Kelompok pertemanan

Kita tentunya mempunyai berbagai macam jenis pertemanan, ada yang teman sekantor, teman satu angkatan saat sekolah dan kuliah, ada yang teman curhat, ada yang teman karena mempunyai minat dibidang sama, seperti: seni lukis, seni teater, seni pertunjukan dan lain-lain. Berbagai kelompok pertemanan inilah yang menyeimbangkan kehidupan kita sehari-hari.

Banyaknya jenis pertemanan ini bisa menyeimbangkan kehidupan kita sehari-hari. Namun ada juga yang kelompoknya itu-itu saja, kemana-mana pergi dengan kelompok yang sama. Salahkan mereka? Tentu saja tidak, karena pertemanan adalah bagian dari kehidupan kita. Hubungan pertemanan dalam kelompok ada yang bersifat ekslusif, serta ada juga yang cair. Saya menyenangi kelompok yang cair, dimana masing-masing anggota kelompok bebas untuk keluar masuk, dan tak ada tekanan secara halus untuk tetap bersama kelompoknya.

Mengapa perlu ada kelompok pertemanan? Karena sebenarnya minat dari masing-masing orang sangat berbeda, bahkan diri kita sendiri. Seperti halnya warna, ada orang yang mempunyai warna favorit, tapi ada juga kesenangan pada warna itu berubah-ubah. Sayapun termasuk orang yang berubah-ubah ini, jika minggu ini senang warna merah, dan kemudian ada kesempatan belanja, kecenderungan akan beli baju atau pernak pernik yang warna merah. Ada kalanya menyukai warna biru, sehingga seminggu itu suka hal-hal yang terkait dengan warna biru. Namun pada dasarnya saya menyenangi warna cerah, kecuali warna untuk pakaian kerja yang memang ada aturannya, baik corak (mis. bergaris-garis halus) maupun warnanya tidak boleh mencolok.

Ada berapa macamkah kelompok pertemanan anda? Saya mempunyai 4 (empat) kelompok pertemanan saat masih aktif bekerja, dan masing-masing kelompok mempunyai peranan masing-masing. Ada kelompok yang masing-masing anggota bisa dengan bebas mengeluarkan uneg2 nya tanpa kawatir dibocorkan lagi pada orang lain. Jika salah satu anggota lagi resah, kita ketemu di salah satu resto dekat kantor. Teman yang resah akan menceritakan uneg2 nya, dan teman yang lain hanya sebagai pendengar sambil menyeruput capuccino dan croissant. Dan setelah selesai mengeluarkan uneg2, biasanya sudah tenang, dan jam istirahat sudah hampir berakhir…jadi kami bisa kembali ke kantor, tanpa ada solusi, tapi yang penting bagi teman yang lagi pusing, pilirannya sudah enteng.

Kelompok kedua adalah kelompok “gaul‘”, untuk bersama-sama datang ke reuni, untuk kopdar dengan teman-teman baru, latihan aerobik, dan lain-lain. Disini benar-benar fun, dari sekedar olah raga, sampai mengunjungi berbagai makanan setelah senam, seperti di soto Bangkong. Kelompok ketiga adalah kelompok untuk penyemangat, kita bisa belajar bersama-sama, saling menginformasikan ilmu yang harus dipelajari. Dan kebetulan dirumahku ada ruang untuk belajar, jadi kita sering kumpul, walau kadang malah banyak ketawanya, dibanding belajar nya. Kelompok keempat adalah kelompok penenang, disini ada teman yang memang dewasa sekali, dan selalu menjadi pendingin jika salah satu teman yang lain lagi resah. Dengan teman ini, saya hampir seperti keluarga dekat, kami berbagi suka dan duka.

