Pagi itu saya terburu-buru berangkat, dan karena ada kecelakaan, jalanan macet. Bisa diduga akibatnya, sampai kantor terlambat. Duhh, pasti kena marah lagi oleh bos. Maklum rumah dinas bos di tengah kota, dan jalannya melawan arus, sehingga nyaris tak terkena macet. Dan kalaupun saya mengeluh macet, pasti beliau mengatakan kenapa tak datang lebih pagi, karena setiap hari jalan Sudirman-Thamrin sudah bisa dipastikan akan selalu macet. Benar-benar sial.
Benar juga, tak lama saya duduk, sekretaris memberitahu bahwa tadi bos menilpon dua kali. Saya segera ke kamar kecil, membasuh muka, merapihkan riasan dan terburu-buru naik lift ke lantai atas. Di depan ruangan, sekretaris bos menunjukkan wajah kawatir, pasti bos lagi marah besar. Bos saya ini kalau marah bukannya suaranya menggelegar, namun makin halus cuma pandangan matanya begitu menusuk. Sulitnya, kadar telinga saya kurang beres, karena saya sering jadi salah memahami beliau, hanya gara-gara tak tahu beliau sudah marah, saya tetap saja terus mendebat. Yahh, dalam suasana hati baik, bos adalah orang yang sebenarnya paling memahami saya, hal ini pernah diungkapkan oleh beliau secara tak langsung saat ada kesempatan mengobrol. Dan selama menjadi anak buah langsung, bos selalu menanyakan dulu jika saya akan mendapat penugasan, karena beliau tahu bahwa saya akan bekerja baik, jika diberi tahu sebelumnya untuk mengatur kelancaran rumah tangga selama ditinggal tugas.
Kali ini sepertinya kemarahan bos tak main-main. Belum sempat pantat saya menempel dengan benar di kursi, beliau sudah melihat saya dengan matanya yang bikin ciut itu, dan mulai memberi instruksi. Saya tak berkata apa-apa, hanya mengangguk dan berjanji akan segera menyelesaikan instruksi nya. Di depan ruangan, saya bertanya pada sekretaris beliau..”Memang beliau marah kenapa sih?” Jawab sekretaris, “Ahh kan biasanya mbak yang paling bisa memahami beliau.” Saya agak melongo mendengar jawaban sekretaris. “Paling bisa, apa maksudmu?” tanya saya. “ Saya melihat, mbak masih tenang aja menghadapi beliau marah, padahal yang lain pasti sudah ketakutan,” kata sekretaris. Saya termangu-mangu dan segera kembali ke ruangan untuk menyelesaikan tugas.
Rapat siang itu baru selesai menjelang makan siang, yang akan diteruskan rapat tahap kedua. Kali ini tugas yang disampaikan oleh bos tadi pagi sudah siap, dan mudah-mudah an cukup memuaskan, maklum mendadak sekali. Saya pesan pada rekan-rekan yang lain, agar tetap meneruskan meng update data, dan menyerahkan ke sekretaris bos, agar bisa diteruskan ke ruang rapat. Sudah menjadi kebiasaan, jika sekretaris merupakan penghubung untuk menyelundupkan tambahan data yang akan dibicarakan di rapat sampai detik terakhir. Saya melihat wajah bos, terlihat tak sekelam tadi, namun terlihat lelah. Rapat tahap dua baru selesai menjelang sholat Asar, dan beliau mengintruksikan saya menghadap lagi. “Aduhh…ada apa ini,” pikir saya.
Ternyata beliau baik-baik saja, dan kami mengobrol sampai lama. Segera setelah itu saya kembali ke ruangan untuk melanjutkan pekerjaan, mengoreksi surat dan laporan yang harus ditanda tangani. Sampai beliau menyelesaikan tugas memimpin perusahaan, saya tak terlalu memahami karakter bos yang pendiam ini. Mungkin saya yang kurang peka, dan mungkin juga saya lebih cocok bekerja dengan bos yang terbuka, yang blak-blakan. Tapi saya menghormati bos yang pendiam ini, karena gaya memimpin beliau membuat saya sungkan, dan mendorongku untuk berbuat yang terbaik.
