Apa yang membuat motivasi orang yang satu dan lainnya berbeda? Coba kita lihat sekeliling kita, dari lingkungan terdekat kita. Kadang kita melihat, pagi-pagi anak sudah bangun, tak seperti biasanya. Apa yang memotivasinya? Hal ini juga berlaku bagi kita sendiri, terkadang kita semangat sekali, kadang hanya biasa saja. Bagaimana agar kita selalu punya semangat dan memotivasi diri sendiri?
Eileen Rachman (Kompas, 20 Feb 2010 hal 33) mengatakan bahwa kita perlu menumbuhkan “sense of progress”. Seorang ahli manajemen membuat penelitian terhadap 12.000 karyawan, yang terdiri dari pekerja kasar sampai para eksekutif. Ia menemukan sense of progress sebagai hal yang membuat karyawan ingin maju dan berprestasi dibanding faktor lain, seperti support internal, teknikal serta kolaborasi tim. Alasan ini membuat perusahaan servis yang mengandalkan antusiasme karyawan mengumumkan secara terbuka pencapaian penjualan harian, agar setiap karyawan merasakan milestone perusahaan, sedang maju, jalan ditempat atau penurunan.
Apa yang dikatakan oleh Eileen Rachman tersebut sekarang telah banyak diterapkan pada perusahaan yang menilai kepemimpinan berdasarkan kinerja. Disini gairah dan motivasi serta energi manajemen puncak untuk berprestasi ditularkan kepada seluruh jajaran manajemen. Manajemen puncak juga memberikan penghargaan yang adil berdasarkan kinerja, pengambilan keputusan yang konsisten, dikaitkan dengan kinerja bisnis. Dengan hal seperti ini, mau tak mau para karyawan didorong untuk terus berusaha meningkatkan motivasi nya untuk mencapai kinerja.
Untuk memotivasi seseorang agar mencapai kinerjanya, selain didasarkan pada milestone yang dapat diukur (baik kuantitatif maupun kualitatif), maka pemahaman pimpinan untuk menilai kemampuan bawahan, terutama dari sisi soft kompetensi sangat penting. Misalnya pimpinan harus bisa menilai bahwa bawahannya mempunyai dorongan berprestasi yang sangat kuat. Dorongan berprestasi ini, menurut kamus kompetensi, adalah dorongan untuk bekerja secara efisien melampaui standar prestasi. Standar tersebut dapat berupa: prestasi diri sendiri di masa lampau, sasaran yang ditetapkan, prestasi unggul orang lain, sasaran menantang yang ditentukan, atau bahkan sasaran yang belum pernah dikerjakan orang lain di masa yang lalu. Tingkat kedalaman dari kompetensi dorongan berprestasi ini mempunyai 5 (lima) tahapan, yaitu : 1) Mencapai standar prestasi yang ditentukan, 2) Meningkatkan kinerja, 3) Menetapkan dan bekerja untuk mencapai sasaran yang menantang, 4) Membuat keputusan berdasarkan analisis manfaat-biaya (cost benefit analysis), 5) Bertindak mengambil risiko wirausaha.
Untuk menilai konteks dan tindakan karyawan yang dinilai, maka setiap bulan harus dicatat tindakan dan tugas apa yang telah dilakukan karyawan tersebut, kemudian dinilai satu persatu, kompetensi apa saja yang sering muncul pada tindakan karyawan tersebut. Misalkan karyawan di bagian Pelatihan, salah satu tugasnya adalah, menentukan tarif sewa fasilitas ruangan milik unit pelatihan tersebut. Tindakan karyawan tersebut dapat diuraikan sebagai berikut: a) Mencari data tarif sewa fasilitas perusahaan pembanding, data penggunaan listrik/air, data tarif ATK dan peralatan pendukung. b) Menghitung biaya yang timbul akibat penggunaan ruangan (listrik, air, dsb nya). c) Menghitung biaya lembur yang timbul bila ada penyewaan ruangan di hari libur. d) Menghitung tarif sewa dengan beberapa alternatif setelah mempertimbangkan untung rugi perusahaan. e) Menetapkan alternatif tarif sewa yang kompetitif dan mengusulkan kepada pimpinan dengan mempertimbangkan untung rugi.