Setelah tidak aktif bekerja, hanya ada beberapa kelompok yang masih eksis, karena pergaulannya menjadi berbeda. Saya punya kelompok teman, yang sering mengajar bareng, kelompok yang suka menikmati pemandangan dan jalan-jalan setelah selesai mengajar. Dan setelah ngeblog, saya punya kelompok baru, yaitu kelompok blogger. Kelompok ini bersifat cair, dan dengan kelompok ini, saya masih harus banyak belajar, karena karakteristiknya yang jauh berbeda dengan kelompok sebelumnya. Latar belakang orangnya juga sangat bervariasi, sehingga saya sendiri masih harus menyesuaikan.

Namun saya pernah surprised dengan seorang teman, yang mempunyai kelompok hanya tertentu saja. Saya pernah dekat dengannya, tapi tak bertahan lama, karena dia kurang suka jika saya bergaul dengan teman lain, dan dia menjadi posesif. Walau teman ini baik, saya terpaksa merenggangkan hubungan karena bagi saya, pertemanan itu begitu indah, dan jangan hanya mengenal orang tertentu saja.

Mungkin anda juga mempunyai kelompok pertemanan seperti saya, atau anda merasa mudah dan bebas bergaul dengan siapa saja?

Iklan

35 pemikiran pada “Kelompok pertemanan

  1. kelompok pertemanan ya bu…
    saya ada banyak dan sayangnya bagi saya tidak berlangsung lama. Jika suatu event selesai atau stagnan maka kelompok itu akan tercerai berai… dan kalau begitu namanya bukan kelompok pertemanan lagi ya?
    jadi saya sepertinya tidak suka “berkelompok” dalam berteman.

    Ikkyu_san,
    Masing-masing orang memang karakternya beda….
    Saya termasuk bertahan dengan teman-teman yang sesuai dengan minat…bahkan ada yang usia pertemanan udah puluhan tahun dan seperti keluarga. Bahkan teman-teman ini akhirnya seperti saudara, dan juga jadi teman keluarga, kita saling berkunjung, saling mengabarkan kondisi keluarga masing-masing.

  2. pertemanan saya tak begitu diperhatikan entah ada berapa kelompok dalam setiap jenjang pendidikan dan kemudian juga karena berpindah tempat otomatis ada perubahan kelompok teman

    Sunarnosahlan,
    Tapi biasanya tetap punya teman yang dekat kan pak? Yang juga bertahan walau masing-masing telah menikah?

  3. Teman bagi saya adalah sebagai kebutuhan…….ketika ingin mencurahkan hati, saya butuh teman…..ketika butuh informasi juga demikian……ketika dalam kebahagiaan saya butuh teman untuk berbagi rasa……dalam kesulitan yang saya alami terkadang saya sampaikan kepada teman……ketika akan tukar pikiran pun khususnya dalam menggali pendapat tak luput saya perlu teman……bahkan dengan komunikasi lewat teman, saya sangat menikmati gurau gelak tawa. …….sebaliknya ketika teman bersedih hati, saya harus bersimpati, berempati dan mendoakannya…….jadi teman sebenarnya merupakan sumber pengetahuan tentang hidup dan kehidupan……namun demikian bukan sebagai sumber bergantung padanya……dari pertemanan, saya banyak belajar tentang perilaku manusia dan masyarakat……apakah itu tentang kejujuran, keadilan, kebahagiaan, kesetiaan, kesedihan, kekerasan, kemunafikan, kehiprokitan, dan bahkan kemungkaran.

    Syafri Mangkuprawira,
    Benar pak, dengan berteman kita jadi memahami karakter orang lain. Teman yang awet dan akrab, biasanya teman yang juga berani mengkritik dan memberi saran…karena bukankah itu perlunya seorang teman? Dan teman yang seperti ini, kadang seperti mempunyai intuisi, karena kedekatannya, dan tahu kalau ada teman yang lagi ada masalah.

    Namun tentu saja ada pertemanan lain, yang kita akrab karena satu pekerjaan, atau karena hal-hal lainnya….disini memang betul, seperti kata bapak, kita belajar juga politik pertemanan, ada kebaikan hati, ada rasa tolong menolong, tapi ada juga ketidak jujuran…semua ini memberi tambahan warna pada kehidupan kita.

