Kira-kira sebulan sebelum Lebaran saya mengunjungi D’Best (Mal di jl. Fatmawati), terasa sepi pengunjung, bahkan begitu kaki melangkah ke tangga, terasa kurang terawat. Padahal D’Best merupakan Mal yang besar, dengan kompleks pertokoan di sekitarnya, dan parkirnya cukup luas. Mal ini dulunya adalah ex Golden Truly sebelum krisis ekonomi tahun 1997 an, yang kemudian digantikan oleh D’Best. Mal ini cukup luas dan berlantai 4. Mengapa Mal ini menarik minatku? Karena Mal ini letaknya sangat dekat dengan kompleks perumahan tempat tinggalku, dan dulu saat anak-anak kecil dan si mbak pulang kampung saat Lebaran, ke Mal inilah jika kami ingin berbelanja diteruskan makan (biar nggak masak di rumah).
Sejak tanggal 11 Nopember, di lantai 3 (tiga) D’Best telah dibuka toko buku Gramedia yang besar dan luas, menggantikan toko buku Tri Media (yang sebetulnya juga group Gramedia) yang hanya menggunakan sebagian kecil lantai 3 (tiga). Sejak saya tidak aktif, di kala jenuh, siang hari kadang saya mengunjungi D’Best, sekedar berbelanja, atau melihat-lihat buku di Tri Media. Sampai suatu ketika saya heran, ini hari kerja, namun kok cukup banyak pengunjung yang menyambangi Tri Media, dan membolak-balik buku. Dari penampilannya adalah penampilan orang bekerja, bahkan ada beberapa yang memakai dasi. Saya berpikir, mungkin ini berasal dari orang-orang yang bekerja di perkantoran dekat Mal tersebut, dan sambil menunggu makan siang, mampir di toko buku. Bagi saya tetap pemandangan aneh, karena dalam pengalaman kerja sekian tahun, rasanya kalau sudah masuk kantor, sulit ada kesempatan jalan-jalan ke luar seperti itu. Mungkin orang-orang seperti inilah yang dibidik oleh Gramedia, apalagi toko buku yang cukup besar, paling dekat berada di Pondok Indah Mal, dan kemudian di Blok M.
Di Citos, Mal yang disukai anak muda Jakarta, dan selalu rame, hanya ada toko buku kecil. Oleh karena itu bagi saya lebih menarik janji ketemu di Pondok Indah Mal, yang toko buku besarnya ada 3 (Kinokuniya, Toko Buku Gunung Agung dan Gramedia), karena sambil menunggu bisa asyik baca buku yang kadang menjadi lupa waktu.
Begitulah, setelah satu pekerjaan selesai, saya ke D’Best mencari flash dish, kotak penyimpan CD, dan ingin mencari koper kecil yang bisa di dorong untuk tempat laptop, sehingga kalau bepergian tak perlu memanggul ransel dipunggung yang bikin pegal, terutama jika jaraknya cukup jauh. Kegiatan mengajar ke beberapa kota, mewajibkanku membawa laptop, selain untuk memudahkan pekerjaan, juga bila malam-malam ada tugas bisa sekaligus menyetel musik untuk menemani bekerja. Toko Gramedia di D’Best luas, menyenangkan, pengunjung belum terlalu banyak, mungkin juga belum banyak yang tahu, dan sebagian besar para ibu muda.
Dan yang menyenangkan, Gramedia sekarang mengikuti konsep Kinokuniya, meletakkan sofa empuk di beberapa bagian, sehingga bagi pengunjung yang lelah, tapi masih ingin berada di toko buku, dapat melepaskan lelah sejenak tanpa harus ke luar toko, yang memungkinkan pengunjung tadi masih akan tertarik membeli satu dua buku lagi. Sambil membayar barang belanjaan, saya sempat mengobrol dengan petugas (supervisor?), dia masih mengkawatirkan apakah akan ada banyak pengunjung karena jalan Fatmawati terkenal macet. Kita tunggu saja, dan jika Gramedia bisa menyedot pengunjung, bukan tak mungkin akan melariskan pula counter lain yang berada di Mal tersebut, serta pertokoan di sekelilingnya. Bukan hal rahasia lagi, para pemilik Mal berusaha menarik “anchor tenant” yang diharapkan dapat menyedot pengunjung datang ke Mal tersebut. Dan apakah Gramedia, yang saya yakin dinilai oleh pemilik Mal sebagai anchor tenant, dapat memenuhi harapan tersebut.
Betapapun adanya Gramedia di D’Best menyenangkan hati, karena untuk mencapai ke sana bisa hanya naik angkot Rp.2000,- dalam waktu 5-10 menit (jika tak macet parah), atau bajaj Rp.10.000,- sampai ke rumah. Dan mudah2an D’Best juga membenahi Food Court nya agar tampilannya semakin menarik, karena bagi pengunjung, terutama yang punya anak kecil, keberadaan Food Court ini juga penting. Saya teringat dulu senang sekali ke Gramedia di Melawai, karena di lantai dua ada bagian yang menjual makanan, dan minuman. Jadi, sambil menunggu anak-anak yang bisa tahan baca antara 3-5 jam di Gramedia, saya bisa menunggu sambil baca buku dan makan siomay. Dan anak-anak, setelah kenyang bisa balik lagi ke toko buku…kalau sudah bosen saya bisa jalan-jalan ke pertokoan blok M yang lain dan nanti kembali ke Gramedia untuk menjemput anak-anak.
