Sebuah telepon di malam hari menyentakku, suara seorang ayah yang gundah, dan kawatir terdengar di ujung sana. Mengapa engkau mesti kawatir ayah? Bukankah seharusnya engkau bersyukur, orang yang kausayangi mempunyai posisi tawar yang baik, diantara sekian banyak orang yang sulit mendapatkannya?
“Bukankah pekerjaan itu menyita waktu?” seru ayah. Memang betul, tapi adakah pekerjaan yang tak menyita waktu, jika kita telah terlibat didalamnya? Bahkan untuk pekerjaan yang paling sederhana sekalipun. Aku tahu ayah sangat menyayangimu, dan ingin melihatmu mendapatkan yang terbaik, dan dapat melihatmu mengepakkan sayapmu setinggi langit, di kala engkau masih muda. Namun aku juga tahu, engkau selalu ingin mencoba, sebagai hal nya teman-temanmu yang lain, seperti apakah rasanya. Apalagi aku tahu, kadang engkau jenuh, karena engkau mengawali sejak masih sangat kanak-kanak, dan masih berumur 2,5 tahun.
Masih teringat dikelopak mataku, betapa kecil dan mudanya engkau diantara teman-temanmu hari itu. Dan ibu gurupun kawatir, serta memberikan saran agar engkau boleh saja tidak usah tiap hari datang. Tapi engkau begitu rajin, bahkan setiap sore, dikala anak-anak seumurmu bermain, engkau tak lupa membawa bukumu, walau cuma buku bergambar. Dan setiap kali ayah mengajakmu pergi, engkau selalu bertanya.. “Berapa jam ayah?” Dan ayah yang awalnya tak tahu maksudmu, akan bertanya, “Kenapa nak?” Dan dengan polosnya engkau menjawab, “Karena aku harus buat PR ayah.” Umurmu belum genap lima tahun saat mengatakan itu, dan itu hanya lah masalah kecil di mata orangtua, tapi engkau begitu gigih mempertahankan pendapatmu. Dan ayah setiap kali mengalah, melihat binar semangatmu, yang tak kenal lelah dan seolah bersaing dengan kakakmu. “Aku punya jadual ayah, dan jadual untuk buat PR adalah nanti setelah 3 jam lagi,” jawabmu masih penuh semangat.
Dan saat ini engkau mulai dewasa, dan ingin mengepakkan sayapmu. Ayah menyayangimu nak, dan ingin memastikan engkau baik-baik saja, dan bukan karena ayah ingin menghambatmu. “Aku juga ingin seperti yang ayah ibu sarankan, tapi aku juga ingin mencoba yang lain dulu, ” begitu katamu. Sebuah pergumulan batin yang sulit, bagi seorang ayah dan putri kesayangannya. Mungkin ayah harus mulai merelakan putrinya melangkah, dan hanya melihat dari belakang. Biarkan anakmu mencoba melangkah ayah, dia akan kembali jika di luar sana ternyata ternyata tak menarik seperti yang dibayangkan. Biarkan dia berkelana dulu, dan kemudian akan kembali meneruskan cita-citanya dan juga cita-cita ayah yang didukung oleh ibu. “Percayalah padaku, ayah. Aku telah menghitung dan kapan aku harus kembali,” kata anakmu.
Dan akhirnya ayah melepasmu dengan berat hati, “Semoga pilihanmu benar anakku,” doa ayah.
Menentukan pilihan memang berat ya Bu karena harus pula memikirkan konsekuensinya kelak.
Oemar Bakrie,
Betul pak apalagi buat seorang perempuan, tetap ada batasnya….karena nanti juga akan memikirkan keluarga dan anak-anak. Bagaimana bisa terus berkarir, namun anak-anak tetap bisa diperhatikan dan sekolahnya tak ada masalah. Saya dulu termasuk yang sangat sibuk, namun syukurlah, saat itu Jakarta belum terlalu macet, dan suami dosen, sehingga dalam kondisi darurat, sang ayah yang jadi back upnya.
Terharu, terharu, terharu…. Tapi mmg lebih bijaksana untuk membiarkan masing2 belajar dari pilihannya sendiri2, karena sebagai manusia walau searif apapun kita tidak pernah 100% benar dan sering saya berpikir bahwa kenyataan tsb sebenarnya melegakan karena berarti dugaan2 hasil kekuatiran kita pun tidak akan pernah 100% benar, hahaa…
Orgtua harus melepaskan anak, pasti berat, tapi bagi seorang anak untuk selalu mengetahui bhw ada jalan pulang ketika diluar tidak seindah seperti yg diperkirakan itu yg membuat seseorang berani melangkah jauh dari ‘sarangnya’.
Ibu, mmg benar ya, ketidaktahuan kita, membuat ruang untuk doa dan kesadaran bhw kita tidak bisa sepenuhnya bergantung pd pengertian sendiri, tapi juga tahu bhw ada Dia yg menjagakan langkah org2 yg kita kasihi (^_^)
Wonderful entry… I LOVE this!