  4. saya ngga ada gank bu, dari dulu. solitaire tapi masih bisa nyambung kalo bergesek dengan gank yang lain. kata istri saya sih, ngga sehat. Apalagi kalo punya anak perempuan seperti saya hehehe. Harus baik-baik sama orang dan berteman dengan banyak orang, biar gampang nyari jodoh yang baik 🙂

    Iwan Awaludin,
    Saya banyak mendapat pertolongan karena pertemanan ini pak, hal ini yang membuat saya menyadari bahwa hidup ini tidak sendiri, ada ketergantungan dengan lingkungan. Dalam kehidupan saya, banyak sekali saya mendapat pertolongan teman pada saat saya mengalami kejadian darurat, perlu hal yang mendesak dan sebagainya.
    Mungkin karena sejak kecil saya suka bergaul, hidup dilingkungan kos, asrama yang mau tak mau bergaul dengan berbagai suku dan etnis yang berbeda-beda…ternyata sangat menyenangkan untuk memahami berbagai karakter orang lain.

  5. Saya masuk yang mana ya he he … Bu Ratna … tidak semua yang instan nggak baik ya … bagaimana kita memaknai dan menempatkan proporsional … Yap pertemanan untuk dinikmati

    Ersis Warmansyah Abbas,
    Betul pak…bagaimana cara kita menempatkan agar semuanya proporsional…
    Pertemanan memang untuk dinikmati..dan ada juga teman untuk berbagi suka dan duka

  6. dulu saya termasuk orang yang “tertutup” untuk pertemanan, bu. semakin beranjak tua kemudian mulai semakin “terbuka”. namun kemudian saya kecewa dengan “keterbukaan” ini, sehingga sekarang mulai mencari jenis pertemanan yang akrab, yang mengikat secara emosional. bukan sekadar pertemanan yang hanya sebatas teman.

    Farijs van Java,
    Pada akhirnya kita tetap harus bergaul dengan berbagai karakter orang. Dengan bergaul, kita banyak belajar dari orang lain, seperti pendapat pak Syafri di atas. Dari berbagai teman tadi akhirnya akan mengerucut, dan kita akan punya teman akrab, yang karena karakter beda (saling mengcover) atau justru sifatnya sama, atau karena hal-hal lain lagi.
    Bukankah kita juga perlu membangun net working..untuk kelancaran pekerjaan maupun lainnya?

  7. Sama sedang membuka lebar-lebar untuk mendapat kelompok2 pertemanan yang baru di sini Bu… Sejauh ini ya baru satu… eh dua, dan kedua-duanya Indonesia 🙂

    DV,
    Agar segera membaur, perlu segera berteman dengan penduduk asli, atau mungkin kalau di Sidney adalah dari berbagai bangsa. Dalam pertemanan tersebut, pasti banyak hal menarik yang bisa dipetik, kita juga makin kenal budaya dan kebiasaan orang serta negara lain.

  8. Saya juga seneng berteman dengan siapa saja. Cuma bun, daku nggak bisa langsung lengket gitu. Harus dideketin duluan, kayak di Omah Sendok.
    Ah, senengnya bisa mengenal semua.

    Puak,
    Kalau di Omah Sendok kemarin bisa langsung akrab karena sebelumnya kita udah kenalan walau di dunia maya, paling tidak yang diobrolkan menyambung

  9. Biasanya kalau orang sudah menikah biasanya jarang lagi curhat dengan teman2nya, curhatnya justru ke pasangan hidupnya. Kecuali mungkin jikalau curhatnya masalah keretakan keluarga yang justru tidak bisa dicurhatkan kepada pasangan hidupnya. Sekarang saya juga jarang curhat kepada teman2 walaupun sebaliknya banyak teman2 saya yang masih curhat kepada saya itupun kebanyakan mereka2 yang belum berkeluarga….

