Likuiditas ketat, saatnya mengevaluasi cash flow

Triwulan satu hampir berakhir, marilah mencoba menilai ulang bagaimana perencanaan setahun kedepan. Banyaknya kejutan di awal tahun, mengakibatkan banyak biaya tak terduga yang harus keluar, yang tak diperhitungkan sebelumnya. Di satu sisi harga saham merosot, serta nilai rupiah yang tak menjadi perkasa dibanding dolar, menyebabkan tak bisa langsung melakukan konversi tabungan dari dolar ke rupiah, karena malah menjadi rugi.

Apapun masih harus dijalani, dan satu-satunya jalan adalah meninjau ulang perencanaan sembilan bulan kedepan, dan inipun juga menimpa cash flow kami. Pindah rumah mengakibatkan tambahan biaya untuk penggantian KTP, penggantian paspor, BPKB dan sebagainya, ditambah adanya kewajiban pajak kurang bayar yang cukup besar. Dari hasil evaluasi, ternyata kewajiban keuangan rumah tangga kami memang menumpuk pada awal tahun, seperti: bulan Februari pembayaran SPP, Maret perpanjangan STNK dan pembayaran pajak, April perpanjangan asuransi kendaraan dan asuransi rumah, Mei perpanjangan STNK mobil lainnya, Juni perpanjangan STNK sepeda motor, dan perubahan PBB dari pemilik rumah yang lama, Juli pembayaran SPP, dan September pembayaran Tunjangan Hari Raya untuk para pembantu.

Selain biaya operasional bulanan, maka sekarang saya harus menambah cadangan untuk angsuran pajak (karena ada kemungkinan pembayar belum memotong pajak secara progresif), serta cadangan untuk Tunjangan Hari Raya. Mengapa THR perlu disisihkan bulanan, karena pada saat masih aktif, saya masih menerima uang THR yang kadang-kadang bisa berupa dua kali gaji, yang dapat digunakan untuk biaya THR para pembantu yang selama ini mendukung kelancaran rumah tangga kami. Karena suami bekerja berbeda kota, maka kami punya dua rumah tangga, yang berakibat pembantu pun lebih dari satu, apalagi selain anak kandung, saya mempunyai anak asuh, serta keponakan yang ikut tinggal di rumah kami di Bandung.

Apa yang harus dilakukan agar Cash flow dapat menutup semua pengeluaran?

1. Penggeseran pembebanan biaya.

Ada beberapa biaya yang harus di geser pembebanannya, seperti PBB rumah, karena jatuh temponya bulan Agustus 2008, maka mengurusnya paling lambat dapat dilakukan pada bulan Juni. Demikian juga asuransi rumah, menurut saya perlu juga digeser agar tak menjadi satu dengan pembayaran asuransi mobil, karena risiko rumah lebih rendah dibanding dengan risiko kendaraan yang berlalu lalang terus. Ya, punya kendaraan di Jakarta, punya risiko menabrak atau ditabrak, adanya asuransi sangat menolong agar tak menanggung risiko 100 persen. Pencadangan biaya pajak dan THR harus secara disiplin dilakukan setiap bulan, agar nantinya tak terjadi kesulitan karena biayanya cukup besar.

2. Melakukan efisiensi.

Rumah tinggal hanya menyediakan AC di ruang tertentu, itupun jarang digunakan. Arsitektur rumah menggunakan banyak lubang angin, ditambah adanya aluminium foil dan glasswool (?) dibawah genteng, membuat aliran udara di dalam rumah cukup banyak dan sejuk. Risikonya, debu yang masuk cukup banyak, walaupun rumah saya berada di ujung jalan buntu, serta tak banyak kendaraan berlalu lalang.Rumah juga tak perlu menggunakan listrik saat siang hari, karena cukup banyak sinar matahari yang masuk ke dalam rumah, sehingga biaya listrik saat ini hanya sepertiga dibanding saat kami masih tinggal dirumah dinas. Namun ternyata yang sulit dilakukan efisiensi adalah biaya komunikasi, karena suami bekerja di Bandung, bersama anak bungsu yang masih melanjutkan pendidikan S2.

Mudah-mudahan tak ada kejutan yang memerlukan biaya banyak lagi untuk beberapa bulan mendatang ini, agar kami bisa bernafas lega.