-G-
Kita tak pernah tahu apa yang ada didepan kita….tapi tetap pilihan harus dipertimbangkan dari segala sisi…karena akan berakibat untuk ke masa depan selanjutnya. Jadi ingat saat awal mencari pekerjaan dulu, semua ditimbang-timbang…dan berpikirnya sampai, apa yang kemungkinan dapat terjadi sampai 20 tahun lagi. Karena saat sudah punya anak, pilihan bagi perempuan semakin sempit…jadi saat inilah kita harus berpikir dari segala sisi.
postingan ini menyentuh banget deh …khas orangtua yang sayaaanggg pada anak
love you bunda 🙂
Yessymuchtar,
Saya teringat ayah ibu dulu saat melepasku pertama kali jauh dari kota kecilku…
Bagi orangtua, sang anak masih putri kecilnya….
Ibu,…
Semoga pilihan putrinya memang benar adanya,… Ayah dan Ibu mendoakan saja, supaya jalannya diberikan kelancaran. Sang putri pasti akan menjaga kepercayaan ayah dan ibu.
Iko,
Hmm memang susah ya…beda jika anak laki-laki….
Tapi tetap aja orangtua juga kawatir….hehehe….
Hidup ini adalah pilihan!
Semua memang tersurat sudah, tapi kalau kita tak memilih maka hidup baru seperempat terjalani, barangkali!
Ibu, postingan ini sangat mewakili batin saya beberapa bulan lalu ketika orang tua saya harus melepas saya untuk pergi ke sini, ke tanah baru ini!
Postingan yang teramat indah, Ibu!
Donny Verdian,
Betul, hidup adalah pilihan….
Namun tetap harus berpikir kedepan, agar tak salah melangkah.
Bagaimana agar karir sejalan dengan kehidupan rumah tangga, tanpa ada yang dikorbankan….pilihan yang sulit, tapi harus dihadapi.
Dan pilihan inipun, juga mesti dipikirkan dengan pasangan (calon, pacar dsb nya), agar semua merasakan kebahagiaan….
memang bu, kadang orang tua selalu khawatir dengan sebuah pilihan yang ditetapkan buah hatinya,…… namun itu adalah proses pendewasaan bu dan pastinya telah diperhitungkan sebelumnya.
Tini,
Betul…pada akhirnya memang si anak yang tahu apa yang diinginkan, tapi tetap perlu didampingi agar tak salah melangkah.
Seperti halnya membantu memberikan beberapa pilihan, plus pro’s dan con’s nya…kemudian biarkan si anak yang menilai….
Saya juga berdoa semoga pilihannya benar… apalagi doa ayah dan ibunya selalu menyertainya…
Itikkecil,
Bahkan saat si sulung mau berangkat ke Amrik menyusul isterinya, saya juga merasakan kekosongan…dan banyak teman yang mengingatkanku, agar saya berdoa untuk keberhasilannya. Itu anak laki-laki, dan tentunya bagi anak perempuan, akan terasa lebih was-was…semoga pilihannya tidak salah….
Saya membayangkan dengan posisi terbalik dengan papa dan mama saya. papa tidak ragu pada saya dan mama ragu. mungkin kalau digambarkan seperti ini hati mereka dulu 16 tahun yang lalu, dan akhirnya bahkan harus rela melepas putrinya hanya pulang sesekali.
saya menangis bu…
terima kasih atas tulisan ini
semoga saya masih bisa membahagiakan kedua orang tua yang telah memberikan kebebasan bagi saya untuk menentukan pilihan sendiri.
dari hati yang paling dalam
kansha wo komete
EM
Ikkyu_san,
Saya membayangkan betapa beratnya hati ayah ibu saat melepaskan Imel pergi jauh…dalam jarak yang tak mudah dijangkau setiap saat. Sekarang saya dan suami merasakan hal yang sama, walau terlihat saya cukup kuat, tapi setiap malam saya berdoa semoga diberi pilihan yang terbaik buat putriku.
Makasih komentarmu Imel…betapapun si putri kecil telah beranjak dewasa….
Ibu menulis dengan hati. Tulisannya indah Bu. Seperti yang ditulis Daniel di AOE, dan sama dengan yang ditulis DV di komentar di atas, saya sepakat. Hidup itu pilihan.
Beberapa tahun yang lalu, ketika adik saya (perempuan) harus dinas di Kalabahi dalam (hitungan beberapa tahun, tanpa kami tahu kapan ia akan kembali, yang nama daerahnya pun baru kami dengar saat ia membuka surat dinas) muncul dilema kuat di keluarga.
