Bepergian pada saat kondisi cuaca tidak menentu

Kadang pekerjaan tak tergantung waktu, kita bisa mendapat tugas dalam kondisi apapun. Sejak bekerja dan mulai sering bepergian pada awal tahun 80 an, maka menjadi terbiasa menghadapi kendala apapun. Namun tetap saja, setiap kali merasakan kejutan. Sebetulnya panduan yang paling sederhana adalah, harus jaga kesehatan selama tugas dinas keluar kota (turne), makan yang banyak, jangan lupa cukup tidur, dan minum vitamin. Anjuran cukup tidur itu yang sulit, karena di tempat yang baru, yang kita nggak familier, tubuh tetap harus menyesuaikan diri terlebih dulu, bahkan sering saat awalnya agak sulit tidur.

Minggu lalu saya mendapat tugas mengajar ke Jawa Timur, kali ini tempat pelatihan di Prigen, sebuah kota kecil setelah Pandaan, menuju Tretes di kaki gunung Penanggungan. Saya berangkat menggunakan pesawat Garuda paling pagi dari Jakarta, dan sampai bandara Juanda di Surabaya jam 7.20 wib. Sopir yang menjemput langsung tancap gas melalui jalan tol yang masih lengang, terus melalui jalan di atas bunderan Waru, dan terus masuk ke arah Tol Sidoarjo. Perjalanan agak tersendat setelah keluar di Tol Porong, sampai ke daerah Gempol, tempat kelahiran Inul.

Sampai Prigen masih pagi, dan karena waktu mengajar saya selepas sholat Jumat, saya berjalan-jalan mengelilingi lingkungan tempat pelatihan yang dikontrak oleh sebuah Bank di Jatim ini. Lingkungan masih asri, dari jauh terlihat gunung Penanggungan, mengingatkanku akan novelnya Langit Kresna Hariadi, yang menceritakan pesilat tangguh di kaki gunung Penanggungan. Saya mengajar sejak Jumat sore sampai Sabtu sore, dan rencana pulang ke Jakarta Minggu pagi. Dan karena peserta pelatihan juga banyak yang pulang kampung, maka selesai mengajar, saya juga segera cabut ke Surabaya, untuk menginap di Guest House tempat saya bekerja sebelumnya.

Walau sudah check in, tapi karena saya membawa koper yang akan dibagasikan, saya berangkat dari Wonocolo jam 9 pagi, karena saya pikir biar pak sopir segera beristirahat setelah sejak hari Sabtu menjemput dari Prigen, mengantar ke Gwalk, dan kembali menjemput untuk mengantar ke bandara Juanda. Jalanan masih sepi, apalagi hujan deras turun sejak dini hari, dan nggak sampai 15 menit sudah sampai di bandara Juanda. Saya sudah agak kawatir, karena hujan semakin deras, diiringi angin yang terlihat jelas dari ruang tunggu penumpang.

Saya sempat mengobrol dengan seorang ibu yang terlihat sangat energik, dan ternyata beliau sudah berumur 76 tahun, salah satu putranya adalah CEO di pabrik rokok yang termasuk “The Big Three” di Indonesia. Ibu tadi sejak 15 tahun lalu bekerja di pemberdayaan kaum cacat dan telah berkeliling dunia, mungkin itu yang membuat beliau happy karena merasa berguna bagi orang lain. Senang sekali mengobrol dengan ibu Oliviea ini, banyak sekali pengalaman yang diceritakannya. Beliau tak mau menggunakan handphone, karena beliau ingin hidup damai, toh anak-anak sudah berkeluarga semua, dia hanya menilpon kalau akan berangkat naik Garuda jam sekian dari bandara Juanda, dan diperkirakan sampai Jakarta jam sekian. Beliau betul-betul ikhlas melakukan kegiatannya ini, dan setelah dari Jakarta, beliau akan terbang ke Kenya dan terus ke Belanda.