    Kalau saya pribadi, saya tidak ada kelompok pertemanan. Yang ada adalah seberapa akrab saya dengan mereka, baik teman di kantor, teman kampus dulu, teman SMA, bahkan mungkin teman blog. Itu juga teman2 dekat juga (bagi saya pribadi) perlu ‘definisi ulang’, sebab yang dulu dekat sekali, yang hampir setiap hari main bersama, setelah berkeluarga dan berpindah kota, walaupun masih relatif sering SMS namun prioritas untuk bertemu dan bercerita sudah tidak utama lagi…..

    Yah… bagi saya pertemanan adalah sama seperti “nasib”. Ia dapat datang dan pergi tanpa kita ketahui…….

    Yari NK,
    Wahh kalau curhat masalah keluarga nggak boleh dong….kalau ada masalah mendingan pada pihak ketiga yang memang kompeten dan netral, seperti psikolog dsb nya.
    Persahabatan memang kadang menjadi jarang karena berjauhan, tapi kalau kita memang klop, maka walau jauh tetap berhubungan lewat email, sms dsb nya.

    Saya masih punya sahabat sejak mahasiswa, SMA dan akhirnya menjadi sahabat baik keluarga. Demikian juga sahabat suami sejak SMA, malahan sampai sekarang masih aktif ketemuan 3 bulan sekali. Dan mereka kompak sekali, kalau ada yang mantu ikutan sibuk.

  10. betul mbak Eni…apalagi makin tua ….kita bisa lebih nyaman,lebih sreg dan bahagia kalau pertemanan itu bisa KLOP,nyambung pembicaraan…dan saling bisa bertukar cerita…pengalaman…dan NO…ngrumpi….karena kalau sudah campur Rumpi..saya merasa gak nyaman….

    Dyahsuminar,
    Wahh kalau pake ngrumpi nanti malah nambahi dosa…hehehe
    Paling nyaman memang teman karena ada minat sama, sehingga kalau ketemu ada yang didiskusikan tanpa menyinggung pribadi orang lain.

  11. kelompok pertemanan? hmm berapa banyak ya yg saya punya? nggak banyak sih. tp biasanya kalau sudah dekat, bisa kayak sodara.

    Krismariana,
    Biasanya teman dekat memang nggak banyak, apalagi yang seperti saudara. Tapi sangat menyenangkan punya sahabat dekat, yang bisa saling mendukung, dikala suka dan duka.

  12. yg pasti bu enny kelompok yg suka bergaul dg siapa saja, meski tdk termasuk bagian dari yg menyenangi puisi. he he

    Zulmasri,
    Hahaha…iya…saya paling nggak ngerti deh…tobat sama yang namanya puisi. Tapi kalau dibacakan saya suka, mungkin karena melihat cara membawakannya.
    Zaman mahasiswa saya sering datang ke acara poetry reading…..

  13. Saya adalah sosok yg ingin banyak sahabat
    Gak mau terbbatas hanya dengan itu-itu saja

    Saat SMA saya selalu masuk ke semua blok-blok pertemanan. Kadang saya dianggap gak konsisten.

    Tapi inilah saya, lebih suka semuanya jadi sahabat. Dan saya jadi sahabat semua. Kecuali mereka para penjahat, jelas saya ga mau 😀

    Achoey,
    Sebenarnya nggak masalah kok kalau kita ingin netral, saya juga lebih suka seperti itu. Tapi dari semua teman, pasti ada yang terasa lebih dekat dihati, ada perasaan lebih nyambung….

  14. di hape saya kelompokkan teman smp, teman sma, teman kuliah, sodara. dan bahan ceritanya beda-beda. asyik juga ya

    Budi,
    Iya…pasti…karena latar belakangnya memang berbeda-beda kan..justru disitu letak keasyikannya

  15. saya gak punya kelompok pertemanan khusus siy bu…karena saya ngak suka terikat, nah yang dikuatirkan itu kalo ada teman-teman posesif begitu, jadinya malah bukan berteman, malah bagian privasi kita kadang-kadang terlanggar…jadi saya berteman dengan siapa aja…yang penting bisa saling menghargai….

