Ga usah baca koran dulu bu…..

Sudah lama aku tak melihat tanamanku. Jakarta yang panas membuat tanaman meranggas, biarpun sudah disiram dua kali sehari. Rasanya sedih sekali, melihat Miana yang biasanya tumbuh subur, makin kurus mengerontang. Sudah agak lama aku juga tak melihat tetanggaku, yang biasanya rajin menyapa jika aku lagi merawat tanaman. Tetanggaku yang baik hati, kalem, dan dia sudah beberapa kali menanyakan ke pembantu, aku kemana kok lama tak kelihatan di luar?

Kesibukan akhir-akhir ini membuatku jarang ke luar rumah, sekedar untuk membongkar dan memberi pupuk tanaman di halaman. Ada banyak hal yang mesti dilakukan beberapa minggu ini. Setelah Lebaran undanganpun banyak berdatangan, dari halal bil halal, kondangan manten dan segala macam lainnya. Kadang terasa lelah, dan hanya ingin menikmati tiduran di rumah, tapi sebagai makhluk sosial, menghadiri kondangan memang tak bisa dihindari, apalagi jika dari teman dekat.

Pagi ini saat membuka pagar, aku berpapasan dengan suami tetanggaku. “Apa kabar bu?” sapanya. Terus dia teriak memanggil isterinya. Jadilah kami mengobrol di depan pagar, tanpa ada yang sudah mandi. Obrolan khas tetangga, ngalor ngidul nggak karuwan. Sampai suatu saat, tetanggaku berkata. “Saya udah lama nggak berani baca koran,” katanya. “Hh, kenapa?” jawabku sambil mengerinyit bingung. “Iya, saya dipesan teman-teman, daripada sakit, lebih baik tak baca koran, biar jantung nggak deg2an,” katanya lagi. Akhirnya meluncurlah kata-katanya, ternyata yang dimaksud adalah kekawatiran tentang perkembangan terakhir krisis subprime mortgage di Amerika, yang kemungkinannya akan berakibat sampai ke Indonesia.

Bagaimana sih bu, kan masalahnya di Amerika, kok bisa Indonesia juga kena,” katanya.

Aku mencoba menjelaskannya dengan bahasa sederhana. Jadi, rupanya ibu tetanggaku terkena juga, karena memiliki saham, yang nilainya makin turun. “Udahlah bu, lupakan dulu kalau punya saham, bapak dan ibu masih muda, nanti dua atau tiga tahun lagi kan harganya juga akan naik, ya anggap aja nabung buat kepentingan putri ibu,” kataku. “Bapak kan masih ada pekerjaan, mungkin harga-harga makin naik, tapi yang penting kita bersyukur masih mempunyai pendapatan tetap. Bayangkan jika tak ada pendapatan tetap,” jawabku sok tahu.

Betul, kita tetap harus bersyukur, paling tidak masih bisa makan tiga kali sehari, walau sederhana,” kata nya.

Kami berpisah, karena masing-masing masih ada tanggungan untuk mandi, sebelum melanjutkan kegiatan yang lain. Aku termenung, ibu yang suaminya masih bekerja, dan punya penghasilan tetap saja masih bisa stres menghadapi situasi sekarang, bagaimana dengan yang lain, yang penghasilannya tak tetap. Mudah-mudah2an imbas krisis tak banyak mempengaruhi perekonomian di Indonesia, dan tak mengakibatkan sektor riil terpuruk. Paling tidak sektor ritel dan mikro masih bisa berjalan, pasar tradisional tempatku belanja masih rame adegan tawar menawar antara pembeli dan penjual, dan penjual rempeyek langgananku masih tetap berjualan…betapa sedihnya kalau dia udah nggak jualan, rempeyek bikinannya enak. Juga penjual apem yang mangkal setiap sore hari di depan pasar, yang bisa mengganjal perutku jika lagi bosan makan nasi.

Iklan

46 pemikiran pada “Ga usah baca koran dulu bu…..

