Akhirnya hari-hari itu tiba juga. Hari Rabu tanggal 27 Agustus 2008 tengah malam, anak sulungku akhirnya berangkat menyusul isterinya di Miami. Tanggal keberangkatan yang di tengah hari kerja sempat membuat agak repot, karena kebetulan semua pas lagi sibuk-sibuknya, menjelang dimulai bulan Ramadhan pada awal September 2008. Kegiatan saya terpaksa di tunda sementara, apa boleh buat, semua adalah demi saya lebih bisa ketemu anak pada saat-saat terakhir, apalagi dia juga masih bekerja sampai dengan tanggal 25 Agustus 2008. Mengapa? Karena kalau dia kembali lagi, situasi akan berbeda, mungkin nanti dia pulang telah membawa cucu, atau mungkin pula krasan disana dan mendapatkan felowships yang diinginkannya, sehingga ada kemungkinkan bertahun-tahun kemudian baru bisa pulang.
Ayahnya ada acara seminar yang tak bisa ditunda di Bandung, hanya dapat ijin meninggalkan tempat dari Bandung jam 15.00 wib, sehingga dari Bandung langsung menuju bandara. Maklum lalu lintas di Jakarta tak bisa diperkirakan apalagi sepulang dari kantor, jalan Tol Semanggi ke arah Grogol selalu macet. Adiknya yang telah disarankan agar datang ke Jakarta hari Sabtu/Minggu, agar sempat ketemu mas, dan pulang lagi ke Bandung, ingin mengantar kakaknya ke bandara, karena setelah di cek jadualnya hari Rabu tanggal 27 Agustus 2008 kosong, hanya Kamis pagi ada praktikum. Semula rencananya setelah mengantar kakaknya berangkat di Bandara Sukarno Hatta, si bungsu dan ayahnya langsung kembali ke Bandung. Ternyata hari Rabu dosennya mengirim sms, karena beliau kurang enak badan, si bungsu diminta untuk menggantikan mengajar hari Rabu jam 4 sore. Apaboleh buat, akhirnya si bungsu yang sepulang kuliah, hari Selasa malam naik Xtrans tujuan Fatmawati Jakarta, dan sampai Jakarta jam 23.00 wib lewat sedikit, paginya balik lagi ke Bandung naik Citi Trans agar bisa memberikan asistensi pada sore harinya.
Di sela-sela kesibukan membereskan dan mengingatkan barang-barang apa yang akan di bawa si sulung, saya juga sibuk menyiapkan bahan mengajar, karena hari Minggu pagi sudah berangkat mengajar di Surabaya selama seminggu dan kemungkinan diperpanjang sampai dua minggu. Entah kenapa, kesibukan di LPPI juga meningkat, selain di kampusnya sendiri jadual sangat penuh, juga banyak sekali kegiatan mengajar secara paralel di beberapa kota lain, seperti di Palembang, Medan dan Surabaya.
Koper telah siap di pak, si sulung hanya membawa satu bagasi dan ransel untuk ditenteng. Tak lupa dia membawa buku agar pada saat transit di Changi dan Chicago O Hare, bisa membaca sambil menikmati kopi di Starbucks. Saya kembali membaca jadual keberangkatan, jadual transit, agar bisa mengingatkan si sulung agar tak ketiduran dan ketinggalan pesawat saat transit. Masa depan kehidupan baru telah menanti bagi anak sulungku, dia akan hidup mandiri dengan isterinya. Pesan meluncur dari ayah ibu, dan ayah ibu mertua, agar si sulung bisa hidup bahagia bersama isterinya, Terasa berat di hati, tapi semua untuk kebahagiaan anakku. Selamat menempuh kehidupan yang nyata dalam berumah tangga anakku, semoga Allah swt senantiasa melindungi rumah tangga kalian.
