Jika anda habis berbelanja, apakah plastik, kardus dan lain-lain itu anda simpan? Entah kebiasaan, atau apa, maklum kadang sangat dibutuhkan, plastik bekas untuk membawa barang belanjaan ini selalu saya simpan. Dulu, hanya saya simpan begitu saja. Setelah adikku datang dari Semarang, mungkin dia risih melihat cara penyimpananku, dia merapihkan plastik tersebut, dengan menatanya, dibuat lempitan, sehingga tak menghabiskan ruang untuk menyimpannya. Rupanya kebiasaanku ini, dulu secara diam-diam diperhatikan oleh anak buahku. Sering sekali saat mau jam kantor selesai, ada yang datang ke ruanganku dan menanyakan “Ibu punya tas plastik yang tak terpakai?” tanyanya dengan nada penuh harap.
Kenapa saya suka menyimpan kantong plastik tsb? Selain menyimpannya tak makan tempat, bentuk kantong plastik dan gambarnya suka lucu-lucu, yang sebetulnya merupakan alat promosi perusahaan. Dengan hanya membawa tas plastik yang dilempit, maka jika sewaktu-waktu dalam perjalanan pulang dari kantor, mampir ke pasar tradisional, maka kantong plastik yang cukup besar tadi bisa dimanfaatkan untuk membawa barang belanjaan. Mungkin kebiasaan ibu-ibu ini banyak yang memperhatikan, sekarang banyak tas yang dijual, yang dapat digunakan sebagai kantong belanja, namun tas tersebut juga mudah dilempit dan disimpan dalam tas wanita, jika sedang tak dipergunakan.
Dan, jangan lupa, plastik tersebut sebetulnya masih bisa diolah kembali, untuk menjadi bijih plastik, tentu saja setelah dicuci lebih dahulu. Pengolahan plastik bekas menjadi bijih plastik ini tak perlu proses berbeli-belit, asalkan kita mempunyai mesin untuk mengolahnya, dan mesin inipun kecil sehingga tidak makan tempat. Hanya, bijih plastik dari plastik bekas ini warnanya tak seterang warna bijih plastik yang masih baru, hasil industri bijih plastik, serta biasanya diberi pewarna, dan digunakan untuk berbagai keperluan rumah tangga. Oleh karena itu, perlu diingat, jangan sampai kita langsung memasukkan makanan matang pada plastik yang berwarna (bukan putih terang), karena ada kemungkinan plastik tersebut merupakan plastik bekas yang diolah kembali.
Dan sepertinya, tukang menyimpan plastik bekas ini lebih banyak dilakukan oleh kaum perempuan. Juga kebiasaan menenteng belanjaan di dalam tas plastik kemana-mana. Suatu saat, saya pulang dari kantor nebeng teman pria yang kebetulan rumahnya satu kompleks, tiba-tiba dia bertanya. “Bu, kenapa ya ibu-ibu itu kalau jam istirahat suka berbelanja ke pasar B? Padahal kan panas, dan yang belanja ini juga terkadang para senior manager juga?” Saya agak kurang mengerti maksudnya, ternyata teman saya itu “agak merasa kurang enak” kenapa teman satu tingkat, ada juga yang tingkatannya senior manager masih suka berbelanja ke pasar B pada siang hari, saat jam istirahat, dan kembali ke kantor dengan membawa tas plastik belanjaan. Saya cuma tersenyum, dan menjawab “Ya, belanja itu memang khas perempuan, memangnya ada larangan?” Lagipula jam istirahat kan, dan pulangnya juga tidak terlambat. Lha apa bedanya dengan kaum pria, yang suka makan siang di pasar B, dengan melepas dasinya? Dan makanan di pasar B banyak yang enak kan?” tanya saya lagi. “Ya, nggak masalah sih bu, cuma rasanya kok kurang pantas,” kata temanku lagi.
