Berusahalah memberi perhatian yang sama pada masing-masing anak

Kalimat di atas ternyata tak mudah di dalam pelaksanaannya, betapapun orangtua sudah berusaha dengan sepenuh hati. Manusia adalah individu yang unik, demikian juga dengan anak-anak. Oleh karena tak ada kesamaan dalam masing-masing individu, maka pendekatan orangtua terhadap anakpun tak bisa sama. Coba perhatikan anak anda, atau anak-anak dilingkungan keluarga ataupun teman, ada yang yang pendiam, sensitif, namun juga ada anak yang ramai, mudah berkomunikasi dengan orang lain.

Betapapun banyaknya kesibukan orangtua, upayakan agar masing-masing anak mendapatkan perhatian dari orangtua, dan yakinkan bahwa anak anda memahami ini. Pada saat anak-anak masih kecil dan tinggal satu rumah, maka hal ini relatif mudah, karena orangtua bisa mengamati dari perubahan perilaku dan “gesture” anak. Anak yang biasanya periang, dalam seminggu terakhir berubah menjadi “agak pendiam”, jika terjadi demikian maka orangtua sebaiknya mencari tahu. Untuk mencari tahu masalah yang dihadapi anak juga tidak mudah, karena orangtua tak bisa langsung bertanya pada anak, tapi melalui obrolan ringan sambil melakukan kegiatan bersama, atau saat minum teh di tengah acara belanja atau jalan-jalan bersama anak, bisa dilakukan percakapan dengan topik ringan, diselingi dengan umpan pertanyaan, dan perhatikan reaksinya. Untuk anak yang terbuka, biasanya anak lebih mudah bereaksi, namun tak demikian halnya jika anak termasuk pendiam dan lebih suka menyimpan kesulitannya sendiri, dengan harapan dapat mengatasi persoalan tanpa membuat orangtua bingung. Jika masalah tak berat, sekali-kali kita memang perlu membiarkan anak menyelesaikan sendiri masalah dan kesulitan yang dihadapinya.

Hari Senin kemarin adalah hari kerja yang diapit oleh dua hari libur. Anak bungsu saya pulang ke Jakarta Minggu malam, padahal hari Senin saya sudah berencana mau mengurus pembayaran PBB ke Cimanggis, Depok. Rasanya sayang sekali kalau dia ke Jakarta dan saya sibuk dengan urusan sendiri, maklum sejak si bungsu kuliah di Bandung, saya jarang bisa mengobrol berduaan seperti dulu. Selain kuliah S2, dia juga sibuk menjadi asisten dosen serta setumpuk kegiatan lain, dan kalau hari libur, dia juga sibuk dengan teman-temannya. Hari Senin pagi, saya tanya,”Ibu mau membayar PBB ke Cimanggis, mau ikut?” Dia menjawab pengin ikut, setelah mengerjakan home work lebih dulu. Saya juga bilang bahwa kantor tutup jam 2 siang, dan tempatnya cukup jauh dari jalan raya Bogor, jadi kalau dia tak bisa ikut, nanti ibu akan meminta mbak saja yang membayar. Syukurlah akhirnya setelah mengecek ke temannya, ternyata home work nya tak harus selesai hari Rabu minggu ini, sehingga dia bisa menemani ke Cimanggis, daerah yang dia baru sekali pergi ke sana.