Nah-nah-nah… pengunjungnya ya seperti Ibu Enny ini, yang bakal bikin ramai. Hehe. Apalagi diulas seperti ini di blog. Bakal diserbu tuh Gramedia.
Mestinya Supervisor-nya memberikan diskon sekian persen karena Bu Enny sudah jadi promotor handal tanpa kesepakatan. Hihihi. 😉
Dan sofa itu, dan jarak serta waktu dari rumah itu, lengkap sudah.
Daniel Mahendra,
Dulu saya suka ke QB di Pondok Indah, ada sofanya, dan di pojoknya ada cafe, serta ada toiletnya (maklum beser)…..sayang sekarang tutup, kalah dengan Kinokuniya yang berada di PIM II. Tapi saya lihat Gramedia mulai melihat ini, dengan adanya beberapa sofa yang ditempatkan diantara rak-rak buku di Gramed PIM. Dan ini memang harus disadari…bagi penggila buku, perlu baca dulu out line dari buku tsb sebelum dibeli, karena buku yang dibeli relatif mahal. Karena saya sekarang mengajar, dari honor mengajar, ada sekian persen yang saya sisihkan untuk beli buku agar ilmunya bisa up todate…dan ini juga dilakukan teman2 ku sesama pengajar.
Kalau kita kenal istilah “work & leisure“…(dulu jika saya tugas ke luar kota, kerja sampai jam 2 pagi, supaya ada waktu jalan-jalan melihat kota atau daerah yg dikunjungi)….lha sekarang perlu dikenalkan, istilah “read and leisure“…bagaimana membaca juga menjadi suatu kesenangan.
Niel, saya pernah ke London, kebetulan hotel tempat menginap dan tempat seminar di dekat Trafalgar Square…yang ada toko bukunya gede banget…penjaganya di tiap lantai cuma satu. Aduhh…rasanya senang sekali, sayangnya koper udah penuh bahan seminar, jadi tak bisa beli buku banyak…apalagi masih ingin mencoba naik “Euro Star” dari London ke Paris dulu, baru pulang ke Jakarta. Senengnya, saya kesana bersama teman cewek yang suka buku juga…akhirnya waktu banyak dihabiskan di toko buku itu.
Senangnya ada toko buku di dekat rumah…. jadi mudah kalau mau mencari buku ataupun sekadar melihat-lihat
Itik kecil,
Yup betul…kalau nggak ingat masih ada tugas lain yang harus dikerjakan, mungkin saya masih nongkrong di Gramed sampai lama….Dan satu lagi, lain kali kalau kesana mesti pake sweater…dingiin banget.
Wah, senang sekali Bu kalau ada toko buku yang menawarkan kenyamanan seperti itu letaknya di dekat rumah. Hanya keluar uang sedikit tapi mendapatkan kesenangan yang luar biasa…
Aku paling suka baca-baca buku sambil kelonjotan, eh kelesotan di sofa.. 🙂
Tapi di Surabaya sedikit sekali yang menawarkan konsep seperti itu, meskipun tidak berarti saya berhenti ke toko buku. Setiap ke toko buku, dibela-belain berdiri dengan high heels atau malah duduk di lantai sekalian.. hehehe… Tapi kalau capek, ya beli aja deh… nggak usah terlalu pelit ah, La.. hehe 🙂
Seperti yang DM bilang, memang sebaiknya Ibu Enny dikasih diskon karena sudah woro-woro tanpa disuruh.. Sebentar lagi, pasti banyak yang penasaran! ^_^
Jeunglala,
Saya juga yakin kok, cepat atau lambat Gramed di D’Best akan banyak pengunjung… Dulu saya berpikir, kenapa ya kok Gramed ga buka di D’Best…karena jarak cukup jauh dari PIM dan Blok M.
Dan lingkungan sekitar D’Best adalah lingkungan perumahan, ada perumahan Diknas, perumahan Bank, Perusahaan minyak dll…lha Mizan aja berani buka di Puri Mutiara….yang menurut saya (mungkin saya salah)…lokasinya masih di bawah D’Best.
Dulu, sebelum ada sofa, saya kalau ke toko buku pakai sepatu hak rendah (hak tinggi hanya untuk pesta, karena ke kantorpun pakai celana panjang plus blazer), pakai jeans…dan duduklah di lantai…dan ini bertahun-tahun terjadi di Gramed PIM…untung Gramed segera menyadari, karena di Kinokuniya, orang bisa buka2 buku dulu, sambil duduk di sofa, baru beli bukunya. Dan nggak rugi kok…karena keluar Gramed pasti menenteng buku yang lumayan banyak. Jadi, sebetulnya persaingan, juga akan meningkatkan pelayanan pada konsumen.