Anehnya justru kekhawatiran terbesar muncul dari Ayah (mungkin stereotip hubungan yang erat antara ayah dengan anak perempuan dan ibu dengan anak laki-laki itu benar adanya?), sedangkan Ibu adalah sponsor utama. Penyemangat utama sama seperti yang Ibu Enny lakukan pada si Bungsu, Ani.
Berkat Ibu, beberapa hari ini saya jadi makin memperkaya pelajaran hidup. Terima kasih Bu.
@Imelda aka Ikkyu_San
Jangan sedih mbak Imel, ingat jarak bukan masalah sekarang. Lagipula, teman kita DM, mengajarkan konsep “bukan pasar malam” dari PAT. Kita datang ke dunia ini dan kelak akan meninggalkannya sendiri. Diantaranya dua milestone itu, janganlah terlampau membuatmu bersedih. Jangan menangis ya. Banzaii!!! 😀
-YA-
Yoga,
Setiap malam saya berdoa semoga diberi petunjuk jalan mana yang sebeiknya dipilih…dan semoga itu adalah jalan yang terbaik.
Saya percaya bahwa Tuhan akan memberikan petunjuk Nya….
bingung mau komentar apa soalnya belum ngalamin tapi setuju ama yang lain kalo “hidup adalah pilihan” tapi yang paling penting “bertanggung jawablah dengan pilihanmu”
Bagus,
Sebetulnya engkau berada pada berbagai pilihan bukan? Mungkin sebetulnya Bagus juga sudah punya berbagai alternatif…walau begitu kadang kita juga tak yakin, betulkah itu pilihan yang terbaik?
saya percaya sekali bu yang namanya hidup memang adalah pilihan, dan dalam setiap pilihan ada konsekuensi yang harus sudah siap buat ditanggung bersamanya.
dan soal pilihan juga, karena pilihan sifatnya subjektif, tidak semua orang bisa memahami orang lain dengan pilihannya masing masing.. tapi sekali lagi karena pilihan, mau memilih dengan pilihan sendiri atau terpengaruh pilihan orang?
hm… rasanya dialog yang mirip di atas sih akan tidak terjadi antara saya dan si ayah 😀
Natazya,
Hmm kadang dialog tak hanya terjadi dengan orangtua kan? Saya dulu malah diskusi juga dengan lainnya, selain ayah ibu tentunya.
waaah…terharu ibu…jadi ingat anak anak saya yang jauuuh…ketika mereka menentukan pilihan,pilihan sekolah,pilihan suami untuk si sulung….dan pilihan jurusan /ilmu yang didalami.
orang tua tinggal mendoakan..mudah mudahan semua pilihan dibarengi tanggung jawab….
Dyahsuminar,
Betul bu…ternyata selalu ada kegamangan ya…untuk melepas anak kita….
Atau ini khas perasaan orangtua?
wah, mirip bgt ama salah satu pejabat di kantor. beliau punya seorang putri. pintar. stlh lulus kuliah dpt tawaran kerja di sebuah perusahaan asing. hrs ke luar negeri. beliau tdk mengizinkan. kmdian putri beliau diterima bekerja di sbuah prusahaan telekomunikasi dlm negeri. karena hrs bekerja smpai malam dan prnh dsrh datang ke kntr pas jam 9 malam, beliau menyuruh putrinya brhenti dr perusahaan tsb. dan skrg putrinya sdg menjalani tes penerimaan cpns depkeu. entah bgmana nt kl diterima dan hrs dinas di daerah. yah, ayah-putri yg rumit.
prnh kuusulkan kpd beliau, “nikahkan saja dia, pak. selesai perkara.” hwehe.
(^_^)v
Farijs van Java,
Walah…nikah bukan menyelesaikan persoalan, tapi bisa malah menambah persoalan jika belum siap mental.
Sebaiknya memilih karir dulu, yang bisa disesuaikan dengan kesibukan kerja. Jangan dikira Depkeu nggak sibuk lho…saya dulu suka rapat dengan teman-teman Depkeu sampai malam….
Life is struggle tapi kedepannya pasti manis..saya percaya itu kok..ceritanya mirip kisah saya yg saya posting kemarin bu…
Boyin,
Hmm betul…hidup adalah berjuang…untuk masa depan…
kebetulan saat membuka blog ini saya sedang mendengarkan sebuah lagu sendu alicia key, sehingga efeknya luar biasa, bikin saya terharu biru (walau tanpa musik pun saya pasti tetap terharu membaca ini).
jadi ingat betapa orang tua selalu menginginkan yang terbaik untuk anak-anaknya, sehingga sering “memilihkan” jalan yang teraman dan terbaik menurut mereka.
tapi insya Allah, pilihan orang tua biasanya tidak meleset, walaupun ada saatnya orang tua musti bisa juga membiarkan anak memilih jalannya sendiri.
terima kasih atas tulisan ini, bu enny.
