Pada umumnya setelah menikah, kedua pasangan akan segera keluar dari rumah orangtua, dan mulai hidup terpisah. Hal ini sangat bermanfaat agar semakin mengenal karakter masing-masing. Namun saat si sulung menikah pada pertengahan Februari 2008, karena satu dan lain hal, dia belum bisa hidup serumah dengan pasangannya, karena sang isteri lima hari kemudian langsung terbang lagi ke negara paman Sam untuk melanjutkan kuliahnya sambil bekerja. Si sulung masih terikat kontrak kerja di Jakarta.
Tak terasa telah 6 (enam) bulan berlalu, dan setelah mengalami berbagai kerepotan mengurus visa ke Amerika, maka pada hari Kamis yang lalu, petugas menjelaskan bahwa paspornya (berikut visa) bisa diambil akhir Juli 2008, dan jika tak ada aral melintang, maka si sulung akan segera menyusul isterinya pada akhir Agustus. Hari-hari itu semakin dekat, dan akan tak terdengar lagi celetukan atau teriakan dia kalau lagi manja dan minta dibikinkan si mbak sesuatu. Atau tahu-tahu ada yang menggoncang tempat tidur, karena si sulung sering ikut bergulung di tempat tidur bersama ayah ibu. Kepergian si sulung kali ini berbeda dengan kepergian dia saat melanjutkan kuliah di Brisbane, karena saat itu setelah menyelesaikan jangka waktu tertentu, dia akan segera kembali ke Indonesia. Sedangkan kepergian si sulung kali ini, bisa saja untuk waktu dekat menunggu isterinya selesai kuliah, atau mungkin juga dapat berjangka panjang jika kontrak isterinya diperpanjang dan atau si sulung bisa mendapatkan beasiswa atau pekerjaan disana.
Selama ini saya dekat sekali dengan si sulung, tanpa terasa saya dipengaruhi juga oleh kebiasaannya, terutama dalam membaca dan menonton film. Jika selama ini saya hanya memperhatikan jalan cerita dan akting dari bintang filmnya, si sulung menganalisis dari berbagai sisi, bahkan dari hal-hal yang awalnya kurang saya pahami. Minat dia juga pada berbagai hal, dari mulai bidang hukum, sastra, politik, film, filsafat dan lain-lain. Dan mau tak mau saya dipaksa untuk ikut memahami, karena di rumah menjadi sparring partner yang tak kenal lelah. Kepergian dia akan terasa sekali, namun kali ini dia memang harus pergi agar kehidupan rumah tangganya berjalan lancar. Yahh, sudah waktunya si sulung membuat sarang sendiri, dan mulai merasakan pengalaman berkeluarga yang sesungguhnya.
Ada hal-hal yang harus tetap mendapat perhatian dalam membangun keluarga yang kokoh, antara lain:
…bangunlah komunikasi yang positif…
…saling menerima kekurangan, saling percaya, saling menghormati…
…setiap keputusan hendaknya buah kesepakatan kalian berdua, dan masing-masing pihak harus merasa bahagia….
…tetap hormati privacy masing-masing, dan tetap mempunyai room untuk melakukan hobi yang disenangi, yang kemungkinan minat dan hobi kalian berbeda…
…jangan pernah menyerah jika ada kesulitan dan cobaan, karena selalu ada hikmah dibaliknya….
Cinta kasih adalah tidak menuntut, namun harus saling memberi dan membahagiakan. Semoga kalian bisa menjalin hubungan komunikasi yang positif, dan langgeng. Amien.
amiinn bu
jadi mitos bahwa anak cowo dekat dengan ibunya adalah benar ya bu, saya juga dekat dengan ibu saya meski sekarang agak berjarak karena kami sama-sama pengen deket dengan orang ketiga (anak saya, cucu beliau) 😀
Iway,
sebetulnya saya dekat dengan keduanya….hanya karena si bungsu masih meneruskan kuliah S2 si Bandung, hari-hari saya ditemani si sulung. Dan bagi ibu, anaknya kan tetap anak, masih dipeluk dan dicium….
cinta kasih juga saling melengkapi ya bu…??