Sesudah membayar PBB di Cimanggis, saya dan si bungsu mampir ke Zoe Café di jalan Margonda, ternyata Zoe Café ini awalnya dimulai di Bandung, di jl. Dipati Ukur dan dikenal oleh para mahasiswa sebagai “Comics Corner”. Sambil makan obrolan kemana-mana, dari rencana dia selanjutnya sampai ke masalah inflasi, harga bahan pangan tinggi dan sebagainya. Saya menjelaskan mengapa hal itu bisa terjadi, dan terjadilah diskusi yang membuat saya semakin merasa bahwa si bungsu telah makin dewasa. Rasanya menarik sekali mengamati perubahan kedewasaannya, karena kadang orangtua masih menganggap anaknya seperti masih kecil saja. Diskusi dan kebersamaan selama setengah hari dengan anak bungsuku membuka cakrawala saya, bagaimana perubahan kondisi di Indonesia dilihat dari kaca matanya, rencana karirnya dan kehidupan rumah tangga yang dibayangkannya. Yahh, si kecil telah menjadi dewasa, tak bergantung lagi pada orangtua, dan telah mempunyai pandangan-pandangan sendiri. Saya bersyukur bisa diskusi heart to heart dengannya, karena sorenya dia udah ada janji dengan teman untuk acara berikutnya.

Dan malamnya ganti saya menonton CD yang di beli anak sulungku sepulang kantor, berjudul “Lisence to Wed” dengan pemeran Robin William dan Mandy Moore. Sepanjang film saya ketawa bersama si sulung, karena anak bungsuku sudah sms mau menonton film di Chitos bersama temannya. Selain membawa CD, sulungku membawa majalah Forum dan saat saya tanya mengapa Forum? Dia menjawab, sudah komitmen dengan ayahnya, bahwa sang ayah berlangganan majalah Gatra dan anak sulungku membeli Forum, nanti ditukar saat ayah pulang ke Jakarta.

Betapapun sempitnya waktu, orangtua sebaiknya selalu berusaha memberikan perhatian yang sama bagi anak-anaknya. Kadang saya bertanya dalam hati, bagaimana seandainya anak saya 9 atau 10, seperti orangtua zaman dahulu? Masih mampukah saya memberikan perhatian pada masing-masing individu anak?

Iklan

27 pemikiran pada “Berusahalah memberi perhatian yang sama pada masing-masing anak

  1. tapi meskipun sulit seorang ibu pasti tahu ara yang paling tepat untuk memberikan perhatian dan kasih sayang kepada anak2nya…

    salam kenal ibu

    Sekotaksereal,
    Mudah2an anakku memahami, bahwa ayah ibu tak membedakan dalam memberikan kasih sayang, walau cara mengungkapnya kemungkinan bisa berbeda.

  2. betul, pasti hati nurani seorang Ibu bisa membagi kasih sayang buat anak2nya walaupun seberapa banyak jumlah anaknya..
    kasih anak sepanjang galah
    kasih ibu sepanjang zaman

    Indra1082,
    Ibu akan berusaha memberi kasih sayang yang adil bagi anak-anaknya.

  3. “kadang orangtua masih menganggap anaknya seperti masih kecil saja”

    sangat setuju saya, bu.

    (^_^)v

    “…bagaimana seandainya anak saya 9 atau 10, seperti orangtua zaman dahulu? Masih mampukah saya memberikan perhatian pada masing-masing individu anak?”

    InsyaAllâh mampu, bu. orangtua zaman dulu aja bisa, kenapa kita orang zaman sekarang ga bisa? hwehe….
    (^_^)v

    Farijs van Java,
    Orangtua dulu mampu, karena orangtua praktis memprioritaskan pada penyediaan biaya, dan ibu biasanya memberi perhatian. Godaan dari pihak ketiga atau di luar belum banyak.
    Pasangan muda saat ini lebih sulit, bahkan lebih sulit dibanding zaman saya, karena dulu saya belum kena macet, jadi masih cepat sampai di rumah dan dapat memberi perhatian yang cukup pada anak.

  4. adipati kademangan

    sibuk, capek, dan penat setelah kerja. biasanya langsung terobati ketika melihat anak – anak yang berlarian ceria menyambutnya.
    Lhah kalo anaknya dah gedhe bagaimana ? orang tua bisa menjadi sahabat paling dekat dengan anak tanpa harus menghilangkan wibawa sebagai orang tua.
    Jaman dahulu, orang tua mempunyai anak banyak dan memberikan perhatian sesuai dengan karakter masing – masing anak. sehingga tidak jarang mereka yang mempunyai anak banya jadi orang semua (jadi orang? emang ada yang jadi kambing ?!!). Anak – anak bisa berhasil karena perhatian orang tua sesuai dengan karaker anak.

