Dokter gigi anak-anakku

Membaca tulisan si bungsu disini, saya menjadi ingat percakapan dengan teman-temanku beberapa tahun yang lalu. Kami, para ibu-ibu, paling sulit mengajak anak ke dokter gigi. Padahal, saat anak-anak ku masih di TK Negeri, telah dikenalkan dengan dokter gigi, yang setiap periode datang ke Sekolah Taman Kanak-Kanak untuk memeriksa gigi para murid TK. Mungkin juga karena dokter gigi yang kebetulan berpraktek di Puskesmas kompleks rumas dinas yang kami tempati adalah dokter perempuan, sehingga kemungkinan lebih dekat dengan anak kecil.

Namun, dokter gigi yang datang ke sekolah hanyalah untuk pemeriksaan, sehingga saat gigi si sulung harus ditata, maka kami terpaksa mencari dokter gigi lain, yang juga praktek sore. Pilihan pertama adalah dokter gigi yang pernah mengoperasi gigi bungsuku dan berpraktek di Ladogi. Kebetulan beliau juga berpraktek sore di rumahnya yang merupakan rumah dinas untuk para dokter RS AL Mintoharjo. Betapa kagetnya kami (suami dan saya), saat si sulung (saat itu masih umur 7 tahun) menggigit tangan dokter gigi yang sedang memeriksanya, sampai dokternya menjerit. Kami pucat pasi, dan meminta maaf berulang-ulang. Setelah itu kami tak berani untuk mengajak anak ke dokter.

Sampai suatu ketika, saya mengobrol dengan tetangga yang juga satu kantor. Dia merekomendasikan dokter gigi spesialis untuk anak-anak, dan kebetulan adik seniorku di kantor. Dan…ternyata anak-anak menyukai nya. Betapa tidak? Dokter ini mengajak anak-anakku bermain lebih dulu, mula-mula anak-anak diajar cara menggosok gigi yang benar dengan alat peraga, dan dokter ini selalu cerita pada saat anak harus membuka mulut, dan bilang…”Buka mulut ya, nggak lama kok, hitungannya nggak lebih dari sepuluh“… katanya ambil mencowel pipi anakku. Tentu saja, sambil membersihkan gigi anakku, dia mendongeng, dan cerita macam-macam sehingga tahu-tahu gigi sudah bersih. Karena gigi anakku besar-besar dan tak teratur (keturunan ibunya), maka sejak si bungsu masih usia 4 (empat) tahun, dokter gigi ini dengan telaten merawat gigi anakku, dan memasang kawat gigi. Sebelumnya anakku disuruh memilih mau pakai warna apa.

Sayang, terhadap si sulung hal ini tak berhasil, karena si sulung, yang saat itu masih umur sekitar 7 tahun berkata… “Tante, kalau buat cowok kan yang penting giginya sehat. Dan yang penting lagi bisa cari uang banyak nanti.” Dokter gigi cuma geli, dan mencubit pipi anakku…”Ihhh kamu kok bandel sekali.” Lucunya, saat si sulung ternyata gigi bungsunya nggak tumbuh juga, padahal mau melanjutkan ke luar negeri, maka dokter gigi ini yang merekomendasikan teman baiknya, seorang dokter bedah mulut, untuk mengoperasi gigi anakku. “Nanti tante akan mendampingi dokter bedah mulut ini, jangan kawatir, dan dia temen baik tante kok.” Si sulung percaya, dan karena empat gigi bungsunya ternyata tumbuhnya miring, jadi sekaligus di operasi semua, dengan bius total. Saat si sulung sadar, pertama kali yang ditanyakan adalah apa tante dokter menunggu dia selama operasi? Saya tersenyum, tanpa menjawab, ya tentu saja tak ditunggu, kan operasi nya di RS Medistra dengan peralatan lengkap, dan dokter bedah mulut telah didampingi oleh dokter anestesi.

Akibat promosi dari mulut ke mulut, akhirnya teman-temanku yang punya anak kecil, datang semua ke tempat prakteknya. Dan dokter gigi ini cuma ketawa aja…”Gara-gara mbak nih, satu kantor kesini semua, padahal kan dokter gigi lain banyak.” Saat si bungsu diterima di El ITB, setiap kali masih berobat ke dokter ini, sampai akhirnya dia bilang..”Ani, kan di Bandung juga ada dokter gigi.” Anakku cuma menggeleng.

Pada akhirnya anakku memang harus berpindah ke dokter lain, karena dokter gigi ini tak berumur panjang, saya menyesal karena tak tahu sebelumnya kalau beliau sakit, dan tahu-tahu telah mendapat kabar kalau sudah dipanggil oleh Allah swt. Dokter gigi ini periang, selalu tersenyum, bahkan kakak kandungnya sendiri tak tahu kalau ternyata dia telah menderita kanker payu dara stadium lanjut.