  1. sulit memaknai krisis ini bu….orang kecil kena imbas…mudah-mudahan kita bisa bertahan ya…..dengan semangat….

    Imoe,
    Yang penting kita tetap semangat, bekerja keras, tidak mengeluh…dan selalu menularkan untuk berpikir positif….dan tidak hanya mengritik aja…

  2. Ia bu. Mudah – mudahan negara kita bertahan ya bu! Bayar playgroup aja dah mahal, gimana kuliah…kalau ekonomi bangsa membaik, moga 2 pemimpinnya ingat membangun bangsa ya bu!jangan membangun rumah pribadi ajah…hiks…

    Nadin,
    Kita berharap bisa mengatasi krisis ini…..dan yang perlu digalakkan adalah sektor riil terutama mikro dan ritel

  3. kalau menyikapi krisis ini buat pensiunan gimana Bu?

    Trian,
    Ada 2 alternatif:
    1) Meningkatkan pendapatan. Ini bisa diperoleh dari usaha lain, seperti mengajar, berwirausaha (lha jualan peyek aja laku keras lho, pembelinya ya kayak saya yang ga bisa masak ini).
    2) Efisiensi….belilah hanya sesuai kebutuhan.
    Kebutuhan orang tua kan makin sedikit, karena tak ngantor lagi (berarti biaya transpor bisa ditekan), makan juga mesti sederhana karena udah harus mengurangi daging, minyak dan santan. Yang perlu dijaga adalah kesehatan, karena obat semakin mahal, walaupun masih ada ASKES tapi tak mencukupi.

    Dan yang utama adalah berpikir positif…ini yang membuat hati tenang dan nyaman, sehingga tetap sehat.

  4. Elys Welt

    hemat dan sekali berhemat 🙂
    aku kok jadi terbayang rempeyek sama apem ya bu 🙂

    Elys Welt,
    Hmm pasti kangen ya….
    Saya justru suka makanan khas itu…..ga pernah bosan

  5. semoga imbas dari krisis keuangan di amerika tidak parah-parah amat untuk indonesia ya bu, dan semoga pula jadi pelajaran berharga buat kedepannya.. 🙂

    Inos,
    Saya juga berharap demikian….

  6. Saya yakin, imbasnya gak sampai mendalam ke kalangan bawah… Yang berpijak di sektor riil di dalam negeri seharusnya juga tidak bermasalah…
    *makasih atas tulisan-tulisan nyokap yang menggugah…

    Andy MSE,
    Saya berharap demikian…namun kita semua juga mesti paham ada risiko itu, sehingga mulai mengefisienkan pengelolaan belanja rumah tangga.

  7. orang kebanyakan benar-benar ngga ngerti, atau ngga ngerti bener ada apa dengan amerika meskipun setiap hari baca koran. btw, mudah-mudahan negeri ini bisa bertahan .. meskipun saya masih harap-harap cemas, BI rate naik, bunga KPR naik .. itu artinya … cicilan naik. Hmmm, … tambah lagi satu lubang ikat pinggang, dan kencangkan …

    Mascayo,
    Benar…imbasnya bunga kredit naik…cicilan KPR naik…..

  8. saham hanya untuk yg ga jantungan!
    hehehe… 🙂
    time horizonnya harus lebih panjang, tidak reaktif, dan tidak menggunakan dana untuk pembiayaan pengeluaran rutin. :sok tau mode On:
    wahhh sama bu…, saya juga sering bosenan sama nasi…
    *toss… :mrgreen:

    gbaiquni,
    Iya…yang punya saham di “hold” aja…nanti kan 2-3 tahun udah kembali semula…..
    Kita tak harus makan nasi kan? Bisa apa aja…..jagung, ketela, pisang…..