My,
Betul…cinta kasih yang memberi dan bukan menuntut…..
waaa….
saya masih harus banyak belajar
mumpung blum menikah 🙂
Sigit,
Betul….belajarlah sepuasnya….
Ya bu memang begitulah kebanyak anak lelaki lebih dekat dengan ibunya begitu juga sebaliknya,
katanya, anak tidak pernah dewasa dimata orang tuanya .( dalam artian positif ).
Asmar Aziz,
Kata ayahnya..”Saya tak mungkin bersaing dengan ibunya, lha sembilan bulan dalam perut ibu…”
makasih tante enny atas wejangannya, hal ini sangat bermanfaat untuk saya, sekarang dan untuk kemudian hari. Kondisi ini persis ynag saya alami sekarang, setelah menikah 4 hari istri saya tinggal dijakarta, ini merupakan latihan bagi kami pasangan muda, untuk bisa saling percaya, saling asah asih asuh walaupun jarak memisahkan kami ribuan kilometer.
Saya tidak akan bosan membaca pengalaman2 tante, mohon kiraya bisa berbagi dengan kami agar saya bisa mengambil manfaat daripadanya.
Resi Bismo,
Sama-sama, saya juga bersyukur jika ternyata tulisanku ada manfaatnya bagi orang lain….
semoga…….
ibuku yang penyayang,
ini anakmu yang lain, yang lahir bukan dari rahimmu
aku, anakmu yang lahir di komunitas wordpress
ajarkan aku mencintai tanpa syarat
ILYAS ASIA,
Semoga kita bisa mencintai tanpa syarat…..dan yang penting adalah saling percaya.
Ibu yang sabar ya… saya jadi terharu membaca nasehat-nasehat indah itu.
Yoga,
Iya Yoga dan itu memang sudah waktunya, mudah2an mereka berbahagia dan dapat berkomunikasi yang baik.
Oh ya, sudah lama Ibu “menghilang” apakah si mbak belum pulang Bu?
Yoga,
Si mbak sudah balik, dia cuma dua hari kok. Menghilang lama karena banyak kerjaan, urusan, juga mesti mengurus reference bank untuk mendukung permohonan visa ke kedutaan AS.
ibu
aku yakin kau teramat kuat
aku yakin kau teramat bijak
salam dari ananda
salam semangat 🙂
achoey sang khilaf,
Makasih…..salam kembali
Kebetulan saya juga baru mengarungi bahtera rumah tangga selama 7 bulan, terima kasih tips-nya mak Enny karena selama ini sepertinya saya terlalu banyak menuntut deh. Semoga saya bisa mengarungi bahtera RT sampai akhir hayat “till death do us part”.
Yulism,
Ini juga karena pengalamanku selama ini, juga berdasar pengalaman teman-teman. Saya bersyukur mempunyai ibu kost yang banyak berbagi tip-tip rumah tangga, dan ternyata memang benar. Kita tak boleh menuntut, karena masing-masing pihak harus merasa bahagia dan tidak tertekan.
semoga cepet dapat cucu.
ubadbmarko,
Amien….kayaknya ini tergantung keputusan mereka….
Memang semua butuh pengorbantan,
saling pengertian,
toh akhinya berujung pada kebahagiaan.
Sukses dan salam kenal
Sumintar,
Salam kenal juga, makasih telah berkunjung
Pertama kalinya pasti ada perasaan berat ditinggalkan anak ketika akan menempuh pengalaman berkeluarga yang sesungguhnya. Kiranya begitu pula deh yang dirasakan anak, berat rasanya meninggalkan orang tuanya. Itu juga yang pertama kali saya rasakan ketika memutuskan hidup mandiri tidak lagi tinggal bersama ortu.
Mufti AM,
Masa itu memang harus dilalui……dan sebetulnya saya bisa sering ke Bandung menengok si bungsu kalau di Jakarta tak ada kegiatan
kalau ndak salah, si sulung itu mas narpati, yak bu? *sok tahu* betapa rumitnya mengurus visa, ya, bu, sekadar untuk bisa bertemu dengan sang istri saja mesti harus menempuh birokrasi yang berbelit-belit. semoga saja perjalanan mas narpati lancar dan selamat hingga ke amrik dan bisa bertemu dengan sang istri. btw, tipsnya bagus sekali, bu. agaknya prinsip demokrasi dalam kehidupan rumah tangga perlu dibangun sejak awal ketika pasutri sudah bertekad utk membangun mahligai rumah tangga.
