Pertanyaan ini jika ditanyakan langsung kepada orang yang dituju, jawabannya pasti “tidak”. Namun jika kita telah mengenal dekat dengan orang tersebut, dan ngomongnya sambil berbisik-bisik, jawabannya bisa berubah…”Iya, saya kawatir”…jawaban yang masuk akal. Mungkin sayapun akan merasa seperti itu, jika ada junior yang begitu hebat, begitu pandai, dan pintar menampilkan citra diri yang bagus dihadapan bos.
Mestikah kita punya kekawatiran seperti itu? Dan jika ya, apa yang akan kita perbuat? Berusaha menekan junior, agar dia tak krasan dan tak bisa memunculkan kreativitasnya? Sebelum berpikir yang tidak-tidak, marilah kita kaji baik buruknya langkah yang akan kita ambil.
1. Buatlah sebagai tantangan
Adalah wajar, karena tingkat persaingan yang tinggi, perusahaan akan memilih orang berdasarkan kompetensi dan bukan berdasarkan senioritas. Wajah baru, dengan tingkat pendidikan yang baik, memancarkan energi baru, penuh semangat, tak terlalu memikirkan besarnya gaji karena rata-rata masih bujangan. Karyawan baru juga belum mempunyai stres yang tinggi, sanggup bekerja 15 jam per hari, melembur tanpa mengeluh, karena mereka juga ingin menyerap ilmu di dunia kerja sebanyak-banyaknya.
Kondisi ini akan menarik minat atasan, karena mereka lebih muda, energik, tak pernah menolak disuruh apapun, apalagi jika mereka pandai berkomunikasi karena selama masa kuliah juga aktif diberbagai organisasi. Lengkaplah sudah, kemampuan para tenaga baru ini dibandingkan dengan para senior, yang sudah merasa jenuh, kadang ide pun buntu, dan telah digandoli anak-anak yang pada saat-saat tertentu juga merepotkan. Namun sebaiknya karyawan senior jangan menganggap karyawan baru sebagai saingan, karena akan membuat kesan dimata bos makin buruk. Sebaiknya karyawan senior harus tetap aktif, semakin kreatif, berinisiatif, karena tanpa disadari energi positif yang dibawa karyawan baru akan mudah menular, jika kita mau menerima mereka dengan sepenuh hati.
2.Karyawan senior tetap mempunyai kelebihan
Apakah kinerja karyawan senior selalu lebih rendah dibanding karyawan baru? Jawabannya “tidak”. Mengapa? Karyawan yang sudah senior mempunyai kemampuan lebih dibidang tertentu, antara lain: manajemen, leadership, lebih fokus, dan lebih bijaksana. Sedangkan dibalik kelebihan yang dimiliki, karyawan baru memiliki kelemahan, antara lain; net working, belum bisa melakukan solusi yang tepat jika terjadi masalah, serta emosi yang belum stabil. Jadi, sebaiknya tak terjadi pertentangan, sebagai karyawan yang lebih senior, saatnya untuk menunjukkan pada atasan bahwa mereka bisa diandalkan, dan mempunyai nilai untuk perusahaan.
Seorang atasan yang baik, akan menggunakan karyawan senior sebagai mentor untuk melatih junior agar segera menyesuaikan diri bekerja mengejar target perusahaan. Senior dapat digunakan untuk membantu junior menggali potensinya, membentuk karakter dan kepribadian, sehingga sesuai dengan budaya perusahaan. Saat menjadi mentor, karyawan senior dapat menunjukkan pengalaman dan keahliannya, sehingga junior nantinya akan menilai karyawan senior tadi sebagai salah satu panutan dalam menggapai karir yang lebih baik.
3. Tujuan utama adalah meningkatkan kreativitas
Yang perlu disadari adalah, masing-masing karyawan mempunyai kelebihan dan kekurangannya. Bagaimana caranya, agar manajemen membuat situasi dan kondisi lingkungan yang kondusif, agar baik karyawan senior maupun junior, bisa bekerjasama dengan baik, untuk mencapai tujuan perusahaan jangka panjang.
