Sampai dua tahun yang lalu saya masih merupakan pelanggan setia kereta api, apalagi saya dan suami bekerja di lain kota. Jika suami menengok anak dan isterinya, atau saya dan anak-anak menengok ayahnya, maka pilihan utama adalah naik kereta api. Saat anak-anak besar, menengok ayah ke Bandung hanya saat libur sekolah, atau pada saat ada acara tertentu. Pesan karcis dilakukan seminggu sebelumnya agar mendapat tempat duduk. Dan sering sekali karcis ini hangus, karena mendadak suami ada acara ke Jakarta, atau saya ada tugas dadakan yang membuat batal pergi ke Bandung.
Sejak dibukanya Tol Cipularang, saya hampir selalu menggunakan travel jika pergi ke Bandung, karena kemudahan (pesan tempat hanya melalui telepon), dan jarak lokasi travel dari rumahku bisa ditempuh jalan kaki. Jarak tempuh juga lebih cepat jika naik travel, apalagi lokasi rumah saya di Jakarta Selatan, dan dekat dengan Tol Simatupang yang langsung tembus ke Tol Cikunir. Pernah si bungsu menempuh jarak Jakarta-Bandung dalam waktu 1,5 jam, karena berangkat dari Jakarta jam 5 pagi. Bisa dibayangkan, jika penumpang KA menurun drastis, apalagi banyak travel yang menawarkan perjalanan langsung dari Bandung ke bandara Sukarno Hatta, dengan biaya yang cukup murah, serta bis ber AC.
Minggu kemarin saya ada acara di Lembang selama 4 (empat) hari, kemudian menghadiri pernikahan teman (pasangan blogger) yang kenalnya lewat blog. Rencana semula suami akan menemani pulang ke Jakarta, sekaligus akan ada perlu check up di dokter langganannya. Namun mendadak ada acara lain yang tak mungkin ditinggalkan, jadi akhirnya saya memutuskan untuk naik Kereta Api karena membawa koper yang cukup besar dan satu tas lagi yang berisi bahan seminar.

Naik travel tak memungkinkan, karena penumpang travel disarankan hanya membawa satu tas berupa “travel bag” berhubung keterbatasan bagasi.
Rasanya lama sekali tak mengunjungi stasiun Bandung. Saya ingat, dulu selalu beli oleh-oleh coklat kesukaan si bungsu, dan belakangan karena si bungsu telah kuliah di Bandung, setiap kali dia mengantar ibu ke stasiun Bandung, suka dibelikan donat dari “Dunkin Donat”. Pagi itu cuaca Bandung masih diselimuti mendung setelah hujan mengguyur semalaman.

Stasiun masih sepi penumpang, saya naik KA Argogede jam 7.35 wib dari Bandung.
Setelah membeli donat untuk dimakan saat perjalanan, membeli majalah untuk jaga-jaga jika tak dapat tidur, saya melewati lorong menuju rangkaian kereta yang terletak di jalur 6.

Di stasiun juga ada retoran Hoka-hoka bento, serta berbagai makanan lain.


Kali ini saya tak mampir pada penjual rawon langganan suami sejak mahasiwa, yang terletak di bagian selatan stasiun, tapi langsung menuju gerbong 1 (satu), dipandu oleh pramugari yang tersenyum ramah.

Penumpang masih sedikit, karena masih setengah jam dari jadual keberangkatan.

Mendekati jam keberangkatan, makin banyak penumpang yang datang, dan sampai kereta berangkat saya memperkirakan occupancy penumpang mencapai 80 persen. Kebetulan saya ketemu teman seperjalanan yang menyenangkan, sehingga sepanjang perjalanan asyik mengobrol berbagai hal. Sampai stasiun Gambir tepat 3 (tiga) jam, relatif tepat waktu. Dari stasiun Gambir ke rumah, saya pesan taksi BB, yang biayanya lebih besar dibanding biaya naik KA Bandung-Jakarta, karena rumah saya di ujung selatan Jakarta, serta jalanan yang macet.
Sebetulnya naik KA sangat menyenangkan, tempat duduk longgar, bisa berjalan-jalan, mendapat kue dan aqua yang cukup mengenyangkan. Masalahnya tinggal bagaimana PT KA mengupayakan agar perjalanan bisa tepat waktu.