    Adipati Kademangan,
    Mempunyai anak menyenangkan, kalau kita bisa memberi perhatian yang cukup, bisa berperan sebagai sahabatnya, dan mau mendengar kesulitan anak tanpa menyalahkannya.
    Dulu, saya berpikir kalau anak sudah besar, pasti akan jarang ketemu …ternyata malah menjadi makin erat, layaknya seorang sahabat…bahkan mereka banyak membantu memberikan solusi atas masalah yang dihadapi orangtua.

  5. Assalamu’alaikum bu.

    Sudah lama saya membaca2 komen ibu diblog kawan2.

    sekarang aku bermaen dan bertandang ke blogmu ibu.

    sejuk nian disini, kerasa kasihsayang ibu itu disini.

    ah………aku jadi ingat ibuku dikampung………..

    salam kenal bu edratna

    Alex,
    Berbahagialah ibu yang mempunyai putra seperti Alex, yang selalu mengingat dan mendoakan beliau. Salam kenal Alex, makasih telah berkunjung ke blogku.

  6. bener banget tuch bun , semoga generasi muda bangsa ini semakin solid ke depannya
    ngga cengeng , manja dan haus kasih sayang

    Realylife,
    Untuk membangun bangsa ini diperlukan kerja keras kaum mudanya, yang selalu berpikir optimis. Dengan berpikir positif, akan memperoleh energi positif, yang dapat menghasilkan pemikiran-pemikiran positif untuk mengatasi keadaan.

  7. Salam
    Akh jadi inget Ambu di lembur, mungkin karena saya sulung, entah kenapa saya sering banget disuruh mengalah, dan itu dulu sangat membuat saya dongkol dan merasa disisihkan, tapi akhirnya saya sadar bahwa itu adalah cara ibu saya untuk menumbuhkan kasih sayang thd saudara2 saya. Alhamdulillah ikatan itu begitu kuat saya rasakan dan saya percaya kasih dan perhatian orang tua bisa jadi caranya berbeda2 untuk tiap anak tapi takarannya tetap sama.

    Nenyok,
    Biasanya setelah anak besar, apalagi jika telah berkeluarga dan merasakan punya anak, akan ingat orangtua dan memahami segala kebijakan yang dilakukan orangtua selama ini, yang semuanya adalah untuk kepentingan anaknya.

  8. oh…….langsung dibalas oleh bu edratna……..

    thanks ya bu..atas komentar2 cintanya buatku….aku bertambah ingat pada ibukku nun jauh dikampung………..ibuuuuuuuuuuu……….hiks..

    aku ingin pulang……….

    oiya bu sy link ya..biar aku sering maen kesini…membaca cerita2 cintamu…..

    salam sayang buat ibu semua

    Alex,
    Kebetulan kemarin lagi on line….biar hutangnya segera lunas…maklum untuk membalas komentar dan berusaha mengunjungi teman-teman perlu waktu yang lumayan juga.

  9. alangkah bahagianya hati sang anak manakala orang tuanya memberikan sentuhan lembut dan perhatian yang sewajarnya kepada mereka. sayang sekali, saya harus jujur mengatakan kalau saya sebagai seorang ayah belum bisa berbuat adil terhadap mereka, hehehehe 😆 ada kecenderungan, saya lebih memperhatikan si bungsu. aduh, padahal seringkali juga si sulung ada anak ke-2 dengan jelas melihat bagaimana sikap saya terhadap si bungsu itu. Bu Enny ada saran, Bu?

