Tulisan ini merupakan lanjutan dari tulisan sebelumnya

Daus (?) mengatakan, bahwa ketika sudah menjadi novel, maka fakta tak penting lagi. Ada keterkaitan emosional, sebetulnya ini bisa menjadi suatu kekuatan DM. Pak Abdul Hamid (moderator) yang diharapkan untuk membedah buku ini, sayangnya masih normatif. DM selama ini menjadi editor Pram, sering membaca buku-buku Pram, seharusnya bisa mengekstrasi lebih baik lagi. Kedekatan emosional dengan fakta akan membuat gradasi sendiri, namun itu tak dapat diyakinkan sampai bab IV (Daus baru selesai baca di bab ini). Karya sastra seharusnya disublimasikan lebih dulu. Pak Hamid malah menjelaskan fakta yang dipalsukan, yang sebetulnya semuanya sudah faktual.