Si bungsu pada akhirnya mengenal dokter gigi lain, gara-gara diajak Rita (sekretaris jurusan Elektro?), yang tentu saja sebelumnya dibumbui kalau dokternya keren, baik dan gaul. Dan kenyataannya, si bungsu sekarang ke dokter gigi tanpa di suruh lagi. Mungkin anda punya pengalaman berobat ke dokter gigi, dan tentu saja jika dokter gigi nya ramah, ditambah keren, pasti menjadi rajin berobatnya.

Iklan

17 pemikiran pada “Dokter gigi anak-anakku

  1. jadi inget dulu Ndutz pertama kali cabut gigi, musti dateng ke 3 dokter, yang terakhir baru yang tepat. Orangnya ramah dan humoris ^^

    AngelNdutz,
    Memang paling malas ke dokter gigi, karena biasanya antrinya lama, juga saat pemeriksaan juga lama….
    Jadi, diperlukan dokter gigi yang menyenangkan yang mendorong kita melakukan perawatan gigi dengan teratur

  2. Wah Bu, saya paling takut sama dokter gigi.
    Terakhir ke dokter gigi (2006) lalu untuk operasi geraham bungsu. Dokternya sampe geleng2 karena tensi saya mendadak jadi 170 karena saking takut dan tegangnya. Sampe akhirnya dokter kasi obat penenang dan tensi saya drop jadi 110 barulah dioperasi dan sukses hehehehe…

    <em>DV,
    Berarti DV seperti anakku, mau operasi karena mau ke luar negeri kan?
    Dan sebetulnya dokter gigi di Indonesia relatif sabar lho…mencari akal, dan membujuk pasien nya agar tak ketakutan

  3. hehehehe dulu ortunya aldi sih “menyuap” aldi dengan VHS-nya Gavan/Goggle, hot dog sama fried chicken biar mau ikut ke dokter gigi ……….

    Aldi,
    Hahaha…sekarang masih perlu di sogok “Hot Dog” lagi nggak?

  4. dokter gigi, atu juga tatuut.. alhamdulillah jarang sakit gigi πŸ™‚

    El Sadra,
    Ke dokter gigi kan bukan berarti sakit gigi, namun juga perawatan, pembersihan karang gigi dsb nya

  5. BUndaaaaaaaaa
    aku pake kawat gigi 5 tahun !
    Pengalaman sama dentist.. buanyak bgt !
    secara sebulan sekali kontrol πŸ˜€
    tapi gak pake takut waktu itu..
    krn emang udh harus ya pasrah aja kalo kontrol

    eeh skr… ngilu deh denger peralaatn dentist..
    ngebayangin ke dentist aja aku ngeri…
    udh bosen bgt kali yah hehehe

    Eka Situmorang,
    Wahh tumben nih….komentarmu nyasar ke akismet.
    Berarti Eka patut jadi contoh, karena sebetulnya jika kita rajin ke dokter gigi, maka selain gigi menjadi bagus juga sehat. Kalau ada lubang juga diketahui secara dini, sehingga cepat ditambal.

  6. waktu saya sakit gigi, ngomong saja susah, setelah periksa ke dokter katanya gigi bungsu baru numbuh

    Sunarnosahlan,
    Jadi gigi bungsunya akhirnya bisa tumbuh sempurna pak? Kan banyak yang harus dioperasi…

  7. kemarin gua juga barusan ke dokter gigi cabut gigi “gift”dokternya juga humoris ^^ hehehe salam kenal ya Bunda ,nice blog Bunda ^^ and salam kenal semuanya

    Juliawan,
    Wahh seneng kalau punya dokter gigi yang humoris, ketakutan kita berkurang..kenapa ya, tetap ada rasa serem jika ke dokter gigi?
    Mungkin juga karena mendengar bunyi alatnya itu ya?

  8. mas8nur

    pernah waktu kuliah nyabutin gigi keropos, setelah disuntik bius dua kali nggak tahu kenapa waktu dicabut masih sakit sekali, padahal dokternya cekatan. Karena saking tegangnya setelah dicabut aku langsung keringat dingin, rasanya muter2 dan gelap. Aku hanya dengar panggilan dokter lirih tanpa bisa apa2. Apakah ini yg namanya pingsan? Wuih takut ngulangi lagi.

    mas8nur,
    Terbayang deh…dokternya ikutan bingung…
    Tapi kayaknya semua dokter gigi tahu, kalau pasien suka agak takut melihat peralatan dokter gigi.

  9. Saya ngga suka ke dokter gigi, tapi terpaksa pergi deh kalau sudah sakit. Begitu ke Jepang, ke dokter gigi lagi setelah 10 tahun karena hamil dengan Riku. Waktu hamil gigi banyak yang bermasalah karena kabarnya kalsium diambil sang bayi, jadi disarankan utk kontrol ke dokter gigi. Jadi terpaksa deh seminggu sekali pergi sekaligus merapikan tambalan gigi yang sudah tua. Karena hamil sering kali pekerjaan terhenti krn mual.