Kalau sama si sulung, saya mesti mendengar rengekannya, pengin beli ini itu…dan uangnya ga cukup…maksudnya biar dibelikan ibu pake kartu kredit.
Dan aku tidak ada di sana untuk menguji sarana dan kelengkapan Gramedia yang baru.. 😛
Kunderemp,
Untung kamu jauh….kalau nggak, ibu bisa nggak tega mendengar rengekanmu tentang buku yang bagus…dan buku yang bagus makin buanyak…juga komik-komik kesenanganmu
Nah Bu, sebentar lagi Times Bookstore juga akan buka di Kemang Village, jadi pilihan akan makin banyak.
Yoga,
Entah kenapa, walau sering melalui jl. Kemang Raya kalau mau ke LPPI, saya tak terlalu tertarik untuk ngeluyur kesana…selain saat lagi pendidikan dan tidur di asrama LPPI…sehingga malam-malam keluyuran sama teman seangkatan…mencoba makan di restoan yang bertebaran disana.
Hmm saya juga udah lewat …”Tea addict“…..tapi belum berniat mampir…mungkin suatu ketika…
Bu yang suka pake dasi ke toko buku itu kayak saya bu waktu jadi salesman nungguin waktu janjian ama client..heee
Boyin,
Hahaha…..betul juga, saya kalau janjian juga paling enak di toko buku….jadi menunggu waktu nya tak terasa.
Sudah lama saya nggak ke toko buku…
Dan sebaiknya memang jangan, sih…
Suka lupa sama uang yang di kantong soalnya…
Belinya keterlaluan..
Ardianto,
Kamu ni kayak anakku sulung…
Cara mengatasinya:
Batasi uang tunai yang di bawa ke toko buku, simpan kartu ATM, kartu kredit di tempat kost…
Bawa perlengkapan secukupnya, pake jaket, celana jeans, udah makan duluan sampai kenyang…jadi betah duduk di lantai lama-lama dan tak masuk angin (kayaknya Gramed di Bandung belum pake sofa…menunggu Kinokuniya masuk Bandung)…..terus baca buku sampai habis banyak…dan keluar melenggang atau beli satu buku aja (ini yg dilakukan anak-anakku). Gara-gara ini mereka terlatih membaca cepat.
Mungkin yg belum ada coffee shop di dalam toko bukunya kali ya.. atau udah ada ???
Lis,
Memang tak ada cofee shopnya…jadi memang seharusnya D’Best memikirkan bagaimana agar food court di lantai 4 (empat) di buat menarik. Jika di PIM, didepan Kinokuniya langsung ada counter Starbuck….demikian juga di Plaza Semanggi, walau counternya di luar toko buku Kinokuniya.
D’Best jauh euy…! Kinokuniya juga belum pernah, padahal deket, di Plaza Indo… 🙂
Senada sama Ardianto. Sudah tahu sih tipsnya biar ga kalap beli buku: ke toko buku bawa uang pas, jangan bawa kartu ATM & CC. Tapi belum pernah dilakukan… 😀 Tetep aja kalaap…!
Mang kumlod,
Segmen D’Best Fatmawati, adalah untuk orang yang tinggal di daerah Jakarta Selatan….
Apalagi sekarang jarak Blok M-ke Citos bisa ditempuh dalam waktu lebih dari satu jam di sore hari pulang kantor, sedang lokasi D’Best berada di tengah2 jarak tersebut.
asyik memang kalo ada toko buku yang nyediain tempat duduk…! bisa berjam-jam di sana…
setuju sekali dengan tips membawa uang pas…
kalo ngga…
lemari buku di rumah perlu diupgrade
[senyum] 🙂
gbaiquni,
Beli buku sebetulnya tak ada ruginya, yang nggak kuat kan kantongnya…..
Tapi kalau kuat mental, ya bisa kok seharian baca…belinya yang penting aja…..(saya termasuk yang ini).
Wah ibu, jangan2 kita sebetulnya sering papasan niy di Gramed PIM 1, hahahaa..soalnya itu perpustakaan pribadi saya bu, sbb tinggal jalan kaki aja jadi kutu buku ini nemplok lah ke sana, apalagi setiap Sabtu-Minggu, tempat tongkrongan paling enak sebelum jam2 menanjak naik, soalnya makin siang makin bnyk pengunjung, sedangkan kalau pagi, NIRVANA! semuanya milik saya sendiri (dan beberapa orglain yg ada disana juga–hehe)
Saya setuju ttg read and leisure, spt Borders, mereka mmg menyediakan tempat2 untuk membaca, bahkan ada spot khusus utk anak2 dan acara dongeng buat anak2, di padu dgn coffee shop, lengkap sudah (^_^)
-G-
Kayaknya iya deh…..soalnya sering banget lihat cewek yang sampai jongkok di rak buku….suami2 juga….jadi geli…tapi seneng juga, jadi nggak malu kalau ikutan jongkok…
Ide seperti Borders sebetulnya diikuti oleh QB…tapi kan kita kebanyakan seneng jalan-jalan…walau kalau kita di PIM, sangat jarang ya lihat orang menenteng belanjaan, paling-paling buku. Jadi konsep ini jadi kurang berhasil diterapkan di Indonesia…harus yang one stop shopping….masing2 anggota keluarga bisa mengikuti minat masing-masing…ada yang suka pegang2 baju walau nggak beli, ada yang suka menekuni buku, atau ada yang suka mencoba sepatu…tapi nggak beli juga…., atau ada yang nongkrong di Cafe oh la la sambil baca buku (hehehe …saya mulai banyak punya temen seperti ini, sambil melongok jalanan)….hahaha. Banyak sebetulnya hal yang menggelikan kalau kita mengamati tingkah laku orang…dan orang yang kayak saya pun termasuk yang ditertawakan oleh yang lain.
