangkat jam 7, mampir di perpustakaan dan tertidurlah disitu, dan tak jadi kuliah.
Saat itu, setelah keluhan mengantuk saat awal menjadi mahasiswa di UGM, saya mendatangi psikolog (bu Rani Waworuntu), beliau ingat pernah mendengarkan TV yang sedang membahas masalah gangguan tidur, cuma bu Rani lupa di RS mana yang punya fasilitas tsb. Saya dan suami mulai menilpon RS di seluruh Jakarta, dan akhirnya ketemu RS Mitra Kemayoran. Dari hasil sleep laboratory test (oleh dr. Yanto), ternyata anak saya REM nya 11, jauh di atas rata-rata normal. Sayangnya anakku harus balik ke Yogya…syukurlah kemudian UI menawarkan program international, dengan kuliah di Brisbane (University of Queensland) selama 3 semester dan kuliah menggunakan bahasa Inggris. Ayahnya telepon ke anakku, apakah dia mau mulai dari awal, karena saat itu saya berpikir paling tidak dia mau kuliah di Jakarta. Syukurlah dia lulus test, dan melanjutkan kuliah di Computer Science Fak Ilmu Komputer UI. Sejak awal saya dan suami melapor ke dosennya, membawa hasil lab RS Mitra Kemayoran. Jadi jika anak saya tertidur dibiarkan saja, hanya dijaga agar dia tak tertidur di tempat yang salah. Jadi tiap hari dia berangkat naik angkot atau motor (kalau nyopir berbahaya karena suka mengantuk tiba-tiba)…sampai di UI jam 7.00 wib dan duduk terkantuk-kantuk di dekat pak Satpam. Nanti temannya datang, membangunkan dan dia kuliah…..nilai semester 1 IP nya adalah 3,8 sangat hebat untuk seorang narcolepsy. Semester 2 lebih berat, tapi dia tetap mendapat nilai IP di atas 3,5.
Masalah mulai muncul saat dia harus berangkat ke Brisbane, karena memang tak bisa dihindari, tapi saya berharap di sana dia bisa sekaligus memeriksakan dirinya. Ternyata harapan tinggal harapan, walau tiap hari saya menilpon jam 3 pagi (jam 6 pagi waktu Bne), nilainya menurun drastis. Saya sempat shock, syukurlah wakil dekan bidang akademik menenangkan saya, karena dia yakin memang anak saya cukup pandai…supaya kami tak kawatir, dan anakku ambil single degree aja. Begitulah, dia akhirnya balik ke Jakarta, dengan perasaan tertekan, karena teman seangkatan telah lulus sarjana di UQ. Namun teman-temannya sangat baik, sehingga anak saya akhirnya bisa menerima kondisi dirinya yang merupakan cobaan dari Tuhan dan berjuang untuk mengatasinya. Dengan dorongan orang tua, keluarga, dosen, dan rekan2nya, akhirnya anak saya bisa lulus dari Computer Science UI dengan IP=3,25 (sangat memuaskan). Dan sepanjang waktu kuliahnya dia tetap aktif kegiatan luar kuliah, menjadi asisten dosen, membantu di Fak Hukum UI, dan begitu lulus mendapat pekerjaan. Bulan Februari lalu dia menikah dengan pacarnya sejak SMA (yang saat ini sedang ambil S2 sambil bekerja di Miami, Amerika Serikat). Anak saya dijadualkan menyusul ke sana sekitar bulan Agustus, sekarang sedang cari beasiswa, atau semacam loan untuk melanjutkan S2. Penyakit tidurnya sudah jauh berkurang, test terakhir REM nya 3, berarti hanya sedikit diatas rata-rata anak normal….dan dia bisa menyopir tanpa rasa mengantuk, sepanjang memang kondisinya fit (dia bisa memanage dirinya sendiri, kapan menyopir, dan kapan naik kendaraan umum saja).
Bila dokter ingin diskusi lebih intesif, silahkan mengirim email ke edratna(at)yahoo.com…semoga pengalaman saya bisa menolong untuk anak-anak yang diduga narcolepsy, karena ternyata anak yang menderita narcolepsy bisa tetap hidup berkualitas. Saat anakku lulus, saya sms kepada dr. Yanto, dan beliau sangat senang sekali, dan berharap suatu ketika ada cara untuk bisa mengelola anak narcolepsy sejak dini.
Ternyata tidur siang penting bagi anak-anak.
Anak sulung saya seringkali tidak tidur siang, sehingga jam 8 malam sudah harus tidur.
tidur siang memang penting bagi perkembangan anak, dengan tujuan mengumpulkan energi, dengan harapan juga agar anak mampu mempelajari apapun dengan stamina yang baik,… tatapi ada anak yang memiliki energi yang luar biasa (penuh, 24 jam terasa kurang) dan berbeda dangan yang lain sehingga tidur siang merupakan dilema bagi anak… tubuhnya masih fit tetapi diminta untuk istirahat….
Biasanya sering terjadi konflik antara orang tua yang menginginkan anaknya tidur siang dengan anaknya yang tidak menginginkan tidur siang. dan tidak jarang orang tua menggunakan kekerasan verbal maupun fisik untuk anaknya tidur….. ciri-ciri anak demikian adalah
1. cenderung egois
2. cenderung periang
3. tidak memiliki kemampuan mengatur diri(tingkat fleksibilitas yang tinggi)
4. selalu mencari kesenangan
5. memiliki keinginan yang banyak.
6. mudah tersinggung(ngambek), dan mudah melupakan masalah.
7. Memiliki bakat menghibur dan mencari perhatian.
ini baru sabagian ciri-ciri…
menurut saya… perdebatan tentang tidur siang dengan anak… lebih baik di aplikasikan ke pembelajaran yang berguna di siang hari… karena memang anak tersebut memang mampu untuk melakukan tugas-tugasnya disiang hari…
demikianlah semoga berguna….