Siang itu mendadak bos memberikan instruksi untuk menyelesaikan bahan rapat yang akan digunakan besok pagi-pagi sekali. Jika namanya mau rapat, bos menginginkan bahan yang sempurna, data-data lengkap dengan berbagai alternatifnya. Akibatnya nyaris seluruh staf di bagian dikerahkan untuk menyelesaikan tugas dari bos, dan terpaksa lembur.
Ibnu yang masih merupakan penganten baru, terlihat gelisah. Rumah kontrakannya tak ada telepon sehingga dia tak bisa memberitahu isterinya tentang kerja lembur itu. Saat itu awal tahun 90 an, telepon seluler belum masuk di Indonesia. Teman-teman yang lain geli melihat wajah Ibnu yang kecut dan terlihat agak panik.
Jam 9 malam, pekerjaan selesai dan semua pulang melalui lift. Satpam mulai mematikan lampu ruangan dan mengunci pintu. Ibnu menunggu bis ke rumahnya di daerah Jakarta Barat, perutnya mulai keroncongan. Bis yang masih penuh tak dihiraukannya, dia segera naik ke atas bis yang penuh sesak tersebut. Rumah Ibnu masih memerlukan jalan kaki untuk sampai ke tempat kontrakan nya. Sebagai staf baru, yang bekerja di sebuah lembaga keuangan, gaji Ibnu hanya cukup untuk mengontrak rumah mungil di sebuah gang. Ibnu membayangkan betapa senangnya sang isteri, terbayang dipelupuk matanya, isterinya akan memeluknya atau mungkin memijitnya karena tahu suaminya telah bekerja keras hari ini.
Di pojok jalan ke arah rumah kontrakannya, Ibnu melihat tukang sate langganannya. “Wahh mujur nih, sudah lapar, ada tukang sate lewat,” Ibnu membatin. Pasti Rini akan senang sekali. Sambil bersiul-siul, setelah membeli sate 30 tusuk, Ibnu meneruskan langkah ke rumah kontrakan nya. Dia mengetuk pintu, sambil menyembunyikan bungkusan sate dibelakang punggungnya. Ternyata Rini, membuka pintu dengan wajah dingin, dan langsung berbalik. Ibnu belum menyadari kalau isterinya marah, dia terus masuk ke rumah, dan kemudian bilang…
“Say, ini aku bawain sate mang Kumis,” kata Ibnu. Isterinya diam saja tak memberikan tanggapan. Ibnu masih tak memahami, kemudian setelah lama isterinya tak muncul di ruang makan, Ibnu melongok di kamarnya, ternyata isterinya sedang menelungkup di tempat tidur, dan bahunya terlihat naik turun. Ibnu melongo dan bingung, rasa laparnya hilang. Dia segera mendekati isterinya, karena mungkin isterinya sakit. Dan isterinya diam saja, sampai Ibnu akhirnya menyimpan sate yang dibeli tanpa dimakan sepotongpun di lemari es.
Ternyata isterinya masih ngambeg besok paginya, walau kewajiban sebagai isteri tetap dipenuhi. Ibnu berangkat ke kantor dengan perasaan tak nyaman. Di kantor dia cerita sama teman seangkatan, yang telah menikah dan punya anak kecil. Temannya hanya tersenyum mendengar cerita Ibnu, dan balik bertanya,
“Tahu nggak kesalahanmu?” tanya Yuri
“Enggak, justru itulah yang membuat aku bingung, ” kata Ibnu
“Kesalahanmu, adalah kamu beli sate. Isterimu sudah menunggu seharian, dan tentu telah memasak makanan, ternyata suaminya pulang membawa sate. Berarti ada kemungkinan, isterimu berpikir bahwa masakannya tidak enak, ” kata Yuri. Cobalah kamu minta maaf, dan mengalahlah, memang pada awal pernikahan banyak sekali hal-hal yang masih harus dipelajari, termasuk cara berkomunikasi antara pasangan.
Besoknya Ibnu datang ke kantor dengan tersenyum simpul. Ternyata komunikasi Ibnu dan isteri nya telah berjalan baik, dan seperti dugaan Yuri, ternyata isteri Ibnu memang merasa disepelekan. Banyak hal yang masih harus dipelajari oleh Ibnu dan isterinya, termasuk bagaimana cara berkomunikasi yang baik.
heheheh. Kalau saya mah bu jika dibawain makanan sama Gen, makan satenya, masakan saya dimasukkin ke lemari es buat besok. Wong dapat makan enak.
