Tulisan ini merupakan sambungan dari tulisan sebelumnya
Lisa melanjutkan menjawab pertanyaan pengunjung, bahwa sempat berpikir untuk menambahkan glossary, untuk kata-kata yang jarang digunakan, dan kata-kata tersebut semuanya ada di kamus (Lisa menggunakan KBBI dan Thesaurus). Cok Sawitri, penulis Sutasoma dari Bali, menganjurkan agar tidak memanjakan pembaca, serta agar mulai menggunakan bahasa Indonesia yang baik.

Seorang ibu, meneruskan pertanyaan dari anaknya, Cades (?) yang berumur 12 tahun, katanya setelah membaca buku Iluminasi kok terasa seperti menonton Heroes? (nama sebuah film seri). Dan tentang warna hitam, orang yang memakai baju warna hitam, belum tentu tidak bagus ya. Kok ada c****an bu?….ini titipan pertanyaan dari Cades. Ibu tadi melanjutkan, sebetulnya cover Pendulum yang di emboss akan menarik. Penanya lain menanyakan siapa soulmate Lisa saat pengerjaan proses kreatifnya? Pertanyaan tersebut disambut dengan tawa pengunjung. Lisa menjawab, bahwa pengerjaan penulisan novel ini dalam waktu 1 (satu) bulan. Soulmatenya adalah teman-teman di FB, bukan berarti saling curhat di FB, namun membaca status yang lucu-lucu di FB, mendapatkan banyak inspirasi, hiburan diantara tenggat waktu yang kadang terasa mendesak. Menjawab pertanyaan DM, Lisa mengaku bahagia malam ini, teman-teman datang dari berbagai kota, berkumpul, dan malam ini sungguh suatu malam yang merupakan momen membahagiakan (Acara malam itu juga bertepatan dengan ulang tahunnya, yang saat penghujung acara, Lisa mendapat berbagai hadiah, termasuk pemotongan kue ulang tahun).

Anggi, yang mengaku kenal Lisa melalui FB dan baru ketemu malam itu, awalnya mengagumi puisi-puisi tulisan Lisa. Anggi menanyakan, apakah ada imaginasi, tokoh favorit mana yang paling disukai Lisa? Jika Lisa punya kekuatan, ingin menjadi apa? Soalnya Anggi, jika ditanya ingin kekuatan super apa, jawabannya adalah ingin bisa terbang, dan menghentikan waktu. Lisa mengatakan, penulisan sampai kata tamat, perlu waktu 1 (satu) bulan, namun kemudian masih punya waktu 2 minggu untuk meng edit kembali tulisan tersebut. Ternyata setelah membaca ulang, menemukan kejanggalan-kejanggalan yang kemudian diganti. Dan kesulitan terbesar adalah pada bab VI yang merupakan adegan pertarungan, disini Lisa perlu mengeksplorasi kembali bagaimana adegan pertarungan antar tokohnya. Awalnya isi bukunya berupa happy ending, dimana akhirnya Ar jadian dengan Zerro, namun ada kesulitan tersendiri untuk mengungkapan itu, dan rasanya kok seperti adegan film Hollywood dan kurang menggigit. Ceritanya akhirnya diubah menjadi seperti yang ada sekarang.
Lisa mengatakan bahwa dia menyukai tokoh Zerro, sang penyembuh. Dan saat ditanyakan pada pengunjung, ternyata tak ada satupun yang memilih tokoh utamanya, yaitu Ardhanareswari. Ada yang memilih Jack, karena penuh cinta, dan banyak yang menyukai Zerro. Yang menggugah ternyata ada seorang ibu yang memilih tokoh Hira, walau kekuatan supernya tidak menonjol, dan termasuk kelompok “White”, namun Hira tetap menjadi dirinya sendiri. Dari pemilihan tokoh ini, ternyata banyak hal yang bisa digali dari benak pembaca, yang tak selalu memilih tokoh utama dalam panutannya.
Menjawab pertanyaan seorang penanya, apakah ada sequelnya, Lisa mengatakan jika masih punya energi, masih bisa diteruskan. Seorang komentator mengatakan bahwa lebih baik adegan akhirnya seperti itu, dan judul Iluminasi menjadi lebih tepat karena merupakan pencerahan yang tanpa batas waktu, sedang judul Batas akan membatasi isi cerita, ada batas akhir, serta ada batas baik dan buruk.
Sampai disini, saya tak meneruskan mengikuti, karena acara intinya sudah selesai, dilanjutkan dengan acara tiup lilin ulang tahun, acara saling memotret, dan tentu saja Lisa sulit diajak untuk potret berdua, karena malam itu hampir semuanya ingin berdekatan dengan Lisa. Saya berjalan ke arah toilet, menemukan teman-teman blogger yang berkumpul di arah lorong mau ke toilet, dan ternyata selama acara mereka berdiri karena tempatnya penuh sesak. Acara malam itu memang meriah sekali, teman Lisa dari berbagai kalangan banyak yang hadir, bersama sumbangan kue yang terus mengalir. Apa daya, perut sudah penuh, sehingga tak bisa menikmati sajian lapis Surabaya yang dibawa Nungki dan Tanti. Pada saat acara seperti ini, juga merupakan ajang pertemuan dengan teman-teman, saling bergurau, yang kalau tak ingat waktu, rasanya malam itu tak ingin pulang.

