Duhh…macet dimana-mana…..

Sore itu saya masih sibuk membuat program kerja untuk tahun 2010, kemudian menengok jendela. Mendung menggantung tebal sekali, berwarna hitam. Saya menengok jam, ternyata sudah jam 15.15 wib. “Wah, kalau tak segera pulang, pasti akan terjebak macet,” pikir saya. Jakarta sore hari, ditambah hujan, merupakan paduan yang tak menyenangkan, sudah bisa dipastikan akan terjadi kemacetan dimana-mana. Saya mematikan komputer, menitip pada teman, untuk segera mengirimkan laporan lewat email, supaya bisa saya kerjakan malam hari atau besok pagi.

Saya segera turun, rasanya pintu lift lama sekali membukanya. Sampai di lobby saya melihat jam, masih jam 15.30 wib, biasanya perjalanan dari jalan Thamrin ke rumah sekitar satu jam, dalam kondisi tak terlalu lancar. Hujan mulai gerimis, saya membuka payung dan segera menuju jalan masuk gedung untuk mencari taksi. Biasanya taksi BB banyak yang lewat, mungkin karena sudah mulai hujan, sekitar 10 menit kemudian saya baru mendapatkan taksi kosong. Jalan Thamrin Sudirman masih lancar, agak tersendat saat memasuki jembatan Semanggi, namun masih lumayan lancar sampai ke perempatan blok M. Saya melihat jam, masih jam 4 sore. Jalan yang awalnya masih cukup lancar, tiba-tiba mulai tersendat….dan akhirnya macet-cet. Sampai lampu lalu lintas berwarna hijau berganti empat kali, mobil masih tak bergerak, dan tak satupun polisi terlihat berjaga. Kendaraan tak bergerak di dekat perempatan Blok M

Tak bergerak, di dekat gedung Harley Davidson, Blok M

Pak sopir memberi saran, “Bagaimana bu, jika kita putar balik, masuk ke Mal Pasar Raya, nanti terus sampai di dekat ujung jalan Melawai, baru masuk Wijaya.” Saya setuju, paling tidak, mobil tidak berhenti sama sekali. Di ujung jalan Melawai dan Gereja, jalanan macet sekali, untung pak sopir cekatan dan kami beringsut-ingsut bisa masuk ke jalan Wijaya, dengan pura-pura masuk ke Bakmi Gajah Mada dulu….Kegembiraan ini tak lama, ternyata dari jalan Wijaya 2, ke arah jalan di samping Gran Wijaya juga macet, jalanan yang selama ini saya kenal tak pernah macet, paling-paling hanya padat merayap. Benar saja, rupanya di perempatan dekat Gran Wijaya, dengan jalan Darmawangsa, semua kendaraan dari berbagai arah menumpuk menjadi satu, di perempatan, dan tak ada yang mengalah. Tak lama kemudian pak polisi datang….waduhh udah telat sekali…dan akhirnya mobil beringsut…dan yang mengagumkan, jalan yang tiap sore (pas hari kerja) selalu macet dan merayap, lengang….begitu juga jalan ke arah tanjakan mendekati daerah blok A.

Pengendara sepeda motor dan mobil, sama-sama tak ada yang mau mengalah

Karena anakku sudah berpesan bahwa jalan Fatmawati dan Pangeran Antasari sama-sama macet, pak sopir akhirnya mengarahkan jalan, melalui jalan tikus, mulai dari jalan Damai, jalan Haji Saidi, Bunga Kenanga, Bunga Nusa Indah, Haji Junaedi, Cipete Raya…kemudian ke Jalan BDN 2. Dan akhirnya sampai rumah setelah 2,5 jam perjalanan. Syukurlah pak sopir sabar, tidak ikut senewen, sehingga biar argonya naik dua kali lipat, saya lega sampai rumah. Anakku saat menilpon sempat usul, bagaimana kalau mampir di Cafe saja, minum coklat panas, sekalian nonton film. Waduhh, kalau ada temannya sih, usul tersebut pasti menarik. Tapi, jalan-jalan di Mal tanpa teman, apalagi malam hari selepas kerja, rasanya bukan ide menarik, dan semakin lama ditunda, jalan akan semakin macet.

Di jalan Cilandak tengah, terlihat ada pohon tumbang yang baru selesai dirapihkan dan ditaruh di pinggir jalan…..

Bagaimanapun saya harus menyesuaikan dengan kehidupan kota Jakarta, yang penuh kejutan. Dan masih bersyukur, rumah saya aman dari banjir.

Iklan

30 pemikiran pada “Duhh…macet dimana-mana…..