Semakin lama berkecimpung di dunia kerja, saya semakin paham, cara seseorang memperhatikan bawahan melalui berbagai cara. Ada yang memang terlihat sangat perhatian, namun ada juga yang kelihatannya “cuek” tapi sebetulnya sangat memperhatikan dibelakangnya. Dan suatu ketika saya ketemu senior, yang mengatakan, kalau kita sering dipanggil dan dimarahi jangan putus asa dulu, karena kadang itu merupakan cara bos memperhatikan kita. Wahh susah juga ya….
duh! tiap hari saya kerja satu ruangan denga “bos” saya, bu! dan saya belum bisa membedakan “becanda” dan “beneran” dengan baik.. huhuhu
Zam,
Aku tahu bos yang kok maksud…hahaha..
Salam ya buat bosmu, saya yakin beliau bos yang baik
Hhhmmm….Saya baru bekerja di tempat kerja yang lumayan resmi(bukan part time) selama 10 bulan saja(saat di Daihatsu dulu)..
Alhamdulillah tidak pernah dimarahi namun disuruh2 guna kepentingan Group sering he he he he…
Intinya saya melakukan hal terbaik yang bisa saya lakukan dan semuanya saya biarkan mengalir saja…
Bocahbancar,
Yang penting kalau dimarahi jangan mudah sakit hati, terkadang bos sengaja untuk menge test apakah kita tahan bekerja under stress dan tekanan tinggi. Selama bos masih marah, berarti beliau masih ada perhatian pada kita, beda kalau udah nggak mau menegur…itu sudah tanda berbahaya
Salam kenal mbak,
Saya pemula di dunia blog, sedang belajar mencari teman. Pekerjaan saya hanyalah guru Fisika di sebuah SMK di Kertosono, sebelah timurnya Madiun sekitar 60 km.
Membaca gaya bertutur mbak Enny, … saya hanya bisa berucap luaaar biasa!. Andai saya sehebat, mbak Enny pasti murid-murid saya akan bahagia … meskipun begitu, saya guru yang sangat bahagia.
Puspita,
Lho! Mengajar itu memang mengasyikkan lho..kerjaanku juga mengajar sekarang.
Puspita, engkau tak tahu bahwa saya belajar menulis ya di blog ini…sebelumnya saya menulis dalam hal serius, membuat makalah, proposal, analisis dll..yang bahasanya baku dan lebih banyak angka dan grafik-grafik, serta tabel.
Namun ternyata lama-lama kita akan menemukan gaya bahasa dan kekhasan kita sendiri…dan terus terang saja, saya juga tak tahu kalau ternyata blog ini ada yang mau berkomentar…itu penghargaan buat saya, untuk berusaha menulis yang makin baik…
Wah, susah juga ya Bun, kalau ketemu Bos pendiam mesti peka. Jadi tau apa yang diharapkan gitu, mudah-mudahan besok kalau dah kerja bisa dapet bos yang baik dan perhatian..
Aku doakan bunda jadi bos deh 🙂
Radesya,
Wahh doamu udah terlewatkan….lha saya udah pensiun….hahaha
Tapi sebagai bos, saya terkadang juga ingin mencoba kemampuan ketahanan stafku sampai seberapa jauh (terutama jika staf baru masuk), karena nanti akan disesuaikan dengan pemberian delegasi wewenang, dan pengembangan karirnya. Bagi seorang atasan, harus bisa menilai kompetensi anak buah, baik dari sisi soft kompetensi maupun hard kompetensi.
Hubungan saya dengan bos pendiam itu, memang pasang surut, tapi saya tahu beliau diam-diam banyak berperan dalam karirku, memberi kepercayaan tinggi , dan memberi kesempatan untuk melakukan tugas-tugas yang menantang
he..he..ibu kali ini tipsnya top deh:) bekal untuk pulang nanti.
Fety,
Syukurlah jika bermanfaat
wah salam kenal dan silaturahmi
Masnoe,
Salam kenal juga, makasih telah berkunjung
Mempunyai bos gaya “timur” yang diceritakan bu ratna di atas sangat berbeda dengan yang sering saya alami. Di beberapa tempat yang saya pernah bekerja, banyak yang blak-blakan, kadang bos perlu orang ketiga sebagai penengah, just in case, ada perdebatan atau diskusi yang nantinya memerlukan pandangan yang netral.
Bos biasanya langsung meminta membicarakan tentang pekerjaan. Kalau sudah membicarakan tentang keluarga dulu, itu artinya something bad akan dibicarakan.