Bagi saya yang masalah bukan satenya, tapi begitu pulang harusnya si Ibnu bilang maaf terlambat karena ada kerjaan, dan karena lapar di jalan lihat tukang sate, jadi beli.
“Maaf terlambat karena kerjanya lebih penting daripada soal satenya”. Atau yang terpenting ada penjelasan kenapa terlambat.
Jadi kangen pengen makan sate ayam atau sate padang …hiks
EM
Ikkyu_san,
Gara2 ngobrol dengan penganyamkata, saya berani menulis cerita2 seperti ini. Kejadian sebenarnya, lucu dan menggelikan…..
Dan juga ringan (maksudnya ga usah buka-buka text book kalau mau nulis)
Hahahaha! Ceritanya manis. Apa kubilang, Bu, cerita-cerita ringan Ibu yang sederhana seperti ini justru terasa manis dan gurih.
Yang berat-berat (menurutku lho ya, hehe) seperti artikel perbankan itu, tak perlu diragukan lagi lah, karena Ibu memang jagonya. Tapi kalau Ibu menafikan tulisan-tulisan Ibu yang seperti ini karena merasa terlampau ringan, weh, justru ini tak kalah menarik.
Masih banyak kan cerita-cerita ringan namun manis seperti ini? Jangan salah, Bu, aku yang mbaca cerita sederhana seperti ini saja tersenyum-senyum geli sembari mengangguk-angguk. Sama sekali nggak ngira kalau sate yang dibeli Ibnu justru mengusik Rini. Kupikir Rini ngambek karena Ibnu pulang telat. Ha! Bukankah itu pun pelajaran hidup, eh? Sederhana tapi membekas.
Lagian Ibnu, bawa pulang ke rumah kok sate. Bawa pulang rendang gitu lho (waaa… tambah murka Rini. Hihihi).
Daniel Mahendra,
Kayaknya saya harus mulai banyak cerita beginian ya, diantara tulisan serius (soalnya kalau tulisannya ringan semua, ada yang protes)….walaupun tulisan serius ini buat yang ahli dianggap cuma ecek-ecek (hihihi..maklum mereka udah advance).
Banyak juga pengalaman sehari-hari, entah melihat pengalaman sekeliling ataupun mengalami sendiri. Terkadang banyak juga pelajaran yang bisa dipetik, walau hanya intisari aja.
Dan Ibnu (bukan nama sebenarnya) ini anaknya polos, banyak sekali kejadian lucu yang menimpa, karena kepolosannya. Tapi cerita nya disimpan dulu ya, untuk lain kali
gara gara sate 😀
Airyz,
Hmmm
Wah Bu Enny mengingatkan saya pada masa lalu, bukan beli sate-nya, tapi pada masa-masa penyesuaian dulu. Maklum sama-sama anak sulung nggak ada yg mau ngalah … hehehe.
Oemar Bakrie,
Katanya memang dua tahun pertama yang paling sulit, masih menyesuaikan dan baru mengenal betul sifat dan karakter yang selama ini belum muncul selama pacaran.
Buehehehe….. untung di keluarga saya jarang seperti itu. Kalau suami pulang bawa makanan dan istri sudah menyiapkan makanan (walaupun yang masak mungkin pembantu) justru dianggap sebagai berkah karena variasi makanan jadi bertambah walaupun mungkin nggak matching. Biasanya istri justru bawa makanan yang saya beli sementara makanan yang di rumah justru saya yang makan. Alhamdulillah nggak ada miskomunikasi hanya gara2 makanan saja… 😀
Yari NK,
Bagi keluarga baru, terkadang memang terjadi salah komunikasi….hal yang sepele bisa jadi berantakan
Salah ketik:
Tertulis: “Biasanya istri justru bawa makanan…”
seharusnya:
“Biasanya istri justru memakan makanan….”
Yari NK,
Nggak apa-apa….
Wew..
Seperti iu ternyata ya mas..
Memang..
Belajar tak mengenal kata akhir..
Bahkan mati skalipun..
Hehehe.. 😉
Budi Hermanto,
Mas???
hoho. makanya, mustinya jangan bawa sate atau makanan lainnya. bawalah barang, semisal bunga atau yang lain.
v(^_^)
seperti pernah dicontohkan oleh Rasulullâh, kalau beliau telat pulang beliau mutar-mutar keliling kompleks rumah mencari batu bagus-menarik yang dijadikan oleh2 untuk istrinya.