Dari salah satu tugas tersebut, Pimpinan bisa menilai bahwa karyawan tersebut mempunyai kedalaman untuk kompetensi Dorongan Berprestasi sebesar DB4, karena memenuhi kriteria DB 4, yaitu: i) Membuat usulan dan menetapkan prioritas berdasarkan analisa manfaat dan biaya. ii)Memilih sasaran berdasarkan pada perhitungan input dan output. iii) Membuat pertimbangan yang jelas dan eksplisit tentang potensi keuntungan, tingkat pengembalian atas investasi yang dilakukan atau analisis manfaat biaya. Karyawan tersebut juga mempunyai kedalaman tingkat 2 (dua) dalam kompetensi Information Seeking, yaitu “Menggali Lebih Dalam” dengan kriteria sebagai berikut: i) Mengajukan serangkaian pertanyaan bersifat menyelidik untuk mengetahui akar permasalahan dari suatu situasi, masalah atau peluang potensial yang tidak tampak pada permukaan. ii) Berhubungan dengan orang-orang yang tidak secara langsung terlibat secara pribadi dalam suatu masalah untuk mengetahui perspektif, informasi, pengalaman mereka, dan lain-lain tentang permasalahan tersebut. iii) Tidak berhenti pada jawaban pertama yang diperoleh, namun terus menggali lebih dalam lagi untuk menemukan mengapa masalah tersebut terjadi.
Apabila Pimpinan bisa menilai soft kompetensi yang dimiliki karyawan di bawahnya, kemudian melihat kekuatan dan kelemahannya, Pimpinan dapat mendorong agar karyawan tersebut dapat bekerja sesuai bakat dan kompetensinya. Pimpinan juga harus memberikan kesempatan karyawan untuk mendapatkan pelatihan agar bisa terus berkembang. Dengan adanya milestone yang jelas dikaitkan dengan Visi/misi bagian, yang in line dengan visi/misi perusahaan, Pimpinan lebih mudah untuk memonitor, serta mendorong karyawan untuk berprestasi. Disadari, penilaian kemampuan soft kompetensi ini sangat membantu untuk memberi dorongan karyawan agar meningkatkan motivasi dari dalam dirinya, sehingga nantinya juga akan mendorong keinginan untuk berprestasi dan mencapai target yang ditetapkan sesuai milestone nya.
Bahan Pustaka:
- Eileen Rachman & Sylvina Savitri (EXPERD). “Motivasi.” Kompas, Sabtu, 20 Februari 2010 hal.33
- Kamus Kompetensi dari suatu Bank BUMN
- Pengalaman penulis saat memimpin Departemen, Divisi, dan menilai soft kompetensi karyawan
saya membaca beberapa tulisan di blog ini, tulisan-tulisannya bagus-bagus…. inspiring… alangkah baiknya kalo dijadikan buku… nilai tambahnya juga akan lebih banyak….. *atau sudah jadi buku??*
Buku?
Entahlah….karena masih sibuk dengan pekerjaan se hari-hari….
Tujuan saya menulis di blog untuk sharing pengalaman, belum memikirkan lainnya…..
Bu, saya pernah membaca tapi lupa di mana, konon soft competency ini yang sangat diperlukan dalam bekerja ya….
Kita cenderung pintar menguasai skill tapi lemah di sini ini!
Justru sekarang makin disadari, bagaimana membangun soft kompetensi ini…yang ibaratnya hanya terlihat di permukaan seperti gunung es. Dengan membangun soft kompetensi yang sesuai, akan timbul dorongan atau energi untuk bekerja lebih baik. Jadi memang tak cukup hanya skill saja.
Saat ini perusahaan (termasuk perusahaan saya bekerja dulu sebelum pensiun), mendasarkan penilaian kinerja berdasar komptensi yang terdiri atas soft kompetensi dan hard kompetensi (atau lebih dikenal dengan skill/kemampuan/pengetahuan). Karena itu, pendidikannya juga harus berbasis kompetensi, dengan memasukkan unsur-unsur soft komptensi sesuai kedalamannya, yang sesuai dengan tugas dan job yang diemban peserta pelatihan.
