Kacamata

Konon katanya, jika kita sedang hamil, dan gizi kurang baik, anak yang kita lahirkan akan mengambil kekurangan dari ibunya. Mengambil zat kapur dari gigi ibunya jika si bayi merasa kurang zat kapur. Cerita ini saya tak tahu kebenarannya, mungkin Marsmallow yang seorang dokter, bisa menjawabnya. Namun, gugon tuhon itu rasanya sudah berurat berakar, entah siapa yang memulai. “Nduk, makannya yang banyak, vitamin K nya diminum…biar habis melahirkan gigimu nggak ompong...” Atau cerita lain, yang intinya anak kita akan ambil kekurangannya dari ibu yang mengandungnya.

Saya mulai pakai kaca mata setelah melahirkan anak pertama, dimulai dengan minus setengah. Entah karena pengaruh kehamilan, atau memang sudah waktunya pakai kacamata. Dan minus ini bertambah, setelah melahirkan anak kedua, jadi ya “agak-agak percaya sedikit”. Dan pakai kacamata ini rasanya menyiksa sekali, kalau lupa, benar-benar tak bisa melihat orang dari jauh. Dan jika lagi pusing, rasanya mata seperti mau lepas. Jadi, saya nggak pakai kaca mata jika di rumah, atau dalam ruangan jika di kantor. Namun kalau ada tamu, buru-buru pakai kacamata, lha nanti tak bisa melihat wajah tamu dengan jelas.

gambar diambil dari http://www.cantikyuk.wordpress.com

Sudah lama saya pengin beli kacamata, namun selalu tertunda. Apalagi kacamata buatku nggak bisa di bawah harga Rp.1 juta, karena sudah plus minus….kalau frame nya nggak kuat nanti bisa melengkung, dan malah tak bisa di pakai lagi. Jadi, kalau lagi punya dana, saya sekaligus beli kaca mata yang frame nya lumayan bagus agar kuat, risikonya lama tak ganti-ganti. Dan sedihnya tak bisa pakai kacamata model kecil saat lagi mode, karena ukuran plus minus yang dibuat progresive ada ukuran minimalnya. Dan pernah juga mencoba pakai lensa kontak….terlihat lebih cantik sih (memuji diri sendiri…kata orang lho!), namun  sesudahnya mata terasa  pedas…alhasil, kembali lagi pakai kaca mata.

Empat bulan mondar mandir Bandung-Jakarta, setiap kali melewati jalan  ke arah rumah di Bandung, selalu melewati  salah satu optik  yang memajang diskon 50 persen, tapi entah kenapa kok tak sempat saja. Dua minggu lalu, saya dapat sms dari penerbit kartu kredit,  jika saya beli kacamata di optik  M, selain dapat dibayar 6 (enam) kali cicilan, juga dapat voucher 40 persen. Iseng saya mampir ke optik tersebut di suatu sore, dan dapat voucher 40 persen yang lumayan besar. Saya berharap, minus ku berkurang, atau menjadi nol jika antara plus dan minus berukuran sama,  ternyata masih  tetap sama saja….

Setelah menimbang-nimbang, saya ingat keponakan yang kuliahnya satu universitas dengan si bungsu dan berkaca mata. Saya menelpon papanya dan ponakan tadi, apakah berminat untuk beli kaca mata. Dan ternyata dia mau, jadilah di hari Minggu siang, kami ke optik M. Mungkin karena logatku kelihatan sekali dari Jawa, yang melayani mengajak mengobrol pakai bahasa Jawa dengan keponakanku yang awalnya di jawab dengan senyum-senyum saja, lha dia nggak ngerti. Apalagi si bapak menggunakan bahasa yang agak jarang…seperti…”Mbak, mangke nggangene sing setiti…” Ponakanku, sama seperti anak-anakku, walau orangtuanya dari Jawa, namun karena dibesarkan di Jakarta, praktis hanya sekedar ngerti kalau diajak bahasa Jawa ngoko.