    Kalau tidka terpaksa… ngga mau deh ke dokter gigi hihihi

    Ikkyu_san,
    Kayaknya memang harus dianggap sebuah kewajiban kalau ke dokter gigi…kenyataannya setelah melakukan perawatan gigi ke dokter, rasanya mulut segar….dan kita jadi lebih sering tersenyum

    EM

  10. Gigi saya kacau deh Mbak, banyak yang bolong. Punya langganan dokter gigi yang sudah tua, tapi ramah dan ganteng (hush πŸ˜€ ). Pernah coba ke klinik khusus gigi yang baru dibuka dan gencar promsi, tapi waktu lihat dokternya gadis-gadis muda yang masih imut, urung deh nyabut gigi. Nggak percaya. Masak sih tangan-tangan mungil itu kuat nyabut gigi? πŸ˜€ Walhasil kembali lagi ke dokter Yangkung yang ganteng itu … hihihi

    Tutinonka,
    Memang…ternyata tak mudah ya berganti ke dokter lain, apalagi jika sudah cocok.

  11. Ketika TK tempat si sulung bersekolah mengadakan pemeriksaan gigi, dia begitu bersemangat dan saya pun tidak perlu menemaninya. Bahkan, beberapa kali dia malah mengatakan sambil tersenyum bangga, “Bi, lihat gigi Bibin yang ini udah goyang. Bentar lagi mau copot.”

    Bang Aswi,
    Syukurlah jika si kecil sudah suka dengan dokter gigi…cuma kalau ngajak ke dokter gigi mesti diperhatikan agar dokter giginya yang disenangi anak-anak

  12. Di desaku sedang panen sakit gigi, mungkin karena pengaruh cuaca.

    Tetangga rumah baruku dokter gigi beliau cantik dan sangat sabar. Kami sekeluarga jadi rajin kontrol gigi.

    Kumur pakai air sirih dapat menperguat gigi.

    Puspita,
    Air sirih memang serba guna…..
    Memang enak kalau dokter giginya cantik dan ramah….

  13. saya pernah jadi “kelinci percobaan” ketika berobat ke salah satu rumah sakit pendidikan. awalnya saya tidak tahu, para dokter di situ adalah mahasiswa kedokteran. di saat sudah terbius, rame-ramelah mereka datang dan memperhatikan mulut saya. sang dokter yang mungkin adalah dosen, menerangkan apa saja yang mereka lihat di mulut saya. wah… kesel sekali… tapi, saya tidak bisa berbuat apa-apa… 😦

    Vizon,
    Wahh saya juga pernah…saat itu lagi libur semester pendek, jadi saya ke rumah tante di Bandung, kalau pulang ke Madiun, liburnya cuma sebentar. Terus ke RS Hasan Sadikin, ceritanya mau kontrol gigi…walah..yang memeriksa anak FKG Unpad…..udah rombongan dan mereka rame berceloteh sendiri. Langsung deh nggak mau balik lagi

  14. Berbicara tentang dokter gigi. Dahulu saya punya masalah dengan gigi seri saya yang berotasi hampr 90 derajat dari posisi normal.
    Dokter akhirnya bilang, “wah, ini perlu di-laser Pak”, kepada bapak saya..
    Sontak saya mikir aneh2.. bayangan saya waktu kecil dulu..laser itu seperti senjatanya ultraman, power rangers dan sebagainya.
    Setelah itu, beberapa waktu saya jadi takut ke doketr gigi.

    Ade Bayu,
    Kalau sekarang masih takut sama laser nggak?
    Saya sih tetep serem aja…kalau keliru dan nyasar ke yang masih bagus ???

  15. What ?
    Dokter Gigi ?

    laaarriiiiii …

    Bu saya ini paling alergi dengan dokter gigi ..
    kalo ndak terpaksa benar saya ndak mau ke dokter gigi …

    hahaha

    πŸ™‚

    Ternyata memang banyak ya, yang alergi dokter gigi

  16. thalib

    anak saya laki2 umur 5th,giginya berlubang kiri dan kanan,sering sakit bergantian,kadang keduanya.pernah saya bawa ke dokter gigi tapi dia meronta2 karena takut disuntik,dia trauma disuntik. apakah boleh dipaksa atau adakah cara lain?memang dokternya tdk mengalihkan perhatian dan membujuknya,krn saya lg diluar negeri,anak saya blm ngerti b.inggris. mohon sarannya ya dokter… trima kasih…

  17. yuyuk adriani

    anakku (usia 4 thn) punya Dr Gigi baik banget…pertama masuk salaman dulu ,kenalan ,baru diajak perkenalan alat-alat di ruangannya..duduk di tempat periksa anakku diajarin cara nyalain lampu, trus dibuatin balon, pokoknya banyak deh….anaknya nyaman kali yah….jadi selalu ngajak “Bu kpn ke tante dr yang cantik lagi….”

Tinggalkan Balasan

Isikan data di bawah atau klik salah satu ikon untuk log in:

Logo WordPress.com

You are commenting using your WordPress.com account. Logout /  Ubah )

Foto Facebook

You are commenting using your Facebook account. Logout /  Ubah )

Connecting to %s