Iklan

17 pemikiran pada “Likuiditas ketat, saatnya mengevaluasi cash flow

  1. ra mudeng aku…mgk perlu di pahami lagi mengenai manajemen..hehehe

    Cempluk,
    Sebetulnya mirip matematika biasa, berapa uang yang kita peroleh, seharusnya seimbang dengan berapa biaya yang dikeluarkan. Jika biaya lebih besar daripada kebutuhan, harus dicari jalan keluarnya: menambah pendapatan, cari pinjaman atau efisiensi.
    Yang paling baik adalah menambah pendapatan, jika memang biaya tadi merupakan kebutuhan yang tak dapat ditunda dan berguna untuk investasi masa depan. Bagaimana jika tak mungkin menambah pendapatan? Jalan satu2nya mengencangkan ikat pinggang.

    Untuk efisiensi, tentu kita harus membuat perencanaan, berapa kebutuhan operasional minimal tiap bulan, plus cadangan jika terjadi hal tak terduga. Biarpun pendidikan tidak tinggi, ibu rumah tangga sudah ahli dalam mengatur keuangan rumah tangga ini….sejak dulu kala. Mungkin karena kebiasaan atau apa..

  2. intinya matikan yang tidak perlu ya bu??? :p

    Cewek tulen,
    Iya, kalau terpaksa. Yang paling baik adalah menambah pendapatan, tapi kalau nggak bisa mau tak mau harus efisiensi.

  3. Luthfi

    Kalo aku lebih tragis bu. Hidupnya dari satu paycheck ke paycheck lainnya. Gimana mau bikin rencana. *hiks*

    Luthfi,
    Justru kalau seperti itu harus bikin rencana…kalau nanti ada defisit, mesti mulai dipikirkan menutupnya dari mana. Awalnya saya juga defisit melulu, namun lama kelamaan makin lancar mengaturnya.

  4. Kelihatannya ribet banget ya? Pinter-pinter aja ngatur-ngaturnya ya bu. Yang tidak perlu bisa dijual aja. Ibu bisa pindah ke Bandung kumpul sama Bapak biar lebih asyik. Sekarang ini seharusnya ibu santai aja biar panjang umur.

    Juliach,
    Justru tempat tinggal di Jakarta sangat diperlukan, karena sebagai pos untuk mencari pekerjaan (untuk anak, keponakan dll). Lagipula sebetulnya saya masih ada pekerjaan di Jakarta, yang tak kalah sibuknya dibanding saat masih aktif dulu. Cuma sebagian pekerjaan bisa dilakukan dirumah, lewat email, dan sesekali tugas keluar kota.

    Menurut saya mengatur keuangan nggak ribet kok, tulisan di atas dimaksudkan menjawab permintaan teman bagaimana mengatur keuangan rumah tangga, cuma contohnya saya sendiri, tentu dengan beberapa perkiraan yang sebetulnya tak seperti itu, hanya untuk memudahkan.

  5. bener bu , saya juga lagi mengecangkan ikat pinggang nich , maklum lagi balancing cash flow

    Realylife,
    yang jelas kondisi ekonomi sekarang, membuat kita harus mengencangkan ikat pinggang. Pengeluaran hanya yang perlu dan perbanyak cadangan, apalagi cuaca yang sulit diprediksi membuat harus ada tambahan cadangan untuk sakit.

  6. kadang semakin banyak pedapatan
    pengeluaran makin banyak 😀

    doh, jd inget akuntansi jaman sma
    kolom kanan ama kiri harus seimbang 😀

    Luthfi,
    Kadang gaya hidup juga meningkat seiring perubahan tingkat pendapatan. Dan sulitnya lagi, peningkatan perubahan gaya hidup ini lebih cepat dibanding peningkatan pendapatan.

    Jadi, sebetulnya jika ada tambahan pendapatan, sebaiknya diinvestasikan, dan hanya digunakan jika ada kebutuhan mendesak.

  7. alur pemasukan dan pengeluaran agaknya memang sangat diperlukan agar diperoleh anggaran berimbang dalam lingkup keluarga. Yang jadi persoalan, Bu, bagaimana kita bisa menjaga alur cash flow itu agar tetap berjalan mulus kalau tiba-tiba saja ada faktor force major, seperti musibah, kerampokan, atau kejadian2 tak terduga lainnya. *maaf, bu, komennya nyambung ndak ya?*

    Pak Sawali,
    Situasi saat ini membuat semakin banyak terjadinya force mayeur, hujan angin, cuaca yang tak bersahabat menyebabkan sakit flu bergantian diantara anggota keluarga, juga force mayeur lainnya. Jadi memang sebaiknya cadangan yang ditingkatkan, dan pengeluaran agak ditekan hanya sebatas yang memang diperlukan.

