Kunjungan seorang sahabat, tentunya sangat menyenangkan. Siapa sangka, teman dari dunia maya, akhirnya menjadi sahabat dunia nyata. Betapa menyenangkan mempunyai sahabat yang bisa diajak diskusi, mengobrol apa saja tanpa suatu halangan. Dari obrolan bersama sahabatku ini, akhirnya kami punya kesimpulan bahwa blog kita ternyata memang punya segmen tertentu, yang tidak selalu dibatasi oleh usia. Bahkan pengunjung setia blog temanku ini ada gadis belia yang masih berusia 14 tahun dan masih duduk di bangku kelas 2 SMP.
Kali ini kunjungan sahabatku tadi lebih menyenangkan lagi, karena beliau bersedia menginap di rumahku. Antara senang dan deg-deg an, lha beliau sudah populer sejak puluhan tahun lalu, penulis yang selama ini tulisannya sering saya baca, bahkan telah menerbitkan novelnya saat masih berumur 17 tahun. Bayangkan….17 tahun…waduhh saya masih ngapain ya umur segitu? Masih keluyuran nggak jelas, bersepeda bersama teman-teman keliling kota kecilku, main ke kebon tebu, dan sebagainya. Duhh…betapa jauhnya…. Namun, kekawatiran itu tak terbukti, ternyata sahabat mayaku ini ramah tamah, lembah manah, khas seorang putri Yogya…tapi juga ramai seperti srikandi..(ehh atau ketularan saya ya…yang begitu ketemu cerita tak habis-habisnya….).
Saya juga malu (tapi ehh…senang lho), karena sahabatku ini membawa oleh-oleh, dan diantara oleh-oleh tadi yang menarik hatiku adalah coklat Monggo…khas Yogya. Hmm… saya sudah lama pengin beli coklat ini, sejak membaca tentang coklat Monggo di blog teman si bungsu, disini. Dan tentu saja, saya ingin teman-teman blogger pembaca blog ini juga tahu, seperti apakah coklat monggo ini?

Rasanya mak nyuss….saya jadi kangen si bungsu, pasti dia sangat suka…karena dulu, setiap kali saya pulang dari Bandung, setiap kali naik kereta api Parahyangan atau Argo Gede, tak lupa mesti beli oleh-oleh coklat untuknya.
Tentu saja….selain mendapat coklat dan teman-temannya, saya juga mendapat buku karangan beliau yang tergabung dengan 24 penulis wanita. Dan mendapat tanda tangannya pula.


Suatu pagi, saya melihat ada buku Garis Perempuan di meja makanku, saya buka-buka kok kayaknya menarik isinya. Buku itu karangan Sanie B. Kuncoro, yang rupanya sedang dibaca sahabatku untuk mengisi waktu menunggu di bandara. Saya baca sekilas isinya…dan terlihat menarik untuk dibaca. Maklum kadang-kadang saya terjebak untuk membeli buku, yang akhirnya tak selesai dibaca, karena entah terlalu berat, atau terlalu gelap…hehehe…karena memang saya akhir-akhir ini lebih suka baca buku yang menyenangkan, happy end atau membuat terinspirasi. Soalnya kehidupan sudah berat, berita TV juga suka bikin sesak nafas, jadi baca buku (selain buku yang memang berhubungan dengan pekerjaan) inginnya yang menenangkan pikiran.

Jadi, saat menemani sahabatku jalan-jalanΒ ke PIM, tak lupa saya saya beli buku ini, waktu ada kesempatan mampir ke Gramedia. Kemudian kami juga mampir ke Kinokuniya, namun sayangnya saya tak mendapatkan barang yang saya cari. Kalau tak dibatasi waktu, karena temanku harus segera kembali ke Yogya dan harus mengejar pesawat jam 7 malam, mungkin kami masih asyik berjalan-jalan di seputar PIM 1 dan PIM 2 sampai Mal nya ditutup.
saya pernah baca di salah satu blog juga tentang coklat monggo. lucu juga ya merk nya. jadi trademark nya jogja nih kayaknya sekarang ya… π
Menarik untuk oleh-oleh ke LN..ada gambar wayangnya, dan rasa coklatnya sungguh enak
Hahaha…saya juga sempet kenal dgn coklat ini bunda, malah pernah ditayangkan di TV “Wisata Kuliner”. Hem pasti rasanya sangat menggoda.
Narpen cepetan ke Jakarta….bunda Ratna ada coklat yang enak tenant lho, hahaha π π π
Wah 24 sauhnya kalau sudah dibaca di posting yach bun, penasaran banget gmn isinya π
Best regard,
bintang
Saya baru baca beberapa, dan tentu saja tulisan mbak Tuti paling awal di baca, kisah Poly.