  9. liswari

    sama kayak temen kantor ku disini, ada yg khawatir dan sedih bgt karena tahun ini dia udah kehilangan lebih dari $10,000 karena harga saham yang merosot.. wah memang lagi krisis banget .. tapi kalau aku memang dari dulu udah hidup biasa aja dan ngirit jadi gak begitu ada bedanya…. dan gak punya saham juga jadi ya sudahlah ..ikut prihatin aja dan tetep positif.. yg penting masih bisa kerja untuk biaya hidup…

    Tapi memang dulu aku baca dimana gitu.. yang paling terkena imbas dari krisis global adalah ‘orang2 gede’ karena yg ‘orang2 kecil’ alias miskin memang sudah hidup seperti itu dari dulu…

    Kayaknya ajaran bijaknya confucius memang benar ‘Saat kaya ingatlah waktu menjadi miskin’ jadi akan selalu bersyukur atas apapun…

    Lis,
    Sebetulnya itu tak hilang lho…biarkan aja, nanti kan naik lagi harganya…..
    Kecuali jika emitennya bangkrut, nahh baru sahamnya ga mungkin naik lagi…..

  10. Nah, saya sudah baca dari kemarin tapi baru komentar hari ini. Saya sudah dapat poin-poinnya Bu. Hanya ingin berkomentar mengenai efisiensi. Di masa seperti ini tak mungkin penghasilan seorang pegawai naik, padahal USD sudah naik duluan & harga barang mungkin naik, sehingga mungkin perlu mengubah gaya hidup agar kelak selamat hingga akhir krisis. Trims Bu sudah mengingatkan kami, pembaca Blog Ibu.

    Yoga,
    Betul…intinya disitu…sekarang kan rame juga masalah tripartit….
    Karena setiap tahun, telah ditentukan minimal gaji sama dengan UMR…lha kalau gaji naik mengikuti inflasi, namun perusahaan tsb kena krisis… menggaji yang sekarang aja nggak mampu…jadi memang sebetulnya pengusaha, pemerintah (wakilnya) dan pekerja (diwakili SP) harus duduk bersama. Kengototan salah satu pihak, malah akan menimbulkan gelombang PHK.

  11. whaduuh…
    mau di bawa kemana lagi hidup ini…
    seperti mbak Elys sajalah, mending membayangkan rempeyek….sambil ‘jalan2’ gini, pastinya enak ngemil rempeyek, dari pada pusing2 mikir krisis subprime mortgage.
    jalani sajalah….yang penting selalu ‘eling’.

    Goenoeng,
    Betul…mendingan membayangkan rempeyek atau apem…daripada pusing mikir yang lain….

  12. Aku pribadi kurang begitu sepakat kalau kita mesti tidak perlu membaca koran dulu. Justru malah mesti terus membaca, agar menjadi tahu perkembangan yang terus terjadi dan yang lebih penting lagi: tahu apa yang mesti dilakukan.

    Paling tidak yang mesti dilakukan adalah dengan menyeleksinya. Aku kerap menggunakan istilah “diet membaca”. Yang kumaksud dengan “diet membaca” adalah: membaca yang ingin kita baca saja. Seperti halnya tayangan tv yang kalau dipikir isinya kebanyakan sampah itu. Tapi bukan berarti kita jadi anti terhadap tv kan.

    Tetap ada tayangan yang bervitamin. Jangakan sinetron, news saja ada kok yang isinya sampah. Itu, berita-berita kriminal yang tiap hari disodorkan ke sidang pemirsa. Perampokan, pencurian, pembunuhan, pemerkosaan, perkelahian, dsb. Kalau setiap hari hal itu yang kita masukan ke dalam otak kita, bahaya juga.

    Jadi kalau kita bisa menyeleksi atau diet menyaksikan, ya tidak akan terkontaminasi juga. Tapi paling tidak kita tahu, bahwa ada ini dan itu.

    Tetangga Ibu bisa tergaket-kaget kalau pada masa jeda membaca berita, tiba-tiba ada kejadian yang lebih mengerikan dari yang ia perkirakan. Wah, bagaimana antisipasinya…

    Beruntunglah ia bisa bertemu dan berbincang dengan Bu Enny.

    Daniel Mahendra,
    Memang ada berbagai tipe orang. Saya juga lebih suka tahu kondisi sebenarnya, betapapun sakitnya…jadi bangun pagi langsung lihat koran.