jika rasa itu muncul, pertanda bahwa kita harus cepat-cepat mengembangkan diri lebih baik lagi, belajar lebih banyak lagi, berusaha lebih keras lagi…
Cewek tulen,
Betul…..dan sebetulnya perusahaan makin sehat, jika para junior nya lebih pandai dan berkinerja lebih baik, tapi para senior punya peran, untuk membuat para junior lebih stabil dan lebih bijaksana. Jadi senior pun, harusnya memang belajar terus menerus, walaupun disadari, ilmu lebih jauh berkembang dibanding kemampuan kita mengejarnya. Saya ingat komentar bos, ada orang yang ditakdirkan bisa terus meng up date ilmunya, tapi juga ada orang yang ilmunya memang hanya sampai batas tertentu saja….kalau nggak begini, kan nanti nggak ada yang jadi bawahan.
kalau menurut saya, bu, karyawan yunior justru perlu digandeng dan dijadikan partner agar mereka bisa belajar bagaimana cara kita bekerja. kalau mesti dicurigai, apalagi dianggap saingan, wah, itu malah bisa menjadi hambatan kemajuan bagi sebuah lembaga. *maaf kalau ikut2an sok tahu nih, bu!*
Pak Sawali,
Postingan di atas dimaksudkan, agar sebetulnya tak perlu merasa kawatir ada pesaing, Justru yang penting adalah bagaimana senior bekerja sama dan menjadi mentor junior. Perusahaan akan lebih senang jika antara karyawan senior dan junior bekerja sama dengan baik. Dan seperti saya, semakin junior bekerja lebih baik, berarti saat saya pensiun meninggalkan perusahaan tadi, hati terasa nyaman, karena uang pensiun akan aman….semakin perusahaan stabil, uang pensiun akan semakin aman.
Kesan pertama saya sedari melihat judul dan langsung menjawab dalam hati = Tidak.
Kesan selanjutnya, ya tetap jawaban saya Tidak tanpa ada buntut dan ekor.
Dalam hati jadi ngrenung, lha saya ini belum senior kok
Arie,
Memang jawabannya seharusnya tidak dan tidak…
Untuk menjadi senior harus menjadi junior lebih dulu…..:D
Yah… yang namanya persaingan mungkin terjadi di mana2, bukan saja antara senior dan junior tapi juga antara yang S2 dan S1, antara yang lulusan dalam dan luar negeri, dan sebagainya. Namun menurut saya yang akhirnya berhasil bukan yang senior atau junior, bukan yang S1 atau S2, bukan yang lulusan dalam atau luar negeri, tapi yang berhasil adalah orang yang selalu dapat mengembangkan dirinya dan cepat beradaptasi dengan lingkungan tempat kerjanya……..
Yari NK,
Yup…sepakat……
Biasanya kekhawatiran ini timbul pada karyawan yang baru memulai masa-masa senior, jadi mereka masih belum ingin ‘tersaingi dengan cepat’ oleh si pemula. Kalau orang itu adalah senior yang berpengalaman maka dia mampu dengan mudah menerapkan 3 poin di atas. 😀 Thanks.
Ah, jadi teringat: “belum tua belum boleh bicara”
StreePunk,
Kuncinya belajar terus menerus, bahkan belajar dari yang muda juga…belajar semangatnya, energinya, keingin tahuannya. Demikian juga sebaliknya….
Mencerahkan dan menjadikan renungan. Tapi, sebaiknya siapkan diri agar: Murid lebih pintar dari murid, yunior lebih baik dari senior, barulah bisa berharap bangsa ini maju. Pada tahap tertentu dipraktikkan. Tapi, ngak tau juga menurut yunior he he
Pak Ersis,
Tugasnya senior antara lain adalah menyiapkan regenerasi…jadi agar perusahaan lebih maju, tentunya diharapkan semakin banyak tenaga muda yang pandai dan berakhlak baik yang bersedia masuk perusahaan tsb. Budaya kerja perusahaan harus mempunyai sistem, agar para senior dan junior dapat saling memberi dan menerima.
justru karyawan junior bisa kita jadikan adik mentor sehingga ada pembelajaran terhadap mereka, sukur2 bisa menjadi sahabat takhanya di kantor juga diluar kantor.
Resi Bismo,
Kalau kita selalu suka tantangan, dan ketemu orang baru, maka kita sebenarnya tak perlu kawatir. Karena junior juga menghargai seniornya, saya tak bisa seperti ini tanpa bimbingan senior yang menjadi mentor…maka saya juga berbuat serupa….
kalau merasa terancam, itu artinya yang senior sudah merasa keenakan kali dengan posisinya yang sekarang.
yang terpenting menurutku adalah SINERGI…
para senior juga gak boleh lupa sih, kalau misalnya ada yang yunior mungkin ini merupakan pertanda bahwa sudah saatnya untuk melangkah lebih maju lagi (menjadi yunior bagi senior-senior yang lebih senior ) hehehe..