Farijs van Java,
Jadi beli bunga untuk Juwita malam ya?
Orang Lapar , Orang Senang biasanya lupa diri. Lupa sudah ada yg masakin, padahal tidak ada maksud buat menyinggung istrinya.
saya sepakat dg mbak imelda, anggap santai saja, setelah itu ajak bicara. komunikasi yah komunikasi adalah solusinya. biar agak tenang sambil ngeteh * ayo ngeteh ayo bicara* malah iklan hehehehhe
Jamal el Ahdi,
Yahh karena kita membahas disini, mungkin bisa berpendapat dengan tenang…bagi Rini mungkin berbeda, entah apa yang ada dipikirannya, dan itu kejadian sebenarnya
mestinya ibnu beliin sate juga untuk istri, trus makan bareng dengan masakan yang udah ada di rumah….gitu kali ya…
Imoe,
Lha beli sate, rencananya memang dimakan sama isteri?
keluarga baru memang kadang muncul hal-hal yang kadang tak terduga sama sekali
Sunarnosahlan,
Yup betul….perlu komunikasi yang lebih intens
Jadi berkaca. Hehehe
Saya masih proses menyesuaikan diri juga soalnya bu….
hehhehe sering mis communication 😉
tapi emang dasar saya ceplas ceplos…
kalo ada yg gak enak di hati ya diomongin, gak pake nagis diem2 begitu.
Mendapatkan celah yang tepat dalam memahami yang masih terus kami cari2.
Makin hari makin ngerti perasaan suami, oh kalo saya begini nanti suami begitu…
Ya.. ya.. proses yang begini lika – liku pernikahan 🙂
Seger nich bu postingannya… merasa lega, ternyata bukan saya saja yang ngalamin hal spt ini hehehhe
Ekaria27,
Memang penyesuaian memerlukan waktu, untuk saling memahami, ada yang cepat, ada yang lambat penyesuaiannya
Saya kok mikirnya malah Rini marah gara-gara telat, bukan karena sate ..
Saya pasti seneng dong dibawain sate, biar masakannya dimakan buat besok, kaya’ kata Mb’ Imel
🙂
Mikirnya orang sudah menikah dan masih single memang bisa beda ya, Bunda …
Contohnya ya saya ini, saya pikir sebelum baca tulisan ini sampai habis, justru gara-gara sate ini Rini gak jadi marah 🙂
Muzda,
Entahlah…mungkin juga campuran antara kekesalan yang menumpuk…
Wanita sulit untuk dimengerti atau pria yang ga ngerti2 yah ?? hehhe..
Duhhh.. mungkin suatu saat kejadian ini bisa terjadi ni ma saya bu.. sekarang belajar teorinya dulu aja lah hihihi…
Ruku,
Keduanya sulit dimengerti, tapi dengan komunikasi yang baik, bisa berjalan lancar. Yang penting kita memahami, bahwa pernikahan mempunyai beberapa segi menarik, tak hanya indah saja, namun butuh penyesuaian
Lagi lagi ini masalahnya komunikasi bun..satu sisi mungkin si suami nggak kepikiran mau bawa sate sebagai surprise, sayang lupa kalau istrinya sudah buatkan SATE.
Kesimpulannya:
Lagian beli sate nggak bilang2…coba tanya dulu..dirumah beli apa?
Lagian yang sudah nyiapin menu pakai acara ngambek…bukannya jauh lebioh komplit menunya kalau ada sate…
Kadang aksi dan reaksi semacam ini sering muncul. Anehnya perempuan suka ngambek duluan…kenapa sih bun?
Salam
Pakde,
Hehehe…ya itulah…komunikasi memang tidak mudah
Koq loncat2 ya keyboardnya….
Ini maksud komen saya tuh bun….
Lagi lagi ini masalahnya komunikasi bun..satu sisi mungkin si suami nggak kepikiran mau bawa sate sebagai surprise, sayang lupa kalau istrinya sudah nyiapin makanan..
Kesimpulannya:
Lagian beli sate nggak bilang2…coba tanya dulu..dirumah ada menu apa?
Lagian yang sudah nyiapin makanan koq pakai acara ngambek…bukannya jauh lebih komplit menunya kalau ada sate…
Kadang aksi dan reaksi semacam ini sering muncul. Anehnya perempuan suka ngambek duluan…kenapa sih bun?