Barry,
Berhadapan dengan bos gaya “Barat” memang berbeda. Kebetulan di kantor saya dulu ada dua GM yang orang asing…sebetulnya malah lebih nyaman, karena diskusi nya lebih to the point dan kita bisa berdebat apa adanya. Justru saya menulis ini karena saya paling sulit menghadapi bos yang pendiam…kalau bos orang Sumatra Utara lebih mudah, karena lebih terbuka, dan kita tak terlalu memikirkan unggah ungguh…dan bisa langsung diskusi.
Namun, bagaimanapun sebagai karyawan kita tak bisa memilih bos, jadi harus bisa bekerja dengan bos yang manapun.
Wah, kalau bos saya dulu, wajahnya gak pernah senyum. Ditekuuuuk mulu. Semua orang takut pada beliau. Kalau marah, suaranya kueras banget. Saya juga walnya takut, tapi lama2 setelah tahu “slah” nya, ya biasa saja. Beliau ini tipe bos yang langsung bersuara lantang kalau dilapori “ketidakberesan”, setelah diterangin baru pelan2 mereda. Setelah diselami, sebenarnya orangnya humoris juga. Kadang orang2 pada heran, kok saya bisa ngobrol sampai ngakak2 dengan beliau 🙂
Naah, kalau bos yang sekarang kaleeeem banget. Yah, tipe bos emang macem2. Sebagai bawahan, ya kudu pinter2 memahaminya. Biar disayang bos gitu hehehe 😉
Bundanya Dita,
Karakter bos memang bermacam-macam, juga gaya kepemimpinannya. Biasanya untuk level manajer ke atas sudah ada pelatihan bagaimana gaya kepemimpinan yang efektif dalam memimpin anak buahnya, Namun karakter orang memang tak bisa diubah, yang bisa diperbaiki, agar terjadi saling memahami antara atasan dan bawahan
Memang, tak selalu kemarahan berarti kebencian. Boleh jadi bentuk kepedulian dalam wujud yang lain. Sang bos yang marah-marah memang dinamika dalam dunia kerja. Saya juga berusaha intropeksi saat pimpinan memarahi saya. Ternyata, kemarahan seringkali bukanlah asap yang tanpa api.
Racheedus,
Pekerjaan saya dulu, memang membuat siapapun dalam kondisi tekanan tinggi, target-target yang menantang, risiko finansial yang dihadapi…jadi dulu terbiasa melihat bos tegang dan marah…tapi bisanya tak berlangsung lama. Cuma bila bos terlihat marah (terlihat dari wajahnya), masih mudah karena kita bisa menghindar nggak dekat2 dulu, tapi yang diam-diam ini lho yang bikin kagetan.
Nice
Tulisan yg bagus
WangMuba,
Makasih
Kalau dimarahin secara kolektif tentu dampak psikologisnya berbeda jika dimarahin secara individu. Kalau dimarahin secara individu mungkin beban mentalnya terasa lebih berat. Bukan hanya terasa lebih malu tetapi juga seolah-olah beban yang dipikul juga terasa lebih berat. Dan reaksi orang ketika dimarahi boss tentu saja bisa berbeda-beda.
Untung boss saya jarang marah sama saya, kalo komplain sih ya lumayan sering. Tapi dia tahu juga kalo saya itu sering juga mengerjakan lebih dari apa yang semestinya saya lakukan. Ya maklum, tidak ada manusia yang sempurna. Dan untungnya si boss saya ini juga cukup berbesar hati meminta maaf jikalau ia yang bersalah. Itulah yang membuat saya dan orang2 lain merasa lebih nyaman. Ya maklum, boss juga manusia yang tidak luput dari kesalahan juga……
Yari NK,
Sebetulnya dinamika kerja seperti itu, kalau tak pernah dimarahi bos, bisa berarti pekerjaannya memang bagus, atau nggak pernah dipanggil. Terkadang bos marah karena tekanan lagi tinggi, sehingga kita yang kena getahnya. Dan bagi saya, tak perlu bos minta maaf, mengajak mengobrol dengan ramah, saya sudah tahu sebetulnya bos secara langsung minta maaf atas perlakuan sebelumnya.
Bos Saya ? atasan persis teman makan,temen main.dikantor ya saya dimarahin kalau salah,setelah selesai kerja ganti dia saya marahin hehehhehe.
Bos nya bos uhf ga mau diem,kadang kasih usul untuk kerjaan temen2.