Akhirnya saya pulang mendekati jam 10 malam bersama suami, Yoga dan Novi. Tanti dan Nungkipun harus segera kembali ke hotelnya, karena besok akan terbang kembali ke Surabaya.
Kalau tak mengantar Yoga pulang, mungkin saya juga tak sempat melihat rumah kontrakan Yoga, yang terletak di ujung pinggiran Jakarta Selatan, yang masih rindang dengan pepohonan. Udara segar, jalan yang berkelok-kelok terasa sepi karena memasuki jalan Margasatwa, jalanan mulai lengang…terbayang segarnya suasana setiap harinya disana. Pantas Yoga sangat krasan dengan rumah kontrakannya, walau mungkin jauh jika harus datang di acara-acara malam hari. Namun selalu ada taksi kan Yoga?
Selesai mengantar Yoga kami pulang, sampai rumah jam telah menunjukkan jam 12 malam lewat 10 menit. Tak lama kemudian anakku yang dari luar kota datang dengan penerbangan terakhir. Kami tak sempat mengobrol panjang, karena besok pagi-pagi harus sudah bangun, dan masih banyak acara seharian yang harus diselesaikan. Betapapun malam itu, mendapatkan berbagai pencerahan, berdiskusi, ketemu teman-teman, sungguh suasana yang tak terlupakan.
wahhh hari yang sibuk tapi menyenangkan ya bu.
EM
Betul…senang, capek..dan besoknya seharian lagi sampai malam
sepertinya menyenangkan… 😀
Yup…betul
puadet banget bu harinya 🙂
Yup…kebetulan hari itu kerja sampai Magrib (sekarang kerja paruh waktu)…terus malamnya datang ke acara.
Mbak Ichaaaaa met ultah yaaa
Btw ma kasih ya bun.. postingan ini bikin saya serasa disana 🙂
Bukankah memang ditulis untuk teman-teman yang ingin datang tapi berhalangan?
Paling tidak Eka bisa membayangkan suasananya di sana
Bagi mereka2 yang menyukai cerita sebuah buku kalau ia diisyaratkan akan mempunyai sekuel tentu ia akan menunggu dengan antusias. Begitu juga kalau ia “terlambat” menyadari keasyikan cerita dari sebuah buku (yang berseri) tentu ia akan mencari prekuel atau seri sebelumnya.
Kalau saya sekarang entah kenapa agak sulit untuk menyukai cerita novel (eh, ini termasuk novel ya??). Entah deh kenapa. Tapi dalam waktu dekat saya akan membuat artikel di blog mengenai kritikan terhadap KBBI (Kamus Besar Bahasa Indonesia) tapi mungkin dalam Bahasa Inggris karena akan dibandingkan dengan Kamus Oxford. Huehehe….
Hehehe…makanya saat acara di Bandung, saya tak woro-woro pada kang Yari.
Kebetulan saya dan suami suka…
Arah jalan Margasatwa kalau sudah sekitar jam segitu memang sudah agak sepi sih Mbak…
Saya langsung terbayang dengan suasana menuju margasatwa kalau lewat Pondok Labu depan RS. Fatmawati yang seringkali macet.
Alhamdulillah semua diberi kelancaran walaupun harus pulang larut jam 12 lewat.
Sebetulnya Margasatwa sore haripun relatif sepi, kecuali saat jalan RM Harsono lagi dilakukan pengaspalan, tiap pulang kantor saya muter ke arah Margasatwa, ntar muncul di jalan depan Trakindo
Have a nice day, undangan penuh kebahagiaan di hari yang ke-56 Ayah tercinta, salam D3pd 😀
Have a nice day juga
bu, aku penasaran dengan pertanyaan yang katanya Iluminasi mirip dengan Heroes, karena aku suka nonton Heroes lho 😆
Memang berisi filsafat kehidupan, namun diramu seperti dalam cerita tokoh-tokoh, sehingga orang awampun diharapkan bisa memahami.
Saya juga suka Heroes…suka nonton di Star World
pengen baca bukunya. sepertinya bagus 😀
Bagus kok Venus, sudah ada di Gramedia…
walahhhh aku blom pernah ketemu mbak lisa malah 😀
sukses buat mbak lisa, buku iluminasinya bagus loh!
Walah…belum pernah ketemu ya…
Saya juga pertama kali ketemu saat acara di TVRI waktu itu