Salam
Pakde,
Kan nggak bisa tanya dulu, dalam tulisan udah dijelaskan, saat itu belum ada hape
sepakat, ibu. komunikasi adalah hal yang penting, pun juga untuk hal yang remeh-temeh:)
Fety,
Hal remeh temen, tapi kadang bisa menjadi besar
Saya tertampar membaca tulisan ini, Bu!
Indah sekali, dan saya setuju bahwa awal2 pernikahan memang sungguh bukan masa yang mudah, perlu adaptasi!
Saya sudah dan sedang mengalaminya hahahaha
DV,
Mosok tertampar sih…tapi memang, komunikasi saat awal pernikahan bukan hal yang mudah, walau udah pacaran lama
Been there, Bu !.. hehehe
Lucu juga kalau mengingat-ingat masa-masa penyesuaian itu, pasti semua orang mengalaminya dalam kadar masing-masing kan.
Kalo saya seringnya seperti komennya Pakde diatas, apa yang saya siapkan atau saya beli ternyata sama atau mirip dengan apa yang suami bawakan (yang maksudnya sebagai ‘surprise’).. Awalnya sih saya yang sebel tapi lama-lama malah kami jadi ketawa kalo mengalaminya… kok sering bisa sama gitu apa yang dipikirkan, berarti emang jodoh kan.. hehehe..
Tanti,
Nahh mengaku sendiri…awalnya sebel…tapi setelah bisa memahami, menjadi hal yang lucu….
saya sepakat dengan Daniel Mahendra, karena saya lebih menyukai tulisan ibu yang ringan2 seperti ini….
Hilda Widyastuti,
Tapi ada orang yang juga ingin jenis tulisan lain…..ya ntar dibagi-bagi, tergantung mood nya
wah pasti gara2 belum ada handphone niiih… mo nanya2 jadi agak susah..
memang teknologi itu luar biasa ya.. (halah, teup.. :p)
btw kok aku jadi pengen sate.. -.-
Narpen,
Sekarang ada handphone pun, masih ada kan ketidak sesuaian…..
entah karena hape tak segera diangkat, atau lagi silent dsb nya.
Nahh…kapan makan sate yang enak….tanya Eric dulu, yang suka sate, dan tentunya tahu tempat sate paling enak di Bandung (kan pernah posting di blognya)
sederhana, tapi menusuk sekali. mudah-mudahan nggak salah bawa deh bila suatu ketika bikin kejutan buat istri.
ditunggu cerita lainnya bu…
Zulmasri,
Terkadang penginnya buat kejutan, ternyata malah terkejut sendiri…..hehehe
kalau saya sih, suami saya pasti sudah saya berondong pertanyaan: kok pulangnya telat? kenapa nggak bilang dari tadi pagi kalau mau lembur? berapa harga satenya? mahal gak? hehehe. tapi tetep saja satenya saya makan. nggak mau rugi deh. hihii
Krismariana,
Duhh…duhh…kasihan suaminya…padahal harapannya, sampai rumah dapat senyuman manis dari isteri, malah diberondong pertanyaan macam2.
Dan lembur kan sering mendadak, nggak ada rencana sebelumnya, karena jika tak ada kerjaan yang harus selesai malam itu juga, karena akan digunakan pagi2 berikutnya, kemungkinan kan tak perlu lembur.
Syukurlah sekarang ada hape.
Jadi ingat zaman dulu, staf ku ada yang rumahnya Bogor, biarpun teng go, paling cepat sampai Bogor sekitar jam 18.30-19.00 wib. Suatu ketika sampai jam 21.30 wib belum datang, suaminya menilpon kerumahku (saat itu belum ada hape)…saya yang ditanya bingung, karena hari itu tak ada lembur. Ternyata terjebak macet karena ada kecelakaan di Tol Jagorawi…..ya, itulah risiko punya staf cewek (entah kenapa para suami rajin menilpon saya kalau isteri pulang telat, dan tak ada isteri yang menelepon…..entah kenapa)
Kalau saya, suami pulang telat capek berdoa terus ketiduran, habis waktu awal pernikahan dulu belum punya telepon, jadi bisanya cuma berdoa dan nitipkan suami ke Allah SWT, terus kutinggal tidur deh.
Kalau dibawakan sate, pasti ndak kemakan, habis ndak biasa makan setelah jam 19.00. Mungkin kesalahan nenek saya, beliau pasti marah-marah jika cucu-cucu perempuannya setelah makan malam masih makan lagi, apalagi malam-malam bisa perang deh, maksud nenek supaya badan cucunya ndak melar, apalagi yang masih gadis. Akhirnya jadi kebiasaan.