Jamal el Ahdi,
Memang tergantung kondisi kantornya, ada yang bersifat informal…ada yang bersifat formal. Kebetulan kantor (mantan) saya lingkungannya formal, dengan aturan main yang tertata, karena memang yang dikelola mempunyai risiko finansial tinggi.
Wah.. pernah liat orang yang melotot terus.. Trus aku bilang begini Bunda: “Nancy (bukan nama sebenarnya), mbok kamu kalo ngomong janan melotot terus gitu.. Ntar anak buahmu pada takut semua.” Trus, dia jawabnya gini: “Duh.. mas, ini emang mataku udah ‘belok’ (bulat besar) dari sononya. Ini bukan melotot. Gimana cantik gak mataku..?” Halah…
Nug,
Hehehe…kalau orang, matanya sudah “belok” (bulat, besar), maka dia harus mengimbangi dengan banyak senyum
Ehh si bungsu matanya juga “belok”….
Wah, aku suka sekali membaca tulisan ini. Sungguh berbeda dengan tulisan-tulisan Ibu yang lain mengenai pekerjaan, karena dibawakan dengan gaya bercerita, bertutur, ada narasi, dan diskripsi baik tokoh maupun suasana. Jadi seolah membaca cerpen mini. Namun bisa menangkap apa yang hendak dimaksud dari inti cerita.
Gaya penulisan seperti ini segar, Bu.
Jadi, sebetulnya Ibu memang bisa bikin fiksi kan? Berangkat dari kisah nyata pun tak apa toh? Tetap enak diikuti. Dan yang lebih penting: apa yang diinginkan Ibu sampai ke pembaca 😉
Daniel Mahendra,
Tulisan itu udah ada di draft ber bulan-bulan yang lalu, karena saya ragu untuk mempostingnya…..
Jadi, terkadang banyak yang menurutku tidak terlalu bagus, tapi menurut penilaian orang lain berbeda. Berarti standar penilaian saya yang belum match.
Tulisan tentang pekerjaan memang ditujukan pada segmen pembaca tertentu…hihihi
kalo boss kadang cocok2 an sama kepribadian kita bu..saya pernah ketemu yang kata orang Cina ‘ciong’ banget ama saya. pokoknya entah kenapa semuanya terasa salah..sampai di dunia profesional yang saya pernah geluti malah diajakin berantem fisik..hee..tapi ada juga boss yang lain yang kebapakan dan saking seniornya malah udah saya anggap bapak sendiri.
Boyin,
Terkadang hubungan diawali oleh adanya kesan pertama….kalau udah salah, sering menjadi berkelanjutan, recovery nya perlu waktu cukup panjang.
Saya dulu juga sering dimarahi pembimbing saya yg dari luar ITB. Saya pikir setelah lulus dia nggak bakal marahin saya lagi … eh ternyata terus seperti itu. Tapi setelah saya pikir dia menuntut standar yg lebih tinggi dan berkat hal itu saya selalu berusaha untuk mencapai hal-hal yg lebih baik …
Oemar Bakrie,
Saya selalu ingat pepatah…”baik itu tidak cukup, kalau kita bisa berusaha untuk menjadi yang lebih baik lagi“…
Mungkin pembimbing bapak juga berpikir seperti itu….mantan bos saya termasuk seperti itu
Setuju Ibu …
Saya lebih baik dimarahi …
daripada …
dicuekin …
kalo udah di cuekin … dianggap angin …
ah itu nightmare sangat …
salam saya
NH18,
Hehehe…betul sekali…
Marah adalah juga bagian dari komunikasi, menunjukkan bos pun juga manusiawi.
Kalau udah dicuekin, artinya kita sudah tak ada artinya..
Sepakat, mas trainer
jadi ingat mantan bos saya bu. entah kenapa ya kok rasanya saya sering tidak bisa memahami pemikirannya. sedih saya…
Krismariana,
Mungkin memang perlu waktu, namun juga ada bos yang sulit dipahami…yang penting dijaga adalah situasi lingkungan kerja yang cukup nyaman
Nah, kalo gaya ibu sebagai ‘bos’ dalam menegur (atau marah?) terhadap bawahan ibu gimana bu?