    Tapi ada juga orang yang kalau baca atau nonton TV deg2an…kita juga harus memahami mereka, jadi saya hanya perlu menenangkan ibu tadi, padahal bapaknya tenang-tenang aja kok…..mungkin ibu tadi udah punya berbagai rencana, yang terpaksa harus ditunda.
    Yahh inilah risiko kehidupan, pasang surut, tapi yang perlu disyukuri, kita masih bisa makan tanpa harus berhutang (saya ngalami lho masa sulit, bahkan makanpun mesti menggadaikan barang…itu sekitar tahun 62-65, saat saya masih SMP…itupun makanan tertentu sulit dicari).

  13. Ada positinya loh kalo ga baca koran, jadi lebih hemat dan gak buang2 kertas(toh koran bekas bakal jadi penghuni gudang juga pada akhirnya). Lebih ramah lingkungan.
    Tapi…baca berita itu perlu juga. Krisis akan segera berakhir, semoga.

    Ikan kering
    ,
    Wahh kalau sehari aja nggak baca koran, bisa terasa kayak jalan nggak lihat kanan kiri.
    Saya juga berharap, Indonesia kuat menghadapi hantaman krisis ini….

  14. Betul bunda..

    mama yessy juga bilang gitu..walaupun saham kita turun….at least masih bisa makan kan?,,baju juga masih bisa beli baru?…uang sekolah juga ada tabungannya….bersyukur sajalah…ini semua hanya pelajaran dan ujian dari ALlah…selalu itu kata mama Yessy..kira kira sama dengan bunda ya pikirannya heheheh

    ;Yessymuchtar,
    betul, kita malah harus makin memanjatkan rasa syukur karena masih bisa makan, dan yang penting anak-anak sekolah..kalau baju sih biar itu-itu aja….

  15. entah karena lapar atau memang kangen rempeyek dan kue-kue jajanan pasar, saya kok malah lebih fokus dengan paragraf terakhir ya?

    menghadapi krisis begini barulah orang terhenyak, ternyata gaya hidup selama ini kurang efisien, terlalu boros dsb, sehingga lupa berbekal payung sebelum hujan.
    beruntungah orang-orang yang selalu ingat susah ketika senang ya, bu?

    mudah-mudahan dampak krisis tak semakin meluas, sehingga saya masih bisa menikmati rempeyek ketika pulang nanti.

    Marshmallow,
    hehehe….iya, memang ditaruh di paragraf terakhir…karena intinya disitu…biar krisis, asal langganan peyek masih jualan, hati ini terasa nyaman…..artinya sektor riil yang diwakili rakyat kecil masih berjalan…

  16. Saya gak punya penghasilan Bunda … jadi gak ngerti arti krisis, yang saya tahu uang kuliah ada. Koq gak fokus yah komen saya 🙂

    Rindu,
    Berarti mesti bersyukur…karena ada orang yang untuk makan aja sulit, apalagi untuk membayar uang kuliah.

  17. Selamat untuk yang jarang baca koran, atau hanya baca rubrik remaja di harian tersebut! 😆

    Saya lakukan yang terbaik untuk ukuran anak SMA ini. Menabung uang saja di celengan, misalnya. 😀

    Mihael “D.B.” Ellinsworth,
    Minimal membantu, dan memahami arti krisis dengan mengurangi jajan di luar….

  18. Menarik, ternyata imbasnya sudah begitu jauh sampai ke Indonesia Ya..? Kita di Amerika sini pun lagi Bingung Bu, bayangkan Bu, pemerintah mengusulkan USD 800.000.000.000,- untuk dibagikan pada orang orang kaya (Pemilik saham) sedangkan kita…?! siapa yang mau nolong???? Salam dari Amerika.

    michaelsiregar,
    Cepat atau lambat memang akan sampai ke Indonesia. Tapi mudah2an dampaknya nggak seperti krisis sepuluh tahun yang lalu.