Catatan:
Mohon maaf, belum sempat menanggapi komentar dan blogwalking, karena kesibukan
Semoga jalur kereta api yang lain juga senyaman itu. Terutama trans jawa
Sunarnosahlan,
Saya membayangkan andaikata naik kereta bisa tepat waktu, keretanya bersih, dan aman….pasti masih banyak penumpang yang mau.
familiar banget saya dengan stasiun itu hehehe. hiks ibuuu, ke bandung kok ga kabar2i, kan saya pingin kenaaal, hiks
Ami,
Saya sibuk acara workshop di Lembang, dirumahpun hanya semalam, itupun saya ada acara kondangan…terus besoknya balik ke Jakarta, karena ada kerjaan di Jakarta.
Saya juga pengguna kereta api, menurutku KA tetep yg plg nyaman diantara alat trans yg lain. Cm pelayanannya aja yg perlu ditingkatkan. Lam Kenal.
Azzam,
Salam kenal juga
Welcome back Bu!
Ke dunia blog dan ke Jakarta, tentunya. Kapan nih saya diajak naik Argo Gede?
Yoga,
Kapan-kapan mau kerumahku, naik Argo Gede?…Ntar aja kalau nggak musim hujan…
makasih sudah datang bu ya.. 🙂
insyaAllah ketemu lagi nanti.
Trian,
Seneng sekali ketemu…Dika cantik sekali…semoga bahagia untuk selamanya….
Betul bu, jadwal kereta api mestinya bisa tepat waktu.
Tapi… kadang kalau saya telat ke stasiun berdo’a mudah2an keretanya belum berangkat. Mungkin banyak yang telat dan berdo’a demikian sehingga keretanya ga on time terus. Tapi ini mah khusus kereta Pakuan Bogor jam 17.30 dari Gambir, soalnya keluar kantor pas jam segitu juga. Abis absen langsung ngacir… (kenangan waktu masih tinggal di Bogor)
Mang Kumlod,
Kereta api telat tuh gara-gara banyak orang yang berdoa sepertimu ya???
Hmm..saya belum pernah naik kereta ke Bandung.. udik ya?..hehehe..
Puak,
Coba aja…hanya 3 jam perjalanan dari stasiun Gambir..
wahhh coba naik yang ekonomi deh buk…heheh
Dulu akrab sekali dengan jalur ini (ketimbang lewat Puncak, capek). Tapi setelah ada Cipularang, malah sudah lupa kapan terakhir kali naik kereta api Bandung-Jakarta.
Ya gimana, kalau ke Jakarta hanya untuk satu tempat tujuan, naik travel memang lebih praktis, cepat, dan tinggal cari tempat terdekat dengan tujuan. Kalau kereta kan mau tidak mau ya hanya turun di dua tempat: Jatinegara dan Gambir. Belum jarak tempuhnya.
Tapi kadang kangen juga ya…
(sama mbak-mbak Pramugarinya maksudnya! :p )
Daniel Mahendra,
Betul…sekarang KA kalah sama travel. Tapi kalau bawa anak kecil, sangat menyenangkan naik kereta api, pemandangan bagus, gerbongnya longgar, anak kecil bisa berjalan-jalan. Tapi ongkos taksinya lebih mahal dibanding harga karcis KA Argogede, dari stasiun Gambir ke rumahku, karena rumahku di ujung selatan Jakarta.
Ibu, di stasiun itu untuk pertama kalinya saya ke bandung maret taon lalu dan ketemu dm juga untuk pertama kalinya haahahhahahahaha. Ngemeng-ngemeng mbak2 pramugarinya cakep juga ya hihihihi.
DV,
Jadi ketemu DM baru setahun yang lalu ya..terus dia jam nya ngaret nggak??
Pramugarinya manis dan sopan….
saya kalau ke Bandung (dari Jkt) biasanya naik travel. saya sih ngikut suami saja. hehehe. tapi suatu kali saya ketemu teman saya. dia bilang pemandangannya bagus kalau naik kereta. wah, jadi pengen saya… 🙂
Krismariana,
Pemandangan naik KA dari Bandung Jakarta memang indah terutama jalur Bandung Purwakarta, banyak pegunungan dan jurang. Namun sekarang jalur Cipularang juga indah, asalkan nggak banyak ditambah bangunan dikiri kanan jalan, seperti jalur jakarta-Cikampek.