  1. (maaf) izin mengamankan KEDUA dulu. Boleh kan?!
    Untuk mengatasi kemacetan satu2nya jalan keluar menurut saya adalah pemerintah harus segera menyediakan sarana transportasi massal yang representatif, nyaman, dan murah sehingga para pemakai kendaraan pribadi dengan sadar dan berangsur akan berpindah menggunakan angkutan umum.

    Ini memang PR pemerintah…karena angkutan umumnya kurang dan tidak reperesentative.

  2. Pindah ke daerah saja, Bu.. sepertinya Jakarta memang bukan tipe kota yang mampu ditaklukkan.
    Ia menuntut penduduknya untuk selalu mampu beradaptasi…

    Lha kalau di daerah malah bingung, dan Jakarta memang tempat yang paling mudah, terutama jika anak-anak sudah dewasa dan keluar rumah semua. Lha teman-teman akhirnya juga mengambil rumah didekat rumah dinas nya masing-masing, mungkin karena sudah merasa familier dengan lingkungannya.
    Rumah orangtua di Madiun masih ada, tapi juga udah nggak kenal dengan lingkungannya, karena teman-teman saat sekolah sudah pindah, dan tetangga seusia ayah ibu nyaris hanya tinggal beberapa yang masih panjang usianya.

  3. Kemaren memang hujannya sangat lebat dan merata, di Bandung juga macet karena banjir dan lampu lalin mati. Trus, nggak ada yg mengatur lalin. Ada sukarelawan yg nyetop utk mengurai kemacetan (jadi inget posting Bu Enny dulu …), tapi habis itu macet lagi. Dari kantor, jemput anak di sekolah trus pulang saya sampai 3 jam lebih …

    Hehehe…bapak masih ingat ya…kemarin bener-bener macet total, bayangkan masih di daerah blog M (kira-kira hanya 1 km) perlu waktu 2 jam…dan lainnya yang sepanjang 10 km lebih hanya setengah jam….
    Kalaupun saya nyetop, nggak bakal dianggap…atau yang lain ikut bantu ya….

  4. Jakarta selalu macet karena ngga ada yg disiplin dalam berlalu lintas….
    tapi seperti kata mbak Eni…dinikmati saja….hehehehe saya saja selalu bingung klo terjebak kemacetan Jakarta…..soalnya saya ndesit banget

    Ternyata kemarin, memang di beberapa ruas jalan ada banjir, dan pohon tumbang, karena hujan angin campur petir…jadi banyak jalan yang tak bisa dilalui.

  5. Terjebak macet memang bikin frustasi ya Mbak? Syukurlah di Yogya nggak pernah ada macet yang sampai cet bener. Paling-paling padat, tapi kendaraan masih bisa jalan terus. Macet cuma kemarin pas malam tahun baru. Oh iya … kalau musim liburan, agak macet juga di dekat pusat-pusat wisata.

    Pindah Yogya aja Mbak. Kan kerjaan bisa diselesaikan di rumah, terus dikirim via email … hehehe …

    Hmm memang repot ya mbak, tapi jika saya dapat tugas ke luar kota lebih dari seminggu pasti kangen sama Jakarta. Bahkan saya lebih suka Jakarta dibanding kota Bandung.
    Kalau lagi keluar hari Minggu, jalanan tak terlalu padat, rasanya indah sekali melalui jalan Sudirman-Thamrin sampai ke kota Tua….dan jika malam, lampu2nya ngangeni.

  6. Sebagai wong ndeso, satu hal yang sulit saya pahami ketika tinggal di Jakarta ini adalah kemacetan di jalan raya. Sebenarnya memang tidak mengherankan jika di saat jam berangkat dan pulang kantor jalanan di Jkt terjadi kemacetan, wong semua orang tumplek blek di jalanan. Gimana nggak bikin macet? Dan ruas jalanan tidak bertambah, sementara kendaraan pribadi tiap hari terus bertambah. Kabarnya diramalkan tahun 2014, begitu kita keluar rumah, langsung terjebak kemacetan. Biyuh, opo ndak medeni itu Bu? Tapi semoga pemerintah tanggap akan hal itu… (wlpn saya nggak yakin, sih)

    Memang seharusnya yang diperlukan adalah infrastruktur untuk angkutan umum, yang nyaman dan aman. Saat tahun 1980 an, masih banyak bis PPD yang bagus dan bersih…dan rasanya dulu ditawari kredit motor teman-teman tak mau, karena lebih nikmat naik bis, dan kalau memang penting naik taksi.
    Sekarang, banyak yang pakai sepeda motor, karena dengan uang muka Rp.500.000,- sudah bisa beli cicilan, dan biayanya lebih murah dibanding naik kendaraan umum, yang juga suka ngetem (ini pendapat si sulung…dia pilih naik sepeda motor dibanding mobil), saat kerja di Jakarta.