Keponakanku, minusnya cukup besar (di atas 3), pengin banget bisa berkurang minusnya. “Bude tahu nggak, apa yang bisa menurunkan minus?” Wahh lha saya sendiri juga pengin menurunkan minus, karena biaya kacamata mahal, dan memakainya capek kalau lama-lama karena lencanya tebal. Agar tak tebal sekali kayak sumbat botol, maka lensanya mesti ditipiskan dan biaya menipiskan ini juga mahal. Saya pernah juga minum jus wortel (yang dicampur apel Malang agar lebih enak) setiap hari…namun hasilnya nol besar. Sebenarnya bisa operasi lasik….namun kok rasanya serem ya, walau saya punya teman yang berhasil dengan operasi lasik…dan sekarang terlihat keren karena bisa pakai kacamata dengan lensa tipis. Saat saya tanya, kenapa kok masih pakai kacamata? Jawabnya kebiasaan, takut kalau keculek (ehm…apa ya bahasa Indonesianya…matanya tertusuk tangan atau barang tak sengaja).

Ada yang bisa memberi saran, adakah yang bisa menurunkan minus selain operasi lasik?

Iklan

26 pemikiran pada “Kacamata

  1. kalau soal mata nggak tau bu,
    tapi memang kalau ibu kekurangan kalsium ambilnya ya dari gigi bukan tulang

    Betul…saat hamil anak kedua, gigiku berlubang, karena takut ke dokter (kawatir mempengaruhi anak dalam kandungan…karena obatnya)….saya biarkan,setelah melahirkan baru ke dokter gigi. Wahh …gigi ini merongrong terus sampai sekarang..dan akhirnya setelah lebih 10 tahun di rawat terus, terpaksa di cabut.

  2. rasanya kalo menurunkan minus bisa dengan banyak makan wortel ya (katanya sih). kalo menghilangkan minus, setau saya satu2 nya jalan ya lasik.

    tapi untuk menghilangkan kacamata, kan bisa pake softlense… 🙂

    btw lasik itu aman kok. kakak saya termasuk yang nekad, lasik pas masih baru2 ada di indo. th 1996 dia lasik. padahal kita ngeri juga waktu itu karena kan belum banyak yang pernah lasik. tapi masalahnya dia minusnya tinggi sekali dan gak bisa pake softlense karena kecembungan matanya yang gak normal. akhirnya dia keukeuh mau lasik. dan baik2 aja kok. minus dan silindernya hilang sama sekali. jadi sampe sekarang gak pake kacamata lagi.

    trus beberapa taun yang lalu, lupa persisnya, papa saya juga lasik. karena sekalian ama katarak. dan minusnya juga ilang. tapi plus nya masih ada. jadi sekarang cuma perlu pake kacamata plus aja.

    ya itu sekedar sharing aja kalo lasik itu aman kok. 🙂

    Memang teman yang pernah dilasik mengatakan aman…entah kenapa kok masih takut ya….
    Mungkin kawatir kalau gagal risikonya tinggi ya, lha mata kan sulit digantikan…

  3. kata seorang teman yang pernah mencoba tapi tak telaten, katanya bisa menurunkan minus dengan cara sering-sering memfokuskan penglihatan pada setetes embun pada rumput di pagi hari, benar tidaknya saya juga tidak tahu

    Waduhh…cari setetes embun di Jakarta sulit…kecuali musim hujan…

  4. Bu, saya pake kacamata sejak kelas 5 SD. Awalnya minus 1.5 lalu naik naik naik pernah sempat minus 7 waktu kuliah dan sekarang mulai turun… terakhir dua tahun silam saya minus 5.5 dan 5. Tapi meski minus turun, silinder saya membesar terus barangkali karena terlalu intim dengan komputer.

    Menurut saya lasik itu solusinya. Ia cenderung aman dan cepat meski masih mahal (kalau ndak salah satu mata sekitar 10 jt ya di JKT?)