  19. Saya nggak langganan koran dan juga nggak punya saham … hehehe

    Oemar Bakrie,
    Tapi kan baca detik.com atau kompas.com pak…jadi berita tetap nggak ketinggalan.
    Saya masih suka baca koran, karena bisa baca sambil tiduran…hehehe…alasan yang konyol.

  20. saya sih memang ga terlalu suka baca koran bu… bosan hehehe padahal yah memang itulah hidup, kaya isi koran, pengulangan… hmm… kalau kata calon suami krisis krisisan itu seharusnya ga dipikirin… jalanin aja hidup seperti biasa… usaha… mau kaya gimana efeknya juga da hidup tetap musti jalan, dan seharusnya ga ada bedanya, makin besar kebutuhan secara otomatis usaha akan makin besar juga… duh duh duh ngomong gampang yah! ksel juga kadang kadang tapi kalo dipikir pikir bener juga…

    Natazya,
    Tapi paling tidak kita juga harus tahu situasi…tak harus dari koran, biar ga terkaget-kaget…tapi kalau kita memang hati-hati mengelola keuangan, maka tak terlalu masalah apalagi jika punya pendapatan tetap.

  21. baca korannya 2-3 tahun lagi aja
    karena pas itu diperkirakan krisi udah mereda :mrgreen:

    Wennyaulia,
    Waduhh…lha kalau ketemu orang, kan malah bingung karena tak bisa mengikuti pembicaraan….

  22. wwwahhhhh kok saya seperti pak Oemar ya…
    saya tidak langganan koran…cukup online, dan paling-paling berita pagi NHK.
    Saham? ada dua unyil kecil untuk masa depan hehehe.

    Tabik
    EM

    Ikkyu_san,
    Lha ….kan masih bisa baca on line….dan mendengarkan berita (ini yang saya sering ga sempat)…
    Minimal masih bisa mengikuti keadaan.

  23. ah, gara-gara krisis lalu pusing dan tak baca koran, itu kebangetan. tapi gak baca karena gak bisa beli lagi, nah ini baru kasihan.

    tapi kadang ada kalanya saya malas baca koran. habis isinya seragam semua. jadinya bosan.

    Zulmasri,
    Yup…setuju …
    Baca korannya satu aja..nggak usah banyak-banyak….

  24. saya mulai malas baca koran, karena kaplingan halaman utamanya dipenuhi iklan para politisi yang mematut wajah diri…hehehe

    Gus</em>,
    Lha yang ini kan ga perlu di baca…hanya dilihat wajahnya….

  25. saya hobi baca koran kemaren, bu 😀 jadi deg-degannya agak berkurang karena sudah dapat bocoran berita sebelumnya. Dan nggak hobi nonton televisi…

    Darnia,
    Ahh ada-ada aja….padahal kalau baru baca kan sama juga deg2 an nya

  26. Pengetahuan tidak harus melulu dari koran, seperti EmiChan, bisa diliat via internet. Atau dari televisi. Asal memang pengetahuan yang tidak menyesatkan.

    Buat saya itu penting Bu.
    Supaya kita aware. Dunia lagi krisis, kita malah main-main dengan uang, jajan nggak penting, dan berperilaku boros.

    Oh ya,
    memang kita harus bisa bersyukur Bu. Masih mampu beli apem yang buat pengganjal nasi itu… 🙂

    Jeunglala,
    Pengetahuan memang dapat diperoleh dari mana saja, bisa dari radio, TV ataupun media lainnya.

  27. Posting yang sangat menarik, Ibu menangkap kegelisahan dan kekahwatiran banyak orang saat ini. Krisis telah terjadi dan kita tidak dapat lari darinya. Menurut saya yang terpenting bagaimana kita menyikapinya dan mampu bertindak cermat dan cerdas dalam setiap pengeluaran kita. Krisis saat ini menurut saya baru mulai dan dampaknya akan semakin terasa bagi banyak orang, ancaman PHK sudah mulai didengungkan, Nilai uang yang semakin merosot,. Jangan panik dan bersikap positip saja .., hargai pekerjaan kita dan maksimalkan kemampuan yang kita miliki agar memberikan nilai tambah bagi keluarga. Hidupkan terus harus berjalan … apapun hambatang dan tantangannya ….