Koko,
Baik senior dan junior harus saling bekerja sama. Budaya perusahaan yang baik dapat mendukung dan memfasilitasi hal ini, sehingga persaingan tsb bisa digunakan untuk mendorong motivasi dan semangat untuk meningkatkan produktivitas…
nggak pernah takut disaingin junior, karena masih junior
nggak deng bu…
bagiku, salah satu keberhasilanku adalah, bagaimana membimbing juniorku supaya bisa maju. tapi tetap saja, human-touch tiap orang berbeda, aku bisa aja transfer semua ilmu dan pengetahuan, tapi ‘rasa’ dalam bekerja, masih tetap beda tiap orang. dan memang susah untuk mengajarkan ‘rasa’ itu.
sejauh ini, semua mantan juniorku jadi rebutan manager2 yang lain, karena kerjaannya bagus, dan sudah ada yg bisa pegang market sendiri, meski tetap saja, semua top management bilang, “magic touchnya teteup beda sama mantan ibu buahnya” 😆 *sok pede*
Ruth,
Benar, kembali pada diri masing-masing, karena benar “touch” masing-masing berbeda, setingkat dengan kualitas, kompetensi dan di dorong oleh keinginan berprestasi masing-masing orang.
Junior seharusnya bisa ‘dibina’ menjadi kader kita yang nantinya bisa kita andalkan untuk menyokong ide-ide kita 😀
Zulfadli,
Memang seharusnya seperti itu…perusahaan harus punya sistem, dimasukkan dalam budaya kerja sehingga membuat lingkungan yang kondusif baik bagi senior maupun junior.
maksud karyawan senior adalah karyawan yg lebih dulu masuk ke perush tsb ya bu
soalnya di perush tempat sy bekerja ada juga kasus yg karyawan “senior” nge tutor karyawan “yunior” tetapi dari segi umur karyawan “yunior” tsb lebih tua ketimbang karyawan “senior”
Adit,
Karyawan senior, bisa dilihat dari umur, atau bekerja/bergabung pada perusahaan lebih dahulu dsb nya.
Senioritas,….tak jarang di temui disuatu perusahaan,..kadang “faham senioritas” telah mematikan karakter juniornya yang mau mengembngkan kreativitas dan telah membungkam smangat junior yg memiliki integritas,..yah kadang di penilaian akhir tahun pun,..nilai junior ga boleh lebih tinggi dari senior,..padahal dalam kualitas dan kuantitas kerja lebih banyak juniornya,….(nasib junior yg dikesampingkan),…hehehehe
Avartara,
Jika ukurannya jelas, maka sebetulnya hal tersebut tak perlu dikawatirkan. Seorang senior karena gajinya lebih tinggi, maka risikonya lebih tinggi, jadi dia seharusnya mendapatkan beban kerja lebih menantang, dan semuanya harus terukur. Masalahnya adalah disini, jika semua target kerja dapat dikuantitatifkan, maka permasalahan perbedaan nilai yang tak sesuai dengan hasil kerjanya tak terjadi.
Disadari, kadang senior takut disaingi junior dan menghambat, tapi pimpinan yang baik akan melihat anak buahnya, dan dapat sebagai penengah jika terjadi adanya senior yang seperti ini. Yang penting lagi, dikembangkan budaya forum komunikasi, dimana masing-masing individu yang telah menjabat dinilai oleh anak buah, kliennya, serta pelanggannya. Hasil penilaian ini secara rahasia dikonsolidasi oleh tim budaya kerja (gabungan dari para change leader di masing-masing bagian, dikoordinir oleh HRD)….maka para senior yang kurang komunikatif pada saat acara heart to heart akan menjadi terbuka, seberapa nilainya dimata bawahan, teman-teman, serta klien …dan ternyata ini efektif untuk memaksa seseorang harus bisa bekerja dalam tim untuk perbaikan perusahaan.
jika perusahaan tidak melihat senior dan loyalitas nya, mungkin karyawan senior tidak akan lebih semangat lagi, karena budaya perusahaan melihat produktifitas, bayangkan senior mungkin sudah berkontribusi lebih banyak atau besar di bandingkan junior,…….maka dari itu budaya perusahaan akan ancur,..tidak ada kenyamanan dalanm bekerja.