Sedang asyik mengobrol, saat mendekati jam 10.30 wib yang seharusnya sebentar lagi boarding, ada pengumuman agar para penumpang mengambil kupon makanan. Wahh bisa lama nih, pikir saya, karena kok disuruh ambil kupon untuk makan siang. Setelah antri, saya langsung bersama rombongan penumpang pergi ke Cafe Surabaya untuk mengambil makanan. Petugas Cafe sibuk sekali mendapat limpahan penumpang yang banyak, meja-meja pun disiapkan di lorong untuk menampung pembeli dadakan. Makanan yang disediakan adalah soto dan rawon, serta teh atau kopi panas.

Karena banyaknya penumpang, pelayanan agak tersendat, terdengar gurauan penumpang, karena soto dan rawon disajikan tanpa nasi. “Jangan-jangan menunggu beli beras di pasar Wonokromo dulu ya,” kata salah seorang penumpang, Kita semua ketawa dan pemilik restoran tersenyum malu-malu. Syukurlah tak lama kemudian nasi menyusul soto yang telah agak dingin karena disajikan sebelumnya, beserta teh hangat. Tehnya enak, tapi begitu menyentuh soto, saya kok langsung pusing… ini pasti akibat semalam sulit tidur.

Akhirnya saya memutuskan untuk mencoba pijat refleksi, agar badan terasa lebih nyaman, sebelumnya mampir dulu untuk menanyakan kepada petugas di ruang tunggu, kira-kira delay nya berapa jam. Begitu dijawab kira-kira satu jam, saya bergegas ke tempat pijat refleksi, dan bilang, saya akan pijat untuk setengah jam, dan jika belum ada panggilan dari Garuda diteruskan setengah jam lagi. Rupanya penumpang banyak juga menyerbu tempat pijat ini, banyak bapak dan kaum ibu ber blazer yang menikmati pijatan. Untung tak lama kemudian ada petugas yang mulai mendatangiku dan memulai pijatan di kaki ……… waduhh sakitnya bukan main, pantas kepalaku berdenyut-denyut. Sambil dipijat saya sms adik saya di Semarang, yang kemudian membalasnya, dan cerita kalau di Semarang hujan mengguyur terus menerus sejak Sabtu malam dan dimana-mana banjir. Waduh gawat, saya mulai berpikir, jika tak bisa balik ke Jakarta, apa boleh buat, terpaksa tidur lagi di Surabaya.

Tak terasa pijet satu jam sudah selesai, biaya nya Rp.95.000,- dan setelah memberi tip pada pemijatnya, saya pergi ke lounge yang juga penuh sesak. Disini saya minum Capuccino, makan donut, serta tahu dan pisang goreng beserta sambal kecap… badan terasa agak segar. Mungkin setelah dipijat, baru badan bisa menikmati makanan. Selesai makan saya mengobrol dengan ibu di sebelahku, yang ternyata pesawatnya ke Batam di tunda sampai jam 5 sore. Saya mencoba menikmati situasi dengan mulai memejamkan mata, siapa tahu badan menjadi agak lebih enak.

Tak lama kemudian, kira-kira jam 13.30 wib ada panggilan, agar para penumpang GA 313 segera ke ruang tunggu penumpang karena pesawat akan segera boarding. Tepat jam 13.45 wib pesawat GA 313 mulai mengudara, terlambat 3 (tiga) jam dari waktu yang ditentukan. Penumpang semua tenang, malah terlihat mulai “ndremimil” berdoa, semoga perjalanan lancar.

Beberapa kali lampu sabuk pengaman dinyalakan jika pesawat mulai memasuki awan tebal, tapi selama perjalanan guncangan tak terlalu hebat sebagaimana yang pernah saya alami sebelumnya. Pesawat akhirnya mendarat dengan selamat jam 15.15 wib di bandara Sukarno Hatta, saya segera mengirim sms kepada suami dan anak, kalau pesawat telah mendarat dengan selamat. Suami segera membalas sms, “Alhamdulillah”, katanya.