Marsmallow,
Sebetulnya peran orangtua menurun seiring meningkatnya pertumbuhan anak menjadi dewasa, disini ortu hanya sebagai penyeimbang, sebagai penasehat. Orang tua bisa membantu memlihkan alternatif, mencarikan net working (yang tentu lebih luas dibanding anaknya)…tapi kembali, pilihan adalah tergantung pada anaknya sendiri.
Kalau di ilmu komputer penuh dengan pernik-pernik menentukan pilihan terbaik semacam itu…
Misalnya di pelajaran “Operating Systems” kita diajari algoritma “Best First” (=tawaran terbaik pertama yang datang), “Best Fit” (=tawaran terbaik dari serangkaian tawaran yang ada), “LIFO” (=tawaran terbaik adalah tawaran yang masuk paling belakangan), “FIFO” (=tawaran terbaik adalah tawaran yang paling duluan datang di meja kita)…
Kalau pilihan sudah dipilih….ya “Just Do It” seperti iklan sepatu Nike…
Mudah-mudahan sukses selalu…
(makanya orang komputer jarang bingung, kecuali “del *.*” maka bisa bingung setengah mati karena semua file terhapus…hahaha..)…
Tridjoko,
Bingung adalah terjadi saat belum memilih, saat dihadapannya ada berbagai alternatif. Dalam ilmu manajemen ada SWOT analysis…kita memberikan bobot, kita buat dulu secara detail apa kekuatan, kelemahan, opportunity dan hambatannya. Setelah di bobot…maka akan muncul alternatif…ini dikaji lagi pro’s dan con’s nya.
Tapi karena kembali, karena menggunakan hati, maka muncul keragu2an. Sederhana saja…apakah saya ingin pake baju merah (terus ingat dulu pernah ke acara itu pake baju merah, walau merahnya beda kan tetap merah)….atau pakai baju hijau dsb nya…tapi begitu dipikih ya harus tanggung jawab atas pilihan itu…(ada risiko salah kostum)
untuk seorang wanita, memang sudah yakz melepaskan ke tempat yang jauh dari ortu.. tapi memang hidup adalah pilihan, tinggal bagaimana kita bisa menjalani semuanya…
Arul,
Pilihan memang harus dipikirkan dari segala segi, bahkan kalau udah ada pasangan, maka harus dibicarakan dengan pasangannya.
Karena pemilihan suatu karir akibatnya jangka panjang…dan ada anak-anak yang menerima dampaknya, bisa positif, bisa negatif.
Apapun pilihan yang ada, semuanya pasti ada resiko dan konsekuensi di dalamnya yang tidak bisa dihindari. Kita hanya bisa berharap dan berdoa untuk diri kita sendiri atau pada sanak keluarga agar apa yang telah dipilih itu menjadi suatu hal terbaik dalam hidup.
Mufti AM,
Yup…betul…semua pilihan ada plus dan minusnya….
hmmm.. kalau untuk yang satu ini .. rasanya saya harus berterimakasih banyak sama ibu di klaten karena sudah ikhlas putrinya saya bawa ke tangerang.
Mascayo,
O, iya…betul itu.
Tapi di Tangerang karir lebih mudah dibanding di Klaten…betul nggak?
katanya sich hidup adalah pilihan 😀
Zoel,
Yup..betul..
ibuuu…
saya terharu bacanya T__T hikss
Ren2,
Nanti juga akan mengalami….dan ibu diharapkan selalu siap mendampingi putra putrinya.
Seorang anak dalam pandangan dan hati orang tua selalu masih anak-anak walaupun sudah dewasa. Dan sulit bagi orang tua untuk melepaskan mereka dalam menjalani pilihannya karena rasa khawatir dan sayang yang amat dalam. Saya percaya putri bunda siap mejalani pilihannya dan telah menentukan pilihannya dengan penuh perhitungan. thanks
Yulism,
Betul sekali….semua alternatif di jejer…dan bingung…karena yang A enak, yang B asyik, yang C menantang…lha bingung kan?
sama halnya seperti papa pada waktu mau ngelepas saya kuliah….
kata papa, sama seperti anak burung yang harus belajar terbang…. seperti itu juga saya harus berusaha belajar semua aspek kehidupan 🙂
Tapi anak burung yang sudah pandai terbang, harus inget untuk kembali ke sarangnya sekali kali… kata papa 🙂
shierlynikodemus,
Papamu sungguh seorang papa yang bijaksana…bersyukur mempunyai papa seperti itu…
Sholat aja bu meminta sama yang diatas
sapa tau ada petunjuk
ahmad140385,
Itu sih jelas…tapi kita harus berupaya kan…karena tak bisa menunggu petunjuk yang belum tentu ada? Atau ada, tapi kita tak paham. Ada beberapa cara sebenarnya untuk menentukan pilihan…tinggal bagaimana kita bisa memilih dengan kepala dingin dan perhitungan yang tepat.
memang bukan hal yang mudah utk berpisah dengan orang terdekat, bu. si ayah dan putri kesayangannya pun agaknya juga menghadapi dilematis semacam itu. lagi2 dihadapkan pada sebuah pilihan. kalau toh si putri akhirnya memilih berpisah dg orang2 terdekat, saya kira itu juga pilihan yang bijak, asalkan jangan sampai memutuskan komunikasi dan kontak. semoga si putri sukses.
