Spontanitas diperlukan agar kita keluar dari kehidupan yang rutin, yang telah terjadual ketat setiap harinya. Spontan menurut KBBI adalah serta merta, tanpa dipikir atau direncanakan lebih dahulu, melakukan sesuatu karena dorongan hati, tidak karena anjuran dan sebagainya. Ada bermacam-macam tipe manusia, ada yang kehidupannya serba teratur, lengkap dengan jadual ketat setiap harinya, namun ada juga yang lebih menikmati hidup, jadualnya tak terlalu ketat. Orang yang terbiasa hidup teratur, akan merasa kurang nyaman jika tiba-tiba diajak untuk melakukan hal-hal mendadak. Namun spontanitas ini terkadang diperlukan dalam kehidupan, agar kita mempunyai variasi dan hidup tak menjadi monoton.
Apakah anda orang yang sering bersikap spontan?
Ami dibesarkan dalam keluarga dengan kehidupan yang teratur dan serba terprogram. Setiap pagi Ami memulai kehidupannya dengan bangun jam 4 pagi, belajar lebih dulu, kemudian membantu mama membereskan rumah, dan selanjutnya pergi ke sekolah. Pulang sekolah, mengikuti kegiatan di luar sekolah, dan sepulangnya kerumah, setelah membantu mama membereskan makan malam, Ami mulai belajar.
Setelah dewasa dan menikah, kebetulan Ami bekerja pada instansi yang memerlukan jadual ketat dan Ami sangat menikmati perkembangan karirnya. Namun setelah punya anak, tak semua jadual bisa dipenuhi Ami sesuai tepat waktu. Kadang-kadang anaknya sakit, sehingga Ami terpaksa bergadang menenangkan anaknya yang rewel sepanjang malam, yang mengakibatkan tugas kantor yang dibawa ke rumah tak terselesaikan, padahal itu merupakan bahan rapat untuk keesokan harinya. Ami mulai sering merasa pusing, badan lemas, sering terkena flu dan tak mempunyai nafsu makan.
Seorang teman menganjurkan agar Ami menjadual ulang kegiatannya, lebih memberikan delegasi wewenang pada anak buahnya, dan bila segala sesuatu tak berjalan sesuai rencana, jangan menganggap dunia sudah kiamat dan menyalahkan diri sendiri. Ami akhirnya memilih membuat keseimbangan hidup, karir memang penting namun bukan segalanya. Sekarang Ami terlihat lebih santai, kadang-kadang saat pas jam istirahat kantor, makan bersama teman-temannya di luar kantor. Hari libur diusahakan tak membawa pekerjaan pulang, sehingga waktunya bisa dicurahkan sepenuhnya pada keluarganya.
Apakah sikap spontan juga mengandung risiko?
Berbeda dengan Ami, Rita adalah orang yang sering bersikap spontan. Rita sangat senang berjalan-jalan, sering bertemu dengan teman-temannya di mal yang dilanjutkan dengan makan-makan dan menonton film di bioskop. Terkadang hanya sekedar menikmati musik di cafe. Namun sifat Rita ini kadang membuat tugas yang dibebankan kepundaknya menjadi terbengkalai, yang berakibat keterlambatan pada yang lain. Rita juga sering kena teguran dari atasannya karena saat jam kantor banyak melakukan kesalahan, akibat malamnya bergadang bersama teman-temannya. Dan pada akhirnya, saat teman-teman mendapatkan promosi, khusus untuk Rita promosinya ditunda sampai dia bisa melakukan perbaikan dalam kualitas pekerjaannya.
Bagaimana agar sikap spontan positif?
Melihat kedua contoh di atas, perlu diperhatikan agar keinginan bersikap spontan justru tidak membuat situasi makin berantakan, oleh karena itu perlu dipikirkan agar kita memperhatikan hal-hal sebagai berikut:
- Kadang kita memang memerlukan istirahat sejenak dari pekerjaan rutin, namun buat jadual yang harus dipatuhi, agar acara untuk melakukan hal di luar rutin tak berakibat pada tak selesainya tugas yang dibebankan pada kita.
- Ajak teman, anggota tim, untuk sesekali makan di luar kantor pada jam istirahat kantor, jika setelah selesai jam istirahat tak ada acara meeting yang harus dihadiri oleh pihak luar. Dengan demikian, jika nantinya saat jam pulang kantor pekerjaan belum selesai, anggota tim bisa meneruskan di luar jam kerja, namun dengan suasana yang telah berbeda.