Duh.. aku udah lama banget gak naik Parahiangan.. apalagi sejak jalan tol sekarang udah nyambung. Dari dekat rumah langsung tol terus sampai Bandung. Sekarang mana juga banyak travel lagi.. 🙂
Makasih up date nya ya Bunda.. 🙂
Nug,
Memang, naik travel lebih praktis, terutama jika rumahnya jauh dari stasiun Gambir atau Jatinegara…
memang travel lebih efisien yah bu, dibandikangkan kereta, kadang dari gambir – fatmawatinya saja memerlukan waktu lebih dari 1 jam
tapi naik kereta enak juga apabila bepergian dengan anak2, mereka lebih suka naik kereta bu daripada naik mobil sendiri
mereka bener2 menikmati perjalanan dan gak bisa diam mondar-mandir terus.
Tini,
Anak-anak memang lebih suka naik kereta api, dibanding travel. Tapi kalau pake mobil sendiri lebih leluasa, bisa berhenti di tempat-tempat peristirahatan, terutama antara jarak Purwakarta-Bandung, pemandangannya masih segar.
Wah bu, saya terakhir ke Bandung th 2005, antar 2 teman Jepang bersama Riku yang 2 th. Tadinya Riku mau ditinggal di jkt, eee dia terbangun dan tahu bahwa mamanya mau pergi ninggalin dia…hehehe.. Nangis-nangis jadi terpaksa pada saat-saat terakhir ke Gambir, kumpulin bajunya Riku dan gendong dia begitu saja. Mamanya musti jaga dia deh selama 2 hari.
EM
Ikkyu_san,
Mungkin kalau sekarang Riku udah nyaman diajak bepergian..tinggal Kai yang masih rewel…nggak lama kok Imel, 3 tahun lagi, pasti akan menyenangkan jalan-jalan bersama mereka.
nahhh itu yang susah bu, sepertinya sudah menjadi budaya “jam karet” itu….
Pinkina,
Memang agak susah ya, apalagi relnya cuma satu dan gantian…
saya juga seneng naek kereta..
lebih nyaman..
cuman sayangnya, jadwalnya sering ngaret nih..
Billy Koesoemadinata,
Masalah utama memang jam suka ngaret….
Terakhir saya naik kereta ke Bandung kira2 6 bulan lalu. Naik Parahyangan karena berangkat duluan daripada Argo Gede. Berbeda dengan AG…kereta Parahyangan terlihat sudah tua meski kebersihan tetap terjaga. Untuk kelas eksekutif bangku2 dan segala sesuatunya masih sama persis seperti dulu, sekarang kesan-nya malah suram dan rada apek. Entah bagaimana kedepan nanti PT. Keretapi bisa bersaing dengan travel2 yang mampu bersaing di harga dan waktu.
Elyani,
Saya lebih suka naik Argo Gede, karena sering didahulukan dibanding Parahyangan….padahal mestinya untuk Bandung-Jakarta keretanya cukup satu saja…kelas eksekutif dan kelas ekonomi, tapi dibuat pemberangkatan tiap jam.
Memang perlu pengelolaan, karena bagi penumpang akan tertarik jika kereta bersih, air mengalir lancar di toilet dsb nya.
Saya sedih kalau naik kereta api Jakarta-Bandung, baik Argogede maupun Parahyangan, soalnya kalau melengok keluar jendela yang terlihat hanyalah gubug-gubung reyot terutama di sekitar Cikampek, Jatinegara dan Manggarai.. padahal di tahun 1980an gubug-gubug itu belum ada…
Kalau naik mobil lewat Cipularang, minimal pemandangan gubug-gubug itu tidak kelihatan, jadi kita bisa menikmati perjalanan…
Tridjoko,
Betul, rasanya semakin banyak gubuk-gubuk kumuh itu…padahal dulu perjalanan dari Bandung Jakarta naik kereta api sangat menyenangkan, pemandangannya indah, dan antara Purwakarta-Bandung jalur KA berkelok-kelok kayak ular.
kok bersih banget ya stasiunnya?
trus kesannya resmi banget pelayanannya….apa karena naeknya ARGOGEDE atau karena masih pagi ya? 😛
Si Bulet,
Mungkin karena masih pagi, belum banyak orang berlalu lalang…
KA Argo Gede memang paling bagus untuk jalur Jakarta-Bandung….karcisnya lebih murah lho dibanding naik Xt, hanya sedikit diatas travel B.