Pak Sawali,
Betul pak….memang Narpati yang mau berangkat ke AS. Kalau si bungsu lagi sibuk penelitian untuk mendapatkan S2 di Bandung.
Mengurus Visa khususnya ke kedutaan AS memang perlu sabar dan mental kuat, wajar karena AS merupakan negara tujuan orang berimigrasi. Sempat disuruh balik lagi untuk menambah dokumen agar staf kedutaan lebih yakin.
wahhh jujur nih bunda saya baru tau perasan seorang ibu bagaimana klo ditinggal anak tercintanya walaupun itu cuman memisahkan jarak aja
semua ada hikma nya tuh bunda
sukses buat bunda
smangat2222
Gelandangan,
Biasanya kan orangtua yang mendengar curhat anaknya, sesekali ibu menulis sehingga si anak tahu seperti apa perasaan ibu, sehingga diperoleh komunikasi yang baik.
masih ada saya Bunda … peganglah tangan saya jika kangen si sulung, karena saya juga si sulung dan si bungsu juga [tunggal maksudnya] 🙂
Rindu,
Nanti papamu akan terasa sekali jika Rindu sudah waktunya meninggalkan rumah….
Ahh.. akhirnya ‘moment’ itu datang juga ya bu. Saya (sebagai anak) sudah merasakannya belasan tahun yang lalu saat harus ‘berpisah’ dengan ibunda tercinta. Salah satu episode kehidupan yang harus kita lewati. Dan saya yakin ibu dan mas-nya bisa melewatinya dengan baik.
Inos,
Betul…pada akhirnya kembali hanya berdua, seperti saat mulai menikah dulu…..
gue males nikah
monsterikan,
memang belum waktunya kan?
Moga sukses slalu si sulung nya bu……..
mereka pasti akan kembali lagi……
Alex,
Memang sudah waktunya mereka membuat sarang sendiri….
setuju, meskipun kadang prakteknya masih sangat sulit!
Peyek,
betul…..tapi harus diusahakan….
saya ikutan sedih bu,….. suatu hari nanti pasti saya juga ditinggal anak2 saya ya bu,…
Tini,
Masa itu pasti tiba…nanti akan terbiasa….apalagi juga sama-sama disibukkan oleh pekerjaan
Apapun jalan yang ditempuh saya percaya pasti ada kelebihan dan kekurangannya masing2. Yang penting kita doakan saja agar mereka dapat selalu memanfaatkan segala kelebihan dari moment tersebut sebaik2nya dan semaksimal mungkin agar dapat menjadi bekal kebahagiannya (kebahagiaan dalam arti kata yang luas) kelak. Amin. 🙂
Kang Yari,
Betul kang, orangtua hanya bisa mendoakan…..
Semoga pilihannya mendapat ridho dari Allah swt. Amien
kala muda mungkin hal itu sudah dianggap biasa, tapi bila kita sudah memiliki momongan yang sudah beranjak dewasa, kebanyakan orang menganggap kita lebih perlu untuk memberikan perhatian pada keluarga, bagaimanapun keluarga yang kumpul lebih dapat menjamin terciptanya kelanggengan keluarga dimana masing-masing bisa saling mertukar pikiran dan berkeluh kesah. Jangan lupa, selain kasih-sayang Bakat dasar manusia adalah minta perhatian, terutama dari mereka yang mereka sayangi.
Ty,
Hmm…..sebetulnya dasar berkeluarga memang harus saling percaya, saling menghargai dan saling menghormati. Dan sebagai orangtua, harus berani melepas anaknya untuk mengarungi kehidupan, disertai doa…
Bisa dibilang saya sudah terbiasa tinggal berjauhan dengan orangtua, bahkan sejak lulus SD, hingga sekarang. Seiring perkembangan teknologi, jarak sekarang semakin nggak berasa kok Bu. Kan bisa telfon, sms, e-mail ataupun chat. Memang beda kalo dibanding ketemu langsung, tapi setidaknya sudah lebih terfasilitasi. Yang penting kualitas hubungan itu sendiri. In my case, justru jarak yang berjauhan itu yang membuat setiap pertemuan jadi lebih bermakna dan ingin dimanfaatkan sebaik-baiknya.