Saya akan mencoba menulis tentang masalah ini….jika sempat
nice posting.
kalau saya memotivasi diri dengan melihat anak saya. hehehe
Hmm….dengan melihat anak, memang bisa menumbuhkan dorongan bagi kita untuk bekerja lebih baik
Memang bu…. hard skill dan soft skill persis banget menurut saya seperti hardware dan software. Tanpa software, hardware tidak bisa bekerja begitu juga sebaliknya. Tanpa soft skill, tentu saja hard skill hampir tidak ada gunanya, misalnya jikalau seseorang tersebut semau gue atau komunikasi tidak jalan sama sekali dsb. Begitu juga sebaliknya, jikalau soft skill-nya bagus, kalau buta huruf (contoh ekstrimnya) atau menghitung aritmatika sederhana saja tidak becus, ya susah untuk dipakai juga.
Namun begitu, seperti halnya hard skill, soft skill-pun ada tingkat2nya dan klasifikasinya juga. Tidak perlu untuk setiap pekerjaan misalnya membutuhkan semua soft skill yang sempurna (karena memang tidak ada orang yang sempurna baik dari segi soft skill maupun hard skill)! Soft skill-pun bisa dipilah2 mana yang diperlukan oleh suatu pekerjaan atau level pekerjaan tertentu, mana juga yang kurang dibutuhkan…
Betul kang Yari, masing-masing tugas dan job yang diemban, membutuhkan kemampuan soft dan hard kompetensi. Misalkan, seorang manager harus mempunyai berbagai kemampuan, baik skill maupun soft kompetensi…seperti mengarahkan pada anak buah, kemampuan membentuk team work, dan lain-lain.
Masing-masing perusahaan tentunya akan berbeda dalam menentukan kompetensi apa yang diperlukan, dan sampai berapa tingkat kedalamanannya.
Di perusahaan tempat saya bekerja, sebelum pensiun, ada 17 soft kompetensi dengan berbagai kedalaman, yang diperlukan seseorang untuk bisa diterima bekerja…dan juga untuk menduduki jabatan tertentu.
Ingin menulis hal ini..tapi agak berat memang….entah kapan sempat menulisnya
oh…
*manggut-manggut*
*garuk-garuk*
Hmm..bingung mau jawab apa???
Inspiring…
???
Kamus kompetensi….bikinnya susah ya bun? sayang seminarnya muahal nih bun…
Memang memerlukan waktu lama. diskusi yang berat…bisa perlu waktu 1 (satu) tahun, tergantung besarnya perusahaan, jenis jabatan dan tugas masing-masing pemangku jabatan tersebut, serta jenis tugas masing-masing pekerja yang bisa ratusan perbedaannya.
Membuatnya memang dibantu konsultan, tapi lebih utama adalah kemampuan counterpart di dalam perusahaan yang ditugaskan untuk mendampingi konsultan.
Seminarnya memang mahal..namun bernilai
bagian yang paling berat adalah bangun pagi… T_T
Saya malah paling suka bangun pagi…kalau janji dengan teman pagi-pagi sebelum jam kantor dimulai, karena setelah mulai, sulit mengatur waktu (saat masih bekerja).
Sekarangpun saya tetap suka bangun lebih pagi….
selain strategi kita juga butuh motivasi ya, bun?strategi yang bagus biasanya diawali dengan motivasi yang kuat 😉
SEMANGAT!!! 🙂
Motivasi dari diri sendiri ini yang setiap kali harus kita pertahankan untuk selalu ada…
alhamdulillah habis baca artikel ini saya jadi semangat
*loncat2 di tempat sampai hangat
Syukurlah kalau bisa membuat semangat….justru semangat ini yang terkadang sulit ditumbuhkan.
Lihatlah orang-orang yang berhasil, energinya tak pernah kurang dan selalu semangat mengerjakan sesuatu, walau teman lain sudah bosan.
Membaca tulisan, jadi membuat saya kembali bergairah. Padahl sejak tadi bangun pagi, seperti tak ada motivasi kuat untuk ke kantor.
Waduhh..kita harus terus menyemangati diri sendiri, agar tak kehilangan arah dalam mencapai tujuan kita.
Jika lagi bosen, boleh berhenti sebentar,merenung tapi jangan lama-lama…karena nanti bisa membuat semangat turun kalau terlalu lama berhenti
..
benar juga nasehat Ibuku..
” kalo bangun musti pagi-pagi, biar rejekinya nggak di patok ayam”
hi..hi..
itu termasuk motivasi kan Buk..
🙂
..
