Jika anda berjalan-jalan di seputar jalan Thamrin-Sudirman, anda akan menemui di kiri kanan jalan, hampir semuanya terdiri dari bangunan gedung tinggi menjulang. Kemacetan yang selalu terjadi setiap hari, membuat kita tak bisa menikmati keindahan poros jalan kota Jakarta ini. Tapi cobalah anda berjalan-jalan di hari Minggu atau pada hari libur panjang seperti Minggu kemarin, anda akan menemui betapa sebetulnya Jakarta layak dinikmati. Di tengah jalan (yang sayang, agak berkurang keindahannya, karena adanya perhentian busway), terdapat taman dan pohon-pohon an rindang, dan didepan gedung, diatur taman-taman yang indah. Teman saya dari negara tetangga, pernah berkirim sms, suatu ketika dia ingin mengajak anak isterinya ke Jakarta, karena dia begitu menikmati keindahan Jakarta dan sekelilingnya, saat dia mengikuti seminar yang diadakan di kota Jakarta.
Pada suatu kesempatan ketemu makan siang bersama Mieke dan teman-teman lainnya, saya mengambil foto taman yang berada dibalik gedung tinggi.

Taman ini menjadi area terbuka, tempat nongkrong para karyawan saat istirahat setelah makan siang, tempat janjian ketemu kekasih saat pulang kantor.

Dan anda bisa menikmati segelas capuccino di Starbucks atau di Daily Bread, yang berada tepat menghadap taman.
Pertemuan atau janji ketemu banyak dilakukan di Daily Bread, lokasinya yang dekat gedung parkir dan menghadap taman, menyenangkan untuk menunggu sambil menyeruput segelas teh manis atau capuccino hangat. Juga buat suami atau isteri yang menjemput pasangannya sepulang kantor. Setelah ada Starbucks (dulu di lokasi tempat Starbucks, juga berupai cafe yang berjualan kopi dan kue-kue), maka Daily Bread mempunyai pesaing yang ketat, apalagi di taman depannya, Starbucks juga membuat tenda-tenda yang membuat orang senang mengobrol di alam terbuka sambil menyeruput kopi.
Sebuah taman di kota Jakarta penting peranannya, agar masih ada ruang hijau, diantara kepengapan udara yang makin penuh dengan CO2.
Semoga taman di balik gedung ini tetap menjadi sebuah taman, dan tak berpindah menjadi sebuah gedung bertingkat. Kalaupun membangun gedung bertingkat, tetap menyisakan adanya taman yang cukup luas, dan penuh pepohonan, yang dapat menyerap CO2.
Saya ragu apakah tempat ini patut disebut taman, bukan hanya halaman sebuah gedung bu? Memang tidak ada definisi tepat harus seberapa luas tempat untuk disebut sebagai taman itu, atau harus berbentuk empat persegi panjang/bundar, atau harus ada kolam/ayunan/ bench tempat duduk, dll.
Terlepas dari kata “taman”, memang Jakarta perlu “Hijau” dari tetumbuhan.
EM
Ikkyu_san,
Memang bukan taman yang luas seperti di Luar Negeri, yang merupakan hamparan rerumputan, ada pepohonan, ada area bermain anak dan tempat duduk menikmati matahari senja. Tapi taman kecil, di balik gedung tinggi, yang menurut saya perlu diadakan, agar pohon beton itu tak terlihat kaku, dan ada area untuk duduk saat istirahat, atau menunggu jemputan.
wuih, di mana itu, bu? memang ada beberapa tempat di jakarta yg kek gitu. dan memang, lebih bisa dinikmati ketika hari libur. itu menunjukkan apa, ya? hwehe…
v(^_^)
Farijs van Java,
Di salah satu areal perkantoran….. berbatasan dengan areal perumahan.
sayangnya taman-taman seperti ini masih sedikit ya bu… padahal taman inilah yang bisa jadi salah satu penyaring udara buat Jakarta….
Itik kecil,
Mungkin Dinas Pertamanan perlu lebih mendorong lagi, agar para pemilik gedung membuat taman diantara ruang kosong. Dilingkungan saya, yang rata-rata halaman rumahnya sempit, saat mau membangun rumah disyaratkan membuat taman kecil di depan rumah… Dan saking kecilnya, maka saya menempatkan pot-pot isi tanaman di depan pagar…lumayan juga biar tak terlihat gersang.