Sawali Tuhusetya,
Betul pak….memang orangtua hanya mengantar, ikut membantu menganalisis permasalahan, membantu memberikan alternatif, si anak yang akan menentukan….
atau diandaikan sepasang merpati bu, ketika satu satu dari pasangannya itu dilepas, akan kembali juga kepasangan yg lainnya.
itu karena kecintaan dan kesayangan yang sudah dibentuk sebelumnya.
InsyaAllah analogi seperti itu, ketika kita sudah saling menyayangi, pergi jauh anak pasti akan kembali juga 🙂
*Hanya fikiran seorang pemuda*
Arul,
Analogimu mirip papanya Shierly di atas…merpati tentu ingin terbang, namun sesekali diharapkan kembali…
tiga kata saja bu untuk postingan ini: bagus dan menyentuh
Zulmasri,
Wahh makasih pak..makin semangat nih nulis dengan berbagai gaya….halah bahasaku itu lho…
Ada yang tersisa dalam benak saya … koq bisa, anak sekecil itu memiliki tanggung jawab – misalnya dalam membuat PR .. padahal tidak diajarkan oleh orang tuanya.
Sementara anak yang lain .. walaupun sudah dididik tanggung jawab, digembleng dengan ketat .. tetap saja tidak memiliki tanggung jawab.
Saya sering bertanya² dalam benak saya bu .. mengapa seorang anak kecil bisa berbeda. Apa yang menyebabkan dia berbeda?
Loh koq saya malah nanya ya bu?
Erander,
Memang semua tergantung dari cara orangtua mendidiknya sejak awal..tapi pengaruh lingkungan dan sifat dasar karakter yang membentuk perilaku juga ada…saya pernah membahas di https://edratna.wordpress.com/2007/05/04/
apakah-sikap-dan-perilaku-diturunkan-dari-orang-tua/
Anak saya dua, tapi sifatnya sungguh berbeda, walau secara umum mirip….keduanya penggila buku. Tapi yang kecil, manajemennya rapih tertata, planning jelas…… sedang yang besar rasa seninya tinggi, menyukai filsafat, sejarah, kebudayaan dsb nya…
Sangat menyentuh…Bah…ternyata Anaknya sudah pada Mentas ya…?!…saya kira…habis diphotonya kelihatan masih muda sekali sih…Sekarang saya Panggil Tante aja ya….
Salam dari jauh.
Michaelsiregar,
Kayaknya komentarmu diblog ku tak konsisten deh…ada salah satu komentarmu, di salah satu postingan terdahulu, yang menyatakan sebaiknya saya banyak berbagi pada kaum muda, untuk memberikan kesempatan…berarti Michael tahu bahwa usiaku tak muda lagi.
Panggilan sih tak ada masalah….asal sopan…
Sangat indah kalau kita punya seseorang untuk berbagi pergumulan batin. Percakapan anak perempuan dan ayahnya ini sangat menyentuh hati saya Bu.
Tantikris,
Berbagi itu penting, walau akhirnya yang berhak memilih adalah orang yang akan melakukannya….
aduh sepertinya kelak aku akan mengalami masa2 itu tapi nanti…. 🙂
theloebizz,
Masih lama…tenang aja….
Kenyataan tak serumit ini kok…
itulah kasih sayang dari orang tua bu, saya juga pernah (dan sedang) mengalaminya. kalo saya siy, saya suruh ortu saya utk mendoakan yg terbaik utk anaknya. yang terbaik, bisa jadi yang terlihat kurang baik oleh kita, tapi malah dinilai terbaik sama Tuhan.
si Dion,
Doa itu pasti…
Tapi sebagai manusia, kita harus berusaha dulu, untuk menilai dan menganalisisnya…
Bukankah ada nasib diujung usaha…bukan kita hanya menunggu doa, tanpa berbuat….yang bagus adalah dilakukan secara paralel….
penyikapan setelah keputusan menentukan pilihan
itulah yang kan dinilai
mari kita lihat
achoey,
Ha! Apa maksudnya mari kita lihat?
Bukankah bagaimana cara menentukan keputusan itu yang penting?
Ya…realistis memang bun, ketika anak punya keinginan kita pengennya anak itu ngikut apa yang kita sarankan, padahal kita sendiri lupa bahwa anak itu punya keinginan dan hak yang harus di bebaskan juga, Intinya kasih kebebasan memilih tanpa harus melepaskan dari kontrol kita selaku orang tua. Kalo tidak diperhatikan malah dikira luput kasih sayang dan perhatian.