Perjalanan ke Jakarta lancar karena hari Minggu, dan setelah beres-beres koper, saya segera mandi air hangat, dan ternyata badan masih terasa nggak nyaman. Apa boleh buat, selepas magrib, saya minta tolong Ti untuk ngeroki, baru kemudian makan malam dan minum teh panas manis. Setelah badan di blonyohi minyak telon (minyak untuk bayi, agar hangat), saya sholat Isya, segera menarik selimut…dan tidur nyenyak sampai pagi.

Paginya baca koran Kompas, yang menceritakan bandara Semarang ditutup sepanjang hari Minggu karena air tergenang, juga stasiun kereta api Tawang banjir. Saya bersyukur bisa pulang ke Jakarta hari itu juga, terbayang jika sampai penerbangan dibatalkan. Kejadian ini mengingatkanku setahun yang lalu, saat saya menjemput calon menantu (sekarang udah jadi menantu), yang setelah terbang selama dua hari dari Miami, pesawatnya tak bisa mendarat di bandara Sukarno Hatta dan kembali lagi di Singapore. Saya yang menjemput, juga tak bisa memasuki wilayah bandara Sukarno Hatta, karena jalan Tol yang ke arah Sukarno Hatta banjir. Dan pesawatnya akhirnya bisa mendarat di Jakarta, saat tengah malam…..dan menantuku naik bis Damri (saat itu hanya bis Damri dan truk yang bisa menerobos banjir) ke Jakarta.

Iklan

33 pemikiran pada “Bepergian pada saat kondisi cuaca tidak menentu

  1. Saat bepergian saya sering tidak bisa tidur nyenyak. Memang paling enak itu tidur di rumah sendiri. Semoga sehat dalam perjalanan.

    Barry,
    Betul…saya juga begitu…dan paling konyol jika bepergian jarak jauh, apalagi ke daerah yang jam nya berbeda.
    Bener kata orang-orang, kalau sering traveling, kita harus siap dalam kondisi apapun.

  2. adaptasi ga hanya terhadap waktu tp terutama tempat baru. itu yg kadang bikin ga nyaman 😀

    Edy,
    Betul…. dulu membayangkan, kalau orang turne itu menyenangkan. Untuk menambah pengalaman, dan kaitan dengan pekerjaan memang mendukung kita lebih memahami bidang tugas kita, tapi hal-hal lain…seperti tidur di tempat baru (walau hotel mewah sekalipun), makanan yang sering tak cocok selera, membuat kita mudah lelah.

  3. saya jg liat tuh beritanya banjir.. 😀 jadi terganggu juga ya bu

    Zoel,
    Pengalamanku belum menghebohkan dibanding adikku, dia pernah harus turun dari bis malam jarak jauh, menyeberang sungai dengan membawa tas besar, karena jalan terputus saat banjir.

    Karena sering bepergian, sebetulnya harus siap dalam keadaan apapun, yang harus dijaga badan sehat….kemarin yang membuat agak kacau, saya kurang sehat, syukurlah setelah pijat refleksi di bandara lumayan lebih enak, dan bisa makan. Hmm…pintar juga yang punya ide membuka pijat refleksi di bandara….

  4. duuuh bu,
    emang ngga enak kalau bepergian dalam musim hujan ya? Hati-hati di Bengkulu ya bu.

    Semoga nanti saya mendarat di Cengkareng tidak disambut banjir…

    EM

    Ikkyu_san,
    Sebetulnya kalau kita dalam kondisi fit…hayoo aja.
    Masalahnya, sebelum pergi pasti membuat persiapan, dan walau udah bagus tetap aja, dibaca lagi, diperbaiki…jadi udah kurang tidur. Di tempat baru, juga mesti susah tidur, bukannya takut……entah kenapa, kalau hari kedua di suatu tempat, baru bisa tidur.

    EM, katanya sih jalan ke bandara akan aman dari banjir (asal tanggul tak jebol), karena sudah ditinggikan. Usahakan sehat, juga anak-anak, semoga perjalanan pulang kampung ke Indonesia selamat, dan kita bisa ber haha hihihi lagi.