Di Gramedia tersusun ilmu
Dan kau membiarkan penerusmu berada di sana
Sungguh bijak
Bu, coba nilai ini:
http://cucuharis.wordpress.com/2008/11/20/bunga-cinta-yang-terbenam-fiksi-bag-2/
achoey,
Sebetulnya tak harus di Gramed…ada juga di perpustakaan…tapi mungkin di Indonesia belum ada perpustakaan umum yang buka sampai malam.
tks info nya Bu. Saya gak tau kalo di D’Best ada gramedia nya. Soalnya yang keliatan toko2 komputer aja… Saya biasanya ke TM Bookstore di Detos, harganya lebih miring dibanding Gramedia. kebetulan juga dekat dengan rumah.
Buthe,
Saya pernah ke Gramedia di jl Margonda……juga suka ke “Zoe Cafe”…sambil mengobrol, bisa pinjam bacaan dan bisa ngenet.
saya tinggal di wilayah timur, jadi cuma selemparan batu sama Gramedia Pusat..
malah kadang jalan kaki ke Matraman..
😛
Mas Kopdang,
Asyik dong….iya banyak buku2 yang di cabang Gramed lain nggak ada, di Matraman ada…Kalau mau cari buku tentang hukum disarankan ke sini…tapi jauh banget dari rumahku dan parkir nya terbatas.
Wah senangnya dekat ke Mall. Saya harus berkendaraan pribadi sekitar 1,5 untuk sampai ke mall terdekat di sini Bu. Bayangkan kalau naik kendaraan umum, berapa jam yang harus saya habiskan di jalan. makanya ke mall nya paling 2 bulan sekali.
Iwan Awaludin,
Saya ke Mal biasanya hanya ke toko bukunya….hehehe…dan disitu tahan berlama-lama…apalagi ntar dekat….Ini juga bisa menghilangkan ke bete an, kalau ide ga muncul, padahal sudah dekat dead line.
yah..d’best bukannya memang sepi bu, saya pernah kesana,yah ga bgtu rame..apa karena ujan kali ya..???ibu tinggalnya dimana???fatmawati or pondok labunya???
cutemom manurung,
Saya tinggal di daerah Fatmawati…..
Hehehe namanya memang Kemang Village, tapi masuknya dari Antasari. Dibanding Kinokuniya harganya lebih rendah dan untuk mahasiswa ada diskon khusus katanya Bu. Dulu hanya ada di Lippo Karawaci, ambience-nya menyenangkan, buat diskusi enak, buat anak-anak juga nyaman. Banyak sofa-sofa besar, staff-staffnya baik dan ramah.
…
Nah, kalau Gramedia sudah buka di D’best saya jadi nggak perlu jauh-jauh ke PIM atau seperti biasanya ke Matraman. Nanti kita bisa janjian ketemuan lagi Bu… 🙂
Yoga,
Yang dekat kuburan itu ya…..memang sudah buka (udah lama nggak memperhatikan jika lewat sana).
Di D’Best mungkin yang kurang adalah restorannya…mudah2an adanya Gramedia membuat banyak masuk restoran yang udah di kenal.
Semakin luas toko buku, semakin banyak pilihan bacaan dan tentunya makin banyak waktu yang dilalui di toko buku .. btw, rata² berapa jam bu kalo sedang jalan² ke toko buku. Kalo saya, sekitar 1 jam-an gitu deh 🙂
Erander,
Waduhh saya bisa seharian…..rata-rata lebih dari 3 jam…tapi juga tergantung kebutuhan. Kalau sama suami dan anak-anak, mereka tahan duduk di bawah lima sampai enam jam….
Tapi selalu ada yang dibeli kok, lha kalau tidak kan malu sama penjaganya…
Maklum kalau ga bisa dibuka, malah ga jadi beli, karena sering belum tentu bagus, kecuali ada yang telah menulis resensinya dan layak dipercaya.