Kami sekeluarga terbiasa bangun pagi…bahkan dulu oleh ibu tak boleh tidur terlalu malam, karena kalau dipaksakan belajar akan sulit menerima (sudah lelah). Jadi jam 3 pagi sudah mulai bangun untuk belajar, menyiapkan apa yang akan dibawa ke sekolah atau ke kantor…Energi pagi hari ini benar-benar membuat badan segar
terimakasih atas sharingnya bu.
mau lengkap baca ‘What really Motivates Workers – understanding the power of progress’ HBR jan-feb 2010
Syukurlah kalau bermanfaat pak…terimakasih sarannya
Untuk memotivasi diri 🙂
Salam kenal…
Salam kenal juga, makasih telah berkunjung
Aku seringnya gak pernah kekurangan motovasi. Yang ada kurang VITAMIN agar bisa kerja lebih cepat, effisien dan produktif lagi. Ide banyak, Motivati tinggi, tapi at the end, tangan kita cuma dua, kapasitas kita ada batasnya. Dalam batas2 tertentu akan sangat terbantu dengan pola kerja team, tapi tetap ada batasnya. So, dalam kondisi gini mesti pinter2 atur skala prioritas sepertinya..
Thx for sharing Bunda.. 🙂
Iya…makin bertambah usia, perlu vitamin agar tak mudah lelah, baik badan maupun pikiran.
Dan salah satu vitamin menulis disini mas Nug….
ternyata penilaian terhadap pencapaian seseorang itu memang tidak semata saat ia menimba ilmu saja, namun hingga sudah bekerja pun tetap dapat buku rapor. hehe.
motivasi ekstrinsik yang sudah mendarah daging lama-kelamaan akan dapat menumbuhkan motivasi intrinsik ya, bu. karyawan yang sudah sangat termotivasi tentunya akan menguntungkan perusahaan, dan pada gilirannya akan menguntungkan karyawan itu sendiri.
Marsmallow, betapapun kita sudah punya nilai-nilai, namun nilai-nilai ini harus didengungkan terus menerus, dalam bentuk pelatihan, dalam bentuk penilaian kinerja.
Juga pertemuan-pertemuan atasan bawahan pada sharing session di forum komunikasi, outbpund bersama yang telah dikemas untuk memunculkan kompetensi…..saat ini pelatihan soft kompetensi bisa diramu dalam bentuk permainan, outbound dsb nya…sehingga peserta secara tak langsung akan merasakan kebutuhan untuk mempertahankan nilai-nilai seperti: dorongan berprestasi, pencarian informasi, team work, integritas dll….soft dan hard kompetensi yang dibutuhkan tergantung kebutuhan perusahaan.
bu, pernah jadi trainer ya,
banyak masukan yg kudapat di sini
jadi tiap tindakan kita harus ada motivasinya ya
Tugas saya memang mengharuskan bisa merangkap sebagai trainer…karena juga harus melatih anak buah, sama seperti saya dulu dilatih oleh atasan saya. Pada akhirnya di perusahaan saya sebelum pensiun, setiap manajer juga berfungsi sebagai manajer Sumber Daya Manusia…dan harus bisa melatih soft dan hard kompetensi para bawahannya
untuk selalu mendapatkan motivasi, yang saya lakukan adalah menuliskan rencana dan target selama setahun. rencana2 itu tertulis dengan waktu yang jelas dan pasti. tulisan itu saya tempel di meja kerja yang dapat dilihat selalu. dampaknya adalah, ketika semangat mulai kendur, melihat tulisan itu jadi termotivasi lagi untuk segera menuntaskannya… 🙂
Betul uda…
Saya jadi ingat, teman anakku penasaran sekali, untuk melihat jadual kerja anakku, yang ditulis setiap hari, tiap jam…hahaha…dan banyak dilanggarnya.
Ya jelas, mana bisa kita mengikuti rencana tiap jam harian…
Saya biasanya strategi besarnya, namun dalam tiap hari tahu juga hal-hal penting yg harus dilakukan. Dengan menuliskannya, kita menjadi termotivasi untuk menyelesaikan…walau kadang diundur pula (apalagi jika deadline masih beberapa hari lagi)…hehehe
Motivasi diri saya lakukan dengan cara melakukan yang terbaik dan berusaha membahagiakan orang sekitar. Kebahagian diri dan orang lain membuat saya tambah semangat.
Betul…..yup setuju