    Imoe,
    Pertemananku juga cair kok..bisa masuk dan keluar, juga bisa menambah teman….kalau udah terikat dan ada yang posesif nggak seru lagi…..

  16. seharusnya di dalam suatu kelompok itu tidak ada kelompok lagi ya buk, biar gak kisruh…salam kenal bu

    Sopyanetawa,
    Saya tak paham lomentarmu, tentang kelompok dalam kelompok….
    Yang dibahas, adalah bahwa dalam kehidupan, sebagai masyarakat sosial, kita kemungkinan mempunyai beberapa teman yang dapat dikelompokkan berdasar minat.
    Namun saya juga melihat ada juga teman yang lebih suka semuanya dilakukan sendiri…dan ini hal yang wajar, bukankah memang individu manusia itu unik?.
    Jadi bukan kelompok dalam kelompok….

  17. saya, hanya ingin berteman, dengan banyak orang. itu saja. jadi, ya ingin berteman dengan siapapun. berteman dengan orang2 yang ingin berteman dengan saya tentunya. tanpa membatasi dan dibatasi.
    ngomong2, saya teman bu Enny juga, kan ? 😀

  18. saya punya berapa kelompok teman ya…?

    pertama kelompok pecinta komik, kami biasanya ngumpul di tempat penyewaan komik biasa bicarakan komik-komik terbaru sampai cari info cewe baru yang pinjem komik di situ yang pasti yang manis, hehehehe…

    kedua kelompok temen kost-kostan ketemunya ya.. di kost itu aja kalo lagi nganggur ngobrol sambil nyantai….

    ketiga kelompok temen kerja, ngumpulnya ya di kantor untuk urusan kerjaan…

    keempat kelompok temen kuliah, ketemunya ya… di kampus urusan kuliah….

    dari keempat kelompok temen itu yang bisa bener-bener deket kok ga ada ya… semuanya hanya sebatas temen…ga ada yang bisa menjadi seorang sahabat…
    apakah aku orang yang susah dekat dengan orang ya…?

  19. Aku pribadi termasuk orang yang sulit membuka pertemanan kalau tidak dimulai terlebih dahulu oleh orang lain. Bukan, bukan aku membatasi atau memilah teman yang pantas digauli atau tidak, namun semata soal introvert saja yang kerap membuatku sulit untuk memulai.

    Berangkat dari sana, aku sangat senang dengan orang-orang ekstrovert. Karena mereka terbiasa memulai lebih dahulu. Sehingga membantu mencairkan aku yang lebih sering introvert.

    Itu sebabnya teman-teman yang dekat denganku, dari berbagai minat, biasanya memang terdiri dari orang-orang yang ekstrovert. Kalau sama-sama introvert, yang sering malah kebanyakan diam dan tak tahu mesti berbuat apa. Haha! Apa boleh buat…

  20. Kalau saya mirip seperti gong, kalau nggak dipukul nggak bunyi. Jadi saya kalau nggak ditanya ya nggak / sedikit ngomong apalagi di lingkungan pertemanan yg masih baru.

    Selama ini lingkungan saya ya hanya sebatas teman kantor. Kalaupun di luar itu paling dengan sesama alumni. Makanya saya berusaha untuk memperluas pertemanan. Tapi kembali ke masalah “gong” tadi, kadang sunyi senyap kalau sudah habis bahan pembicaraan … hehehe 🙂

  21. Dalam hubungan interpersonal, saat saya probing, ternyata yang utama adalah bagaimana tidak independent/solitaire namun juga tidak dependent/tergantung, yaitu di tengah-tengah :

    Kalo di buku Mahzab Kelima-nya Abraham Maslow, manusia yang teraktualisasi pasti berada pada situasi hubungan interpersonal bentuk interdependensi yang efektif.

    Kalo saya sendiri, untuk curhat, have fun, belajar, hingga saling support, bisa sama siapa saja sih, Bu. Bisa dengan sahabat saat SD, SMA, kuliah, teman organisasi, teman kantor. Siapa pun.