  7. kemarin lewat Gatsu Pancoran ke arah Kuningan… dan saya menjadi satu satu nya mobil di tengah jalan yang kosong… wuiihhh berasa will smith di I am legend

    Iya…yang macet ke arah Jakarta Selatan, Jakarta Barat dan Jakarta Timur.
    Dan anehnya, setelah melewati jalan Darmawangsa ( yang ke arah blok A)…jalanan lancar…car..padahal biasanya justru jalan ini yang macet.
    Jalan ke arah Prapanca memang macet (ternyata ada banjir di kemang)….

  8. Kalo macet, sudah tradisi dimana-mana. Tips & Trik kalo kita mengalami suasana macet adalah membawa handuk dan plastik [lumayan buat nadahin kalo kita ingin mengeluarkan makanan dalam perut, muntah dan mual-mual]..hee ^_^…V

    Waduh..kalau masih merasa mual naik kendaraan, berarti nggak cocok tinggal di Jakarta, yang setiap hari bergumul dengan kemacetan. Yang benar, ya dinikmati saja

  9. itulah salah satu alasan kenapa saya malas tinggal di Jakarta. saya masih belum bisa berdamai dengan kemacetan yang selalu saja terjadi…

    Saya dulu juga nggak ingin kerja di Jakarta, namun ternyata takdir menempatkan saya mendapat kerjaan di Jakarta…ya apa boleh buat.
    Sebetulnya Jakarta menyenangkan kok, asal kita bisa menikmatinya, namun harus tetap waspada, karena sering terjadi kejutan

  10. Kondisi kesemrawutan lalu lintas di Jakarta adalah identik dengan ciri-khas manajemen kota yang masih memprihatinkan, memang ini adalah urusan semua elemen termasuk pengguna jalan, pengatur lalu-lintas, dan perencana kota..

    Mungkin dari sisi yang paling kecil, lebih banyak berjalan untuk jarak pendek atau bersepeda adalah salah satu solusi menguranhi beban lalu-lintas, meski demikian pemerintah dengan segala macam cara yang bijak HARUS mengupayakan pembangunan infrastruktur trasportasi umum yang baik..

    Dengan catatan sebagai pengguna, mesti taat dan menjaga fasilitasnya nanti.. sementara ini ya sabar-sabarlah, sambilterus berupaya mencari solusi temporer.

    Memang antara pemerintah, pengguna jalan dan masyarakat umum, perlu saling memahami. Walau kendaraan banyak, jika disiplin, mestinya nggak terjadi kemacetan…kenyataannya, begitu lolos dari kemacetan…langsung …wushh….jalanan sepi banget?

  11. agaknya kemacetan sdh menyatu dengan karakter kota besar di negeri ini, bu, hal itu diperparah dg tingkat kedisiplinan para pengguna jalan yang sering ndak sabaran. mungkin perlu diperbanyak jalur alternatifnya, bu, utk mengindari kemacetan total.

    Saya sepakat pak, kunci utama kedisiplinan pengguna jalan…karena begitu terurai..langsung…wuss..bisa kecepatan 60 km/jam..jalanan lenganga, berari semua masih berjubel di daerah tertentu aja

  12. Tropical Wooden House

    biasanya jakarta kalo ga macet ga ada duit, contoh: saat libur lebaran, jalanan sepi ngebut 100 KM/jam di Thamrin juga bisa. Tapi duit susah, betul ga, coba kalo weekdays, duit dimana-mana, baru kelah keluar rumah udah ngeluarin duit buat pak ogah, buat bayar Three In One….

    Saya tak sepakat hal ini…jika hari libur, Jakarta cukup ramai….
    Kenapa mesti bayar three in one…berarti memang orang yang suka melanggar, atau mempermudah…..jika hanya dua orang, saya akan lewat jalan yang memang bukan three in one

  13. kalau macet, biasanya buat kepala pusing g sabaran tunggu antrian. dua hal positif yg bisa diambil dalam kemacetan kali ini: melatih kesabaran dan yg paling penting ikhlas ‘merelakan’ ongkos yg pasti naik 😀

    Satu-satunya jalan, ya memang harus sabar dan dinikmati…


  14. Yg repot pas lg ada keperluan penting dan mendadak, trus jalanan macet..
    Bakalan susah untuk menikmatinya..
    Bakalan stres deh..