Kalau membaca cerita-cerita Bu Enny sekali-sekali pengen juga mencoba ‘menikmati’ Jakarta … soalnya selama ini kalau ke Jakarta sering hanya seperlunya saja. Bahkan pernah turun di gambir, nyebrang jalan cuma 1-2 jam presentasi lalu langsung balik ke gambir lagi dan pulang. Lebih banyak habis waktu di jalan …
Oemar Bakrie,
Memang harus menginap di Jakarta pak…sebetulnya di Jakarta cukup banyak tempat menarik…..apalagi disekitar Gambir. Mesti janjian sama Tridjoko pak, biar ada teman jalan-jalan.
Btw yang bapak datangi itu kan kantornya Ditta (putrinya Tridjoko) sejak lulus ITB …
Berbelanja buku memang menyenangkan, tapi lama juga saya tidak berkunjung ke Gramed, hehe
Dony Alfan,
Kadang saya ke Gramed hanya melihat-lihat, tak harus beli buku….
Tapi memang, saya mempunyai anggaran untuk beli buku setiap bulannya…
Wah enak bener mbak!, dekat dengan toko buku.
Singal,
Yup…betul…
Wah bunda enny, saya juga paling suka kalo jalan2 ke mal ke gramedia. dulu waktu kecil suka juga ke gramedia melawai, yang nyempil itu. masih adakah gramedia itu sekarang?
oh ya? sekarang gramedia menyediakan sofa untuk yang membaca? soalnya biasanya tidak ada sama sekali, dan bahkan jumlah buku yang dibuka pun tidak banyak. berbeda dengan toko buku aksara yang membuka hampir 90% buku-bukunya, banyak sofanya lagi.
sepertinya gramedia bisa menjadi anchor tenant yang lumayan ampuh, melengkapi d’best si anchor tenant yang sebenarnya. selamat jalan-jalan lagi ke gramedia bunda enny.
-japs-
japspress,
Gramed di Melawai masih ada, karena memang segmennya beda…dan perlu dipertahankan untuk menampung orang-orang yang mampir setelah jalan-jalan di sekitar blok M.
kalau saja semua toko buku menawarkan atmosphere seperti periplus (sofa, suasana yang nyaman buat baca, buku yang bebas dibaca ditempat)…saya pasti milih kost ditoko buku 😀 … toko buku memang selalu menyenangkan
1nd1r4,
Iya memang, dan sebetulnya masyarakat kita cukup banyak yang suka baca buku….
gramedia di Bali cuma 1 yang menawarkan sofa empuk…..dan petugas jaganya hobby banget keliling dan melototin pengunjung yang baca ditempat 😦
1nd1r4,
Mudah2an manajemen Gramedia baca komentarmu ini….seharusnya dia bisa menjaga pelanggan dengan lebih ramah….
samalah bu 🙂
saya juga ga bisa liat2 buku
biasana pasti ada aja buku yang mau dibeli,
Petak,
Kayaknya selalu ada yang ingin di beli, yang jadi faktor pembatas adalah ketersediaan dana
Saya dulu paling suka ke Gramedia, Bu!
Bagi saya, lautan buku itu pemandangan indah meski tak sanggup membaca berjam-jam sambil berdiri, tapi mengamati judul dan desain kulitnya pun saya sudah sangat suka.
Tapi saya ingat betul waktu itu saya ke Gramedia cuma untuk lihat-lihat lalu kalau ingin membeli saya lebih baik mendatangi toko buku diskon yang bukuyna sama, halal (non bajakan) dan bahkan dapet sampul plastik pula.
Dahsyat betul!
Donny Verdian,
Iya, kalau bisa dapat yang lebih murah, itu yang lebih menarik.
Saya jadi ingat, kalau ke Jogya, suami saya ngider ke toko buku di seluruh Jogya…jadi malah nggak kemana-mana. Apalagi Yogya terkenal murah…dan walau sama-sama Gramed…jenis buku yang dijual sangat berbeda, ada beberapa buku yang tak dijual di Gramed lain, selain di Yogya.
wah kalau deket rumah begitu enak yaa .. bisa mantau terus . ada rejeki tinggal beli.
tapi D’best di tangerang sekarang sudah diakuisisi sam carefour nih 🙂
mascayo,
Dari dulu mimpi ada toko buku dekat rumah, yang bisa dikunjungi se-waktu2.
hoho. membaca buku gratis memang menyenangkan.
(^_^)v
beberapa waktu lalu saya pertama kali ke dbest. lumayan sih, bu. tp agak sepi menurutku. mgkn msh kalah pamor ama plaza blok m, kali yak.
pernah nyasar pula waktu mau ke happy puppy di sebelahnya.
Farijs van Java,
Iya, DBest memang harus berjuang untuk meningkatkan pelanggan…awalnya sih cukup banyak…mungkin masuknya Gramedia diharapkan dapat menambah jumlah pengunjung…kita lihat saja…
Waaaahh D’Best….. Waktu masih jaman2nya Golden Truly, Iko suka main kesana… Soalnya di belakang Golden Truly itu rumah Iko (Sebelum pindah Bekasi)
Ibu cerita ini, jadi mengingatkan Iko dulunya… 😀
Iko,
Berarti Iko dulunya tetanggaan dong sama saya.