Karena si sulung mudah tertidur, saya dan isterinya berbagi tugas untuk selalu mengingatkan, karena akan transit di bandara Changi sekitar 4 (empat) jam dari jam 2.20 s/d 6.40 waktu Singapura, kemudian dilanjutkan ke Hongkong, terus Chicago (disini ada waktu sekitar 5 jam ) dari jam 2.20 am s/d 7.35 am. Rencananya saya mau on line semalaman, ternyata fisik nggak kuat. Setelah merasa badan mau melayang, dan besok paginya mesti buat case study untuk bahan mengajar di Surabaya, dengan berat hari saya harus memaksakan diri tidur dan hanya menyetel alarm setiap satu jam sekali. Jadi di tengah tidur alarm berbunyi, terus telepon…dan si sulung menjawab, “masih bangun bu”…begitu seterusnya sampai yang terakhir dia menjawab kalau sudah ada di Gate pemberangkatan pesawat ke Hongkong. Ternyata si sulung sempat mengirim email saat di bandara Changi, menceritakan kalau sempat teridur dan dibangunkan oleh penjaga lengkap dengan todongan senapan, dan diperiksa pasportnya.
Ini sebagian dari emailnya….
Aku baru mandi walau harus membayar 8 dolar singapura (100 ribu rupiah = 15 dolar singapura).. Tadi sempat tertidur dan dibangunkan oleh para penjaga lengkap dengan todongan senapan sambil memeriksa pasportku. Seram2 disini euy penjaga2 nya…..kayak tentara atau brimob begitu…
Jadi, karena dibangunkan penjaga (walau pakai ditodong senjata), akhirnya si sulung menjadi terbangun. Saya sudah sangat kawatir kalau sampai ketinggalan pesawat di Singapura jika tertidur.
semoga si mas selalu dalam lindungan ridho-Nya, amin
Iway,
Makasih doanya
Ah..mas narpati dah berangkat ya? Selamat berkumpul dengan istri. Moga kehidupan bkeluarga d sana penuh kebahagiaan
Buat Bu Enny, sedih memang memasuki perubahan besar..tp semua akan terbiasa, cm butuh wkt
(halah! Sok bijak bgt blg gini ke ibu yg lbh bpengalaman n wise, hehe)
Dilla,
Betul Dilla, dan ini kesempatan mereka menyesuaikan diri sebagai keluarga baru. Bisa dilihat dipostingannya Narpati serta Lis, dan foto2nya.
syukurlah anak ibu selamat sampai di tujuan dan bisa berkumpul dengan istri.
btw, ibu ada rencana ke Palembang kah?
kalau ada kontak saya ya bu, saya ingin bertemu dengan ibu .
Itik kecil,
Saya juga berharap suatu ketika sampai ke Palembang….
Saya seakan membaca perasaan ibu saya waktu satu per satu anaknya pergi ke luar negeri. Antara sedih, gembira ingin tetap anak-anak di dalam jangkauannya tapi ingin mereka juga maju…. Tinggal giliran saya yang kelak juga akan mengalaminya, harus melepas anak-anak saya.
Its a circle of life.
Ikkyu_san,
Betul…pada akhirnya anak-anak akan dewasa, keluar sarang dan membangun sarangnya sendiri. Orangtua hanya bisa mendoakan untuk kebahagiaannya mereka.
Hehe, ceritanya lucu. Seperti mama mertua kalo saya dan suami sedang dalam perjalanan. Sedikit-sedikit telepon hanya untuk menanyakan sudah sampai mana dan mengingatkan ini itu.
Sempat kegelian juga. Karena di rumah saya, jarang ada perhatian sedetail itu. Maklum, keluarga seniman, hehe.
Tapi jadi diingatkan, suatu saat, anak-sulung-saya-yang-masih-3-tahun itu pasti juga harus membuat sarangnya sendiri ya.
*nglamun-nglamun mode on*
Sanggita,
Ternyata sedih juga…tapi juga terharu…semua untuk kebahagiaannya.
pasti berat ya, Bu, berpisah dengan putra tercinta
Utaminingtyazzzz,
Memang berat, tapi semua memang ada waktunya.
Agar tak terlalu memikirkan, harus mencari kesibukan….