Semoga pengalaman ini jadi pelajaran untuk kita semua bun.
Salam
Pakde,
Nggak seperti itu kok….kenyataan tak serumit itu….
Tapi adalah hal biasa, setiap hari ada suatu diskusi antara anak dan ibu, anak dan ayah, suami dan isteri….tapi yang diposting disini, mungkin ada kejadian sebenarnya…tapi juga hanya mendengar atau melalui pengamatan.
Intinya, melakukan putusan dengan mempertimbangkan pendapat orang lain, apalagi orang yang telah berpengalaman itu sangat penting…tapi keputusan akhir adalah ditangan orang yang akan melakukan tindakan tsb.
untung ibu milih yang sekarang
coba kalo ngak milih
bisa bisa akan terdampar pada Dapur Sumur Kasur
seperti wanita wanita lain pada umumnya
Suwung,
Apa maksud kalimatmu?
Bagi perempuan, semua pekerjaan bisa dikatakan mulia, jika dilakukan untuk kepentingan keluarganya (suami dan anak-anaknya)…..jangan pernah melihat bahwa perempuan yang bekerja di rumah, sebagai ibu rumah tangga adalah lebih rendah dibanding yang bekerja di kantor…itu pendapat yang salah.
Dan saya sejak kecil, punya kebebasan memilih, tentu dengan bimbingan dan kasih sayang ayah ibu….
live is choice !
Affan,
Yup…betul….
amiinn….. doa orang tua konon selalu didengarNYA..
Kucingkeren,
Benar…..tapi tetap ada usaha kan?
Pilihlah jalan hidup … atau jalan hidup yang memilih kita …
Maskoko,
Kayaknya, setiap langkah merupakan pilihan-pilihan….
Jadi, setiap saat kita akan selalu dihadapkan pada keputusan-keputusan…
Jika tidak memilih, itu juga merupakan keputusan….
menyentuh banget…
hidup itu adalah pilihan kan?
cita-cita juga pilihan… 🙂
Verlita,
Hehehe…lagi latihan menulis…katanya harus dengan hati…..
Tapi masih nggak konsisten, karena untuk bisa menulis dengan hati…kita harus jaga jarak dulu….nahh apalagi toh ini.
Entahlah….mencoba untuk terus menulis….
Resep banget bacanya, sampe bengong gak bisa komen… Acung jempol aja deh….
Indra1082,
Makasih…
yups…hidup adalah penuh dengan pilihan 😀
Okta Sihotang,
Yup…betul…
Semoga putri berhasil dalam berkelana, mencapai apa yang telah dicita-citakannya, dan kembali pada saat yang tepat.
Edi Psw,
Amien…makasih doanya….
Saya selalu bangga dengan mereka, terutama kaum wanita, yang berani mengikuti kata hatinya, menempuh jalan hidup yang dipilihnya. Salah satu wanita yang saya banggakan itu adalah calon isteri saya. Terlebih di negeri kita yang kerap menenggelamkan peranan wanita lewat kaidah-kaidah agama. Tulisan yang adem, … Mbak, Non, Bu, atau Jeng ya enaknya?
BeWe,
Sebetulnya para wanita bisa berkarya atas dukungan pasangan….banyak kok sebetulnya yang tak masalah dengan hal ini.
Sepertinya kita telah mendiskusikannya di telpon ya, Bu 🙂
Dulu orangtuaku menginginkan anak-anaknya jadi PNS semua. Semua. Dan semua dari kami juga berkata: “Apa-apaan?” Hihihi.
Tapi rupanya kami kompak. Kompak dalam arti: kalau bapak kita ingin kita jadi PNS karena ia merasakan betul nikmatnya jadi PNS, kita juga harus membuktikan, bahwa tanpa jadi PNS pun, hidup kita sama berkualitasnya dan punya masa depan. Bahkan bisa lebih dari itu. Dan kita serius dengan pilihan kita. Tidak sekadar coba-coba.
Kami menyadari, bapak penginginkan itu, karena ia tau betul bagaimana ia meniti karir dan dapat menyekolahkan kami semua. Tapi kami semua pun membuktikan pilihan kami. Bukan menolak tanpa argumen. Tapi sayang, bapak sudah tidak ada kini.
Intinya memang: kita harus membuktikan bahwa pilihan kita nggak asal pilih atau sekadar coba-coba. Karena nyaman tidaknya sesuatu, kan yang menjalani juga yang akan merasakannya. Tentunya tetap dengan mendengarkan masukan pihak lain di luar diri kita.
Daniel Mahendra,
Hmm….justru masalahnya jika kita sendiri masih tak tahu kemana arah kaki akan melangkah.
Perlu juga mendengarkan beberapa saran dari pihak lain, walau pada akhirnya kita sendiri yang menentukan.
Btw, saya dulu selalu diskusi dengan alm ayah, setiap kali akan melangkah…dan rasanya menjadi nyaman…..