- Kadang lakukan undangan meeting di luar kantor, bisa diadakan acara ”breakfast meeting” atau ”luch meeting”. Situasi yang santai, diskusi sambil makan, terkadang membuat pikiran menjadi ”fresh”, sehingga permasalahan yang buntu dapat ditemukan jalan keluarnya.
- Agar anda sesekali dapat menikmati situasi yang spontan, setelah pulang kantor bersama teman-teman, pastikan bahwa keluarga anda dan anak anda dalam kondisi penanganan yang aman, sehingga anda tak merasa bersalah jika sesekali terlambat pulang untuk bertemu dengan teman-teman anda, dan pastikan keluarga dapat menghubungi anda jika diperlukan.
segala yang berlebihan memang tidak baik…
(^_^)v
kalau bikin jadwal itu harusnya lebih bisa fleksibel.
(^_^)v
manusia hanya bisa berencana, tapi Tuhanlah yang berkuasa menentukan.
(^_^)v
perencanaan, salah satu hal yang belum bisa saya kuasai. hoho. miris.
Farijs van Java,
Saya malah cenderung dalam planning terus, dan kalau tak tercapai pusing….heheh…memang kadang perlu tak terlalu serius.
keseringan spontan malah jenuh juga ;p
perencanaan jadi maslah krusial buat saya (makanya ga lulus2 😦 )
Bagus,
Kalau punya jadual harian kayak saya atau Pepen, juga pusing…begitu tak tercapai…mesti mengalokasikan lagi waktunya. Padahal mestinya udah mulai longgar ya…kenyataannya tetap aja acaranya seabreg….
Saya malah hampir selalu spontan…
Kecuali pesen tiket mudik lebaran dari Bandung ke Madiun yang terencana, biasanya semuanya spontan…
Pengen ini ya lakukan ini, pengen itu ya lakukan itu… 😆
Ardianto,
Berarti Ardianto ada bakat seni…..saya jadual tertata terus…bahkan kalau mau turne seminggu, catatan tugas pembantu, jadual makan anak-anak, obat-obatan tertulis semua……
saya malah terlalu spontan bu…..
Itik kecil,
Semua memang perlu keseimbangan…..saya kebalikannya, terjadual semua.
krn belum menikah jadi saya jadi “yes girl”. Diajakin makan hayuk, diajakin nonton hayuk, diajakin karokean hayuks, etc. ga tau ya klo nanti udah nikah & punya anak. Pastinya ga bisa se-“yes” sekarang.
Mirna,
Sebetulnya bukan karena sudah menikah atau belum…anak bungsuku sudah terbiasa semua terencana sejak kecil, bahkan sejak Taman Kanak-kanak. Saat ayahnya ngajak keluar, jawabannya…”Bapak berapa lama keluarnya? Saya ada waktu 2 jam tapi setelah jam 11 siang”. Kata bapaknya…”Ya, udah tugas dikerjakan dulu, biar bapak nunggu kamu selesai mengerjakan tugas.”
Si anak menjawab (masih TK lho)…”Nggak bisa bapak, sekarang rencanaku untuk yang lain, ada waktunya nanti jam 11 siang…”
emang sih mumet juga kalo bergerak hanya berdasarkan urutan yang sudah tercatat dalam agenda kegiatn… perlu juga ada spontanitas yang menyegarkan
Qizinklaziva,
Saya sebaliknya, tak mungkin melakukan hal-hal yang tak terencana…jadi walau kadang spontan tapi selalu ada batasnya. Misalkan mau jalan-jalan…tapi saya harus tahu batasannya, karena kalau kelelahan bisa menjadi sakit, dan mengacaukan kegiatan besoknya.
Kadang kalo lagi jenuh, makan keluar kantor memang pilihan yang sangat bijak. Sekedar satu jam pun bisa dimanfaatkan secara optimal untuk me-refresh mood. Jadi bisa melanjutkan kerja dengan suasana hati lebih ceria.