    Tapi sahabat terbaik saya tetap : diari* dan suami 😀 Kemana pun saya melangkah, masalah hubungan interpersonal, pusat orbit saya adalah mereka berdua.

    *Kadang saya ekstrim mempersonifikasikan si diari ini, karena dia adalah cermin pertama saya, sebelum saya ‘keluar’ menggunakan persona peran. Dengan dialah saya berani ‘menelanjangi’ diri.

  22. HHmmm …
    Ada beberapa …
    tapi terus terang … saya bukan tipe yang berteman intens … (yang pagi siang sore malam … selalu berhubungan satu sama lain)

    Ada dua bagian besar …
    Teman Nyata dan Teman Maya

    Untuk Teman Nyata ada dua juga :
    Teman sekarang (kantor, tetangga dsb)
    Teman jaman dulu (SD, SMP, SMA, Kuliahan)

    But once again … terus terang saya tidak intens dengan mereka

  23. mungkin jika satu orang dengan beberapa orang lainnya membentuk suatu kelompok pertemanan walau berbeda karakter berarti mereka mempunyai tujuan yang sama bu. bcoz, kalo ga serasi pertemanan itu ga akan pernah jalan. ya ga bu?

  24. Wah saya dapat ilmu banyak dari tulisan ini, apalagi setelah baca komentar Gita.

    Pada dasarnya saya soliter, tapi alhamdulillah teman saya cukup banyak dengan beraneka ragam background dan minat, yang sungguh menyenangkan buat saya. Jika saya bisa berteman dengan seseorang, biasanya dia adalah orang yang pintar bergaul dan luwes, sehingga saya terbawa. Ah, entah juga. 🙂

    Soal kelompok teman, tentu secara nggak sadar teman-teman saya terkelompokkan sesuai dengan jenis kegiatan yang kami tekuni. Meski diantara itu ada irisan yang terjadi, hingga kadang teman dari kelompok penyuka film, juga berbaur dengan teman penyuka kuliner. 😀

    Yoga,
    Rasanya Yoga bukan soliter, bukan seperti teman saya, yang hanya menikmati hal serius.
    Yoga memang lebih serius dibanding yang lain, tapi tetap dapat menikmati pertemanan….Lenyataannya kita bisa bertemu di berbagai bidang kan?

  25. Berteman dengan pedagang parfum, tentu tertular wangi. Berteman dengan pedagang ikan, tentu tertular amis. Jadi memilih teman dengan wajar tentu bukanlah sesuatu yang buruk. Tapi, sok pilah-pilah teman lantas terkesan ekslusif, juga bukanlah suatu yang arif. Banyak teman membuat dunia lapang, tapi satu musuh saja sudah membuat dunia begitu sempit.

    Racheedus,
    Walau tidak memilah teman, dalam perkembangannya, yang bertahan lama adalah teman yang bisa saling mengcover, saling memahami dan pengertian, punya minat sama, atau malahan yang sifatnya komplementer.

  26. Hmm.. kalo saya termasuk tipe yang susah memulai pertemanan yang baru, Bu, hehehe 😀

    Tapi kalo udah akrab and ‘klik’, persahabatan yang terjalin bisa berlangsung lamaa 🙂

  27. Bunda…

    Aku punya seorang teman yang sangat sangat posesif, sampai aku terganggu sekali. Memang, dia baik banget sama aku, tapi sikapnya yang posesif membuat dia mencemburui siapapun yang dekat sama aku… termasuk pacar! Ck-ck-ck…

    Rupanya dia trauma karena kehilangan sahabatnya… Dan dia menganggap aku sebagai teman yang paling bisa dia andalkan…

    Sungguh, simalakama banget, tapi akhirnya aku memilih untuk bicarain aja daripada berteman tapi terpaksa.

    Untung dia menerimanya dengan baik… Ya, however, she’s a real nice friend..

    *lah, malah curhat…* 😀

    Lala,
    Saya suka berteman, tapi yang sifatnya mencair…karena pertemanan harus membuat kedua belah pihak bahagia.
    Kalau salah satu posesif memang tak nyaman…begitu juga dengan pasangan kan?