    Saya pengen nyoba juga tapi takutnya tetep nggak bisa karena masi ada silinder…

    Menurunkan minus menurut saya ngga ada cara lain selain melanjutkan kehidupan sambil bersyukur betapa kita masih bisa melihat meski dengan kacamata hahahah

    DV…betul…yang penting bersyukur….
    Dan berhenti saja membaca atau di depan kompie jika mata terasa lelah dan mulai pusing

  5. saya baru hamil pertama, awalnya bingung juga kenapa dokter menyarankan utk menjaga kesehatan gigi selama kehamilan *apa hubungannya* eh ternyata utk pertumbuhan si janin.
    byk minum jus wortel, bu 🙂

    Iya…gizi saat hamil harus baik..kalau tidak, si bayi akan mengambil kekurangan dari ibunya…..

  6. Maaf, boleh turut berkomentar ya, Bu…
    Saya memakai kacamata sejak usia 20 tahun dan kini berarti telah 22 tahun mata saya telah bersentuhan dengan kacamata. Dari wakltu ke waktu cenderung bertambah.

    Saya berusaha untuk dapat menikmatinya. Bersyukur hingga kini Tuhan tetap memberikan cahaya pada mata saya dan itu berarti saya masih dapat melihat segala yang diizinkan Tuhan untuk dilihat, termasuk kali ini saya dapat membaca tulisan Ibu.

    Jadi, saya lebih setuju komentar Pak DV, bahwa tetaplah bersyukur kepada Sang Khalik karena kebersyukuran kita itu dapat mengikis keinginan-keinginan. Dan, itu tentu lebih memberi kenyamanan dalam hidup ini. Salam kekerabatan.

    Salam juga…saya juga sependapat dengan komentar Donny…kita harus bersyukur masih bisa melihat dan berkarya

  7. wahn setuju sekali dengan apa yang dikatakan pak narno….
    banyak yg mengatakan seperti itu … jika dipikir kan embun dipagi hari itu sudah bercampur dengan debu-debu tetapi banyak yg mengatakan seperti itu juga bu,,, teman2 sewaktu kuliah dulu juga menganjurkan seperti itu tetapi untuk kebenarananya saya tidak tahu persis karena belum pernah mencoba juga….

    Hehehe…cuma cari embun pagi di Jakarta sulit…dan jam 5 pagi orang sudah berangkat ke kantor, supaya tak telat…..

  8. abughalib

    wah, kacamata?
    oh no!

    bulan lalu saya periksa ke optik
    waktu dicek, saya terpaksa bohong karena takut pake kacamata
    meskipun itu masih gejala kecil.
    padahal saya juga sadar itu menipu diri sendiri
    tapi saya akan berusaha memilih jalan alternatif
    saya ingin coba pake herbal tetes mata yg dari timur tengah

    kata teman saya itu bisa membantu mengembalikan mata jadi normal

    btw, saya suka org omong logat jawa yg kental

    hehehe…

    Kenapa mesti bohong? Padahal kalau sejak awal pake kacamata, siapa tahu nanti bisa berkurang…katanya jika minus setengah masih bisa kembali normal kalau dijaga

  9. saya sudah minus 3, tapi yah, intinya menjaga pola makan, minum vitamin itu membantu mata agar tak hilang konsumsi vitamin A, kalau sudah jarang vit A, mata juga cenderung melemah. karena tidak ada konsumsinya.
    Kalau menghilangkan gak ada kata dokter. saya pernah cek ya lasik satu2nya jalan. operasi mata total juga terlalu mahal dan beresiko kebutaan. Jadi jaga kebugaran tubuh aja. hehe, saya juga dari SMP sudah minus. tapi alhamdulillah gak begitu parah naiknnya sampai sekarang karena menjaga konsumsi vitamin A, walaupun tetap naik.

    Iya…kayaknya hanya bisa menjaga agar minusnya tak bertambah banyak…

  10. Susahnya, faktor “kacamata” selain faktor lingkungan juga faktor genetis tidak bisa dihindari. Kalau retinol atau vitamin A sih jelas sulit untuk mengurangi atau mengkoreksi myopia apalagi secara signifikan. Katanya sih ada “eye excercises” yang mampu mengkoreksi myopia tapi saya nggak tahu hasilnya bagaimana.