*kedip-kedip*
Tanti,
Wahh tanyanya mesti ke mantan anak buahku…hehehe
Kalo dimarahi dalam ruangannya bos rasanya tak mengapa. Coba kalau kita punya bos yang cara memarahinya di depan banyak orang. Tentu gak enak juga ya, walaupun itu sebagai satu cara memperhatikan bawahan.
Mufti AM,
Bos yang baik tak akan memarahi di depan orang lain.
tulisan ini mengingatkan saya pada bos/guru/sahabat saya yang baru mangkat. semasa hidupnya saya dianggap orang yang paling bisa masuk dengan gayanya yang mudah marah dan menuntut kesempurnaan, sehingga kalau ada apa-apa, selalu saya yang dijadikan tumbal untuk menghadapi. dan kenyataannya bila berhadapan dengan saya, beliau tidak pernah marah-marah seperti kepada yang lain. teman-teman suka nanya saya pakai pelet apa. tapi sepertinya itu karena saya tidak pernah membantah saat sensinya sedang kumat. kalau mau adu argumentasi, musti bisa membaca suasana perasaan. agaknya itu termasuk cara jitu mengambil hati atasan.
ah, betapa saya rindu beliau.
Marsmallow,
Betul..kalau atasan lagi marah jangan dilawa dulu, biarkan beliau tenang, baru argumentasi.
Yang lucu kalau akhirnya ganti komentar..”Kenapa kok nggak bilang dari tadi?” (Lha padahal tadinya lagi marah-marah…hehehe). Betapapun sebetulnya kalau kita bisa menyelami, kita juga menyadari mengapa terjadi kemarahan seperti itu.
Setuju dengan Mufti, bun,..
Boss yang senang mempermalukan anak buahnya didepan umum?.. Dia nggak pantas jadi seorang boss..
Puak,
Yup…setuju…
Wahhh benar-benar bagus tulisan bunda yang ini. Memang sebenarnya kita harus mampu memahami posisi masing-masing. Sebagai boss, tentu beliau punya tanggung jawab untuk memajukan apa yang dia pimpin secara kolektif, jadi perlakuannya tidak bisa individu. KAlo salah…ya marahi aja…tetapi konteks hubungan personal, tentu beda lagi…..
Gimana ya…rasanya di marahi bosss ?
Imoe,
Rasanya dimarahi bos? Kalau kita sendiri merasa pekerjaan belum memuaskan tentu ada rasa sedih, dan tentu saja berharap akan bisa memperbaiki.
Di marahin bos?? hehehe 😀
waktu pertama kali kerja, bos saya perempuan. Beliau sangaaattt baik sekali, ngga pernah marah n ngga pernah nyuekin saya. kalau saya salah beliau ngasih tau letak kesalahan saya, untuk selanjutnya saya memang ngga pernah melakukan kesalahan lagi. Setiap tugas dari bos selesai, saya selalu bilang “bu ini udah selesai, mohon dikoreksi. kalau ada yang salah nanti saya di kasih tau ya”
hehehe jadinya bos ngga pernag marah dech 😀
Bos yang terakhir, adalah pemilik perusahaan. kerjaannya tiap hari marahhhh terus ngga ada yang lolos ngga kena marah. yang salah si A yaaaa semuanya kena marah, ngga peduli dech sapa yang salah.
Retie,
Karena sifat manusia bermacam-macam, begitu pula karakter bos, jadi kita harus pandai menyikapinya.
Kmarahan bos, bs d jadikan cambuk utk lbh disiplin.
Ziadi,
Yup….sebaiknya begitu
Iya ya Bu ..?? mungkin memang begitu cara Bos memperhatikan kita..
Hmm,, tapi BT banget kalo kita dimarahin, padahal kita gak salah dan gak ada hubungannya sama penyebab kemarahannya si Bos ini …
Muzda,
Bos juga manusia, dan kita juga harus memahaminya….dengan begitu hubungan antara anak buah dengan bos juga terkadi saling memahami.
Bos nya lagi “M” kali bu kata istri saya, hehehe.
Iwan Awaludin,
Itu kalau bos nya perempuan pak…ada PMS segala…
Macam bos punya macam kepribadian. Tinggal bagaimana kita menyikapinya. Mesti pintar2 menempatkan diri dan membaca situasi ya bu.
*mengingat-ingat*
Sepanjang karir berorganisasi saya, hampir ngga ada pengalaman marah-memarahi deh, Bu. Sampe detik ini saya kerja di Jakarta.