Setuju kalau Jakarta memang masih punya sisi cantik yg hijau di beberapa tempat. Seperti di Menteng dan Kebayoran Baru, di sepanjang Thamrin jg syukur ruang hijaunya masih dijaga. Tanpa pohon rindang tak terbayang smakin “horor”nya jakarta di siang hari.
Taman dibalik gedung tinggi kalau menurut saya setiap gedung sbaiknya menyediakan ya bu? Seperti yang diulas Ibu diatas. Rasanya nyaman sekali kalau kita punya tempat menunggu atau bercengkrama yg humanis di halaman gedung kerja kita. Sayangnya kantor saya ndak ada. Hehe. Kalau di Bandung dulu turun dari kantor langsung ketemu Taman Ganesa. Wah, asik sekali. Hehe. Semoga semakin banyak ruang hijau yang nyaman di Jakarta. Salam -japs-
Japspress,
Bandung pas di kotanya (dekat alun-alun) juga gersang….dan sebaiknya memang di trotoar mulai ditanami pohon besar agar lebih hijau. Saya lihat Surabaya sekarang lebih hijau dengan banyaknya pepohonan dipinggir jalan, serta di tengah jalan yang membatasi jalur dua arah
namun saya sering miris. taman di tengah gedung-gedung angkuh bisa jadi perhatian, tapi tidak dengan kampung kumuh yang berada tepat menempel di belakangnya. 😀
Jakarta, potret yang homogen. dari yang amat kaya sampai yg amat miskin, ada.. 😀
Zam,
Sebetulnya untuk kampung kumuh, perlu ada dorongan dari kepala RT/RW setempat. Karena, dibalik perkantoran Jakarta Selatan, ada kampung yang rumahnya kecil-kecil, tapi lingkungannya asri..jalannya pun hanya untuk satu kendaraan roda empat.
Saya ingat kampung di Yogya, tempat saya kost dulu, yang berada di gang-gang…tetap bisa dibuat hijau kan? Dan tanaman tak harus beli, antara tetangga bisa saling berbagi, dan dicari tanaman yang mudah tumbuh. Semua memang diperlukan adanya motivasi dari warga setempat untuk membuat lingkungannya nyaman…
Dan di gedung tinggi, sayapun dulu merawat tanaman…dalam pot-pot, ditaruh di ruang kerja…betapa senangnya melihat kehijauan…
semoga di taman itu cukup banyak ruang hijaunya buat area resapan air maupun tumbuhnya pohon-pohon besar penangkal polusi. dan harapan lebih besar lagi bahwa taman ini tak akan berubah menjadi hutan beton suatu waktu nanti mengingat lokasinya yang sangat strategis dan mahal.
karena wilayah kota jakarta yang begitu luas, rasanya perlu ratusan taman seperti ini agar perbandingan wilayah hijau di kota jadi lebih proporsional ya, bu?
Marsmallow,
Sebetulnya tamannya lebih luas, kebetulan saya hanya tertarik pada kolam dan taman di dekat gedungnya yang bersebelahan dengan Daily Bread. Ada taman luas, ada joging track nya yang melingkar, dan ada pepohonan tinggi. Dan karena taman ini milik perusahaan, saya kok merasa nantinya di atas ruang kosong itu akan dibangun gedung lagi..maklum tanah di Jakarta mahal sekali. Minimalnya pengelola gedung masih menanami area kosong diantara gedung dengan tanaman hijau.
Wah-wah nggak nyangka ternyata Bunda Ratna juga pengamat Taman yach. Benar juga kata Bunda Ratna meski taman tsb (atau lebih sering saya sebut landscape) itu hanya seper sekian saja dari luasan gedung pencakar langit, tapi memiliki manfa’at yang sangat besar. Salah satunya adalah untuk mengurangi kebosanan pemandangan yang sifatnya itu-itu saja (high rise building).
Mata kita akan terasa segar, dan kesan sejuk akan terasa.