    Salam

    David Pangaribuan,
    Yang dikawatirkan adalam imbas ke PHK, karena banyak pengusaha yang sudah mulai tak bisa mengekspor barangnya ke luar negeri karena pesanan dibatalkan.

  28. HHmmm …
    Iya ya Bu …
    Banyak yang memilih untuk cooling down … tidak baca koran dulu …

    Kita berdoa saja …
    Semoga semuanya berjalan ke arah yang lebih baik …

    Salam saya

    NH18,
    Imbas memang sudah terasa pak, tapi semoga tak parah….

  29. Sejak jadi mahasiswa di Singapore dulu dan teman sekelas yang orang Singapore setiap ada waktu istirahat selalu saja ngecek harga saham di “information kiosk” yang ada di depan ruang kelas, saya sadar bahwa semakin orang jadi “hantu saham” semakin hidupnya tidak tenang. Teman saya tadi, setiap 15 menit pasti ngecek berapa naik/turunnya harga saham yang ia punya…

    Kesan saya, kalau kita tidak punya saham dan berderma yang sebanyak-banyaknya kepada yang membutuhkan, justru kehidupan kita menjadi tenang…

    Seperti “lifeline” yang saya dengar dari radio Delta FM beberapa tahun yang lalu : “Bila anda ingin mempertahankan harta, berdermalah. Bila anda ingin sehat, berdermalah. Namun bila anda ingin selamat, berdoalah”..

    Kata-kata sederhana, dan sudah lama dijalankan di keluarga saya…rupanya bisa jadi obat di situasi ribet kayak saat ini..

    Tridjoko
    ,
    betul…..kita tetap harus mensyukuri apa yang ada sekarang.
    Orang yang bergerak di bidang investasi saham, tipenya memang seperti itu…kan memang “high risk high return“…dan yang tak kuat ya tak perlu ikut2an…

  30. *Termangu mbaca komen pak tridjoko*
    *manggut-manggut*

    lagi-lagi sebuah fembuktian, betafa bangsa kita masih sangat lemah fundamental ketahanan ekonominya. Amerika yang lagi krisis, kita ikutan deg-deg flas…. 🙄

    Soal gak mau baca koran, kayaknya sama saja. Mau baca atau kagak, krisis jalan terus… :mrgreen:

    Cabe rawit,
    Karena memang ekonomi sudah menglobal…dan Amerika adalah pasar dunia. Sekarang yang terkena adalah pengusaha yang ekspor mebel ke AS, banyak pesanan di batalkan. Belum eksportir lainnya…dan ini bisa menimbulkan gelombang PHK…mudah2an ekspor bisa dialihkan ke negara lain, tapi juga tak mudah, karena semua negara mulai mengencangkan ikat pinggang.

  31. adipati kademangan

    Sektor riil memang sudah terbukti tidak terpengaruh dengan krisis bu. Bagi mereka yang sudah bermain dengan saham mestinya tahu akan benefit dan resiko yang ditanggung.

    Adipati Kademangan
    ,
    Sektor riil yang tak terpengaruh adalah sektor ritel dan mikro, karena masih sederhana, tak ada unsur impor pada bahan bakunya, sehingga tak ada unsur valasnya. Namun pengusaha ritel yang mengekspor produknya ke luar negeri, terutama Eropa dan Amerika sudah mulai terkena imbasnya…karena pesanan mulai dibatalkan

    Pemain saham, jika pemain lama, sudah tahu risikonya.

  32. haha..bener juga sih bu… berita memang suka bikin stres… jangankan berita ekonomi, sy perhatikan ibu2 yg suka nonton gosip jg suka ikut stres kalau ada public figure cerai… hehe

    Kucingkeren,
    Hahaha…infotainment…betul juga, kok kayaknya mudah kawin cerai ya….
    Buat yang belum menikah, kalau terlalu dipikirkan bisa bikin kawatir juga.