  8. Ping-balik: Dimensi Kehidupan Manusia dalam Teks Sastra | Catatan Sawali Tuhusetya

  9. Memang Bu, disaat seperti ini, “Hemat” harus jadi gaya hidup, perencanaan dan pencatatan harus berjalan baik, dan yang paling penting kedisiplinan menjalankan proses yang sudah direncanakan. Saya seringkali gagal pada bagian disiplin. Di-kuarter kedua tahun ini, saya tidak ingin mengulang kesalahan yang sama. Terima kasih, tulisannya bermanfaat sekali.

    Yoga,
    Kondisi alampun saat ini berubah, akibatnya penyakit juga sering muncul, ini mengakibatkan biaya sakit meningkat. Baru saja terjadi hujan es di rumah saya, yang belum pernah terjadi sebelumnya, yang merontokkan canopi (membuat lubang-lubang) dan kendaraan yang kebetulan diparkir dihalaman.

    Jadi, memang harus makin memperketat keuangan, semoga kita bisa melalui tahun ini dengan selamat tanpa berhutang.

  10. Saat ini krn saya dg suami tinggal d kota yg terpisah,jadi agak deg2an jg dg pgeluaran. Apalg Juni nanti akan ada si baby.Suami kyknya tenang2 aja,saya yg mlh gelisah,hehe..apa mmg sudah bawaan sifat ya?

    Dilla,
    Perempuan memang lebih deg-deg an, lebih suka semuanya berjalan sesuai planning. Kelebihannya adalah kita selalu siap jika terjadi hal-hal diluar dugaan.

  11. Baca tulisan ibu, jadi memotivasi saya untuk ikutan mengevaluasi cashfow keluarga kecil saya. Trimakasih bu. Tapi hasilnya, saya jadi merasa belum bisa melakukan pengelolaan keuangan keluarga dengan baik. Sebenarnya, pengeluaran kami tidak lebih besar pasak daripada tiang bu, dan sudah bisa menabung minimal 30% dari pendapatan setiap bulannya, hanya pengeluaran untuk setiap pos sering diatas plafon rencana semula. kira-kira menurut bu enny, kriteria penggelolaan keuangan yang baik itu seperti apa ya bu? trimakasih banyak untuk sharingnya.

    Kris,
    Saya barusan baca blogmu dan terkesan pada tulisan agar kita menjadi orangtua yang tak membebani keuangan pada anak. Saya sangat appreciate pada Kris, yang telah mulai memikirkan hal ini….hanya dengan begini, maka pendidikan di Indonesia dan kesejahteraan masyarakat akan meningkat. Karena berkeluarga, tetaplah harus merupakan bentuk tanggung jawab, apalagi jika punya anak, jangan hanya karena ingin, tapi mampukah kita memberikan kasih sayang dan juga pendidikan yang cukup untuk anak-anak kita?

    Mengelola cash flow, mudah-mudah susah, tetap harus dicoba, sampai ketemu rumusannya yang pas, dan biasanya masing-masing keluarga berbeda, tergantung dari keinginan dan kesepakatan suami isteri. Keluarga yang senang baca buku akan menyisihkan keuangan untuk membeli buku-buku, tapi keluarga yang lain mungkin lebih memprioritaskan untuk nonton. Kalau belum bisa, jangan kawatir, waktu yang akan menunjukkan bagaimana mengelola cash flow yang tepat untuk keluarga kecil kita.

    Kadang memang pengeluaran di atas anggaran…..perlu dianalisis lagi, anggarannya yang terlalu rendah atau kita terlalu boros. Kadang kita memang perlu untuk memanjakan diri sendiri….dan bagaimana agar kita mencari peluang untuk mendapatkan tambahan uang, agar keinginan kita terpenuhi? Jika belum, maka anggarannya harus dilihat lagi, prinsipnya jangan sampai pengeluaran lebih besar dibanding pemasukan.

  12. makasih bu enny buat sharingnya. sy masih harus banyak belajar mencari format yang sesuai bagi keluarga kecil saya.