Puspita,
Saya pernah mendengar, kalau kita dianjurkan makan sebelum Magrib, atau paling tidak paling lambat jam 19.00 wib. Sebetulnya, agar setelah itu kita bisa belajar atau menyelesaikan pekerjaan rumah lainnya.
Masalahnya kalau tinggal di Jakarta, jam-jam seperti itu masih berkutat terjebak macet di jalan….jadi biasanya di mobil udah sedia makanan, atau kalau naik kendaraan umum sedia kue-kue kecil.
Bahkan dulu, sebelum pensiun, kalau bulan Ramadhan, teman2 (termasuk saya) sering banget buka di jalan, atau sekaligus di kantor…
Ceritanya lucu. Sayang saya belum pengalaman… ! *Eh, bagus juga sih, buat bekal saya nanti kalau suadh berkeluarga… 😀 *
Mathematicse,
Memang menggelikan, tapi buat Ibnu kepikiran banget….dan dia memang sering banget kena masalah yang lucu2 seperti ini di awal pernikahannya
jadi emang komunikasi itu penting ….
jd suami mang harus peka neh ma keadaan 🙂
Afwan Auliyar,
Sebetulnya masing-masing pasangan harus peka, dan ini memang perlu latihan
hehehe 😀 bunda, wah kalo aku jadi Rini waahhh udah ngomel duluan kali ya 😀
Retie,
Waduhh….ya jangan dong, yang paling benar adalah tanyakan baik2, dan jangan berprasangka buruk dulu
hehehehe…
cerita Ibu renyah banged, simple lucu tapi ngena ..
untung sekarang udah ada ponsel ^^ … mo masak? mo makan apa? beli apa? .. jadi lancar…
iya sih, jadi ga kebayang gimana komunikasi pasutri dulu? secara belum ada ponsel, sekarang udah ada aja masi suka missed komunikasi juga …..
mungkin Deddy Corbuzier bisa buka kelas khusus telepati utk pasutri :B …
Aldi,
Pengalamanmu juga pasti banyak kan?
Untung sekarang ada hape ya, memudahkan komunikasi
wah.. saya musti belajar banyak nih kaya’nya..
menuju 2011!! 😀
Billy Koesoemadinata,
Nanti berjalan dengan sendirinya
Ternyata ibu pandai merangkai cerita ringan tapi sangat bermakna,
Komunikasi yang macet memang sering terjadi di awal pernikahan. Menjajagi hati wanita memang tak mudah bagi laki-laki yang terbiasa pengen praktis.
Racheedus,
Hehehe…betul…tapi disitu serunya kan….
tips yang mantab!
*mengingat-ingat*
Zam,
Hehehe…nggak perlu dihafal ya
Khusus berkaitan dengan makanan dirumah,Sewaktu masih bujangan ibu saya sudah seringkali meyakinkan saya untuk selalu makan dirumah, jika mau beli sesuatu untuk di bawa pulang ya konfirmasi dulu sama yang ada dirumah daripada tidak kemakan, atau kalo memang pengin makan diluar, makan saja secukupnya sebagai “tamba pengin”, jadi dirumah masih bisa mencicipi masakan rumah.
Sekarang setelah menikah kurang lebih 2 tahun, saya menyadari hal tersebut ternyata sangat berguna. Setiap hari pulang kantor apabila masih kuat menahan lapar (pulang ampe rumah di atas jam 8 malem) mendingan makan dirumah saja, selain mengurangi pengeluaran, kebersihan makannan dirumah juga lebih terjamin dan yang pasti istri seneng dan lega karena masakan ada yang memakan.
Meskipun masakan istri tidak seenak beli / jajan diluar, karena sudah kebiasaan jadinya menjadi kebutuhan pulang kerja makan dirumah…
Atmoko,
Bagaimanapun masakan rumah tetap lebih sehat dan juga menghargai yang sudah masak
ups… ada yang ketinggalan….
sering – sering ada selingan cerita kaya gini bu..
thanks..
Atmoko,
Mudah2an pembaca nggak bosan
hehehe saya juga nih,
masih harus banyak belajar komunikasi
btw, kalo disodorin sate, istri saya malah seneng tuh bu 🙂
Mascayo,
Komunikasi waktu awal pernikahan memang menyisakan banyak cerita lucu…
Tapi sate kan enak.. harusnya bilang aja buat besok biar makan bareng… 🙂
Fariskhi,
Mestinya bilang begitu ya…?
hihi… lucu.
ini kisah nyata siapa ya, bu?