Eh tapi kadang justru karena terlalu spontan saya jadi impulsive. tapi justru itu yang bikin idup jadi lebi idup 😀
Emyou,
Sebetulnya menyenangkan melakukan hal-hal di luar rutinitas, tapi saya tetap membatasi diri, agar tak terlalu lelah…bahkan saat ada acara Fertob di Monas, saya sengaja menjadual ulang kegiatan, menolak tawaran yang ada….entahlah harusnya saya sudah bisa santai, namun ternyata kegiatan sosial yang “nyaris wajib” malah semakin banyak..
hmm bila ditanya apakah sy orang yg spontan atau terjdwal maka jawabannya mungkin agak keduaduannya. sy lebih berorientasi deadline. Bila sudah ada deadline atau urusan kerjaan, maka hak hak asasi sy untuk santai sudah dicabut. ngak ada kejutan dan ngak ada acara dadakan. namun bila tidak ada ‘prioritas’ yg penting, jalan jalan waktu jam kerja dengan hp mati pun bisa sy lakukan
namun secara garis besar, sy orang yg santai, Senang bikin acara saat ada keinginan. 🙂
Uwiuw,
Pekerjaan saya memang membuat day to day selalu terjadual…bahkan kadang sampai tidur dikantor, Sabtupun masuk kantor. Namun pekerjaan ini sesuai dengan sifat saya, yang sejak kecil memang terbiasa disiplin. Namun agar tak jenuh, kadang pas istirahat saya ngajak makan diluar kantor, kadang dengan teman-teman, dengan anak buah….dan setahun sekali ada piknik keluarga dilingkungan unit kerja…(tetap direncanakan kan?). Tanpa rencana, akan amburadul.
Setelah pensiun, seharusnya lebih santai, namun kenyataannya banyak kegiatan sosial yang juga harus dijadual, kalau tidak bisa keteteran. Sekarangpun kalau ada acara keluarga, seminggu sebelumnya harus dipastikan dulu, agar semua anggota keluarga bisa ikut berperan dan hadir….
mungkinkah spontannya seseorang itu menunjukkan watak aslinya?… hmm.. sometimes i think
Pimbem,
Mungkin memang sesuai pembawaan, kedua anak saya gabungan antara ayahnya dan saya….
Yang kecil akan langsung stres kalau diajak ke acara dadakan, namun si sulung hayoo aja asalkan badannya lagi enak, atau mood nya lagi baik.
Semakin berumur saya juga makin menyesuaikan diri, tak seketat dulu….lebih bisa menikmati hal-hal yang dulu saya anggap membuang waktu…
Saya orangnya tidak terlalu spontan. Setiap kegiatan biasanya selalu ada perencanaan, meskipun perencanaannya tidak terlalu matang. Mungkin karena saya memang terlalu memakai otak kiri dalam melakukan segala sesuatu.
Tapi pernah dulu (3 tahun lalu) ada spontanitas sedikit gila yang pernah saya dan teman-teman lakukan.
Habis pulang kantor, saya tiba-tiba nyeletuk sama teman : “kayaknya enak kalau naik gunung nih”. Gayung bersambut. Tanpa perencanaan, tanpa pulang, tanpa ganti baju, masih pake baju kerjaan, tas kantor masih ditenteng. Kami langsung tancap gas naik ke Gunung Gede sore hari (hari jumat). Mendaki hanya pake sendal jepit dan kemeja kantor.
Sampe di puncak gunung tengah malam. Istirahat sebentar dan menjelang subuh kami berempat turun gunung dengan kemeja kantor kotor dan sobek-sobek kena semak belukar.
Hehehehe… kalau ingat pengalaman spontan itu kami selalu tertawa sendiri.
Goldfriend,
Saya dikenal sebagai orang yang disiplin, baik dalam pekerjaan maupun lingkungan keluarga. Namun suatu ketiga saya mendapat saran dari psikolog agar saya mengubah sifat (walau tak bisa sepenuhnya), untuk lebih memperhatikan juga kegiatan sosial, agar selain tak terlalu stres saya juga lebih bisa memahami orang lain, terutama anak buah saya. Saya mencoba berubah, dan hasilnya memang lebih baik.