Ehh Iko, saya belum berhasil lho masuk ke blogmu dan memberi komentar.
anchor tenant: dalam bahasa jawa artinya: Benar benar hancur
Klo saya mah berharap ada toko buku yg ada scannernya
. Atau yg lebih realistis, menyediakan katalog resume dari backcover utk setiap buku, entah bentuk cetak atau digital.
ernafiona,
Hahaha…singkatannya boleh juga….
Harusnya begitu ya….tapi alat itu cukup mahal sih…
Belum pernah kesana 😀
maskoko,
Hmm boleh di coba kalau sedang lewat…
D’Best itu kompleks pertokoan yang lumayan lho (dulu…)… Sampai-sampai saya mengimpikan ada semacam D’Best dekat rumah, dan untungnya sudah terlaksana (dekat rumah di PG Mall)…
Kalau saya, isteri, dan kedua anak ditanya, apa sih daya tariknya PG Mall ? Jawabnya pasti bukan Toko Buku (Gunung Agung dan Gramedia), tapi ada satu restoran kecil yang berAC dan sangat nyaman untuk rendezvouz yang diberi nama “COZY” (nama lama : Padasuka). Masuknya kalau lagi rame sampai antri-antri, persis seperti sebuah restoran Vietnam di Chicago (dekat Northwestern University)… Nah kalau saya dan keluarga ditanya, mengapa suka ke Cozy, jawabannya ternyata karena minumannya ! Di sana ada beberapa pilihan cocktail dengan nama keren : Cozy, Flamingo, Sunset, dsb…lengkap dengan payung kecil di atas gelasnya tentu saja …. 😉
Jadi supaya D’Best tetap maju, selain mengundang anchor tenant macam Gramed, juga perlu ngundang restoran keluarga yang laris manis tanjung kimpul…
Mengenai Gramed, tetap tidak ada yang ngalahin Gramed Matraman yang konon terbesar di Asteng, dan….setiap Minggu di sana ada kelompok pecinta buku sedang berkumpul…dan satu dua orang sastrawan membaca buku atau puisinya..!!! Meeeenarik bah !
Tridjoko,
Gramed Matraman memang pusatnya…kalau perlu mencari buku yang tak ada di Gramed manapun, ya di Matraman tempatnya…
Sedang membayangkan sikon sekarang Bu. karena terakhir jalan2 ke D’Best th 2004. (skg tinggal di Bandung)
kalo gramedia (merdeka) – Bandung, skg merasa kurang nyaman karena kepanasan (mgkn ada hub dng efisiensi biaya shg AC sebagian tempat tidak hidup) dan menurut pengamatan saya waktu-waktu terakhir ini agak sepi pengunjung.
Dwie,
Gramed di Bandung ruangannya memang terkesan tambal sulam ya….tapi saya lihat masih banyak pengunjung karena lokasinya di tengah kota
Wah kalo’ saya mah jauh dari yg namanya toko buku apalagi Gramedia..
Hiksss
HeLL-dA,
Sekarang bisa baca lewat internet….
wah jauh dari rumah saya…
dari bekasi naek apa yah..
hehehe…
Moerz,
Di Bekasi kan juga ada Gramedia….
Dilengkapi dengan HOTSPOT lebih asyik sepertinya bun….biasa untuk service kepada pelanggan.
Sayangnya di sini belum ada bun.
Pakde,
Kalau dilengkapi hotspot pasti lebih seru lagi….
Saya juga suka banget pergi ketoko buku gramedia di kota saya….
Kalau udah sampai di sana…,bisa berjam2 lamanya
Kalau udah di sana pasti saya bingung ingin membeli buku yang mana…,rasanya ingin saya beli semuah dengan toko2nya, jadi kalau saya kesana bisa bebas kapan saja dan sesuka hati.
Sangking lamanya saya memilih-milih dan membaca…sampai2 saya di ikutin oleh pak satpam…
Dan setiap ketoko buku saya harus membawa uang yang lebih, karena saya lebih suka membeli buku dari pada membeli barang2 kebutuhan wanita.
Salam
mujahidahwanita,
Bagi pencinta buku, barang-barang lain menjadi nomor dua….
kalau tak silap ingat, borders di timesquare KL malah mengawinkan toko buku dengan starbucks; buku-buku boleh dibaca sambil ngopi–di samping sederet sofa-sofa empuk.
duh, bikin gak mau pulang deh, bu.
kalau membeli buku saya juga suka baca sampe beberapa halaman dulu. kalau memang bukunya hard to put down, berarti memang wajib beli. hehe! soalnya suka susah kalau terbawa kalap, jadi ya pake strategi itu.
saya setuju, memberikan kenyamanan saat di toko buku tidak akan merugikan pengusaha, justru akan semakin meningkatkan semangat pembeli untuk berbelanja. apalagi pelanggannya tipe ibu enny. wah! untung besar deh tokenya.
marshmallow,
Di luar negeri memang sudah biasa penataan toko buku, juga memberikan fasilitas semacam cafe, agar pengunjung tak harus keluar toko buku jika ingin minum atau makan makanan kecil.