  33. jangankan Indonesia, negara UE saja kena imbasnya. mudah2an saja krisis ini akan membawa ekonomi dunia menuju kesetimbangan baru. tidak melulu berporos di AS….

    Reksa,
    Mungkin memang ada hikmahnya…bahwa betapapun, pasar keuangan harus ada aturannya….

  34. Krisis melanda Amerika dan dikhawatirkan berdampak buruk bagi Indonesia. Tapi di sisi lain harga minyak mentah turun dan pemerintah berencana akan menurunkan harga BBM awal tahun depan jika posisinya tetap stabil. Kira2 rakyat akan senang apa susah ya Bu dengan dua hal yang kelihatannya kontras ini?

    Mufti AM
    ,
    Saya belum mendengar wacana BBM turun, itu kayaknya kok cuma harapan…karena sebetulnya subsidi pemerintah yang membebani anggaran masih banyak, dan pelan-pelan harus di lepas.
    Harga minyak turun, kemungkinan karena konsumen mulai efisiensi, tak menghamburkan energi….jadi ada hikmahnya juga.

  35. Mungkin sedikit mengubah kebiasaan baca koran ya Bu. Kalau biasanya pagi2 terus nyambar koran..sekarang olah raga dulu, jalan-jalan pagi sambil belanja di tukang sayur, sambil ketemu tetangga…terus beres2 rumah, masak atau langsung ke kantor habis mandi..setidak2nya mengurangi beban pikiran…korannya dibaca belakangan saja, toh ga lari. Atau nunggu diceritain teman apa isi koran..

    Wilis
    ,
    Karena memang saya mengajar bidang yang terkait dengan kondisi ekonomi, maka bangun pagi tetap harus baca koran…entah bacanya setelah makan, sambil makan….atau bahkan baca dulu, baru yang lainnya.
    Bagi saya, memahami kondisi yang sebenarnya malah membuat saya tahu dan bisa berjaga-jaga daripada nanti malah kaget.
    Diceritakan teman, kan udah ada opini teman tadi?

  36. Semacam ‘tradisi’ ekonomi global; dulu ada yang namanya malaise; ntar nyampe lagi ke equilibrium baru. Yang agak mencemaskan saat ini dunia terjebak pada perdagangan ‘saham’ yang tak beruwujud. Kudu hati-hati saja per individu; dampaknya ganas memang.

    Ersis Warmansyah Abbas
    ,
    Zaman Malaise dulu juga banyak makan korban, terutama orang kaya, yang harga sahamnya jatuh.
    Harga saham, jika fundamental perusahaan yang mengeluarkan sahamnya (emiten) kuat, maka suatu ketika akan bangkit kembali. Yang bahaya adalah jika yang dipegang adalah saham-saham yang memang bukan dari perusahaan yang fundamentalnya kuat.

  37. yang penting semua unsur masyarakat tetap berpikir positif dan melanjutkan hidup tanpa berpikir macem2 ya bu 🙂

    kalau kata ibu kita kartini itu = setelah gelap, terbitlah terang…. jadi saya hanya berharap terang itu segera datang, sambil terus berusaha di waktu gelap 🙂

    shierlynikodemus,
    Itu harapan kita semua….

  38. iya nih. mo beli barang2 elektronik jadinya mahal. rupiah melemah. tapi heran, deh. amerika serikat yang krisis, tapi dolar mahal di sini. yah, emang dasar indonesia terlalu bergantung ama ponakan2nya paman sam, kali ya bu…

    (^_^)v

    Farijs van Java,
    Jika ingin memahami, baca ulasannya Faisal Basri atau Mirza Adityaswara di Kompas…kenapa kok Indonesia terkena…
    Kalau dijelaskan disini panjang lebar, tak muat…pada prinsipnya dunia ini telah global.
    Baca juga tanggapan ku di atas, pengusaha yang ekspor ke LN telah kena dampaknya…tapi kita berharap krisis ini tak melebar seperti 10 tahun lalu.