Kadang-kadang saya bersikap spontan…namun belum segila Fertob, sampai mendadak naik gunung…dan bagi anak buah yang belum mengenal saya dengan baik, akan terkejut. Sekarang, diantara kegiatan, saya mencoba jalan-jalan, melihat lingkungan…memang selama ini karena terkait bidang kerjaan, saya suka melihat perkembangan perekonomian di daerah, saya masuk ke pasar di Banda Aceh, di Bukittinggi, di Wamena, di Jayapura…mengobrol dengan pedagang kecil, menanyakan kehidupannya dll. Sayangnya dulu belum zaman blog ya….dan saya dulu ga pede untuk menulis, kecuali tulisan yang serius..hehehe
Saya kenal dengan orang yang serba teratur dan ter-planning tiap waktu bahkan beliau selalu memiliki plan A, B, hingga C. Rencana liburan hingga dua tahun ke depan sudah ada dalam list sejak tahun ini. Mungkin kalau PDA-nya hilang atau tertinggal beliau agak kelimpungan juga. Ada yang menyebutnya list freak tapi saya menyebutnya list master 🙂
Kalau saya sendiri masih balance, ada hal-hal penting yang saya rencanakan dan komit saya lakukan sesuai rencana tapi ada juga yang spontan misalnya jalan-jalan ke luar kota mendadak. Lebih-lebih waktu masih kuliah dulu. Rasanya asyik dan seru, sampai sekarang saya masih suka “kagum” dengan spontanitas saya sendiri hehehe…
Yoga,
Dulunya saya seperti ceritamu itu, semua terjadual…begitu juga anak bungsuku. Bahkan dia mencatat target harian, yang sering disembunyikan, karena suka diketawakan pacarnya…lha target hariannya jarang tercapai 100%.
Sekarang saya mulai menikmati hidup, ada target yang jika merupakan komitmen dengan orang lain harus saya taati…namun ada juga target pribadi yang kalau tak tercapai saya masih bisa tersenyum. Setiap target saya punya plan A, B, c….sampai ke worse case scenario…sehingga kalau tak tercapai tak berakibat fatal…..biar spontan tetap aja berhitung ya….
terima kasih banget tipsnya, bu, ini sangat berharga buat saya, yang tdk pernah terbiasa hidup dg jadwal yang ketat. semuanya serba spontan, hehehehe 🙂 apalagi ketika pekerjaan, sebenarnya juga bukan pekerjaan yang berkaitan dengan tugas2 sekolah, sedang dalam puncaknya, seringkali perlu selingan dg melakukan hal2 yang bersifat spontan. improvisasi, kata orang begitu, utk menghindari kejenuhan.
Pak Sawali,
Saya malah kebalikannya….jadi harus lebih banyak spontan nih….biar tak pusing….
Bunda, ala bisa karena biasa …. jadi kalau kita biasa berkata baik maka spontanitas kita adalah yang baik. Dalam hal apapun … maka biasakanlah berbuat baik.
Rindu,
Yup…sepakat, harus selalu berpikir dan bersikap positif….
Lah lah…kalo sayah koq banyak spontannya yah…
Aki Herry,
Orang spontan biasanya lebih periang….hehehe
Wah jadi intropeksi nih …soalnya banyak spontannya daripada Proaktifnya.
FAD,
Betulkah? Hmm sebaiknya seimbang….saya juga masih merasa kurang menyeimbangkan, lebih banyak terjadual nya.
Kalau prinsip saya adalah flexibly rigid atau rigidly flexible huehehe…..
Maksudnya begini kita harus bisa kaku ataupun fleksibel dalam perencanaan. “Kaku” dalam arti kata kita harus bisa mendisiplinkan diri untuk tetap ikut dengan skedul yang kita buat. Dan fleksibilitas kita juga diperlukan agar kita dapat selalu mencari alternatif yang lebih baik terutama jikalau ada kepentingan mendesak yang lebih penting tiba2 muncul.
Menurut saya spontanitas tidak perlu dipersoalkan asalkan spontanitas tersebut tidak mengganggu master planning yang telah ditetapkan ataupun spontanitas tersebut juga dapat membawa perubahan yang positif (Menurut saya rekreasi spontan untuk mengusir kejenuhan terkadang juga perlu agar performansi kita dalam bekerja tidak menurun…..) 😀
Kang Yari,
Berarti sikap kang Yari masih mirip saya, lebih pada aturan pokoknya dulu…hal ini beda yang memang dari sono nya berpembawaan spontan. Btw, saya sekedar survei, dan mau menilai apa feeling saya benar…hehehe…ternyata tulisan teman-teman di blog sesuai pembawaannya, apakah lebih cenderung bersikap serius dan lebih banyak menggunakan otak kiri…atau otak kanan. Sampai saat ini “agak sesuai”…..berarti sebetulnya dari tulisan di Blog kita bisa mulai menilai bagaimana sifat penulisnya…..its interesting.
hm.. memadukan spontan dan terjadual ini yang kadang ribet.. 🙂
untuk urusan kerjaan saya memilih bersikap terjadual, karena ada kewajiban disana. tapi di luar itu, saya lebih suka bersikap spontan. misal, jadualnya tidur malam trus tiba2 liat di tivi ada jadual sepakbola yg seru dini hari nanti yaa saya nonton aja begadang, tp tetap bangun pagi untuk ngantor, hehe..
lebih enak fleksibel sih kalo untuk diri sendiri.