Di Jakarta, rupanya hal ini mulai menjadi perhatian….yahh memang persaingan kadang membuat juga adanya peningkatan pelayanan.
Saya paling senang saat jam makan siang mampir ke toko buku yang menyediakan tempat duduk. Bisa membaca buku-buku atau majalah dengan gratis. Sehingga budget untuk membeli majalah tidak akan pernah ada 🙂
BARRY,
Betul…dan hal itu saya lihat mulai diterapkan di beberapa toko buku di Jakarta ini.
Seperti kata Marsmallow di sini sudah ada beberapa toko buku yang mempunyai coffe shop di dalamnya sehingga boleh membaca sambil minum. Tapi enaknya di Jepang, biasanya buku itu akan terbeli, tidak dikembalikan (tidak ada yang pulang tangan kosong gitu) Pemandangan orang-orang tachiyomi (membaca sambil berdiri) pun lazim di sini. Mungkin karena masyarakatnya pencinta buku, toko buku tidak ada yang sepi. Apalagi toko buku bekas dengan sistem bisa menjual lagi buku yang dibeli di situ….
Nanti kalau saya ke jakarta lagi, kita janjian di situ ya bu heheheh
EM
Ikkyu_san,
Mungkin pemilik toko buku harus mulai menerapkan berbagai strategi untuk menarik minat pengunjung.
Dan janjian di toko buku sangat menyenangkan. Saat mau ketemu Imel, saya dan Yoga janjian ketemu di toko buku…dan akhirnya malah masing-masing asyik dengan buku kesukaannya masing-masing, sambil menunggu waktu.
Bu, di Dijon saya pernah masuk di salah satu toko Buku, tapi tidak ada kursi untuk duduk. Selidik punya selidik ternyata di Toko cuman ada 3 kasir aja tanpa ada karyawan lain.
Musa,
Pas saya ke London, ada toko buku besar sekali dipinggir Trafalgar Square…dan juga tak disediakan tempat duduk….bahkan pelayannya cuma satu (kasir) di tiap lantai…jadi mungkin seperti di Dijon ya.
Wah asyik donk toko bukunya…. dekat dan menyenangkan. Tapi kalo saya yg kesana ntar malah diusir satpam, karena ngak pulang2, cuman baca tapi ngak beli2.
Hehehehe.
Jay,
Kayaknya Satpam udah mendapat pengarahan, dan sekarang malah ga ada penitipan tas dan sebagainya.
heheheh.. d jogja udah menteb banget ada toko buku namanya toga mas dan social agency.. semua buku didiskon 10-20%.. wuih.. oke banget deh..
gramedia cuma jadi ajang cari judul buku.. ahahhaa.. agak binging juga sih nanti kalo saya sudah selesai kuliah dan balik k jakarta.. gak tau d mana cari toko buku yg selengkap di jogja..
bocahpinggiran,
Yogya memang kota yang mengasyikkan untuk cari buku…
D’best….? walau saya orang jogja…tapi saya ingat…itu eks golden truly ya bu ??..Ah…coba besok mampir…karena saya punya usaha dekat situ…D’best ketimur…tepatnya Cipete raya…cat putih hijau nuansa islami…Alfath…
dyahsuminar,
Walah bu…lha Cipete Raya kan dulu tempat tinggalku selama 23 tahun lebih (kompleks rumah dinas)…terus sekarang saya pindah ke rumah sendiri, masih dekat dari Cipete Raya…
Saya waktu libur lebaran kemarin sempat melongok Tri Media D’Best Fatmawati. Memang sih toko bukunya masih kecil. Dan pilihan2nya masih sedikit, apalagi buku2 impornya hampir nggak ada.
Tetapi saya juga sempat mengunjungi Gramedia Blok-M tetapi buku2 impornya juga sedikit, kalah jauh sama Gramedia Merdeka di Bandung. Bukannya saya nggak suka buku2 lokal sih, hanya saja memang udah kebiasaan sih huehehe….. 😀
Yari NK,
Dulu di DBest memang toko bukunya kecil, dan Tri Media itu masih grup nya Gramedia. Dan sejak 11 Nopember, diperluas menjadi Gramedia di DBest…dan lumayan besar, hampir lima kalinya dulu.
Kalau saya, punya langganan toko buku sendiri 🙂 namanya Toga Mas toko buku diskon hehehehehe
Parvian,
Toga Mas memang menarik ya, bukunya banyak yang diskon….
Buku adalah Guru yang paling setia dan sebuah gudang ilmu yang bisa di bawah kemana2. sy kepikirannya pengen punya perpustakaan sendiri dirumah bunda 😀 dipenuhi dengan buku2 Sejarah dan kebudayaan Bugis
Gelandangan,
Pelan-pelan cita2mu bisa kesampaian….asalkan jika punya uang sedikit di tabung untuk beli buku…
Wah, Ibu suka main ke Melawai juga rupanya…
Saya dulu suka ke situ, tapi makannya di Jollibee yang terletak di sebelahnya…Eh masih ada nggak ya restoran fast food dari Filipina itu…
Btw, sekarang, setelah ada Pondok Indah Mall, dsb..kayaknya Gramedia Melawai makin sepi deh..