Ibu, saya juga akan menjalani hidup yang sama dengan Si Sulung, putra Anda.
Oktober nanti saya akan bermigrasi ke Australia menyusul istri saya.
Doa ibu untuk si Sulung semoga tertular juga bagi saya dan keluarga saya.
Sukses untuk Ibu dan Si Sulungnya Bu, semoga cepetan dapet cucu …
Donny Verdian,
Semoga Donny juga segera menyusul isteri dan mendapat kebahagiaan bersama di sana. Berkarya bisa dilakukan dimana saja….
Orang tua selalu mendoakan, menjaga dan mengingatkan anaknya. Saya bisa membayangkan Bunda pasti resah sebelum si Sulung sampai tujuan dan sekarang pasti sudah tenang setelah si Sulung sampai di tujuan. Selamat menjalankan tugas mulia mengajarkan ilmu bagi tunas bangsa Bunda. Sukses selalu buat Bunda dan keluarga. thanks
Yulism,
Thanks doanya…semoga Yuli juga mendapat kebahagiaan bersama suami….
Hem…kasih ibu memang sepanjang jalan… Semoga kasih si sulung juga demikian ya Tante 🙂 🙂 🙂
Best Regard,
Bintang
http://elindasari.wordpress.com
Elindasari,
Saat memposting tulisan ini, saya ingat alm ibunda. Dulu, saya tak mau jika ibu mengantar ke stasiun kereta api, saat saya harus kembali meneruskan kuliah, karena alm ibu terlihat sedih…dan kesedihan ini menular pada saya. Makanya saat si sulung berangkat, saya harus terlihat gembira, agar tidak memberatkan langkahnya.
Tidur di airport saat transit … ah itu saya banget bunda 🙂
Semoga ALLAH menjaga si sulung ya Bunda, saya berdoa.
Rindu,
Makasih doanya….
Ibu, saya berharap mudah-mudahan dengan kesibukan Ibu yang banyak bisa mengalihkan perasaan sedih “ditinggal” migrasi putra sulung ke Amerika. Jarak memang tak bisa dipungkiri tapi teknologi mampu menyempitkannya. Semoga semua sukses menempuh jalan masing-masing.
Yoga,
Betul….karena memang semua ada waktunya. Saat ini waktunya si sulung membentuk keluarga sendiri, dan berjuang bersama isterinya untuk mendapatkan kualitas hidup yang lebih baik.
semoga si mas selalu dalam lindungan Yang Maha Kuasa,
semoga sukses disana…,
don’t be sad,
start everything up,
amin
Tukang ketik,
Terimakasih doanya…
semoga si mas dan si mbak segera bisa mewujudkan impiannya.. amin.
Inos,
Terimakasih doanya….
kan masih ada yg bungsu, bu
*jadi inget Ibu di rumah
rezco,
Betul….tapi tetap aja merasa ada yang hilang…..
semoga perjalanan mas narpati lancar dan selamat. bu enny. juga untuk bu enny, mudah2an tetap lancar aktivitasnya meskipun sudah memasuki bulan ramadhan. mohon maaf lahir batin, bu jika ada salah2 kata dan komentar di blog ibu. sekalian juga ingin mengabarkan, kiriman mas narpati sudah sampai, bu. terima kasih sekali. yang pasti akan sangat besar manfaatnya buat kemajuan dunia pendidikan di kendal. matur nuwun sanget, bu, telah merepotkan.
Sawali Tuhusetya,
Makasih pak doanya…saya juga mohon maaf lahir batin.
Syukurlah jika kiriman CD nya telah sampai dan dapat bermanfaat, walau katanya ada versi yang lebih baru, tapi udah ga sempat lagi men down load.
Bnr2 ibu yg baik, meski capek tetap terjaga demi mengingatkan sang anak agar tidak ketiduran..
Semoga si mas disana hidupnya bahagia ya Bu, balik ke sini udah bawa momongan 🙂
Pimbem,
Itu memang risiko bagi seorang ibu, dan belum tenang kalau belum mendapat sms udah sampai ditempat tujuan.