Sikap spontan yang positif? tips yang oke banget Bu. 🙂
Yu2n yoenday,
Sepakat….saya cenderung terjadual, sehingga suka pusing jika jadualnya menjadi agak kacau….jadi saya harus lebih bisa menikmati…apalagi hidup di Jakarta, kalau janji dengan orang, sehari minimal dua acara, karena selain macet rutin, juga musim demo.
Ya, sesekali kita memang mesti bisa cepat mengambil tindakan dalam suatu keadaan tertentu. Agar bisa tanggap dalam keadaan yang membutuhkan reaksi segera.
Daniel Mahendra,
Betul…mesti pandai menyesuaikan…kapan waktunya bersikap santai dan kapan kita teratur pada jadual….
terima kasih atas masukannya, sangat berguna sekali dalam menjalani hidup, saya sendiri termasuk orang yang bersikap spontan. dulu waktu masih sekolah dasar memakai suatu sistem yang terprogram yang diajarkan oleh sekolah saya secara tidak langsung, namun akibatnya saya sering stress, diusia yang relatif sangat mudah, masuk SMP saya mengubah semua itu, dengan spontanitas yanganda maksud, sampai sekarang
Kiki,
Memang kita harus punya jadual untuk hal-hal pokok…diantara waktu itu baru bisa bersikap spontan, segingga tugas tetap dapat terlaksana dengan baik.
Ini mudah diomongkan, tapi sulit pada prakteknya, tapi tetap perlu di coba.
Spontan dalam mengambil keputusan ya tidak baik juga Bu. tetapi untuk jaman sekarang, rencana yang terlalu lama dipersiapkan tanpa berani mengambil eksekusi dengan sigap dan tangkas jauh lebih bahaya.
Apalagi bila kita sebagai pemimpin. Ragu-ragu nanti dikira dungu.
😀
Mas Kopdang,
Spontan diperlukan agar tak jenuh dalam pekerjaan, terutama jika pekerjaan kita sangat ketat dalam waktu. Tentu saja spontanitas ini ada ukurannya sehingga tak mengacaukan kegiatan tugas pekerjaan.
Sebagai pemimpin memang harus berani ambil risiko, dan untuk ini biasanya pemimpin telah mempunyai staf ahli yang akan menganalisis secara akurat pro’s dan con’s nya sebelum keputusan diambil (tentu saja Pemimpin itu sendiri harus cross check atas analisis anak buahnya). Tak berani memutus artinya juga merupakan keputusan, dan bisa jadi risikonya makin besar.
setuju , postingan bunda emang bener2 mantap
Realylife,
Yang penting semuanya harus seimbang….
Hidup memang serba spontan. uhui…
Edi Psw,
Serba spontan atau kita dipaksa spontan karena banyak kejutannya?
mengelola spontanitas, ini seni tersendiri bu.. 🙂
Yainal,
Yup….setuju
Nana tergantung mood bu… 😀 ah tapi itu juga ndak baik ya bu. hehehe
Biyung Nana,
Jika tergantung mood, umumnya pemiliknya berjiwa seni
buat saya ada beberapa hal yang harus direncanakan, tapi ga kalah banyaknya hal yang memang harus dilakukan dengan spontan dan dengan modal kepercayaan, karena kalau cuma berhenti di rencana tidak akan jadi hasil apa apa…
spontan itu perlu karena ga selamanya waktu mau menunggu
Natazya,
Hidup yang selalu terencana juga akan berkurang keindahannya…kadang memerlukan kejutan yang menyenangkan, atau melakukan hal-hal menyenangkan bersama teman.
Dulu, sewaktu masih kerja, aku paling sering disuruh-suruh sama boss dinas Luar kota/negri mendadak. Yg penting ada paspor dan parfum di tas.
Sekarang pun sama juga. Pernah suatu kali aku berada di Paris. Iseng-iseng lihat internet ada tiket murah ke Indonesia 500€ tapi harus berangkat esok harinya. Langsung deh aku beli dan tinggal di kampung selama 1 bulan. karena anakku WNA (waktu itu WNA tanpa Visa). Yang di Indonesia pada kebingungan dikirain lagi minggat, soalnya ngak bawa pakaian.
Begitu pula jika ada matahari, langsung deh pergi ke taman/danau, ngumbar anak-anak.
Juliach,
Wahh benar-benar tipe spontan…tapi menyenangkan ya? Saya belum sampai seberani itu….