Akhir-akhir ini lagi sibuk banget, sampai rumah sudah malam….dan kerjaan akhir minggu sudah menunggu untuk dikerjakan…
kapan-kapan saya nginap nih………
Kalau cowok..urusannya dengan suami….
coklatnya pasti enak?
jadi penasaran pengen nyobain
o, ya habis baca ceritanya diposting ya bunda
Coklatnya enak….
Soal posting cerita…ntar malah ga baca atau beli bukunya…di Gramdeia udah banyak kok dan tak mahal
coklat monggo dari yogya, bu? belum pernah beli bu, meski hampir 5 tahun di Yogya..
Kayaknya termasuk produk baru…menyenangkan jika bisa di bawa untuk oleh-oleh apalagi ada gambar wayangnya
*Abis dari Beranda Ibu Tuti*
Salam kenal Bu,
Pikir-pikir Ibu selalu ketiban kado Buku dari Bu Tuti nih… hehehe…asyiknya bisa bertemu sahabat yah…;)
Wahh kado dari mbak Tuti tak terhitung banyaknya…sampai malu:((
Dan saya tak punya hasil karya sendiri yang layak untuk digunakan sebagai kado…..hiks:P
Untungnya mbak Tuti tak pernah mempersalahkan, jadi saya dikasih kado buku terus…hehehe
Mbak Enny, syukurlah kalau mbak suka coklatnya. Memang menarik, coklat Belgia buatan Yogya. Merknya pun “Monggo”, gambarnya becak, wayang, dan candi Borobudur. Yogya banget deh.
Tentang buku “Garis Perempuan”, saya sudah selesai baca. Memang bagus, menunjukkan kalau pengetahuan Sanie sangat luas, mencakup berbagai hal. Novel ini juga mengungkap secara filosofis, juga dialogis, tentang esensi keperempuanan. Sedikit kontroversial, tetapi sangat menarik.
Novel dia sebelum ini, “Ma Yan”, juga bagus. Saya kenal baik secara pribadi dengan Sanie, dia penulis seangkatan saya tahun 80-an dulu. Sekarang tinggal di Solo. Sejujurnya, novel “Garis Perempuan” ini membangkitkan kerinduan saya untuk nulis novel lagi …
Saya catet mbak…lain kali beli “Ma Yan” kalau ke Gramedia..walau bacanya entah kapan.
Dan…setelah lulus S3…ngebut lagi bikin novel ya mbak….
Wah, istilah kata, smakin banyak kopdar, smakin banyak rejeki, nggih Bu π
Saya kangen cokelat Monggo!
Waktu di Jogja saya sangat suka produknya!
Coklat monggo…memang enak rasane…
wah, sungguh menyenangkan bisa ketemuan sama sahabat yang semula ditemukan lewat dunia maya, ya, bu. akhirnya malah jadi sahabat sejati. dunia makin terasa sempit, njih, bu.
Betul pak Sawali…tinggal dengan bapak nih, belum sempat ketemu
coklat monggo sebagai trade mark Yogya, semoga bisa lebih dikembangkan lagi agar bisa di ekspor ke manca negara.
salam
Dan gambar wayang nya bisa menjadi ciri khas Indonesia
24 Sauh salah satu dari mereka ada bunda Sadrah bu enny
Saya belum selesai baca mbak Tini, terus didera kesibukan
wahhh kangennn jogjaaaaaa….
kayaknya harus beli nih coklat kalo ke jogja
Ya…ya…beli yang banyak…ntar boleh dikirim ke Jakarta buat oleh-oleh
…
Dua blogger senior yg berwawasan luas bertemu pasti nggak bakalan kehabisan bahan cerita..
π
…
Betul sekali Septa
Wah, desya jadi pengen coklatnya bunda…
Wahh mesti pesan ke Yogya nih….belum tahu apa di Jakarta ada yang jual
tiap ke Yogya saya selalu beli “belgium” coklat ini di prawirotaman di sebuah resto yg penyajiannya selalu make gerabah…(nama resto nya lupa)
wah..senengnya dua sahabat maya jumpa dan overnight…(mbayangin payamas party…udah make piyama tapi tetep aja ngobrol ga habis2)
hehehehe….kapan giliran saya kopdar?
saya gak kebagian coklatnya nih bu… π
Hmmm mesti ke Yogya dulu ya?
wah
saya juga mau donk bu
selamat ya π
Mesti pesan ke Yogya nih Achoy….