    Iya, saya bercita-cita supaya masa tua saya nanti tidak membebani anak-anak saya. Saya pengen mereka kelak tumbuh dan menikmati masa mudanya tanpa terkendala oleh berbagai “beban hidup” yang saya letakkan pada punggung-punggung mereka.

    Ini masih cita-cita bu, soalnya anaknya juga masih dalam dimensi “iman dan doa” kok bu 🙂

    Kris,
    Nanti formulanya akan ketemu yang sesuai untuk masing-masing keluarga. Boleh sih melihat keluarga lain sebagai bencmark, tapi tetap suami isteri yang menentukan mau seperti apa, supaya masing-masing anggota keluarga merasa nyaman.

  13. liswari

    wah ternyata memang benar ya kalau ada yg bilang perempuan/ibu itu lambang perekonomian, yang mengatur roda perekonomian. Aku juga gitu di pikiran ku muter terus bulan depan ada asuransi mobil, trus asuransi kesehatan, nanti harus mencadangkan sekian setiap terima gaji supaya bisa ini itu wah macem2… tapi gapapa memang tugas dan tanggung jawab supaya bisa berjalan lancar semuanya…

    Liswari,
    Makanya sekarang rumah di Bandung keuangan dikelola Poppy, dan tampak pusing….lha iya barang-barang harganya naik terus, padahal gaji nggak naik…malah turun….Asuransi juga naik, terkait peraturan baru dari Depkeu…

  14. Wah dikirain saya, membahas masalah Cash Flow secara general nggak tahunya masalah Cash Flow keluarga hehehe… tapi ya nggak apa2… memang bagaimanapun juga pengeluaran kas memang harus direncanakan dan juga dievaluasi pengeluarannya agar siap menghadapi pengeluaran2 tak terduga…… Karena banyak memang bangsa kita masih berfikir “sekarang ya gimana sekarang, besok ya gimana besok” terutama mereka yang sudah terbiasa dengan pola hidup yg sangat konsumtif………

    Kang Yari,
    Wahh kalau Cash Flow perusahaan kan sudah banyak yang membahas, kalau lagi situasi sulit mesti bagaimana dengan segala macam jalan keluarnya. Pilihannya sulit juga, karena kelihatannya undisbursed loan juga makin meningkat, artinya pengusaha sangat hati-hati agar tak terseret dalam permasalahan hutang seperti zaman krisis moneter. Jadi kelihatannya, baik perbankan maupun pengusaha semakin aware terhadap risiko suku bunga, inflasi dsb nya.

  15. Salam bu,

    Bu menurut ibu bagusnya gimana ya, u saat ini sudah coba membuat anggaran bulanan, dan coba terus konsisten, nah melihat kondisi sekarang, insya Allah setiap bulan ada sedikit dana berlebih, -ga banyak-.

    berhubung belum menikah dan kebutuhan belum terlalu banyak, kepikiran mau ambil rumah (heheh biar nanti ga susah), dan menurut ira cicilan bulanan insya allah masih terpenuhi (bisa terjamin) dari perhitungan casflow selama ini. Karena rasanya sayang kalo uang cuma baru produktif di deposito, malah nilainya turun terus.

    Kira2 bagus ga, kalo sekarang saya mulai ambil rumah kredit, walaupun fungsinya belum dibutuhkan, tapi mengingat produktifitas uang dan nilai rumah yang makin lama-makin mahal.

    Ira,
    Investasi rumah bagus, yang perlu diperhatikan adalah apakah Ira akan selamanya menetap di kota tersebut, jarak antara lokasi rumah dan kantor (ini jika Ira bekerja di luar rumah), bagaimana sarana transportasinya. Pikirkan juga apakah lokasi marketable (mudah dijual), jika suatu ketika Ira punya uang lebih banyak untuk bisa pindah ke lokasi yang lebih baik.
    Banyak kok teman-temanku dulu mengambil rumah sebelum menikah….paling tidak sudah merasa tenang dulu. Simpanan dalam bentuk depiosito, suku bunganya memang merosot, sedang dalam saham risikonya tinggi.

  16. Ping-balik: Dimensi Kehidupan Manusia dalam Teks Sastra – MaduraExpose.com

Tinggalkan Balasan

Isikan data di bawah atau klik salah satu ikon untuk log in:

Logo WordPress.com

You are commenting using your WordPress.com account. Logout /  Ubah )

Foto Facebook

You are commenting using your Facebook account. Logout /  Ubah )

Connecting to %s