*pertanyaan usil*
tadinya saya pikir rini terhasut banyolan orang-orang kalau suami yang pulang telat bawa makanan atau bunga itu pertanda baru ketemuan sama cewek lain. 😛
Marsmallow,
Sayapun saya masih suka geli, jika mengingat tampang Ibnu (bukan nama sebenarnya), saat cerita didiemkan isterinya gara-gara sate ini……hehehe
Bahkan pernikahan yang sudah lama berjalan sampai punya anak pun ternyata masih saja ada hal baru yang belakangan baru diketahui. Memang harus ada yang mengalah agar tidak terjadi konflik hanya gara2 hal kecil. Dibutuhkan saling pengertian dan komunikasi yang baik antara dua pihak agar persoalan yang timbul bisa diselesaikan dengan cara bijak. Kalau hanya menuruti egoisme masing2 pasti akan berlarut-larut dan tak akan selesai.
Mufti AM,
Intinya memang pada komunikasi, dan awal pernikahan adalah awal belajar untuk saling memahami.
hehehe…jadi senyum sendiri baca cerita ini….klo saya emang “brantakan”, suami bawa makanan pulang suenengnya minta ampun….ngga masaaaakkkkkk..horeeeee…masakan laen masukin frezzer
tapi kayanya suami saya cuma bawain yg kecil2…kaya hot chocolate, a cup of coffee ato kadang sepotong date square
salam kenal bu…..
Wieda,
Tipe orang memang macam-macam. Kalau saya, biarpun sudah masak, ya seneng aja dibawakan sate….
Salam kenal juga, makasih telah berkunjung
Awal-awal pernikahan memang perlu energi ekstra untuk saling menyesuaikan diri, apalagi kalau karakternya beda dengan pasangan. Saya dulu termasuk orang yang sulit mengekspresikan perasaan. Kalau ada masalah, cuma nangis melulu, lhaa … suami mana tahu duduk masalahnya kalau cuma disuguhi tangis? 😀 😀 Lama-lama saya belajar bicara, dan akhirnya komunikasi bisa berjalan baik 🙂
Kalau saya, yang pernah terjadi adalah, karena sama-sama ingin membelikan makanan kesukaan, lhoo … malah ketemu di rumah makan yang sama! Hahaha …
Tutinonka,
Kalau kita rangkum, mungkin banyak sekali cerita lucu ya….saya juga senang aja dibawakan makanan, toh kalau tak habis bisa disimpan di kulkas untuk makan pagi.
Tapi karakter masing2 orang kan berbeda mbak…mungkin karena Rini begitu ingin nya menyajikan masakannya sendiri, dan sudah menunggu lama…ehh tahu2 suami datang terlambat dan bawa sate lagi….hahaha.
Tapi ini cerita benar2 terjadi, kami ketawa ngakak besoknya saat si suami cerita…ketawa sambil kasihan…tapi kita juga marah2 sama Ibnu karena begitu polosnya, dan tak memahami perasaan isteri….
wah, ternyata gara2 sate saja seorang istri bisa ngambek, ya, bu. pengalaman ibu sangat menarik nih. selama ini saya juga sering beli bebek goreng ketika habis jalan2 tanpa memberi tahu istri. saya juga heran, dibelikan bebe goreng kok malah ndak direspon dg wajah sumringah tapi dingin2 saja, hehe …
Sawali Tuhusetya,
hahaha…jadi bapak juga pernah mengalami ya?
Memang komunikasi saat awal pernikahan sulit…..apalagi jika salah satunya introvert
Hm.. salah satu kata kunci disini adalah “Komunikasi” ya Bunda.. 🙂
Masalah 2 orang dengan pribadi dan budaya yg berbeda disatukan dalam 1 rumah tangga, jelas berpotensi konflik (terlepas masalahnya bisa substansial atau tidak). Tapi komunikasi yg baik akan bisa menjembatani semua itu dan menjaga keharmonisan rumah tangga 🙂
Nug,
Iya…cerita sepele, dan komunikasi yang tak tepat, jika tak segera diselesaikan bisa menimbulkan situasi yang tak nyaman. Dan hal tsb wajar bagi pasangan muda…seperti yang saya ceritakan tsb