  39. bagi seorang guru seperti saya, ancaman krisis global agaknya tak begitu berpengaruh, bu. tapi, imbasnya terhadap kucuran dana dari pemerintah pusat ke MGMP jadi mampat. saya tidak tahu, apa ini pengaruh ancaman krisis global atau karena menjelang pemilu yang nyata-nyata menghabiskan banyak anggaran utk kepentingan partai politik sehingga banyak anggaran yang sduh jelas MOU-nya terpaksa ada adendum susulan. bayangkan saja, bu, rencana semula 25 juta langsung merosot drastis ke angka 600 ribu, hiks.

    Sawali Tuhusetya,
    Kita berharap semua dapat diatasi pak….
    Bagi masyarakat umum, adalah dampaknya harga naik,dan alat elektronik juga meningkat pesat.

  40. Teman saya banyak yang berencana untuk tidak segera menyelesaikan studi dan tidak segera pulang ke Indonesia kalau studi sudah selesai karena melihat peluang mendapatkan uang di sini jauh lebih besar.
    Mungkin sudah saatnya pemerintah Indonesia membuat program untuk lebih banyak mengirimkan tenaga kerja ke luar negeri supaya beban anggaran dalam negeri bisa dikurangi. He he he

    Iwan Awaludin,
    Pendapat bapak ada benarnya, dengan bekerja di LN, bukankah tetap akan mengirim uang ke Indonesia, entah ke ibunya atau saudara yang lain…dan ini akan meningkatkan devisa kita.
    Berkarya bisa dimana saja pak.

  41. pakde

    Everythings gonna be alright.
    Saya yakin pasti mudah diatasi kelak. Entah siapa yang membuat progressnya.

    Pakde,
    Paling aman memang tak perlu terlalu dipikirkan, biarlah ahli-ahli ekonomi yang memikirkan…yang penting sektor riil tetap jalan…mudah2an tidak ada yang kena PHK…gaji atau pendapatan ya di cukup-cukupkan.
    Baca koran? Harus dong…ntar malah nggak tahu berita.

  42. Kebetulan saya nggak punya saham (pernah berniat beli Danareksa, tapi belum kesampaian), jadi tenang-tenang saja. Saya setiap pagi mengikuti berita pasar saham di Metroteve, biar dikit-dikit ‘ngerti permasalahan’ gitu … hehe.

    Baca koran juga teuteup, tapi karena keterbatasan waktu, saya baca topik-topik yang menarik saja. Saya langganan Kompas untuk koran nasional, dan Kedaulatan Rakyat untuk koran daerah. Dengan dua koran itu, rasanya sudah cukup kok untuk mengikuti perkembangan nasional dan internasional. Lha, era global gini, mosok nggak ngerti apa yang terjadi di belahan bumi sono …

    Tutinonka,
    Hehehe…iya mbak. Karena bidangku memang harus memahami ekonomi, ya harus baca masalah tsb…tapi itu agar bisa mengikuti, karena materi pelajaran yang saya ajarkan memang terkait dengan sektor riil. Dan sebetulnya menarik untuk diikuti…..tapi yang penting, semakin tahu, kita juga akan semakin bisa mengelola uang kita…ketat…dan makin ketat….dan kalau udah tua kayak saya, memang harus mengurangi minyak (makanya harga minyak goreng naik ya tenang-tenang aja)….yang penting ada tahu tempe, ada apem, rempeyek…ketela….udah uenaak banget kok mbak.

  43. lah saya justru kebalik, malah ketinggalan berita soal krisis subprime mortgage itu……. itu pun tidak mengerti subprime mortgage apaan ?

    ya mudah2an krisis ini jangan sampai seperti krisis yang lalu, ngeri kalo sampai ada PHK ribuan karyawan terus diiringi dengan kerusuhan dan penjarahan

Tinggalkan Balasan

Isikan data di bawah atau klik salah satu ikon untuk log in:

Logo WordPress.com

You are commenting using your WordPress.com account. Logout /  Ubah )

Foto Facebook

You are commenting using your Facebook account. Logout /  Ubah )

Connecting to %s