Hem …andai saja persentase Taman (Ladscape) yang seperti ini mendominasi kota Jkt, pasti kesannya beda yach Bunda 🙂 🙂 🙂
Ok, bunda Ratna saya pamit dulu 🙂 🙂 🙂
best regard,
Bintang
Elindasari,
Saya memang menyukai tanaman hijau, karena mata menjadi nyaman untuk memandang. Dan sebetulnya di Jakarta banyak taman, yang sayangnya belum semua dikelola dengan baik, ditambah pengunjung yang tak disiplin dan membuang sampah seenaknya.
menyinggung soal taman…. taman yang memiliki tempat untuk duduk seperti tembok pembatas rendah (contoh : pada jalan setapak di atas) dapat dinikmati sambil menunggu….namun umumnya taman2 yang berada di area perkantoran tidak meyediakan tempat untuk duduk sehingga kita menikmati taman tersebut hanya sambil lalu saja.
bahkan seakan-akan taman tersebut….betul-betul tidak diindahkan keberadaannya….soalnya kalaupun harus menunggu jemputan teman/suami atau istri di lobby jadi pegel bu krn pengelola gedung tidak menyediakan tempat dan akhirnya fungsi taman betul2 hanya untuk memperindah suasana gedung saja namun tidak dapat dinikmati oleh para tenants untuk bersantai ria.
tapi bagaimanapun juga taman pastinya memberikan andil untuk mengurangi polusi yang semakin hari semakin menjadi.
Tini,
Iya…umumnya tak diberi tempat untuk duduk-duduk..sehingga karyawati perkantoran tak suka duduk di rerumputan, takut bajunya kusut.
Sempitnya lahan, memang membuat pengelola harus berpikir membuat taman yang cukup teduh di area yang sempit…betapapun usahanya patut dihargai….
tp kok di jakarta nggak ada taman yg luas banget, yg kaya di pilem2 luar negeri itu loh bu… hehehe. yg bisa buat duduk2, luas, dan bersih. saya rasa, taman2 itu cuma buat pemanis aja. klo memang niat, pemerintah dari dulu tidak mengizinkan adanya mal yg buanyak banget begini. susah bu nyari ruang publik di sini.
Krismariana,
Beberapa kali pernah ke luar negeri, area perkantoran sebetulnya ada juga yang mirip Jakarta…di Hongkong lebih sempit lagi, hanya gedung2 menjulang tinggi. Taman terpisah dari gedung…ada juga sih taman luas, tapi beberapa blok dari area perkantoran. Saat mengunjungi anak dan seminar ke Brisbane. gedung perkantorannya malah bisa diakses dari jalan langsung, dan tanpa taman…tapi beberapa blok dari situ ada taman luas. Saya hanya pernah ke bebarapa negara dan kota, semua ada plus minus nya. Dan ada juga yang macet seperti Jakarta, bedanya hanya mereka lebih disiplin, walau macet, mereka tak meng klakson terus menerus, menunggu dengan tertib.
Kalau untuk film…kan memang tergantung skenarionya….dimana lokasi yang mau diambil
Pernah nonton film Uncredible Huck (betul nggak ya tulisannya…lupa-lupa ingat)….ada adegan yang berlarian di atas perumahan kumuh…jadi ingat daerah Jakarta Barat mendekati Ancol (kalau kita mau pergi ke Bandara)
Wah itu harus terus dikembangkan, sudah saatnya para pengusaha kita juga memperhatikan lingkungan di sekitarnya sehingga Jakarta bisa benar2 menjadi kota yang layak huni bagi manusia..
Salam hangat Bocahbancar Bunda…..
Bocahbancar,
Saat membuat IMB, biasanya ada persyaratan seperti itu. Sama seperti saat saya membuat IMB, ada persyaratan membuat taman dan ada tanaman besar minimal satu yang ditanam di depan rumah.
itu di BEI ya bu?
saya baru tau kalo ada taman yang begitu..
Billy Koesoemadinata,
Bukan…
Di Jakarta, dibalik gedung ada banyak taman kecil seperti itu…
Sempet ngantor di sini 2 tahun, BRI II kan? Lumayan lah, ijo-ijo seuprit juga menghibur kalo lagi pening. Kalo maleman dikit, suka ada orang yang lari-lari karena ada jogging track mininya. Mmm… Masih ada engga ya sekarang?
Neng Keke,
Tebakanmu betul…..