waaah…baca cerita mbak ,saya jadi ingin naik kereta ke Bandung….dari jakarta…sepertinya menarik juga ya..
ternyata setasiun dan keretanya ,juga suasana yang lain dalam foto…bisa dibanggakan ya…
Dyahsuminar,
Jika dijaga kebersihannya, stasiun kereta api di Indonesia bangunannya kuno dan indah, plafond nya tinggi. Kalau di LN, kan stasiun juga digunakan seperti area wisata, banyak toko yang menjual cindera mata.
asyik naik KA.
jadi kepengen…
tapi KA seperti itu apa hanya gerbong tertentu aja, bu? kalau gerbong kelas ekonomi apa bagus dan bersih juga?
Marsmallow,
Gerbong kelas ekonomi memang tak sebersih itu, Argo Gede memang untuk kelas eksekutif…walau harganya lebih murah dibanding travel yang biasa melayani Jakarta-Bandung.
dulu saya sering pulang pergi naik kereta bandung-jakarta..krn dulu kelas 5 sd sy pindah kebandung…yang saya sukai dari kereta prahyangan nasi goreng n sandwichnya enak bgt bu…
Cutemom16,
Saya tak terlalu suka makanan made in restoran KA, biasanya cuma pesan minuman hangat saja, seperti teh manis panas.
bisa jadi contoh buat yang lainnya ya bu
Omiyan,
Hmm …iya
Bagaimanapun juga …
Kereta Api punya romantika tersendiri …
Dan penggemarnya masih banyak … meskipun travel meraja lela
Nh18,
Saat saya berangkat jam 7.35 wib hari Senin, saya perkirakan occupancy rate nya di atas 80 persen, jadi mestinya masih menguntungkan.
Taxi di stasiun Bandung apa kabarnya Bu ?
Satu hal yang senang naik kereta api adalah mendengar suara klasonnya yang syahdu itu.
Toni,
Saya jarang naik taksi dari stasiun bandung, karena selama ini dijemput. Dan seringnya kan cuma bawa satu traveler bag kecil, mendingan naik angkot, karena taksinya nggak pake argo.
Tapi kalau naik travel Xt, di Bandung malah tersedia taksi BB, yang nyaman dan sopirnya sopan.
Klakson kereta api memang khas dan ngangeni
Bun, numpang mampir ya…. 🙂 Kangen juga ne..
Pengen banget Bun ngajak si kecil jalan-jalan pake kereta, cuman bingung mau kemana.. Ato ketempat Bunda aja? Gimana? 😀
Paling-paling dari Jogja ke Solo, balik lagi.. 😦
Keep posting ya Bun.
Upik,
Saat anak-anak kecil, saya pernah naik kereta api dari stasiun Jatinegara ke Gambir, anak-anak senang bukan main. Sejak itu kalau diajak naik mobil, dan ketemu kereta api, langsung menyanyi…naik kereta api..tut…tut…tut
Iya nih lagi sibuk-sibuknya, mesti curi waktu untuk posting, jadi belum bisa BW kemana-mana. Besok mesti pergi lagi ke Jatim
iya ya bu. kalau saja kereta tak sering terlambat….
(jadi ingat lagu iwan fals)
Zulmasri,
Kata si bungsu perpisahan di stasiun kereta api lebih membuat sedih dibanding mengantar seseorang lewat bandara…karena bunyi keretanya yang..jeng..jeng..jeng..dan melihat buntutnya semakin menjauh
aku kangen naik kereta api.. masih dijual gak nasi gorengnya, mbak?? 🙂
Kucingkeren,
Nasi goreng masih ada. Makanan yang dijual: steak (model salad Solo), nasi goreng, soup a soup, indomie rebus, dan kadang (kalau hari Minggu) ada siomay tahu.
Lah, padahal hari minggu, tgl 1 itu (eh, apa sabtu ya?) Saya maen-maen ke stasiun bareng si Zulfikar. Jalan-jalan naik kereta lokal Bandung.
Ardianto,
Hari Minggu saya masih pergi ke kondangannya Trian & Dika (ketemu di blog), terus pulangnya Senin pagi.