Emyou,
Betul…saya ingat saat pertama kalinya mau berangkat ke Bogor, ibu melepasku sambil menangis. Bagi anaknya tak berat, karena saya bermimpi untuk mendapat kehidupan yang lebih baik, tapi ibu tetap kawatir kalau anaknya ada apa-apa. Bagi besan saya, semakin cepat anak saya berangkat, semakin baik, karena beliau menjadi tenang karena anaknya ada yang menemani.
Hangat sekali hubungan Ibu dengan si Sulung. Aku iri bukan kepalang…
Daniel Mahendra,
Saya juga dekat sekali dengan menantuku, Saat si sulung masih di Aussie, menantuku (saat itu masih pacar anakku), sering menemani tidur di rumah, menemani jalan-jalan, mengobrol dsb nya. Sebetulnya saya bahagia akhirnya anakku memilih isterinya sekarang, yang telah kami kenal baik, dan orangtua yakin bahwa merka akan baik-baik saja.
pergi untuk kebahagiaannya. tapi tetap ada semacam rasa kehilangan ya Ibu ?
Robert Manurung,
Awalnya pasti terasa berbeda, tapi nanti juga terbiasa, karena masih ada si bungsu yang memerlukan perhatian.
Wah, itu tips yang bisa dilakukan untuk membina keluarga yang sakinah, mawaddah, warahmah.
Edi psw,
semoga begitu pak….
senangnya bila kita sekeluarga bisa bahagia semuanya….saya akan berusaha menjadi anak yang baik
Dhany,
Anak yang baik akan membanggakan hati orangtuanya….dan jika berbuat salah, jangan ragu untuk memohon maaf pada ayah ibu, karena bagi orangtua kasih sayang pada anak tak hilang karena hanya ada kesalahan.
comment balik ya buk di dhanyblacksweet.wordpress.com
thanks be4
salut punya ibu kaya bu edratna 🙂
Arul,
Thanks….ibundamu pasti juga ibu yang membanggakan, karena mempunyai putra yang baik seperti Arul.
AMIEN…
nambahpengenpunyakeluargadananaktentunya!!!
ups.. nikah dulu heuheuhe
salam buat sulungnya bu… GOOD LUCK THERE! 😉
Natazya,
Nanti salamnya saya sampaikan…..
Selamat berbahagia untuk Si Sulung, selamat menjalani the real life of marriage …
Untuk Mbak Edratna, saya yakin tidak akan kesepian sepeninggal Si Sulung. Kan tinggal buka blog, dan akan banyak sekali pembaca yang menemani Mbak Edratna. Lagipula, jarak Jakarta – Bandung kan cuma dua jam, untuk berkumpul dengan Bapak dan Si Bungsu. Ikut berbahagia, Mbak sudah menghantarkan putra dengan sukses hingga ke jenjang kemandirian.
Tutinonka,
Betul mbak, ada blog yang akan menemani….jika tulisannya ada tiap hari berarti lagi nganggur, bete, sehingga obat satu-satunya menulis di blog…dan tulisannya makin remeh temeh…hehehe, maklum kalau serius butuh waktu…
Si bungsu juga sudah bilang…”Cihuy…ibu akan sering ke Bandung. Asyiiiik….”
Kangen ibu di rumah… 🙂
Ardianto,
kalau kangen sering main kesini…..
pengeeen pulaaang .. hiks
Mantan kyai,
Waduhh…kok tulisanku membuat pada pengin pulang ya….?
bakalan kangen banget tu, bu..
moga sukses buat putranya ya 🙂
Wennyaulia,
Makasih doanya…
Kangen pasti, tapi ada sms, skypee (telepon via internet) yang murah meriah, email, YM dsb nya….
Jika masih kangen juga, nanti tinggal mencurahkan perasaan melalui blog….lho kok jadi blog curhat ya…?
Perpisahan dengan orang yang kita cintai memang menyedihkan, apapun alasan yang melandasinya. Tapi dengan fikiran yang terbuka tentunya kesedihan dan rasa kehilangan itu akan pupus seiring waktu.