Joging track nya masih ada…
Semoga taman tersebut bisa dijaga kebersihannya dan kesuburan tanamannya. Sehingga bisa menjadi tempat wisat atau sekedar istirahat gratis untuk penduduk kota Jakarta. Thanks
Yulism,
Saya juga berharap demikian…
Lumayan di Jakarta masih ada sedikit taman. Jika 1-3 gedung ada banyak pepohonan seperti di Manggala Wanabakti … rasanya Jakarta lebih asri lagi.
Juliach,
Iya…kalau semua gedung punya area luas dan ditanami pokon seperti Manggala Wanabakti..betapa nyamannya…
Keren-keren neh tempatnya.. Kebetulan saya baru datang dari Jakarta. Tapi gak sempet jalan2 coz ujan selama 2 hari mengguyur dan bahkan sampai banjir. Hiikkkzzzzz….
Poetra,
Yang keren apanya? Tamannya?
kalau taman diatas gedung di jakarta udah ada belum ya bu :D.. kadang kt suka maksain nanem pohon dipinggir jalan tp lahannya sempit,jdnya trotoar kemakan/rusak kena akar pohon. mending pohonnya dikumpulin buat hutan kota hehe
Eric,
Saya tak tahu….wahh asyik juga kalau punya taman di atas gedung…tapi mesti cari yang akarnya tak merusak bangunan.
sudut favorit saya dan teman-teman tuh, Bu…. habis makan siang trus nyantai sebentar di situ sambil cuci mata..
kalo saya suka liat model baju yang dipakai orang-orang yang lewat coz idenya bisa ‘dicuri’ dengan sedikit penyesuaian tentunya, hehehe… habis model-model baju yang dipake kadang lucu-lucu
Utaminingtyazzzz,
Makanya kemarin sms nya langsung…kutunggu di depan Starbucks…hehehe
Hmm, angel-nya udah lumayan. Cuma kok yang foto Starbucks agak miring ya.
Hehe, nggaya-i’. Malah ngomentari hasil jepretan.
Waktu pertama kali menginjakkan kaki di Sukabumi, saya cukup takjub lho, Bu. Rumah nenek suami saya kan masuk gang kecil yang cuma bisa dilewati 1 motor, tapi bersih sekali.
Sistem sanitasi bagus, aliran air lancar, selokan bersih, jalan tanpa sampah.
Sanggita,
Sejak ikutan sesi Photoblogging di PB08, yang dipandu Jerry Aurum, maka kita disarankan mencoba memfoto dari berbagai angle…..ada yang sambil tiduran segala. Lha ini cuma coba-coba…hahaha
Bandingkan dengan gang2 di Jakarta. Kok ngga sama ya. Mereka seringkali cuek membuang sampah ke jalan dan selokan. Duh, prihatin saya.
Lebih memprihatinkan lagi, saya cuma bisa komentar dan belum bisa menggerakkan lingkungan sekitar untuk peduli dengan sampahnya. T_T
membuat taman kecil seperti itu merupakan langkah bagus untuk mengurangi pencemaran udara di ibukota. Tulisan yang bagus….
Hilda Widyastuti,
Betapapun sempitnya halaman rumah kita, adanya tanaman membuat mata lebih sejuk, dan juga lebih banyak O2 di siang hari yang panas.
Sekarang perkantoran juga lebih menyukai tanaman segar, para karyawati menghias ruangannya dengan berbagai tanaman dalam pot kecil.
kadang suka bermimpi..
kapan ya ibukota punya lahan hijau 15% dari luas daerahnya?
kadang suka bermimpi..
kapan ya lingkungan kantor, sudirman-kuningan-thamrin punya taman belantara kayak Central Park .. kan asik, kadang2 makan siang bisa sambil piknik sama temen2 maen2 di danau melepas penat…
taman di situ sayangnya di bagian deket kolamnya kurang rimbun, jadi klo duduk2 pas lagi terik2nya wahh item juga entar Bu … tapi asik lah, punya taman kantor ketimbang ngeliat kantor2 laen yg mayoritas udah dibeton semua
Aldi,
Sebetulnya bisa dimulai oleh para pengelola gedung, dan juga para karyawan karyawati nya. Mengapa? Bukankah kita bekerja seharian, malahan Senin-Jumat lebih banyak di kantor dibanding di rumah.