Saya ingat suatu petuah, lupa baca dimana, bahwa pada dasarnya kita harus menjaga image. Jika kita pekerja kantoran, biarpun sedang jalan-jalan santai, kita tetap harus menjaga image sebagai pekerja, apalagi jika telah punya jabatan tertentu. Siapa tahu, saat jalan-jalan santai tadi ketemu klien, yang tentunya akan kaget jika ketemu kita dengan gaya pakaian yang kurang tepat. Itu memang suatu risiko, namun rasanya kalau kita berjalan-jalan di Mal memakai celana jean kok ya sah-sah saja, mungkin yang terasa kurang nyaman jika kita memakai pakaian dalam batas kurang pantas dipandang dari sisi kesopanan. Dan rasanya memakai celana jeans saat jalan santai lebih terasa nyaman.
Ada teman pria yang mengeluh, pada temanku perempuan, dia merasa tidak enak jika melihat tetangganya naik bajaj. Waduhh, saya langsung syok.. ..yang dimaksud pasti termasuk saya. Karena tak berani menyopir, walau di rumah ada mobil, kalau hanya jarak dekat, saya suka naik bajaj, juga angkot. Dan rasanya aman-aman saja, dan benar-benar nggak merasa bahwa ternyata keadaan tersebut membuat tetangga kurang nyaman. Saya sendiri paling tak nyaman kalau memang tak ada rencana, sopir harus menunggu pada hari Sabtu Minggu, rasanya kok seperti harus pergi ke luar rumah. Jadi, biasanya sopir diliburkan pada hari Sabtu Minggu, kecuali memang ada acara, kebetulan rumah sopir masih dekat, sehingga memudahkan jika sewaktu-waktu diperlukan. Jadi, hari akhir pekan adalah hari naik kendaraan umum, bersama anak-anak, sekaligus membuat anak terbiasa menggunakan kendaraan apa saja. Kalau hanya jarak dekat, naik taksi juga kurang nyaman, tak jarang, sopir taksi menolak mengantar jika hanya jarak dekat.
Walau mungkin kebiasaan-kebiasaan tersebut membuat ada tetangga merasa tak nyaman, merasa kurang pantas dengan jabatan yang disandang….namun kebiasaan bisa menggunakan kendaraan apa saja, mempermudah saat setelah memasuki usia pensiun. Malah sekarang kalau ada perlu ke Bank untuk membayar tagihan kartu kredit dan lain-lain, jika masih pagi, lebih baik jalan kaki sekaligus olah raga. Dan ternyata jalan kaki, sambil melihat sekeliling, bisa memperoleh pemandangan lain, yang sebelumnya kurang menjadi perhatian.
salam kenal tante,
jadi inget ibu aku.. kebiasaannya nyimpen kantong kresek, curi curi waktu ke pasar di luar jam mengajar, dan sikap bodo amatnya soal jaga image.
ada kepentingan yang lebih mulia ketimbang harus menjaga image, begitu katanya. 🙂
salim,
enno
Salam kenal juga, terimakasih telah berkunjung.
Hehehe..kalau mikirin jaga image, nanti kalau si mabk pulang kampung malah nggak bisa apa-apa.
Betapapun tingginya jabatan seorang perempuan, mesti tahu urusan belanja kan? Dan sebagain besar tetap suka menawar…dan tempatnya ya di pasar tradisional
Hahaha, bunda Ratna postingannya kali ini agak mengelitik juga. Hem ngomong2 jaga image, kalau sekedar ke pasar & dgn pakaian yang masih sopan, mengunakan kendaraan umum, menurut kacamata saya sesama perempuan yach sah2 saja. Emangnya ada yang keliru ?.
Menurut saya justru image yang perlu dijaga adalah sikap dan tata krama, dan perilaku kita yang lebih penting.
O yach bunda, sekedar sharing, Ngomong2 saya juga masih rutin belanja ke pasar tradisional bunda. Biasanya mencari sesuatu yang masih bersifat segar, mulai dari ikan, ayam, daging & sayur, dll.