Hidup adalah pilihan ….
masDan,
Betul…
bukan gitu maksudnya, bu. usul itu sebenarnya ditujukan untuk si bapak, daripada pusing2 mikirin putrinya yang nggak boleh kerja kemana-mana. dan sebetulnya usul lengkapnya adalah: nikahkan saja dia (dengan saya), pak. selesai perkara.” hwehe.
(^_^)v
depkeu supersibuk, lah. rapat sampai malam itu sudah biasa. hwehe. ngebelain.
Farijs van Java,
Terus kata bapaknya bagaimana? asyik juga kan dapat mertua bos….atau malah nggak nyaman ya?
saya dulu pnh mendengar istilah kl ayah lebih dekat ke anak perempuan, begitu juga sebaliknya. jujur saya dan bapak pun seperti itu, dr kecil bapak perhatian sekali, waktu masih sd, hampir setiap bulan saya dibeliin tas baru. mungkin krn waktu itu saya anak perempuan satu2nya entahlah tp yg saya rasakan bapak lebih bisa mengungkapkan kasih sayangnya kepada saya.
saya ikut tes ke jkt dan alhamdulillah lulus serta bekerja disini pun bapak yg mendukung sementara ibu sedikit ragu. tapi meski begitu, yg nada suaranya keliatan sedikit khawatir kl ditelp justru bapak sementara ibu saya malah lebih legowo hahaha
ah bapak.. bapak..
nice story bu, hidup sebuah pilihan tp restu orang tua tetap penting 🙂
Pimbem,
Sayapun mengalami masa seperti itu…bahkan saat memilih kuliah dimanapun bingung….hehehe…
Ketika aku masih bercelana pendek diberangkatkan ayah menuju Yogyakarta, ibu saya sambil menangis mengatakan : engkau membuang anakku jauh-jauh. Tapi ayah teguh dengan pendiriannya, kalau anak ini dibesarkan di Medan maka dia tidak akan menjadi manusia.
Waktu itu jangankan handphone, telepon umum juga belum ada, komunikasi hanya dengan surat.
Dan ketika anakku kuberangkatkan dari Medan ke Jakarta, aku tidak lagi was-was, karena aku pernah menjalaninya dengan baik. Biarlah anak-anak kita mencapai cita-citanya sendiri. Tugas kita hanya mengarahkan dan menjaga jangan sampai dia keliru jalan.
sonyssk,
Betul…orangtua tetap menjaga dan mengarahkan anak-anaknya agar tak salah melangkah,…tapi pilihan tetap ditangan si anak
yah,semoga cepat selesai masalahnya bu..kasian kemarin seperti jd ragu2x.. kalau sy sendiri karena msh ada kuliah jd sekarang lebih mencari pengalaman cr kerja dulu,sukur2x ada pers yg nerima dan mau nunggu lulus jd tanpa nganggur dulu nanti..masalahnya pas s1 sy ngerasain bu cr kerja setelah lulus itu ga enak.. asal tetap mengejar lulus kata sy ga masalah bu..
Eric,
Thanks telah menjadi temannya berbagi cerita….paling tidak ada teman untuk berbagi…
Mungkin andaikata untuk anak laki-laki lebih mudah….
Jadi kangen Bapak 🙂
Terima kasih sharing ceritanya, bu Enny… benar-benar sebuah cerita yang menghangatkan hati… 🙂
Darnia,
Kasih sayang orangtua kadang membelenggu…tapi kadang diinginkan…..
kok postingan tiba-tiba satu ‘roh’ dengan postingan marshmallow, masih soal ayah….hmmmm ada apa ya…..?
Imoe,
Ada apa ya? Ada ikatan batin?……
saya jadi kepikiran, gimana ya kalau saya nanti sempat melihat putri-putri saya yang tumbuh dewasa dan saya sebagai ayahnya.. apakah saya akan seperti ‘ayah’ yang bunda ceritakan?
Inos,
Justru teman saya, yang terlihat paling tegar, saat menikahkan putrinya, dia menangis tersedu-sedu.
Dan hal itu juga terjadi kemarin, saat keponakanku minta ijin menikah pada ayahnya, suaranya tersendat-sendat…dan yang hadir ikutan terharu.
Hubungan bapak dan putrinya memang seperti itu…begitu juga saya dulu dengan ayah alm.
Menyentuh hati mbak’..
meski masih lama aku mau bersiap hati..menghadapi peristiwa macam ini..
salam kenal..
Emma,
Salam kenal juga, makasih telah berkunjung….
Pilihan itu sudah dipilih, smoga pilihan tsb adalah yang terbaik.