  5. Saya sering kali terdampar saat bepergian naik motor lalu tiba2 hujan sementara saya ga bawa jas hujan. Sedih deh 🙂

    Achoey
    ,
    Hmm saya juga sering begitu, kalau bawa payung nggak hujan, kalau lupa bawa payung….kehujanan dan terpaksa berteduh dulu menunggu hujan turun…apalagi jika masih ada yang di tuju…kalau nekat, jangan-jangan daerah yang dituju kering kerontang (tidak hujan).

  6. Upik

    Bunda kan selalu travelling, pastilah udah prepare dan siap dengan semua kondisi..
    Pokoknya tiap travelling semua disiapin, kaya pindahan ya gpp Bun, yang penting pulang kerumah bisa tetep fit.. Kan bisa posting terus…
    Salam hangat selalu Bun.. 🙂

    Upik,
    Iya, mesti siap dalam keadaan apapun….
    Apalagi jika mengajar ke daerah tertentu, listrik PLN sering mati……kalau tak ada genset, ya nggak apa-apa, kita bisa mengandalkan sinar matahari…..
    Memang kita tak boleh tergantung pada teknologi, karena infocus tak bisa dipakai, ya akhirnya menulis di papan, atau di kertas besar yang di selotip sepanjang dinding…tapi kenangan seperti ini malah bikin hubungan instruktur dan partisipan akrab, dan seru.

  7. benar bu…hari pertama datang ketempat yang nggak familiar gitu bisa bikin kita nggak bisa tidur. Kalau aku karena takut bu,,hehehe

    Puak,
    Ketakutan itu harus diatasi…awalnya (seperti postinganku terdahulu), saya juga merasakan takut jika tidur di tempat baru…tapi saya berpikir semua harus diatasi, kalau tidak kita bisa sakit.
    Apalagi, kita bekerja kan juga untuk keluarga, agar anak-anak bisa kuliah sampai ke tingkat yang diinginkan…dan jika sekarang, agar saya tetap dapat membiayai mbak-mbak yang telah ikut lebih dari sepuluh tahun, dan dia sebagai penopang keluarga besarnya.

  8. saya senang travelling, kesenangan yang bisa saya lampiaskan dulu saat jadi sales 😀
    sekarang kadang dapat tugas dinas keluar kota cuma tidak bisa sebebas dulu :mrgreen:

    Tomy,
    Travelling menyenangkan, asal tak dalam kaitan pekerjaan. Padahal kita bisa bepergian kemana-mana karena ada tugas pekerjaan, yang kadang membuat tak tidur sampai dini hari (siang hari meninjau proyek, malamnya diskusi)….jadi sebetulnya ke luar kota dalam rangka dinas itu capek.

    Tapi kalau dalam rangka seminar sih, seneng banget, dapat ilmu, dan kita kan tinggal mendengarkan, buat home work nya malam hari agar bisa ikut aktif diskusi keesokan harinya.

  9. Jalur darat Semarang Jakarta dikabarkan terputus. Bila musim hujan begini dan harus pulang ke Boyolali saya sering ketar ketir, karena satu-satunya jalan ya lewat Semarang.

    Sunarnosahlan,
    Benar…..penerbangan sempat dialihkan ke Yogya….

  10. Saya pikir, kalau alam terus berulah begini pada awalnya memang sangat tidak menguntungkan manusia.
    Tapi saya berpikir, di sini manusia malah ditantang untuk memperbaharui moda transport yang sudah ada dengan temuan-temuan terbaru.

    Kita nantikan saja ibu, pasti ada manusia yang bisa bikin angkutan yang mengatasi cuaca yang memang menjengkelkan ini …

    DV,
    Betul….itu adalah tantangan untuk menghasilkan karya baru. Dan buat orang-orang yang pekerjaannya sering travelling, ya harus bisa menyesuaikan diri.