Tapi aktivitas ini saya lakukan bareng keluarga (suami & anak) pada hari Sabtu atau Minggu dan pasarnya memang terletak nggak jauh dari rumah.
Yach saya suka saja dgn suasananya yang rada khas. Meski sekarang pasar tradisionalnya sudah mulai menjelma jadi pasar modern yang tertata rapi dan bersih. Hem daya tarik tersendiri bagi saya & kel dech.
Dlm pikiran saya hanya ingin berbagi rejeki dan menghidupkan pedagang kecil ini. Kalau bukan kita2 yang belanja pasti suatu hari kita tidak menemukan mereka berjualan lagi krn para pembeli sudah beralih ke swalayan2 yang menjamur di Jkt.
Lagipula yang bikin saya enjoy selain bisa berbelanja, sepulang dari pasar saya & kel bisa menikmati jajanan yang di jual di tenda2 dgn harga yang terjangkau, suasana yang nyaman dan bersih.
Nah sepulang dari pasar baru dech saya mulai memasak buat makan siang keluarga. Jadi meski di hari kerja saya sibuk dikantor a-z, pas hari libur tetap bisa memanjakan keluarga dgn hidangan khas masakan ala nyonya rumah, hahaha 🙂 🙂 🙂
Ok, bunda sekian ngobrol paginya, see you 🙂 🙂 🙂
Best regard,
Bintang
Sama Bintang, saya malah marah jika si mbak belanja ke supermsrket kecuali belanja bulanan. Lagipula ke pasar tradisional menyenangkan, tapi kalau saya yang belanja jatuhnya jadi mahal, karena nggak tega menawar terlalu rendah…hihihi
Memang sih, dalam pelatihan kepribadian, menjaga image ini penting….tapi kebetulan kok saya ya nggak pernah ketemu klien kalau di pasar tradisional….haaha..lagipula kalau ketemu ya nggak apa-apa..karena berarti sama-sama suka bawa tas kresek…..hehehe
eh plastik belanjaan itu berguna lho. buat ditaroh di tempat sampah. jadi tempat sampahnya selalu bersih. ntar kalo udah penuh, tinggal diiket plastiknya trus dibuang dah… 🙂
Betul sekali….
Dipake untuk melapisi tempat sampah bagian dalam, sehingga nggak usah setiap kali mencuci tempat sampah, apalagi musim hujan begini.
Jika penuh tinggal masukkan kantong plastik besar dan siapkan di halaman jika mang sampah datang, tinggal diangkut.
yup..istriku jg gt nyimpen kantong plastikkkkk aja kerjaannya…ya emang berguna sih, yaitu buat tempat sampah sehingga mudah untuk dibuang ke tong sampah depan rumah, dah gt si abang tukang sampah ga repot2 ngangkut sampahnya… 🙂
Ternyata kebiasaannya mirip ya?
nti saya tanya ke istri …..
Ketahuan nih yang pengantin baru…berarti Hedi belum hafal kebiasaan Indira ya?
Bu, naik ojek atau bajaj sepertinya bukan dominasi kaum perempuan saja. Ada temen saya di sini (ya tentu ngga naik bajaj) yang nggak bisa nyetir sama sekali, ia pria..
Dan, eh, saya hobi ngumpulin plastik bag juga lho, dan saya pria hehehe
Biasalah Don, saat itu saya tinggal di kompleks rumah dinas, untuk kelompok manager ke atas…dan rata-rata punya mobil lebih dari satu, punya sopir dll.
Malah saya yang kemana-mana naik angkot dan bajaj…hahaha.