Sebetulnya saya lebih suka naik kereta api, tapi dari stasiun Gambir ke rumah jauh dan pake macet (kadang bisa 2 jam sendiri)…jadi akhir2 ini memang lebih suka naik travel, terutama jika bawaan sedikit.
bandung??? uuhhhh pengen kesana…. 😀 aku punya voucher menginap hotel di bandung nich bun 😀 tapi cuma semalam aja 😀 makanya aku pengen banget ke Bandung
Tapi bunda sehat-sehat aja khan??
Retie,
Kalau punya voucher untuk menginap kan gampang..kalau saya menginap di rumah sendiri (kecuali kalau masih tugas, ya menginap di hotel bersama partisipan lain).
Alhamdulillah sehat, memang acara lagi padat sekali….
wah, jadi inget waktu sekolah di SPG dulu, bu eny. satu2nya transportasi sekitar tahun 80-an saat itu hanya kereta pas mau pulkam. yang saya suka setiap naik kereta, kita bisa melihat keindahan alam yang jarang sekali bisa kita lalui lewa jalan darat biasa. sungguh indah dan menyenangkan.
Sawali Tuhusetya,
Naik kereta api, yang menyenangkan jika melalui sawah-sawah yang menghampar hijau, atau gunung dan jurang…..Jika naik kendaraan roda empat, hal itu jarang terjadi.
Dulu, kalau ke rumah nenek, naik kereta ekonomi, yang kadang sering berhenti ditengah sawah, hanya untuk menambah air…sayang kereta ini sekarang sudah tak ada di kotaku.
Terakhir ke Bandung bulan Agustus kemarin, naik mobil dari Jakarta. Jaraknya hanya ditempuh kurang dari dua jam. Kalau naik kereta, bisa tiga jam, ya? Hm.. lama juga… walaupun memang, seperti yang Bunda bilang, lebih nyaman naik kereta, lebih tenang, bisa selonjoran, kalau capek bisa ngelurusin kaki atau jalan-jalan ke restorasi… (pikirannya makan mulu sih, La! hehe)
Ngomong-ngomong soal kereta, aku pernah dari Jakarta ke Surabaya naik kereta eksekutif tapi bukan Argo Anggrek *lupa namanya*. Bener-bener deh, meskipun sama-sama ber-AC, tapi jauh dari nyaman… Makanya, sejak saat itu, aku Argo Minded.. 🙂
Pst, Bunda.
Ntar kalau aku ke Jakarta, kita ketemuan kan? Aku juga pingin ketemu sama Mbak Yoga nih..
Lala,
Kalau lewat jalur Selatan, maka kereta eksekutif itu namanya Bima, dulu termasuk kereta mewah, dan satu2nya yang berhenti di stasiun kotaku. Kalau dari Jakarta ke Surabaya lewat jalur utara, kereta apinya “Argo Bromo”….kalau “Argo Anggrek” kayaknya pengganti Argo Bromo ini ya…entahlah, saya tak terlalu hafal.
Kalau waktunya memang pas, tak masalah La, ntar sms aja. Bulan ini saya memang rada sibuk kesana-sini….besokpun saya ke Surabaya, tapi cuma lewat aja, karena pelatihan di Prigen.
Wa…. bu Enny kalo dari Jakarta ke Bandung naek kereta api siy belum pernah, pernahnya dari Surabaya ke Bandung. Cukup nyaman kok (Baca : kedinginan di kereta, karena AC nya kenceng banget) musti pake pakaian lengkap.
Bu Enny, di Sby mestinya bisa ketemu ya……..
Prameswari,
Minta nomor hapeku dari DM ya…ntar saling sms an
Tapi cukup jauh tuh dari Surabaya…padahal di Prigen acara selesai jam 17.30 wib hari Sabtu, dan besoknya naik pesawat Garuda jam 11 siang.
Welcome to the flower city Bun….Rencananya jalan2 kemana aja bun….mampir ke tempat saya aja sekalian bun….di setraduta bun…tapi saya masih di jambi nih….
Pakde,
Wahh di Setra Duta ya…..daerahnya nyaman, siapa yang disana? Nyonya ada d Jambi kan?
Stasiun kereta apinya kelihatan bersih dan bagus Bunda. kalau di Madiun masih sederhana sekali ya??.. Sebenarnya KA termasuk transportasi fav. saya tetapi kadang jadwalnya tidak tepat dengan jadwal priadi saya.. 🙂 Thanks
Yulism,
Saya udah lama nggak pulang, rasanya kangen….entah begitu kereta api masuk stasiun Madiun hati mulai berdebar, karena sebentar lagi ketemu ayah ibu. Sekarang jadi sedih, karena beliau berdua sudah tiada, makanya malah jarang pulang….
