Ketemu “Gang Gila” di JHCC

Pagi itu cuaca Jakarta lumayan cerah, setelah kemarin seharian diguyur hujan deras. Pagi itu saya berencana memenuhi undangan bang Hery, untuk menghadiri launcing bukunya Lala dengan judul “The Blings of my Life“. Rasa penasaran memang membuatku menyisihkan waktu, agar bisa ketemu Lala, karena selama ini setiap lagi mood turun, baca blognya Lala membuat bisa ketawa-ketiwi sendiri di depan kompie. Rencana berangkat lebih pagi, diganggu oleh telepon, yang mengajak diskusi tentang rencana kerja minggu depan, terpaksa saya baru berangkat sekitar jam 10 lewat.

Sampai diujung jalan Patimura, mulai turun hujan yang makin lama makin deras, syukurlah kemacetan hanya di daerah dekat sekolah Al Azhar, dan selanjutnya jalanan lancar. Sampai JHCC, acara telah berlangsung, dan yang pertama terlihat selain Lala, adalah Yessy Muchtar, yang langsung dapat dikenali karena wajahnya mirip dengan foto yang ada di blognya. Lala ternyata tak hanya berbakat menulis, namun dia juga pandai membawakan sesi tanya jawab (pas saya datang telah mulai sesi tanya jawab), semua pertanyaan dapat dijawabnya dengan tenang. Pada saat ada seorang ibu yang bertanya, bagaimana agar tidak bosan menulis? Lala menjawabnya bahwa dia mempunyai “mood buster” yaitu minum kopi (Lala termasuk coffee addict) atau mengunjungi keponakannya yang lucu-lucu.

Launching buku Lala kebetulan bertepatan dengan diadakannya Indonesian Book Fair, sehingga sambil menunggu Lala melayani penggemar bukunya yang meminta tanda tangan, saya sempat jalan-jalan keliling, melihat beberapa stand, dan mencoba memilih buku apa saja yang ingin kubeli. Maklum mesti memilih untuk membeli buku, yang kemungkinan akan sempat dibaca, karena di rumah sudah ada bertumpuk buku yang belum sempat dibaca. Buku tersebut hanya ditandai tempatnya, dan akan dibeli saat mau pulang, agar punggung tak sakit karena menggendong buku kesana-kemari. Tak lama Yessy menelepon, mengajak makan siang, dan terus terang saya tak familiar dengan wilayah JHCC, syukur ada Hilman yang menjelaskan sebaiknya makan di restoran Lapangan Tembak, agar tak terkena “getok”. Dan kesitulah kami berenam, dan hanya Hilman cowok satu-satunya, dan malah yang mentraktir kami semua. Dari membaca blognya, baru saya tahu, ternyata Hilman memang menunggu dan menemani Lala sejak hari Kamis, dan merupakan salah satu pengagum Lala. Di restoran inilah kami saling memperkenalkan diri, dan rupanya dua cewek berbaju hitam, yang dari tadi mendampingi Lala adalah “anggota Gang Gila”. Dari obrolan sambil makan, rupanya yang rame hanya Lala, Yessy, saya sendiri dan kadang diselingi komentar Hilman. Entah karena Lynda masih lelah langsung datang dari Surabaya, dan Nephi (bener nggak tulisannya?) sedang memikirkan rencana pernikahannya di awal tahun, namun cerita gang gila, ternyata yang menunjukkan karakter “gang gila” hanya Lala.

Penasaranku terjawab, setelah foto bersama, ternyata menurut pengakuannya, Linda adalah tipe “diesel“, dia pendiam bila baru kenal, dan akan rame setelah kenal lama. Dan sampai saya pulang, memang hanya sesekali terdengar suara Linda. Lala memberi buku juga khusus buat menantuku, makasih ya La, mudah2an nanti akan ada teman yang ke Iowa sehingga bukunya bisa dititipkan. Setelah puas dan lelah mengobrol, masing-masing pamit pulang, dan saya kembali ke stand tempat saya menandai buku yang ingin kubeli, antara lain Mergers, Acquisitions, and Corporate Restructurings, karangan Patrick A. Gaughan, beberapa program simulasi bisnis, dan juga buku terbitan Harlequin untuk dibaca sebagai pengantar tidur.

Sangat menyenangkan bisa ketemu dan mengobrol bersama Lala, semoga Lala terus berkarya….

Iklan