Saya udah lama nggak ke sana…
Hery Azwan,
Dulu memang suka ke sana…saat anak-anak kecil, sepulang kursus piano di Blok M, mampir ke Gramedia…tapi sekarang saya lebih suka ke Pondok Indah karena memang lebih dekat dari rumah
saya baru tau bu, di Dbest ada gramedia.
Lumayan kalau di cinere gak ada di cari ke situ ya lebih dekat.
Tini,
Gramedia di DBest baru ada sejak 11 Nopember 2008…
Kalau gramedia sudah memberikan fasilitas seperti itu, jadi tambah kerasan jalan-jalan ke sana. Tapi di gramedia dekat rumahku koq belum ada fasiltas seperti itu ya?
Edi Psw,
Kelihatannya memang baru di Jakarta, karena bersaing dengan Kinokuniya….
Kalau mau ke kantor sejak tiga bulan lalu tiap hari melewati D’Best Fatmawati, suer saya gak tau ada Gramed disana. Kapan-kapan saya mampir. Terima kasih info-nya bu Enny.
Alris,
Memang baru ada sejak 11 Nopember 2008
Semoga Gramedia D’best membaca saran Bunda sehingga bisa memberikan suasana yang nyaman dan menyenankan.
Ketika saya di Toronto saya paling suka duduk di Indigo atau Chapter karena didalam toko buku ini selalu ada Star bucks dengan tempat duduknya yang nyaman dan bisa membaca buku atau majalah semaunya. Walau tidk membelipun bisa menghabisakan waktu luang. Di Sby sekitar 4 tahun lalu Gramedia Basuki Rahmat tepat dibelakang Hotel Elmi, sering jadi tempat janjian saya dan teman teman. Thanks
Yulism,
Saya jadi ingat, dulu zaman belum ada Mal, temen yang suka ngajak jalan-jalan suka kesal, kalau jalan-jalan di Pasar Baru (maskot nya Jakarta tempo dulu), selalu minum, makan, minum lagi…dalam sehari bisa tiga kali….lha waktu jalan-jalan nya habis (kalau nggak begitu saya suka pusing). Konsep “one stop </em>shopping” di Mal membuat nyaman, masing-masing teman tinggal janjian ketemu di titik mana pada ja berapa….dan jika Gramedia, yang saya lihat pencinta buku di Jakarta sangat banyak…akan lebih banyak pengunjungnya jika mengadopisi “read and Leisure“
Menarik sekali paparan Ibu di atas. It’s inspiring. Jika setiap toko buku berupaya maksimal agar pengunjung merasa nyaman dan betah mengutak atik etalase buku tanpa merasa terganggu atau dikejar-kejar, nisacaya toko buku semakin punya andil dalam upaya pencerdasan bangsa.
T.Kadir,
Yup betul…sejak kecil, jika saya atau adik2 ulang tahun, hadiah dari ayah ibu adalah buku, tas sekolah dll. Begitu juga jika ada teman ulang tahun.
Saat telah menjadi orangtua, sepulang mengantar anak-anak kurus piano, kami mampir di toko buku…..dan akhirnya anak-anak senang membaca sejak usia 3-4 tahun (dimulai dari cerita bergambar).
Terimakasih untuk tulisannya Bu..
Ditunggu kunjungannya di Gramedia Matraman 🙂
Gramedia Matraman,
Wahh pemiliknya datang….
Iya, saya jarang ke Matraman (kecuali jika diantar suami…maklum jauh dari rumah/kantordan tak berani nyopir sendiri)….bukunya paling lengkap di Indonesia. Jadi jika mencari buku, di Gramedia yang lain tak ada, bisa menemukan sesuatu di Gramed Matraman.
Dear Ibu…
Pertama mau minta maaf…saya sendiri lupa alasan saya, kenapa bisa manggil Ibu Ratna yah…mungkin dari edratnanya..ternyata nama Ibu adalah Ibu Enny ya? Mohon maaf ya bu!
Kedua, mo sharing aja, Ibu udah sempat liat gramedia grand indonesia belum bu? lumayan besar dan lengkap, khususnya untuk area buku importnya. Ada cafenya juga…sayang sofanya kurang banyak..he.
Nadin,
Hehehe…ga perlu minta maaf.
Saya bisa dipanggil Enny, Dyah, Ratna …tapi hampir ga pernah dipanggil Wati.
Dulu di SMA malah panggilannya lengkap…Enny Dyah…begitu juga saat kerja, karena nama Enny ternyata banyak.
Saat bikin account yahoo, ternyata nama Enny Dyah udah dipake orang….jadi saya pakai edratna….
Saya belum pernah ke Gramedia di Grand Indonesia….. ke Grand Indonesia baru sesekali, maklum sejak si sulung menikah dan menyusul isterinya ke Amerika, paling lingkaran jalan2 saya disekitar Jakarta Selatan aja….