Salah satu fungsi taman kota itu sendiri adalah membuat kotanya tampak indah…. Dan untuk jakarta, sepertinya perlu tidak cukup puluhan taman kota untuk membuatnya cantik mengingat wilayahnya yang luas.
Fungsi sosial taman kota juga amat bermanfaat ya Bu
Di Surabaya sedang digalakkan taman kota ini. Kalau ibu pas datang pagi…ibu pasti lihat perubahan kota Surabaya. penuh dengan taman beraneka tema. Setiap taman penuh dengan bunga beraneka warna, sarana bermain, dan full hotspot lo Bu….
Prameswari,
Saya lihat perubahan kota Surabaya, kalau dulu yang rimbun hanya daerah Darmo (untuk kota lamanya), sekarang menyebar sampai ke timur dan utara. Senang melihatnya, paling tidak pada saat panas terik kita masih disuguhi pemandangan hijau.
kalau pas rame masih bisa dinikmati ndak bu tamannya?
saya kalo iseng senengnya main ke taman kota bsd, lumayan seger banyak pohonan .. 🙂
Mascayo,
Karena terletak di halaman belakang perkantoran, ramainya adalah saat siang hari pas jam istirahat, dan saat pulang kantor sampai malam hari…..dan tentu penikmatnya juga orang-orang perkantoran juga, yang ada janji temu makan dengan teman2 nya.
Daku pernah ke tempat ini bun. Memang menyenangkan berada di tempat yang hijau seperti itu. Tempat yang sangat dekat untuk melepaskan beban.
Puak,
Iya…melihat daerah hijau memang menyenangkan…..jika siang hari paling tidak mengurangi panas, dan kalau malam hari menjadi romantis karena adanya lampu-lampu.
nice blog..salam kenal
Rizal,
Salam kenal juga
Wah…good idea tuh si pengelola gedung. Berarti si empunya gedung menerapkan prinsip-prinsip green building–meski sesungguhnya green building tdk hrs selalu identik dengan kehijauan. Tapi, setidaknya Koefisien Dasar Bangunan (KDB) sudah diterapkan. Hebatnya, itu dimanfaatkan untuk sebuah taman.
Tks for sharing.
Salam
Sofwan,
Tapi selayaknya dibuat aturan dan dipantau….DKI sudah ada aturannya, namun pemantuannya yang kelihatannya belum sepenuhnya bisa berjalan.
http://www.kalipaksi.wordpress.com
Saya juga sudah pernah kesini Bun, sayang ngak bisa menikmati tiap hari.
Coba di banyak perkantoran ada taman seperti ini yah, pasti segar.
Btw, taman yang di Sampoerna Foundation, Gedung Danamon katanya bagus juga, tapi ngak bisa dinikmati orang.
Indahjuli,
Iya dulu di depan Danamon (sekarang Samporna Foundation) tamannya bisa dinikmati…mungkin pengelolanya pusing, maklum kadang orang membuang sampah sembarangan. Padahal bisa aja dijaga satpam ya (atau biayanya terlalu mahal)…demi pencitraan kan biaya jadi relatif.
Lumayan menjaga keseimbangan di antara belantara beton Jakarta … Seharusnya bisa lebih banyak lagi yg beginian ya Bu ?
Oemar Bakrie,
Betul pak, setidaknya menjadi “lebih adem”….
Cukup bisa menyegarkan mata ya. Tapi, kalau di luaran begitu, apakah praktis hawanya jadi sejuk dan semilir? Jangan-jangan tetap gerah pengap Jakarta? Hehehe…
Daniel Mahendra,
Pernah pas ada isu bom, semua karyawan harus keluar kantor, menunggu tim gegana memeriksa seluruh gedung. Dan kami semua terpaksa menunggu di bawah pepohonan….. yang walau berangin tetap aja panas. Beda kalau sore hari, saat matahari tak menyengat situasinya menyenangkan bahkan kalau malam hari suasana nya romantis. Sayangnya pindah ke gedung yang sebelahnya ada tamannya itu sudah menikah….membayangkan kalau pacaran pasti asyik, bisa bikin cerpen, menunggu doi di bawah semilir angin…di depan Starbucks
lumayan ya mbak Eni….bisa membuat segar ditengah taman beton…
harusnya tanggung jawab pembuat taman beton…harus membuat taman hijau beneran yang luasnya sama ya…sehingga seimbang….