    Saat diumumkan delay kemarin, orang juga tenang aja kok, karena melihat sendiri kondisi cuacanya…malah terus rame-rame berpencar, ada yang makan, pijat, duduk-duduk melanjutkan menulis di laptop…bahkan ada yang dengan nyaman tidur di sofa. Memang ada beberapa orang yang terlihat resah, karena mungkin sudah ditunggu ada kegiatan lanjutan lainnya. Andaikata delay nya di Jakarta, saya mungkin lebih pusing, karena saya berangkat pagi, untuk mengajar siang hari…lha kelasnya bisa tutup.

  11. setiap keluar kota selalu saya usahakan bawa sepatu lari. pagi hari lari sejam. biasanya malamnya tidur nyenyak……….!!!!

    Budiono Darsono,
    Saya hanya olahraga ringan…..apalagi sekarang cuaca hujan terus…kemarin di Prigen suara angin yang mengenai jendela dan pintu menderu-deru sepanjang siang dan malam hari, diikuti hujan deras.

  12. di indonesia nggak jelas bu…..jadi siap-siap aja dengan semua kemungkinan terjelek hehehe

    Imoe,
    Betul….maka anjuran orang bepergian kan selalu bawa tas kecil, yang isinya segala macam, dari obat gosok, sweater, mukena untuk sholat (kalau terpaksa harus tidur, kan sarungnya bisa dipakai sebagai selimut), kaos kaki dan lain-lain. Dan…permen cklat…ini untuk menguatkan badan, jika males makan (penyakitku suka males makan, apalagi jika sudah capek)

  13. Muda berkarya, setelah lewat masa muda nikmati wisata kemana2….patut di tiru…jadi pengen ngumpulin budget untuk jalan2 nih….

    Pakde,
    Betul pakde…ayoo menabung….nanti setelah anak-anak dewasa, bisa jalan-jalan keliling Indonesia dengan bude.

  14. loh kok kt kebalik ya Bu? saya kl lg turne malah tidurnya cepat dan pulas sekali *sayanya yg emang tukang tidur kali ya hehehe :mrgreen:

    Alhamdulillah di saat cuaca yg ga menentu kyk sekarang perjalanan Ibu dimudahkan sm yg di atas ya, meski telat 3 jam tapi penerbangan di atas awan berjalan lancar..
    Jujur kl lg musim hujan kyk gini saya agak takut berpergian, menggunakan pesawat apalagi..

    Jaga kesehatan terus ya Bu..

    Idawy,
    Iya…kemarin saya benar-benar bersyukur, begitu sampai rumah ..langsung byuuur….hujan deras seperti ditumpahkan dari langit.
    Senang sekali Ida, jika bisa gampang tidur, badan akan tetap bugar….

  15. Ikut khawatir juga waktu itu. Syukur, kemudian Ibu tiba dengan selamat.

    Bila menghadapi kondisi yang tak pasti, saya akan memilih easy going, sabar dan pasrah seperti Ibu. Selain faktor cuaca, kerap keterlambatan disebabkan oleh kerusakan pesawat atau malah pesawatnya tak ada-yang menjengkelkan, penumpang sudah membeli tiket, lantas pihak maskapai tak menerbangkan pesawat karena pesawatnya tak ada di kota tersebut, kemudian penumpang dititipkan pada maskapai lain, yang jumlah kursinya juga terbatas. Itu pengalaman-pengalaman saya, Bu.

    Sudah beberapa kali Garuda menginapkan saya di hotel berbintang karena menunda penerbangan hingga hari berganti. Saya dulu juga tak bisa ikut pemilu, sebab pesawat rusak. Untungnya saya waktu itu golput.

    Kebanyakan penumpang jadi senewen, dan marah-marah. Karena saya memilih rasional dan kalem, kerap sesama penumpang bertanya,”Sudah berkeluarga?” Dan jawaban saya selalu membuahkan komentar, “Oh pantas.”

    Ada satu pengalaman berkesan ketika terlunta-lunta di Hang Nadim. Di saat semua penumpang sudah letih dan bosan. Ternyata, salah satu diantara kami, seorang pesulap. Tak lama kemudian, kami keasyikan menyaksikan pertunjukan gratis, tertawa bersama, bahkan petugas bandara yang biasanya ngumpet karena jadi sasaran omelan ikut berbaur, hingga tak terasa kami harus check in ke hotel, karena malam sudah larut.