Wah..sangat menyenangkan bisa dekat dengan sahabat maya , apalagi kalau beliau punya ‘sesuatu’ yang dibanggakan.
Kita bisa menimba ilmu dan berbagi dengannya selama ‘kopdar’ dan menginap dirumah.
Saya belum pernah baca buku itu…
Tentu….kesempatan untuk mendapat ilmu benar-benar menyenangkan….
Kalau coklat saya juga suka sekali sih, apalagi kalau choco spread yang dimakan sama roti. Tapi kalau pakai meses (muisjes, walaupun sebenarnya orang Belanda menyebutnya chocolade hagelslag, kalau orang Amerika nyebutnya sprinkles atau kalau yang berwarna namanya jimmies, kalau orang Inggris nyebutnya chocolate vermicelli atau hundreds-and-thousands kalau yang berwarna) entah kenapa saya nggak begitu suka. Mungkin kalau pakai meses, coklatnya suka berjatuhan sehingga mengganggu kenikmatan hehehe…. Walau begitu sekarang konsumsi yang manis2 harus dikurangi nih….
Kalau saya hanya sekali dihadiahi buku sama rekan blogger, sebanyak 5 buah. Udah lama sih, bulan Desember 2007. Bukunya sih kurang memenuhi selera saya (saya nggak bilang jelek loh, karena selera orang tentu berbeda). Bukunya terdiri dari 3 buah buku nonfiksi dan 2 buah buku fiksi (karya sastra) karangannya sendiri. Buku yang fiksi (berisi sajak dan lain2) saya nggak bisa komentar deh abis tidak paralel dengan selera saya. Tetapi yang nonfiksi, secara teknis agak “mengganggu” karena di bagian belakang tidak ada bagian indeksnya, habis biasanya saya kalau baca buku pasti ada indeksnya untuk mudah mencari2 topik bahasan yang berada di buku tersebut….. Ya tetapi saya maklumlah, tentu nggak adil dong kalo disamakan dengan buku2 keluaran McGraw-Hill atau Prentice Hall… huehehe….
Berarti jenis buku karangan Reynald Khasali (untuk Indonesia)…atau jenis Merger and Aquisition…..dan muahal kang….
Tapi saya juga tak menolak jika dikasih kang Yari (ngarep.com….)
Wah…kok saya waktu tinggal di Jogja taunya bawa oleh-oleh cuma Pia-Pia yang di Pogung π
Secara tampilan coklat Monggonya menarik banget, Bu… klasik. Produksi Jogja kah atau hanya dikemas di jogja?
Ya…dan rasa coklat Monggo tak kalah lho dengan coklat made in luar negeri…
waduh asyiknya, jadi kepengen nimbrung nih
Bu Monda domisili nya dimana? kalau di Jakarta kapan-kapan bisa gabung
ada 2 kenahagian rupanya…..
1. dapat bertemu dengan sahabat
2. dapat coklat dan buku….
sungguh menyenangkan Bu…..
Yup betul sekali…..dan sungguh senang mbak Tuti berkenan menginap di rumahku
tentunya bisa menjalin tali silahturahim adalah hal yang paling menyenangkan ya bu?
Yak..betul sekali
saya suka sekali coklat, bu… enak sekali pastinya itu coklat, dan bukunya juga tampaknya menarik… covernya saja sudah atraktif begitu… ^^
Coklatnya memang enak…dan bungkusnya menarik
Coklat ?
Mereknya Moggo …
hahaha aduh ada-ada saja ya orang memberi nama pada produknya …
Yang jelas saya yakin …
Bu EDRatna pasti senang menerima pemberian dari sahabat nya
Salam saya Ibu
Hehehe…memang yang menarik nama produknya…monggo didahar…monggo diicipi…hehehe
Salam. Tahniah puan kerana jalinan persahabatan maya yang menjadi nyata. Apapun kejujuran amat penting dalam bersahabat
Saya banyak yang kuarang faham dalam pembacaan ini. Apapun selamat maju jaya. Salam hormat
Terimakasih telah berkunjung…salam persahabatan
Saya baru tau kalau ada yang namanya coklat monggo, jadi penasaran gimana rasanya….
Asalnya dari Yogya, entah apa ada di Jakarta
Ping-balik: NINE FROM THE LADIES #2 | The Ordinary Trainer writes …
loh aku ketinggalan baca yang ini.
Ya aku juga dapat coklat Monggo dari Mbak Tuti…enakkk…
EM
Mungkin saat itu EM lagi sibuk banget….
Coklatnya enak ya….tapi susah cari di Jakarta untuk dikirim ke Jepang