Dulu sewaktu masih di Jakarta, aku sering memilih naik kereta api daripada travel (gara-gara mabok) … selain itu senang karna sering dapet kenalan di gerbong restauration… wakakakak cari pacar gitu … sayang ngak ada yang nyangkut … hiks…
Juliach,
Ceritamu mengingatkanku akan masa muda. Kalau makan di restoran KA, sering dapat kenalan mahasiswa. Saat kereta berjubel, dan disuruh pakai bisnis nggak mau, karena kenalannya om-om…lha kalau di KA ekonomi kan para mahasiswa, biar miskin tapi masa depan dapat diharapkan…
Saya pernah naik Argo Gede dari Jakarta ke Bandung, Juli 2008. Menurut saya sih nyaman, goyangan nggak begitu terasa, kursi juga empuk. Yang agak ngeri adalah waktu lewat jembatan yang tinggi sekali, melihat ke bawah jurang/sungai yang sangat dalam. Waduh, kalau kereta anjlok …. nggak berani ngebayangin …
Tutinonka,
Asyiknya naik KA Bandung-Jakarta, karena melewati pemandangan pegunungan yang indah, lewat terowongan Sasaksaat, yang dulu dipelajari saat masih SD.
dulu pas masih jaman sd suka pulkam ke surabaya naik kereta,krn msh jaman susah biasa naek mutiara selatan ato bahkan ekonomi.. inget pas lebaran naik yg ekonomi di tengah jalan gerbong dikurangi karena loko ga kuat nanjak,terpaksa desek2xan hehe
MM,
Kok namamu berubah….udah lulus ya Eric, kok MM bukannya MT?
Iya dulu sering gerbong dikurangi karena ga kuat nanjak…sekarang apa masih begitu ya…kayaknya sih enggak. Dan supaya kereta kuat naik menanjak Bandung, selain gerbong dikurangi, juga lampu sebagian dipadamkan.
skrg domisili saya tinggal di bdg bu, 4 thn terakhir ini. Awalnya memang suka pake kreta bolak-lik bdg-jkt(ortu tinggal di jkt).
Goncangan lebih stabil dibanding naik travel, dan bisa mandang2 jurang dan bukit2. Dan tanpa macet tentunya 🙂
Tapi saat giliran tol cipularang udh jadi (kala itu) dan travel B miring harganya, ya sudah…bungkus,ngapain berlama2 di perjalanan naik kereta di banding naek travel. Satu hal lagi yg bikin saya males naik kereta, kok suka anjlok gitu ya…menakutkan! HArganya dibikin miring, kayaknya kalo gak kepaksa, kyknya gak naik kereta lagi deh…
Oki,
Saat ini KA Bandung-Jakarta memang kalah bersaing dengan travel yang mudah dicapai dari mana-mana. Jika naik KA kan harus dari stasiun Gambir atau Jatinegara.
Tapi naik travel, kalau barang dibawa hanya satu tas kecil, karena tempat bagasinya kecil….jadi tergantung tujuan, lokasi rumah dan tempat tujuan dari stasiun, juga bawaan kita banyak atau sedikit.
Sebenarnya naik kereta itu enak, asalkan WC dalemnya bersih, stasiunnya bebas dari copet, dan gampang nyari taksi buat nyambung ke tempat tujuan. Gimana ya PT KA mau perhatikan ini?
Vicky Laurentia,
Soal WC, mudah2an orang PJKA ada yang baca komentarmu ini. Kemarin, saat saya naik KA, sampai mendekati stasiun tujuan, air di toilet masih banyak. Taksi tersedia di stasiun Gambir….kan ada Blue Bird….kecuali ingin taksi yang lain. Di stasiun Bandung memang agak sulit sih, taksinya nggak aturan.