    Yoga,
    Jawaban jadi satu di bawah ya…ternyata ini kemarin masuk spam, baru tahu belakangan

  16. Tapi… Bunda sehat khan???

    Atau mau ditambahin dengan pijitan dari aku,bun?? 😀

    Retie
    ,
    Wahh mau Retie…apalagi punggung mulai pegal lagi…semalaman di depan lapie, menyiapkan bahan untuk berikutnya.
    Jadi maaf nih, blogwalking agak kacau

  17. Ikut khawatir juga waktu itu, syukur Ibu tiba dengan selamat. 🙂

    ##

    Beberapa kali saya mengalami penundaan pemberangkatan pesawat Bu. Pernah dioper (kayak metromini ya) ke maskapai yang lain, karena pesawat maskapai yang semestinya mengangkut saya, tak terbang ke daerah yang sedang saya kunjungi, hari itu. Pernah pula dua kali, diinapkan semalam + disuruh menunggu tanpa kejelasan, oleh maskapai nomer satu di Indonesia. Kesal juga mesti disediakan hotel berbintang yang bagus.

    Dalam kondisi begitu, saya berusaha lebih kalem dan rasional. Kebanyakan penumpang jadi senewen, demi melihat saya yang tenang-tenang, biasanya ada yang iseng nanya, “Sudah berkeluarga mbak?” Lantas jawaban saya selalu membuahkan komentar, “Oh, pantas.” 😀

    Tapi, ketika terlantar di Hang Nadim, saya terkesan dengan seorang penumpang yang ternyata punya side job sebagi pesulap. Ketika orang-orang mulai resah, ia lantas menunjukkan ketrampilannya. Tentu kami jadi keasyikan nonton, habis pertunjukannya interaktif. Sampai para staff ground dan petugas bandara yang biasanya ngumpet dalam situasinya begitu, jadi nggak ngumpet. Akhirnya, makan malam tiba, dan setelahnya kami diangkut ke hotel untuk menginap semalam, sebelum berangkat jam dua siang keesokan harinya–karena penerbangan di seluruh Indonesia, hari itu baru dimulai pukul dua siang, agar para awak pesawat dan petugas bandara bisa mengikuti Pemilu. Walhasil saya tak mengikuti Pemilu, tapi tak mengapa, karena tahun itu saya sudah berniat jadi golput.

    Yoga,
    Memang sih, kita tetap harus tenang, dan menikmati….malah jadi bahan tulisan kan?
    Kemarin, ada bapak-bapak sekitar umur 35-40 an tahun, terlihat tenang, antri dilayani makan (dia pilih nasi rawon dan teh panas manis), malah mengalah untuk mempersilahkan kaum ibu mendapat giliran lebih dulu…..ternyata saat saya naik pesawat, bapak ini duduk di kelas bisnis….. wahh hebat, batinku, padahal beliau kan bisa langsung masuk lounge, yang pasti makanannya lebih enak.

    Penumpang rata-rata tenang, karena mereka menyadari memang cuaca lagi kurang menguntungkan….. sangat menyenangkan melihat situasi seperti ini dan saya senang bisa melihat, bahwa sebetulnya banyak hal positif di sekeliling kita.

  18. Ralat sedikit Bu:
    Pada komentar saya di atas tertulis staff ground, yang saya maksud adalah ground staff.

    Yoga,
    Nggak apa-apa…kadang kecepatan menulis kita tak sejalan dengan kecepatan otak…..take it easy
    Nggak perlu di betulkan kan….karena udah di ralat disini.

  19. yang penting kesehatan.. itu yang utama.. 😉

    hebring bu,, bisa kemana2.. saya juga pengen.. 😛

    Billy Koesoemadinata,
    Sebetulnya nagi pengajar, tetap lebih enak kalau diadakan di Jakarta, tapi jika in house akan lebih mahal.