Rafki RS,
Saya berharap bisa mengatasinya, karena sebetulnya selama ini juga sering berpisah dengan si sulung, dia pernah 2 tahun di Yogya, 3 semester di Brisbane dsb nya…apalagi sekarang akan bersama isterinya…
Saya juga sulung yang sekarang pisah dengan ibu, sejak 9 bulan lalu. Menikah 8 tahun yang lalu, walaupun tidak serumah tapi masih sekota, jadi masih sering ketemu. Dan sekarang menjadi jarang ketemu, karena mutasi tugas.
Sapimoto,
Mungkin perasaan ibumu seperti saya ya….
se7 sama alinea terakhir 🙂
Elys Welt,
Thanks….
Beberapa tahun lagi, mungkin saya akan mengalami episode hidup seperti yang ibu alami.
Hiks… kok jadi berkaca-kaca? *langsung peluk anak sulung*
Ratna,
Ahh…kok jadi ikutan sentimentil…..
Waa..gimana ekspresi si sulung membaca curahan hati ibunya? Saya yg baca aja terharu, Bu, hehe, dasar melow
Waktu nunggu Visa u nyusul suami ke Austria juga makan waktu 6 bulan, Bu. Mengurusnya juga butuh kesabaran dan biaya ekstra. Ga Eropa, ga Amerika, ternyata sama 😛
Dilla,
Biasa si sulung tambah manja…padahal ntar disana juga manja sama isterinya…..
Perpisahan (untuk sementara) itu mengharukan, ya, Bu. Tapi, katanya, perpisahan antara pihak yang saling mencintai itu akan memperkokoh jalinan kasih sayang di antara keduanya 🙂
Btw, akan saya ingat2 betul 5 poin untuk membangun keluarga yang kokoh itu. Luar biasa.
Jackstar Harry,
Iya, padahal nanti akan menjadi terbiasa ……
Semoga memang ingat terus, supaya bisa saling membahagiakan
No comment…sedih, terharu, suatu saat nanti saya pasti akan merasakan hal yang sekarang ibu rasakan…
Wulan,
Di satu sisi tugas saya sebagai ibu sudah membuahkan hasil, dan tinggal si bungsu yang kelihatannya masih asyik mengejar mimpinya (dan memang masih muda)….
Ada yg lagi melow niy ;p
Poppy,
Biar bandel, anak itu ngangeni…dan menyenangkan karena perhatiannya.
Selamat untuk Ibu yg telah berhasil menghantarkan putra sulung Ibu dalam membina rumah tangga. Saya sempat 2 tahun sendirian terpisah dari istri, meski diseling pulang sebentar (3 bulan) wuih rasanya berat sekali … Bagaimanapun keluarga inti yg utuh dalam arti tinggal bersama sangat diperlukan ya Bu …
Oemar Bakrie,
Betul pak, betapapun mereka harus bersatu biar saling mengenal dalam arti sebenarnya…..terutama dalam komunikasi antara suami isteri.
Ibu Edratna, sudah lama tidak mengunjungi blog Ibu .. dan barusan saya baca banyak sekali … apa kabar Bu ? … Mudah2an Ibu masih ingat saya, kita ketemu di Pesta Blogger 2007 tahun lalu.
Selamat untuk untuk Ibu dan Narpati … selamat untuk Ibu yang telah mengantar sang anak emelsat bak busur panah seperti kata Khalil Gibran, dan selamat terbang dan melesat tinggi dan jauh untuk Narpati …
Oh ya, Narpati kan adik kelas saya di Fakultas Ilmu Komputer UI kan Bu ?
Salam dari kami sekeluarga.
RIRI SATRIA,
Iya, saya juga lama tak sempat menengok blog bapak, mudah2an bapak telah sehat walafiat kembali setelah operasi.
Narpati angkatan 2002 di Fak Ilmu Komputer, adik kelasnya bapak, kita sempat ketemu di pesta blogger 2007. Saat itu sempat foto bersama bareng Ilman (sekarang ketua BEM Fasilkom UI). Salam juga buat ibu dan putra putrinya pak…
Jadi pengen cepet nikah:)
Kangen juga dengan ibu di rumah, berhubung sejak SMA saya sudah meninggalkan rumah….