Wah, kantor saya asyik banget. Mw sedang deadline, mw kerjaan segambreng, mw sampe malem juga, pada ngerjain dengan fun dan teteup gojek-gojekan garing. Mungkin karena isinya anak muda semua ya.
GM-GM divisi lain juga asik tuh. Kalo ada yang ngga beres, pasti konfirmasinya empuk.
Paling satu dua orang aja yang annoying. Tapi kalo kita pinter nanggepinnya dengan people-skill, toh mereka pasti kembali ke jalan yang benar.
Sepakat dengan komen-komen sebelumnya. Tergantung persepsi sih. Saya aja bingung, itu bos-bos yang ncen penak atau sayanya yang milih melihat bahwa mereka baik ya?
*garuk-garuk kepala
Sanggita,
Ada beberapa unit kerja yang memang stres nya tinggi…dan ini akan berpengaruh pada lingkungannya.
Namun dengan memahami, maka anak buah akan bisa menilai, apa penyebab kemarahan bos, dan mereka memahami.
Perjalanan ke kantor saya dengan jarak 45km paling tidak butuh waktu 1 – 1,5 jam, itu kalo lancar.
Nah.. pas lagi macet dan perkiraan kita terlambat ampe kantor biasanya saya sempatkan nelpon si Bos dulu.. Alhasil si bos bisa memaklumi kok.
Tapi Inget jangan sering – sering terlambat dech kalo gak mau di bilang :JAMIL” alias Jawaban Maling.
Jadi paling sering 1 bulan terlambat 1-2 kali ja..
Kusuma,
Pada saat ini, para bos (atasan) lebih terbuka, dan mau menerima sms atau telepon..tentu saja tak boleh terlalu sering
saya nggak pernah marah berlebihan dengan anak buah, hanya bahasa tubuh saya sudah diartikan oleh mereka bahwa saya marah yang luar biasa..
Dan ini sangat menakutkan he he
Iman Brotoseno,
Wahh…saya juga pilih dimarahi bos, daripada didiamkan, dan hanya terlihat dari bahasa tubuhnya bahwa bos dalam kondisi sangat marah.
yah, ada pomeo bahwa boss memang dibayar, salah satu job des nya, adalah marah.
apa benar begitu ? tergantung sikon yaa
Samnawi,
Ahh sebetulnya itu hanya jokes…agar para bawahan memahami jika bos marah
para staf sdh tahu bagaimana gaya saya saat marah : saya akan memanggil nama mereka secara lengkap plus titel2nya. 🙄
Guskar,
Gaya marah masing-masing bos berbeda ya…
setuju banget tuh bunda…sebulan yang lalu, aku juga kena dimarahi bosku..gak main2 sampai banting telp segala, yang bikin kesel dimarahinnya bukan karena salah aku tapi salah oang lain….uhuhuhuhu…tapi bunda aku kalem2 aja dan gak merasa salah sedikitpun…kerjaan itu aku beresin dan akhirnya selesai. dilain waktu ketika dia meminta dicarikan data dan aku mengerjakan dengan baik, bukan aku di panggil ke ruangan beliau tapi beliaulah yangdatang ke mejaku dan bilang thanks…what a surprise 😀
Ria,
Bos datang ke mejamu, sebetulnya juga sebagai permintaan maaf karena salah memarahi orang lain. Dan beliau senang karena Ria bisa memahami, dan sebagai apresiasi beliau, maka datang ke meja Ria….percayalah nanti hubungan Ria dan bos dalam pekerjaan akan makin baik
Seperti apa saja sih karakter bos yang harus kita pahami ? Kelihatannya semua bos punya karakter pemarah deh. Atau ada karakter lain lagi yang harus kita ketahui ? Trims.
betul mba, terkadang kalau bos marah itu bertanda ada yang ingin beliau klarifikasi, apakh memang pekerjaan kita yg kurang beres atau ada sebab lain, saya setiap pagi selalu mereview pekerjaan apa yg blm selesai agar klu bos tanya kita udh siap menjawabnya plg tidak meminimalis kemarahan
Hmm…kadang si bos memberikan pekerjaan yg tidak seperti biasanya kita kerjakan tanpa pemberitauan/penjelasan yg terinci…shingga dsini sering miss communication…tp akhirnya bawahan lagi yg kna sasaran omelan…sabar…sabar…hmm
salam knal…