  20. Iya..bu. Saya juga sekarang sedang belajar mengatasi rasa takut dan kekhawatiran2 lainnya.
    Thanks advisenya ya bu..

    Puak,
    Kadang saya juga masih takut kok kalau tidur di tempat baru, jadi saya berdoa, karena saya bekerja untuk anak-anak…semoga kalau ada siapapun, nggak saling menganggu. Kemudian pasrah dan tidur…walau tidurnya tetap sulit kalau hari pertama di tempat asing.

  21. bepergian dalam cuaca kayak gini emang lebih ribet

    musti banyak prepare dan siap dgn plane B kalo

    ada situasi yg tdk memungkinkan.

    salam hangat dan SENYUM terindah 🙂

    Septarius,
    Memang harus dinikmati, jadi mesti sedia syal, kaos kaki, obat2an, kue-kue kecil, paling tidak nggak masuk angin.

  22. Sama Bu…tapi saya malah kebalikannya,gak bisa tidur dan bawaan’nya malah pengen ngeluyur entah kemana,yg penting sama keluarga:-)

    Gusti Dana,
    Kalau masih bisa ngeluyur sih nggak apa-apa..lha kalau di daerah kan nggak ada apa-apa.
    Seperti di Prigen kemarin, adanya hanya angin menderu-deru campur hujan…lha mendingan baca sambil selimutan.

  23. cuaca seperti ini memang harus ekstra hati-hati. Bila perlu tanya kerabat di kota tujuan lebih dulu, kira2 cuaca masih bersahabat atau tidak.
    saya pernah tersendat dalam perjalanan kereta bandung-semarang, waktu itu banjir di sekitar banjar-majenang, rel kereta terendam, jalanan longsor.
    Agak panik sih, maklum mahasiswa dana terbatas. Percaya ngga bu, saya langsung telpon temen minta transfer uang (pinjem maksudnya). Dan saya bilang, “kalau ngga percaya tonton berita di tv deh, tuh gue ada lagi nyebrang pinggir jalan yg longsor…hehehe”

    Mascayo
    ,
    Syukurlah, saya belum pernah mengalami yang separah itu….adik saya sempat pake naik perahu menyeberang sungai…baru naik bis lagi, membayangkannya sereeem.

  24. Wah fisik yang tangguh … kayaknya ibu berhasil memenej pikiran dan perasaan … hingga selalu enerjik. Salam. Nyaman mengikuti tulisan fresh from the oven. Salam.

    Ersis Warmansyah Abbas,
    Hmm…saya berusaha untuk menikmati pak..juga menikmati ketidaknyamanan, justru ini kadang yang memperkaya pengalaman.

  25. Lam kenal bu Endratna, semoga ibu selalu diberikan kesehatan dan kekuatan dalam menjalani rutinitasnya oleh Alloh ta’aalaa, memang musimnya baru hujan. Aku juga punya cerita yang lebih sedih bu baru beberapa hari kemarin perjalanan sewaktu hujan. Silakan mampir jika sudah lega. Makasih.

    O, Gitu ta,
    Salam kenal juga, makasih telah berkunjung

  26. Wah Bunda cerita mengenai perjalanan kerjanya selalu menarik,…

    Bocahbancar jadi ingin seperti itu, bekerja dengan perasaan bahagia dan bisa ke mana saja…

    Semoga saja setelah lulus dari STKS sebagai PEKERJA SOSIAL saya bisa membantu kawan kawan di Jayapura(yang sekarang menyandang angka AIDS tertinggi di Indonesia), ke Aceh untuk membantu pemulihan mental para korban tsunami, ke tempat2 di pelosok Jawa yang permasalahan sosialnya masihn sangat tinggi..

    Semoga saja saya bisa benar2 menjadi insan yang bermanfaat untuk yang membutuhkan..

    Salam Bunda…

    Bocahbancar,
    Semoga tercapai cita-cita mu.
    Alam Papua sungguh indah, demikian juga Aceh…tapi pada dasarnya alam di Indonesia ini sungguh indah.