Sebetulnya, dalam kondisi Jakarta macet, banyak juga yang mobil dititipkan terus naik ojek. Saya ingat, anak buah saya, setiap hari tertentu sepulang kantor, mesti ke gereja di daerah Depok…padahal kalau lagi macet, untuk muteri jembatan Semanggi aja bisa lebih dari 1 (satu) jam..jadi pada hari itu dia nggak bawa mobil ke kantor…dan pulangnya naik ojek ke Depok.
Wahh….berarti tak selalu perempuan ya Don?…seneng nih berarti nggak aneh kan?
Setuju sama komen2 diatas, kantong plastik sering aku kumpulkan krn biasanya berguna lg. Pemakaiannya bisa beraneka ragam, mulai dari digunakan kembali atau jg bisa digunakan sbg tempat sampah sehingga mudah utk dibuang/diangkut bapak tukang sampah nantinya.
Jadi…sekarang Poppy ngumpuli juga?
Memang tas plastik banyak sekali gunanya
Wah, saya bener nih…
saya juga suka ngumpulin plastik kresek, trus dilipat.
gunanya banyak sekali, utk buang sampah dsb.
Saya punya kebiasaan membawa lipatan tas kresek di tas yang saya bawa kemana-mana, banyak gunanya ternyata..
Berarti kita sama ya Nana…..ternyata cowok ada juga yang suka ngumpuli plastik ini
Pokoknya yang tidak ringkes , diringkesin, sekecil apapun bendanya . betewe , salam kenal .. 😀
Salam kenal juga, terimakasih telah berkunjung
hehe. peduli deh sama imej, yang penting nyaman dan tidak merugikan orang lain.
soal plastik kresek, saya juga selalu melipat plastik hingga berupa segitiga kecil yang tak makan tempat bila disimpan. belajar dari seorang teman yang njlimet banget. hehe. kegunaannya adalah sebagai tempat sampah atau dipakai lagi buat berbelanja. soalnya memang sayang kalau musti dapat plastik terus-menerus tiap belanja ya, bu.
tapi tulisan ini memang memuat banyak hal, mulai dari plastik kresek, kebiasaan berbelanja di pasar, imej, dan kendaraan. lengkap deh, bu. 🙂
Hahaha..dan mungkin banyak juga kebiasaan perempuan, yang kadang terasa mengganggu bagi yang jaga image ya?
Apalagi saya termasuk cuek…..hehehe
Menyimpan Plastik kresek …
Bekas belanjaan
Atau bekas membeli sesuatu …
Juga merupakan kebiasaan saya bu …
hehehe ngaku saya …
Ini kebiasaan yang ditanamkan oleh Ibu saya …
Ibu selalu menyimpan kantong bekas belanjaan tersebut …
Pasti nanti ada gunanya
Memang urusan hemat ini yang menanamkan dalam benak kita adalah ibu, sejak dari urusan makan harus habis samoai butir nasi terakhir, menyimpan palastik dan kardus bekas, koran bekas dll…..dan memang ada gunanya
saya juga terbiasa menyimpan kresek bekas belanjaan, sayang rasanya kalau masih bisa digunakan trus dibuang. pikir2 ramah lingkungan-lah…
salam hangat
Hmm…betul, dan banyak manfaatnya ya?
kresek itu kulipat jadi segitiga kecil, jadi mudah nyimpennya dalam tas
kl soal naik bis, ada penumpang sebelahku yg bilang ibu kok rendah hati banget mau naik bis setelah tau profesiku ….emang nape?
kl bepergian sendiri sy lebih senang naik bis, biarpun bisa nyetir, untuk ikut mengurangi polusi, lebih hemat, nggak keram ngerem dan …bisa tidur…
Sebetulnya, dengan naik kendaraan umum, kita sering menemukan hal-hal yang memberikan kita pencerahan. Mungkin karena kita lebih bebas mengamati…..
Saya juga tukang nyimpen tas kresek, bu. Soalnya gunanya banyak. Bisa buat ngantongin sampah, dan buat membungkus tas kalo kehujanan di jalan. Tapi kalo kerdus-kerdus, langsung terbang ke tempat sampah.