  28. UHm.. melihat sifat dari masing-masing orang..

    Kebetulan saya ambivet, gabungan introvet dan ekstrovet.. dan kadang condong ke introvet, sulit untuk memulai percakapan 😦
    dan saya juga suka sendiri saja.. 😦

    kadang, saat saya mau bergabung, ada rasa orang gak mau menerima saya..

    Huang,
    Kita memang harus melihat-lihat kalau mau gabung ke grup pertemanan, apakah kita sesuai apa tidak, apakah mereka membuka terhadap orang baru atau tidak?
    Tapi yang jelas, manusia adalah makhluk sosial, se introvert nya seseorang, pasti mempunyai teman yang dekat.

  29. Teman???

    Selama saling menjaga.. menuju kearah kebaikan.. saling mendukung.. saling menghargai…lebih-lebih kalo bisa jadi pengingat di kala tergelincir.. penuh kasih sayang di kala galau…. penyemangat di kala terpuruk… Siapa yang bisa menolak???

    Ini adalah pertemanan yang abadi…

    Yanti,
    Kita semua tentu berharap punya teman seperti itu…namun dalam prakteknya tak mudah menemukan teman sejati….
    Saya sendiri lebih suka mempunyai kelompok yang bersifat mencair, artinya masing-masing temn boleh keluar masuk dan bergaul dengan lainnya.
    Dan seorang sahabat biasanya tak banyak, namun bertahan lama…bersyukurlah jika menemukan pertemanan yang akhirnya menjadi sahabat sejati.

  30. tini

    Dalam kehidupan sehari-hari kita dikelilingi oleh teman-teman.

    Namun makna teman ini luas sekali…semua yang kita kenal boleh dibilang teman, tetapi tidak semua teman bisa dibilang teman baik….walaupun umumnya mereka semua baik.

    Teman baik atau teman dekat biasanya…..yang dapat memberikan support dan memiliki visi dan misi yang nyaris mirip atau sama dalam menyikapi segala hal.

    Tini,
    Dan teman seperti alinea terakhirmu itu sulit dicari…jika ketemu maka akan bertahan lama

  31. teman yg posessif???
    aku juga pernah ngalamin bunda, dan well sama dengan bunda gak bertahan lama.

    untuk kelompok pertemanan aku punya gank waktu SMU, sahabat2 dari SMP (yg choosen.net itu temen2 SMP ku bunda) temen2 kuliah, kerja sampai skr aku deket2 dengan temen2 blogger…dan tentunya sangat menyenangkan berteman dengan bunda 😀

    Ria,
    Pada dasarnya kita memang makhluk sosial, yang membutuhkan teman. Dan berteman dengan banyak orang sangat menyenangkan, apalagi kita bisa mempelajari berbagai karakter orang

  32. Saya termasuk tipe yang suka berteman bu,… baik didunia nyata ataupun maya, tapi didalam pertemanan sya tidak terlalu dekat sehingga mau menceritakan seluruh permasalahan saya. Permsalahan yang sifatnya pribadi dan mampu saya selesaikan sendiri akan saya selesaikan sendiri.

    Avartara,
    Kalau masalah pribadi sih, memang tak perlu diceritakan pada teman…pertemanan yang saya maksud disini, adalah ajang sharing pengalaman, menyelesaikan masalah (problem solving)…kalau yang ini memang harus dalam kelompok terbatas, yang pemahamannya sama, karena bisa kacau. Juga bukan masalah yang berat…misal: bagaimana agar bisa membuat anak suka belajar, dan tak nonton TV saja.

Tinggalkan Balasan

Isikan data di bawah atau klik salah satu ikon untuk log in:

Logo WordPress.com

You are commenting using your WordPress.com account. Logout /  Ubah )

Gambar Twitter

You are commenting using your Twitter account. Logout /  Ubah )

Foto Facebook

You are commenting using your Facebook account. Logout /  Ubah )

Connecting to %s