    Nahh …ini yang harus diperkirakan…
    Jadi, kalau dari Jakarta ke Bandara, harus tahu jam berapa Jakarta Macet, dan memperkirakan antara jarak dan risiko macet…kalau pagi sekali, ke Bandara cukup 2 jam sebelumnya berangkat…jika siang hari disarankan minimal 4 jam sudah berangkat ke Bandara

  15. hehehehehehe saya 5 tahun dijakarta sudah kenyang dengan segala kemacetan bu, di bandung juga sudah mulai dengan kemacetan yang tdk ada abis2nya

    Betul Hedi..Bandung pun sekarang macet, dan harus tahu jam-jam tertentu.
    Kalau pulang ke Jakarta, dan mau naik CT di daerah Dipati Ukur, apalagi Minggu pagi, dari rumah saya mesti hindari Gasibu, terus nanti ada lagi melalui Gereja yang kadang jalanan hanya separo karena dipakai parkir. Kalau hari biasa, semakin banyak lagi daerah tertentu yang mesti ditandai, terutama daerah sekolah. Jadi…1 jam sebelumnya mesti berangkat dari rumah….

  16. Hmmm… mungkin sudah waktunya pemerintah berpikir triple serius tentang penataan ruang di Jakarta, segera merealisasikan angkutan massal yang nyaman, dan memindahkan Ibu kota ke tempat yang lebih strategis dan baik. Walaupun saya sadar, nggak sesimpel itu persoalannya.

    Kadang kalau sudah jengkel saya suka berandai-andai, untuk mengirim pembuat kemacetan itu ke bulan saja. Hehehehe… Apa kabar Bu Enny? 🙂

    Bener Yoga, kadang capek sekali…tapi memang harus sabar dan dinikmati, selama kondisi ini belum ideal.
    Sebetulnya di negara lainpun, jika jam pulang kantor macet total, cuma orangnya lebih disiplin..jadi macetnya memang karena jalanan padat, bukan ditambah karena saling serobot.

  17. ibu, jadi ingat pengalaman saya pulang dari prj kemayoran ke hotel di cempaka putih. kan deket banget tuh? tapi karena hujan dan macet, jadi aja saya habiskan waktu dua jam di dalam taksi! duh! emang jakarta.

    beginilah wajah kolektif kota-kota di negara kita, bu. tak hanya jakarta, kota-kota lain juga sudah menjajari. benar bahwa ini butuh perhatian dan penanganan yang serius dari berbagai pihak, tak hanya tata kota, juga industri dan lingkungan hidup. juga masyarakat umum.

    syukurlah ibu dapat supir taksi yang bisa kalem selama jalan macet. kebayang kalau supirnya juga bete, mengingat dia jauh lebih lama menghabiskan waktu di jalan ketimbang kita para penumpang.

    Betul Marsmallow…makanya saya suka pilih taksi tertentu, karena orangnya sabar dan tak terlalu dikejar target. Dan kalau sudah begini, sopirnya baik, penumpang juga dengan senang hati memberikan tip..

  18. Kalo lagi buru2 trus macet?? Wow.. Emosi pastinya…

    Kalau emosi, yang kena diri sendiri…
    Lebih baik dinikmati, dan buat perencanaan waktu lebih baik, termasuk risiko macet

  19. Salam perkenalan.

    Jakarta merupakan ibu kota negara yang menjadi pusat perhatian dunia. Karena kebetulan negara kita merupakan negara yang berada di lintas samudra perdagangan yang menjadi pusat dunia Internasional. Namun penyakit psikologi untuk masyarakat yang disebabkan oleh faktor kemacetan lalu lintas di jalan belum ada yang dapat menyelesaikan.

    Apalagi masuk musim penghujan. Siapa yang ta’ kenal Jakarta bila gerimis pasti jalan raya setiap sudut jalan di padati oleh kendaraan, tidak peduli roda empat bahkan roda dua saja sekarang sudah mengalami kemacetan.

    Bila kita mengacu padaperaturan yang menjadi produk pemerintah tentang Undang-Undang mengenai AMDAL tentunya merupakan suatu pemerkosaan terhadap produk itu sendiri.

    Bila pemerintah sudah mengkhianati produk-produk Undang-Undang yang mereka buat apa mungkin keadaan akan bisa berubah ? Apalagi di jakarta banyak para akhli untuk dapat mengatasi permasalahan ini. Tetapi semua itu hanyalah pensiasatan semata.