Salam kenal…
Salam kenal juga, terimakasih telah berkunjung
Sebenarnya kalau kita sudah punya nama atau minimal orang sudah tahu siapa kita dengan baik, orang (termasuk klien, tetapi tentu saja bukan klien yang baru kenal) pasti tidak akan terkejut jikalau kita memakai apa saja. Asal tentu tidak terlalu menyolok. Ya jangan sampai misalnya terlalu ekstrim, ke mal pakai pakaian ke pantai misalnya, ya itu sih bukan klien aja yang kaget, satpam mal aja pasti kaget! Huehehe…..
Tetapi memang orang Indonesia masih banyak yang menjaga image dengan cara yang ‘salah’. Jika orang sudah naik mobil, jika orang sudah punya hape BlackBerry atau pakai laptop ke sana ke mari disangkanya adalah eksekutif sukses kualitas internasional. Padahal???? Bahkan di sini, makan makanan fastfood aja dibilang keren… masuk H**d R**k Café aja keren….
Tetapi santai aja bu, seharusnya ibu yang mengeluh karena punya seorang teman (pria) yang masih berfikiran dangkal seperti itu…
Hehehe….entah kenapa kok jadi ingat komentar teman beberapa tahun lalu.
Padahal tas kresek kan bagus-bagus….juga alat promosi bagi perusahaan
hehehe…bu Enny bisa ajah.. 🙂
saya juga sukanya nyimpen tas plastik di rumah! abis belanja pasti saya kumpulin, biasanya suami yang complain… kenapa plastiknya byk banget.. hehe.
tapi biasanya plastik saya pake untuk tempat sampah. jadi kotak sampahnya gak kotor..
lagian saya kalo belanja ke pasar seringnya juga bw plastik sendiri lho.. mengurangi pengunaan plastik baru..selama yang lama masih bagus, bersih, dan sehat untuk digunakan.
ya nggak?
Hmm…memang memudahkan jika kita sedia tas plastik, yang sewaktu-waktu bisa kita gunakan jika diperlukan
Bahasan yang menarik..
Salam kenal 🙂
Salam kenal juga, makasih telah berkunjung
Bu, saya juga suka mengumpulkan tas kresek. Kalau sudah banyak saya kasihkan ke ibu saya yg punya toko kecil di rumah. Kadang oleh Ibu, dikasihkan juga ke tukang sayur yg suka berjualan di depan rumah. Tas kresek memang berguna sih. Tapi selain tas kresek saya juga suka bawa tas kain yg agak besar, jd kalau pas mau belanja, saya nggak pake kresek lagi.
Oiya, mesin pengolah biji plastik itu carinya di mana ya? Itu untuk rumahan?
Pengolah bijih plastik ini bisa unuk rumahan…saya kenal klien yang awalnya hanya punya 2 mesin pengolah bijih plastik di garasinya…sekarang sudah berkembang sekali.
Sebetulnya hal ini juga bisa membantu nasib pemulung, yang mengumpulkan plastik bekas….sehingga kita bisa memberikan pekerjaan bagi mereka.
Cuma saya tak tahu belinya dimana….
Wah.. sama Bunda. Kebiasaanku juga. Apalagi kalau kantong plastiknya bagus…
So, sepertinya gak peduli Gender nih habit ya Bunda.. Hahaha… 😀
Iya, kalau jalan-jalan di mal, sekarang saya juga lihat bapak-bapak dengan santai bawa tas plastik besar
di sini, biasanya mesti membawa sejenis tas kain, bu, kalau berbelanja ke supermarket. karena beberapa supermarket sudah menerapkan mesti membayar jika ingin mendapatkan kantong plastik.
fety juga suka mengumpulkan kantong plasti, bu:)
Di Indonesia sekarang juga makin banyak tas kain….