Dan sepertinya diriku juga akan mengalamai hal seperti ini bu… 😦
Hanggadamai,
Kita memang akan mengalami masa-masa seperti ini…
Someday … somehow …
Saya akan mengalaminya Bu … siap atau tidak siap … tega atau tidak tega …
Ke tiga orang anak lelaki saya pasti akan menentukan jalan hidupnya sendiri …
Dan jika saat itu tiba …
Saya mungkin hanya bisa berdoa … semoga pilihan jalan hidupnya itu bisa membahagiakannya … dan bukan pilihan yang salah ..
Thanks ibu …
ini sangat menyentuh …
NH18,
Yah, bagi orangtua, setiap langkah putra putrinya akan diikuti dengan was-was dan penuh doa semoga diberkahi…
jadi ingat juga ayah di kampung…..
hidup memang banyak pilihan2….kadang kita harus berkorban untuk sebuah pilihan…bukankah begitu bu ?
Alex,
Pada akhirnya kita memang harus memilih…dan berharap pilihan itu tidak salah…
Sebelumnya,mohon ijin untuk ikutan menyatakan isi hati saya ya,bu.
Tulisan ibu ini begitu menyentuh.
Saya jadi membayangkan bagaimana pergumulan batin ayah saya waktu saya memutuskan bekerja di Jakarta hanya dengan modal ijasah SMA ; bagaimana pergumulan batin ayah saya waktu saya memutuskan untuk bekerja daripada kuliah S1 ; dan pergumulan batin ayah saya waktu ingin menikah lagi padahal saat itu kami anak2nya menentang keras.
Terima kasih,bu atas tulisan yang begitu menyentuh ini.
Dan salam kenal saya.
Retie,
Setiap saat kita memang dihadapkan pada pilihan-pilihan…dan apa yang kita pilih kadang harus melalui perjuangan untuk meyakinkan pihak yang saling terkait dengan keputusan tadi.
Salam kenal, makasih telah berkunjung.
Tamat SMP saya emang sengaja “dibuang” supaya mendapatkan pendidikan yang lebih baik. Kedua orang tua merestui dan selalu mendoakan yang terbaik buat anaknya. Lulus kuliahan saya “membuang” diri dengan izin Bapak (ibu sudah almarhum) mengejar impian. Beruntunglah almarhum Bapak saya selalu merestui apa pilihan saya asal dijalankan dengan tanggungjawab. Terima kasih postingannya bu Enny, mengingatkan saya akan almarhum kedua orang tua.
Alris,
Bersyukurlah tidak melalui kebimbangan dan mencapai apa yang diimpikan. Kadang seseorang perlu berjuang keras untuk meraih impiannya, dan yang paling sulit adalah meyakinkan orang yang terdekat.
Kok beda dengan anak2 sekarang ya Bu… untuk belajar harus berantem dulu mamanya….
Henie ZR,
Saya kurang paham maksudnya…belajar harus berantem (maksudnya mamanya harus nguber-uber?).
Kalau itu, saya bersyukur tak pernah mengalami….kebetulan saya sendiri tiap hari membawa pekerjaan ke rumah, sehingga anak-anak tahu, bahwa ibu dan ayahpun tetap bekerja di rumah…tanpa mengurangi perhatian pada mereka. Sehingga anak-anak mempunyai contoh, TV pun tak dinyalakan saat mereka belum selesai belajar…dan si mbak menonton TV sendiri dikamarnya. Tapi week end adalah hari bebas….
Menurut ogut salah satu anugrah terbesar manusia adalah menentukan pilihan.
Walaupun pilihan yang realized adalah takdir ilahi.
Pilihan unrealized dan realized akan menambah warna hidup manusia. Bayangkan ketika qta tidak mempunyai pilihan..sama saja dengan menonton TV hitam putih..(hihih ogut pernah ngerasain tuh waktu kecil)
Gempur,
Hmm…begitu ya…
Hidup memang sebuah pilihan…
Tulisan ibu menyentuh sekali
Ardianto,
Benar…dan memang tak mudah untuk menentukan pilihan….apalagi jika semuanya menarik…
Kisah yang menarik, dan cukup dalam dalam makna bunda. perbedaan dalam pandangan adalah wajar sekali dalam perjalanan hidup ini, keindahan semakin terasa pada saat tahap puncak, dapat mengerti dan terus mendukung, mampu menjauhkan perbedaan dari ego pribadi yang berkepanjangan. saya tersentuh membacanya, terima kasih Bunda. salam -japs-
japspress,
Betul…memang tidak mudah….
Seorang anak yng sangat menyukai tantangan kayaknya yah bunda 😀
Gelandangan,
Yup…betul….
salam kenal dl ya bunda…saya jg orang madiun lho?ibu dr 2anak,kls x smu dan kls 3 sd .Kisah bunda sangat menyentuh.Apa lg bt sy yg msh hrs byk belajar n belajar jd ortu yg mengerti anak2nya. Jd bs belajar tuk menghargai pilihan anak,yg terkadang tdk sesuai dgn keinginan kita sbg ortu.Slm manis sy buat bunda…trima kasih