Aku ke Bandung naik kereta sekali, Bu keretanya sih oke…perjalanan 11 jam bisa tidur pulas berkali-kali, cuma sampai stasiu ganti taksi (tepatnya mobil pribadi yang disewakan…disana kan banyak) tawar menawarnya woow, bikin pusing….
mas8nur,
Bersyukurlah jika bisa tidur pulas di kereta api….karena sampai di tempat akan segar bugar
Wah jadi nostalgia nih…waktu tinggal di jakarta dan masih single, tiap weekend bol-bal jakarta-bandung naik parahyangan (naik argo gede kalo lg ada kelebihan uang..hehehe) liat kakak ama ponakan. Kalo ngga dapet duduk, terpaksa di persambungan gerbong ngejogrog beralaskan koran… kalo lg hoki, duduk di gerbong makan… duduk digerbong masinis pun pernah..hehehe. What a memory…
Semangat buat para pramugarinya yach banyak banget godaan disana klo g kuat iman juga fisik pasti bahaya banyak berdoa aja
Benar kalu naik KA ke Bandung, sudah duduknya lega bisa jalan dan pipis dan sejuk. terutama harusnya PJKA selalu tepat waktu nah jelas orang-orang pasti naik KA semua.
kreatip, bikin cerita pakai foto..
kalau naik kereta ekonomi brp lama ya jkt bandung?
saya sharing juga sedikit pengalaman naik kereta jakarta bandung yah…
kereta api parahyangan jakarta bandung adai di blog k-4-s.info
jadi mengingat masa lalu
🙂
salam kenal ibu , kami dari Bali terima kasih banyak atas informasinya , kebetulan saya sama istri mau travelling ke jakarta dan bandung naik kereta kebetulan istri saya tidak pernah naik kereta api , tapi setelah saya beritahu dan lihat stasiun yang bersih dia jadi berminat , maaf ibu bisa kirim wisata kuliner di bandung kami awam sekali .
terima kasih
Salam kenal juga. Sayang sekali saya tak bisa memenuhi permintaan bapak, karena saya sendiri menulis sesuatu karena sempat berjalan-jalan diwaktu luang yang sempit, diantara waktu kerja.
Saya juga sempat punya pengalaman seperti ini masa kuliah dulu. Hampir tiap minggu PP jakarta bandung, sunggu suatu hal yang menyenangkan naik kereta api meliuk2 di balik gunung dan bukit.
Bu, saya ada rencana ajak si kecil ( umur 2th) kebandung. Kalo sampe stasiun bandung naek angkot kepusat kota no berapa dan jurusan apa ya ( kemesjid agung, alun2 or gedung sate ).
Yg nyaman naek parahyangan or agro gede ??? Makasih ya bu.
tenang aja kereta api akan kembali berjaya. akan dibuatb jalur kereta ceota maglev dari Jakarta-Bandung, dan bisa ditempuh dalam 25 menit, karena kereta ini menggunakan kecepatan 250-300 km/jam, kontruksi beda dengan kereta biasa. kereta semacam ini sudah biasa ada dinegara maju seperti Jepang, AS, Negara2 eropa, bahkan China kini pun punya. dengan kereta semacam ini pasti akan laku keras, karena secepat apapun anda ngebut di toll, tetap saja tidak bisa mencapai 250-350 km/jam kecuali anda pengemudi yang gila dengan mobil ferrari. kedepan jalur ini akan mengembalikan kejayaan kereta api Jakarta-Bandung, karena waktu tempuh 20 meniit dan bisa kurang
http://blogneforfree.blogspot.com/2010/04/jakarta-cirebon-bandung-akan-dilewati.html
yang jelas untuk kereta api bandung jakarta kalau kecepatan jauh kalah sama travel tapi buat pecinta kereta dan penikmat pemandangan alangkah indahnya naik kereta api, jadi sekarang PT.KAI jangan mengalah, pelayanan utamakan,tidak semua penumpang pingin naik kendaraan dengan cepat tapi masih banyak yang ingin menikmati perjalanan dengan melihat pemandangan disini PT KAI khususnya Bandung jakarta mempunyai pemandangan yang luar biasa indahnya untuk dinikmati,ada nilai plus yang dimiliki PT KAI,selain alam pegunungan yang dilewati bagaimana cara agar penumpang menikmati perjalanan,andai saja PT KAI menyediakan gerbong khusus yang tempat duduknya menghadap ke jendela serta tersedianya teropong untuk melihat pemandangan alangkah asiknya…insya ALLOH akan banyak penumpang karena ada plus wisatanya.tidak seperti naik mobil cepat tapi tidak ternikmati apalagi di jalan beton yang udah ditambal bikin mual dan pusing,yang tadinya kereta api bandung jakarta cepat tepat diganti jadi nikmat tepat.
kapan KALTIM ada kereta api ya …