Mungkin Indonesia perlu menerapkan sistem itu juga ya…pasti akan menuai protes keras…hehehe
hahahah saya juga hobby kumpulin kantong plastik bunda, apalagi yang ada mereknya…kalau di tempat kerja, jika hari hujan, semua ngadap ke saya tuh minta..hehehehe
Bike To Work aja kali ya….
Lho! Kenapa mesti pas hari hujan…berarti untuk menutupi kepala ya?
cara berpikir orang memang berbeda2 kok bu, ada yang praktis spt ibu, ada juga yang jaga image
Bukankah itu yang menyebabkan dunia ini indah dan tak membosankan?
Ngumpulin tas bekas belanja? Wah, saya banget tuh, Mbak Enny … 😀
Kadang tas-tas yang saya kumpulkan sampai buanyaak banget, dan akhirnya ya dikasihkan saja ke orang. Sekarang ini toko dan penjual kayaknya royal banget dengan tas kresek. Saya sering sampai menolak dikasih tas kresek lagi, kalau tas yang saya bawa masih muat. Lha, sampah-sampah plastik itu kan merusak lingkungan …
Betul mbak, karena tas-tas plastik tadi memang menarik, apalagi jika gambarnya lucu-lucu.
waah di rumah saya kantong plastik sangat bejibun,mba… secara kalau belanja mall di sana sangat royalkasih kantong plastik siih…^^
Hehehe…sama
lam kenal…
klo nyimpen plastik tuh sih kebiasaan saya juga, karna memang suatu waktu selalu dibutuhkan, apalagi klo kantong plastiknay masih bagus, sampai-sampai kadang suami juga ikt bepartisipasi, gak berani maen buang klo ada kantng plastik…..
klo masalah image kayanya masih wajar ke pasar pake baju yang rapih yang gak wajar tuh ke acara resmi pake baju buat ke pasar betul gak tante???? h3….
Salam kenal juga…
Kalau ke pasar, apalagi pasar tradisional pake baju bagus, nanti harga yang ditawarkan jadi mahal.
Namun jika jalan-jalan ke mal, terutama akhir pekan, kita bisa melihat berbagai gaya…dari yang cuma pake celana pendek, sampai ada juga yang dandannya rapih seolah akan atau datang dari pesta…Dan ini wajar, saya juga sering, sudah dandan cari kado dulu di Mal baru ke pesta…hahaha
Saya setuju dengan kebiasaan Ibu Edratna (apakah nama panggilan yang saya tulis ini benar?)
Dengan menggunakan kembali barang yang masih bisa dipakai, berarti juga mengurangi pertambahan sampah. Dan ternyata juga berguna buat yang lain to? Anak buah yang kadang pinjam tas misalnya. Sukur-sukur kalau ini ditiru yang lain 🙂
Suka naik kendaraan umum ya Bu? Kebiasaan yang bagus. Semoga makin banyak orang kita yang memilih naik angkutan umum. Dan semoga pula kualitas pelayanan transportasi makin meningkat ke depannya 🙂
Memang kita mestinya membeli dan menggunakan barang sesuai fungsinya. Sayang kan, kalau barang masih bisa digunakan tapi sudah dibuang percuma, kecuali bisa diberikan pada orang lain sehingga bisa bermanfaat.
Image itu memang perlu di bentuk. Tapi gak perlu sampai harus menyiksa diri sendiri. Buat apa kita sibuk jaga image kalo itu membuat diri ita gak nyaman.
Emang salah ya kalo senior manager belanja ke pasar, bukannya itu nilai plus buat dia coz dengan kedudukan yang tinggi itu masih mau merakyat dengan belanja ke pasar.
Yang menjaga image sebetulnya tak salah juga…ada teman tak bakal keluar rumah kalau belum mandi, berdandan rapi…..itu sah-sah aja kan, dan sebetulnya saya senang melihatnya, dia selalu rapih….bukankah karena kebiasaan yang berbeda ini menunjukkan manusia memang unik