    Pak Sawali,
    Hal yang wajar jika ayah lebih dekat dengan putrinya, cuma jangan berlebihan. Malah menurut psikolog (kalau salah, saya dikoreksi ya Bang Fertob)…jika anak laki-laki telah berusia di atas 10 tahun sebaiknya lebih sering bermain dan melakukan aktivitas bersama ayahnya.

  10. susah juga yah bu berbuat adil sama smua anak ..

    alhamdulillah anak saya masih satu …

    Tintin,
    Kita semua belajar melalui proses, nanti akan ketemu cara yang pas, yang tak bisa dibandingkan antara satu dengan lainnya. semoga berhasil.

  11. Okta Sihotang

    bgimana lagi klo punya anak 11 ??

    Okta Sihotang,
    Kalau laki-laki semua malah gampang…bikin kesebelasan

  12. Betul sekali bu, perhatian yang “sama” belum tentu berarti mendapatkan perlakuan yang sama, karena setiap anak adalah unik. Jadi pengertian “sama” di sini mungkin adalah kalau mereka masing2 mendapatkan masalah, kita akan “sama” seriusnya menolong mereka semua keluar dari masalah tersebut dan juga memberikan perhatian sebaik mungkin pada apa yang tengah mereka inginkan untuk diperhatikan.

    Namun yang paling penting adalah bagaimana kita harus dapat menjadi wasit yang adil dan tidak berat sebelah jikalau terjadi perselisihan di antara mereka………

    Kang Yari NK,
    Mengenai wasit, saya jadi ingat cerita suami, saat SMA dia kost di rumah pakde nya, yang kebetulan seorang jaksa. Kalau putranya berbuat salah, dinilai sebagai layaknya seorang jaksa, tuntutannya bisa bermacam-macam: hukuman seminggu ga boleh main, atau hukuman ga boleh nonton TV, atau dikurangi uang saku…yang ternyata beliau punya aturan mainnya….hahaha

  13. Wow… ibu bicara soal inflasi dengan Ani? Kayaknya aku gak pernah nyambung deh kalau diajak bicara soal ekonomi 😛
    *kabur..

    Kunderemp,
    Sssstt…..anak bandel…bukankah kita juga sering mendiskusikannya? Selama ini adikmu tak terlalu tertarik membahas masalah ekonomi, jadi ibu gembira mendengar dia sudah punya minat untuk mencari info dan bertanya macam-macam.

  14. Tulisannya menyejukkan.
    Sama kayak Alex, saya jadi kangen sama Ibu…

    Yoga,
    Hanya cerita keseharian….udah lama sekali nggak sempat jalan-jalan sama si bungsu…..

  15. hehehheh ga kebayang jaman sekarang punya anak 9 atau 10, harus punya bis biar bisa jalan-jalan bareng 😀

    Iway,
    Ada rencana punya anak 9 orang atau lebih? Kalau soal gaji saya kira tak masalah, yang berat perhatian pada masing-masing anak, untuk kondisi sekarang.

  16. menginspirasi 😉
    aku jadi pengen pulang kampung 😦

    aku kangen simbok..

    Galih,
    Selama orangtua masih ada dan punya waktu, seringlah menegoknya….atau paling tidak menilpon.
    Thanks kunjungannya

  17. Insya’ Allah nanti kalau dipercaya untuk membesarkan lebih dari satu anak, saya akan berusaha memberi perhatian yang sama.

    Kang Kombor,
    Saya yakin kang Kombor bisa memberi perhatian yang sama…

  18. memang bersikap adil itu terkadang mudah untuk dipikirkan dan diangankan,
    tapi terkadang untuk mewujudkannya perlu perjuangan yang pantang menyerah….
    selamat bu!

    Ndoro seten,
    Memang saya akui sulit dan melelahkan, namun buahnya sangat manis.