  27. Perjalanan bagaimanapun cuacanya memang harus selalu waspada.
    Apalagi jika musim hujan gini, tambahan yang musti dipersiapkan jadi bertambah. Vitamin tetap jangan lupa ya (tapi bu Enny selalu bawa obat-obatan lengkap kemana-mana, saluuut Bu), payung, dan kaos kaki ya Bu kalo-kalo kedinginan.

    Menunggu tidak membosankan ya Bu jika punya teman seperjalanan yang menarik atau pekerjaan yang harus dikerjakan

    Prameswari,
    Hehehe…kemarin saat masih di bandara Juanda, DM malah kirim sms kopdar aja lagi…..
    Iya, memang harus selalu siap, jadi mesti bawa tas yang cukup besar untuk menampung semuanya…dan sekarang mesti ditambah kue-kue kecil….. kalau di bandara kecil kan suka tak ada lounge, atau penjual makanan terbatas.

  28. cuaca di pulau jawa belakangan banyak hujan ya, bu? wah, saya kok jadi merasa kurang nyaman harus bepergian dalam minggu ini. saya harus ke denpasar yang tentunya akan melintasi langit jawa. padahal saya tuh rada takut terbang (belakangan sejak balik ke sydney juli lalu). padahal waktu itu armadanya SQ dengan pesawat luar biasa bagus dan baru, tapi tetap ada hambatan yang bikin takut semua penumpang saat take off dan landing. saya mikir, armada bagus aja begitu, gimana dengan armada “ecek-ecek”?

    cuaca memang sesuatu yang tidak bisa dimodifikasi. tapi mustinya infrastruktur diperkuat buat menghadapinya.

    Marsmallow,
    Kalau tujuan ke Denpasar, Surabaya, Medan, Padang, Palembang, Jayapura, Biak, Timika dan kota besar lain, masih ada pesawat Garuda seperti Boeing 747 yang besar. Namun untuk kota-kota kecil, harus pakai pesawat kecil, yaitu DC 9 (diisi 9 orang).

    Yang penting kita harus siap sedia, dan berusaha badan sehat…agar kalaupun ada halangan, tak ambruk.

  29. Membaca tulisan ini barangkali versi lengkap dan kronologis dari SMS dan telpon selama perjalanan itu. Namun yang tak kalah menarik; kok aku tertarik dengan Ibu Oliviea itu ya. Yang tak mau menggunakan handphone. Hmmm…

    Terdengar menarik!

    Daniel Mahendra,
    Ibu Oliviea sangat menarik, keempat putranya tersebar di empat penjuru mata angin….sayangnya saat itu saya dalam kondisi kurang fit….jadi begitu diumumkan delay, langsung menghambur keluar, awalnya sih mencoba makanan yang disediakan Garuda, kok mual (alamat masuk angin)…… setelah sempat pijat dan masuk lounge, baru ketemu lagi waktu sama-sama menunggu bagasi.

  30. saya jarang naik pesawat! lebih sering pake Metromini, Kopaja, dan mikrolet! hihihihi..

    emang repot kalo bepergian di musim hujan, bu.. mangkanya saya selalu sedia payung!

    Zam,
    Padahal uda terbiasa jadi orang Bogor ya, kemana-mana bawa payung.
    Sebetulnya saya lebih suka perjalanan darat, naik kereta api, atau bis. Tapi berhubung tugas (ssst.. tiket pesawat pp dibayari kantor), dan kemudian habis dari kota yang satu harus pindah kota lain, kadang ke luar pulau, apaboleh buat ya terpaksa naik pesawat. Naik pesawat dalam cuaca cerah pun kadang bikin senewen, apalagi cuaca hujan sekarang ini.

Tinggalkan Balasan

Isikan data di bawah atau klik salah satu ikon untuk log in:

Logo WordPress.com

You are commenting using your WordPress.com account. Logout /  Ubah )

Foto Facebook

You are commenting using your Facebook account. Logout /  Ubah )

Connecting to %s