    Masyarakat hanya dapat terus berharap dan berpositif thinking ahwa suatu saat permasalahan ini dapat diatasi dengan……………………. harapan,,,, harapan,,,,,, harapan,,,, yang hampa !
    karena masyarakat selama ini merupakan suatu objek yang di jadikan ujicoba trik dan strategi dalam mengambil kebijakan politisi-politisi.

    Bagaimana jika kita sendiri, masyarakat, meningkatkan disiplin…jadi tak sekedar menyalahkan pihak lain?
    Jika mulai dari diri sendiri, tentu kita menolong masyarakat, dan membuat pemerintah mudah bekerja dengan baik.

  20. Kisah klasik ketika hujan!
    Bundaaaa… tempo hari pas hujan itu, saya terjebak 6o menit tidak bergerak di Cawang…

    Haiiiz, mo ngomel, mo memberi saran sama pemerintah, mo ngapa2in aja udah males.
    Sudahlah, dijalani saja

    ah ya, kalo hujan skr deg2an banjir dirumah 😦 hiks
    setelah 20 tahun tinggal didaerah rumah kami gak pernah kebanjiran, tahun lalu entah gimana banjir juga.

    Sigh lagi….

    Lingkunganku jauh dari sungai dan termasuk tinggi, jadi risiko banjir bisa ditiadakan. Namun sekarang macetnya tak ketulungan…justru setelah dari blog M..mungkin karena dari Jl. Thamrin-Sudirman ada three in one.

  21. Bener bu …
    Hari itu macetnya memang luar biasa …
    ini yang habis hujan lebat itu kan bu ???

    Saya sampai rumah jam 10 lebih bu …

    Salam saya

    Iya…dan itu karena hujan deras campur petir satu jam. Bayangkan satu jam, tapi bisa mengacaukan jalanan. Dan banyak pohon tumbang.

  22. dulu saya pernah tinggal di haji jian cipete bu..wah saking macetnya..waktu saya pesan es buah buat abang2 dipinggir jalan 2 bungkus sampai selesai..mobil2 nyaris hanya brenti saja…mungkin kecepatannya waktu itu sekitar 5 meter per 10 menit..haaa..Jakarta emang amazing bu!

    Kalau lagi macet, apalagi jika hujan, malah jangan sammpai lewat jalan Haji Jian…karena jalannya kecil, dan selokan dikiri kanannya mengkawatirkan.
    Memang kalau lagi parah…bener2 berhenti ya…dan enaknya mampir dulu beli makanan.

  23. “Bagaimanapun saya harus menyesuaikan dengan kehidupan kota Jakarta, yang penuh kejutan. Dan masih bersyukur, rumah saya aman dari banjir”

    Pindah ke kota kecil saja Bu, yang penting daerahnya terjangkau internet sehingga bisa tetap posting di blog ini 🙂

    Hmm lha postingan ini berasal dari cerita sehari-hari yang saya lalui…..dan saya masih punya pekerjaan, Jakarta sekarang telah menjadi rumahku karena sudah lebih dari 30 tahun tinggal di Jakarta, sudah kenal tetangga, teman-teman….di kota kecil harus mulai membina hubungan lagi…dan kalau kerjanya cuma ngenet dan ngeblog, jangan-jangan malah sakit yang didapat karena bosan

  24. wah, saya pernah kena juga, terjebak macet di jakarta tahun 2006. sopir taxinya juga sempat memberi alternatif jalan2 tikus. Sayangnya, yang “kenal” jalan tikus ini tak hanya si sopir. alhasil, jalan tikus in juga macet total…

    Hahaha….jalan tikus, tapi tikusnya makin banyak juga…jadi macet…hahaha
    Memang harus dinikmati, dan persiapkan jauh sebelum waktunya. Kayak kemarin, dari Bandung ke bandara Soeta, berangkat jam 2 pm untuk penerbangan jam 9 pm…pas hari biasa, sampai bandara jam 6-6.30 pm…karena kemarin hari Minggu, sampai bandara jam 4 pm…hehehe. Tapi, jika berangkat telat, akan bersaing dengan orang pulang mudik dari Bandung ke jakarta. Pilihannya, ya harus dinikmati, ngobrol dan makan di bandara, terus anakku juga segera masuk bandara (check in) supaya bisa internetan.

Tinggalkan Balasan

Isikan data di bawah atau klik salah satu ikon untuk log in:

Logo WordPress.com

You are commenting using your WordPress.com account. Logout /  Ubah )

Foto Facebook

You are commenting using your Facebook account. Logout /  Ubah )

Connecting to %s