  19. dicatet dulu Bu… buat bekal ^^

    alhamdulillah mamah aldi di rumah jg ga pernah memberikan perlakuan khusus, klo pun ada perlakuan khusus biasanya mamah ngasi penjelasan “a, ade lagi sakit jadi mamah mungkin konsen dl sama ade” dsb……..
    jadi klo pun ada perhatian khusus mungkin harus dijelasin sama salah satu anak……. eh sok teu banget aldi ni =P

    Aldi
    ,
    Iya, untuk dipelajari bersama Diana….

  20. Sebagai anak tunggal, saya merasa kasih sayang orang tua saya hanya untuk saya… [narsis banget]

    Rindu,
    Orangtua justru lebih sulit menghadapi anak tunggal, karena ada kecenderungan memanjakan, walau disadari hal ini kurang baik untuk pertumbuhan kedewasaan anak.
    Namun saya mengenal banyak anak tunggal yang mandiri, bersikap tegas, berani ambil risiko, karena didikan orangtuanya yang kuat.

  21. menjadi ibu memang tidaklah gampang, salut!

    Peyek,
    Menjadi lebih mudah jika kita percaya ada yang selalu melindungi kita…..dan kemana kita harus berdoa jika ada masalah. Saya akui orangtua harus banyak sholat, puasa, serta berdoa agar anaknya selalu mendapat perlindungan, dan berada dijalan yang benar.

  22. jrengjreng

    Terimakasih bu sudah mengunjungi blog saya 🙂

    Edgar,
    Blognya bagus, terus menulis ya, jangan lupa berdoa agar dimudahkan jalannya. Sukses ya…

  23. oalah…anakkecil satu itu
    disuruh tidur kok ya ndak tidur2…

    maap, bu…

    Wennyaulia
    ,
    Adikmu lucu dan pintar,semoga semangat menulisnya terus berjalan.

  24. memang yang namanya memberi perhatian yang sama pada tiap anak penting, demi menghindari yang namanya sibling rivalry yang akan mungkin saja menimbulkan banyak perilaku patologis di kemudian hari…

    pe er oh orang tua…

    karena anak adalah hasil bentukan orang tua

    i do believe that

    Natazya,
    Perhatian orangtua membuat anak merasa disayang dan dihargai, dan balasan anak adalah menjadi anak yang sholeh dan baik. Memang melalui pasang surut, dan cobaan yang berliku-liku karena anak juga mengalami masa puber, masa yang tak pede..tapi dengan kasih sayang dan doa, semuanya terlewati…dan hasilnya sangat manis….

  25. Bu, saya juga anak bungsu bu.
    Ortu saya sangat baik kepada saya.
    Sampe2 saya ngerasa akhirnya jadi manja.
    Sekarang saya lagi kuliah S1, teman-teman saya kebanyakan anak sulung. Saya jadi ngerasa mereka lebih dewasa dibanding saya. Saya seperti keanak-anakan kalau di depan mereka.
    Gimana ya Bu untuk mengatasi hal ini?

    Iam,
    Cara mengatasi tentu saja harus mulai latihan mandiri…jangan salah, anak-anakku sejak kelas 1 SD tak pernah diantar ke sekolah, naik angkot, dan sering ditinggal ibunya tugas ke luar kota, dan bapaknya mengajar di kota lain. Walaupun anak-anak dekat dan terlihat manja jika sama ibu, namun mereka sangat mandiri dalam segala hal. Sebetulnya tak ada aturan anak sulung, anak tunggal atau anak bungsu berbeda, yang membedakan adalah cara pengasuhan orangtua. Jadi mulailah berlatih untuk mandiri, karena manja akan berisiko di kemudian hari, saat bekerja akan dinilai tak bisa dipercaya untuk diberi kepercayaan. Caranya ya hanya dari diri sendiri, untuk mau berubah.

Tinggalkan Balasan

Isikan data di bawah atau klik salah satu ikon untuk log in:

Logo WordPress.com

You are commenting using your WordPress.com account. Logout /  Ubah )

Foto Facebook

You are commenting using your Facebook account. Logout /  Ubah )

Connecting to %s