Alamaak…mereka pasti berhitung…lha sak meter persegi mahal je…Eman eman…
Dyahsuminar,
Iya…justru itulah yang dikawatirkan…tapi kayaknya taman itu akan tetap, kalaupun di lokasi dekat situ (yang ada joging track nya) dibangun gedung baru. Tapi memang sudah selayaknya dibuat aturan yang harus dipatuhi, agar Jakarta lebih segar
INi seperti Oase ya Bu …
Ditengah “gurun” belantara yang tandus tapi “dingin” ituh …
Salam saya
NH18,
Betul…..dan memang lingkungan sekitar trainer juga masih hijau kan, jika dilihat dari lantai atas sebuah gedung?
Dulu waktu blm melirik penggunaan jilbab kaos (saya dulu biasa pake jilbab yg berbahan kain/sutra), tiap duduk2 di sekitaran kolam udah punya gerakan sendiri, salah satu tangan mesti megangin ujung jilbab bagian belakang. Krn apa? anginnya yg semilir2 menghanyutkan, lalai dikit jilbab udah terbang kemana hahaha
Pernah waktu wiken mampir ke ATM kantor dan sekedar duduk disana.. rasanya adem banget.. betah deh duduk berlama2 sekedar menikmati angin dan pemandangan seadanya namun menyejukkan.
Btw ada lho taman hijau yg ada rumput2nya gitu di sekitaran situ, tapi sayang dilarang diduduki, ga kayak di luar negeri. Mungkin pengelola gedung melarang karena takut pengunjung yg duduk2 disitu malah mengotori krn saya pernah ngeliat sebelum ditempeli tulisan dilarang diduduki yaaaa kasian rumputnya.. jd kotor.. itupun setelah dipasang papan larangan tetep aja ada yg nekat kongkow disana sambil ngerokok!! ah endonesia endonesia.. even di kawasan yg dipenuhi sm org2 terpelajar kyk gini tetep aja ada yg ga bisa baca papan larangan..
*komen apa sih saya kok panjang gini hehehe*
Idawy,
Karena saya berlatar belakang pertanian, paling sebel kalau melihat orang menginjak rumput. Makanya di beberapa taman, suka dipasang tulisan…”jangan menginjak rumput” atau “sayangilah tanaman”.
Karena untuk berjalan-jalan, sebuah taman yang baik telah dibuatkan tempat orang berlalu lalang…
Secara naluriah, semua orang sebenarnya suka melihat tanaman hijau. Hanya saja, kemauan untuk membuat dan merawatnya, mungkin memang tidak dimiliki oleh semua orang.
Di Yogya, sejak kepemimpinan walikota Pak Herry (dan Bu Dyah tentu saja), tamanisasi maju dengan pesat. Sudut-sudut kota dibenahi dan dihijaukan. Sekarang lumayanlah, kalau menyusuri jalan-jalan di Yogya, mata bisa sedikit disegarkan oleh kehijauan. Memang belum seluruh bagian kota, karena banyak yang lahan di pinggir jalan memang sudah sangat sempit.
Tutinonka,
Kota yang tamannya teratur dan hijau, akan membuat penduduknya lebih tentram dan segar. Dulu, kalau jalan-jalan ke pedesaan, walau jalan nya dari tanah, tapi di kiri kanannya banyak pepohonan, dari pohon asem, mahoni, trembesi dll…menyenangkan.
Apalagi sekarang kan makin panas, jadi perlu ditingkatkan penghijauan di taman kota….
Saya sudah lama nggak ke Yogya, terakhir cuma menginap semalam, dan itupun tujuannya Solo, pada akhir tahun 2006.
bunda…aku pernah kesana dan duduk di starbuck itu sambil internetan chat sama seseorang nun jauh dimata…wihhhh rasanya nih asyik banget walaupun tamannya seuprit 😀
ini karena chatnya atau karena tamannya ya
Ria,
Wahh iya ya…saya malah belum pernah mencoba Starbucks di lokasi itu..payah ya…padahal sering banget kesana…habis kalau sama bapak-bapak katanya nggak nendang
aku bngga dengan arsitektur PostModeren yang Hijau. karena memiliki satu bentuk penyatuan dengan alam sekitarnya. dan aku harus patut mengsukuri nikmat yang di karunia tuhan atas alam ini.