    Kalau menurut saya sih, daripada hanya mengkhawatirkan myopia, mendingan kita usahakan saja agar memelihara mata dengan baik, jangan suka dipaksakan terlalu lelah. Melototin layar komputer berjam-jam sampai kepala pusing… huehehe….


    Hehehe…betul…komputer jangan dipelototi terus….hihihi

  11. bunda enny, kebetulan saya juga berkacamata… minus dan silindris.

    bahkan sejak kelas 3 SD (minus 1 dan minus 0,5). trus, waktu itu oleh ibu saya vitamin A-nya ‘digenjot’. dikasih minyak ikan, jus wortel, dll. hasilnya kelas 6 SD saya bisa lepas kacamata karena sembuh. saya juga gak yakin apakah sembuhnya karena vitamin A yg ‘digenjot’ itu. 🙂

    tapi, ketika masuk kuliah ternyata saya harus pake kacamata lagi. minus dan silindris. minusnya sih 0,75 dan silindris. nah, awal tahun lalu, saya gnti kacamata, ternyata mata kiri saya..minusnya hilang tinggal silindris-nya aja. secara kebetulan saya juga rajin minum jus wortel campur apel dan buah lainnya.

    kesimpulan, apakah juice itu juga ngaruh ya bun? hehe… bunda nanya kok saya malah balik nanya ya…. :mrgreen:

    Yang jelas jus buah berpengaruh terhadap kesegaran badan…daripada makan yang mengandung banyak kolesterol, daging, goreng2an….tapi kaitan dengan mata minus saya tak tahu…..

  12. oh ya soal lasik?
    hihi..saya takut.. mending pake kacamata aja deh bun 🙂 kalo soft lens bisa aja.. tapi bunda enny harus telaten lho bersihinnya..biar gak iritasi 🙂

    Contact lens aja masih serem….kawatir mata malah pedih….pernah mencoba dan terasa ada yang mengganjal.
    Sama sih, seperti pake kacamata di saat awal…ada rasa terkekang gitu…pemandangan kurang luas.

  13. Jd inget si dittong, dulu pernah jalan bareng trus temennya nyapa, dia say hai sambil senyum gt, pas temennya pergi dia nanya ke aku “siapa td tan?” lha meneketehe 😀 jd dia ga bisa liat dg jelas siapa temennya td gara2 sedang ga pake kacamata. Btw, setuju kalo jus wortel+apel malang enak banget, klo jus wortel doang ga doyan soalnya 😀

    Wahh iya tuh…karena dapat voucher 40 persen senilai Rp.1 juta, saya mengajak dia ke optik…ehh disana ditanya, kacamata lamanya mana mbak? Ternyata nggak dibawa…busyet deh padahal minus di atas saya.
    Saya sendiri agar tak capek, punya kacamata minus (tanpa plus) untuk jalan-jalan….sedang kacamata ukuran sebenarnya untuk bekerja (ke kantor dsb nya)

  14. ber-‘minus’ sejak smp, tapi mulai pakai kacamata sejak sma, dan kecenderungannya terus naik (_ _). awalnya sih baik-baik saja dan merasa nyaman dengan kacamata, walaupun kalau ketiduran jadi bengkok atau kalau sudah gores-parah jadi buram, jadinya hampir setahun sekali ganti kacamata.

    sepertinya berkacamata ini juga ada faktor bakat genetiknya, semua family member saya berkaca-mata 😀

    Waduhh…sampai bengkok karena tertidur?
    Memangnya pakai kacamata saat tidur? Kalau minus, kan hanya untuk jarak jauh….jadi kalau di rumah saya lepas…..walau jarak 3 meter tak bisa lihat apakah orang itu tersenyum atau tidak…hehehe

  15. Saya minus 8 jadi kalau di rumah tetep nggak dilepas. Soalnya bakal susah buat ngenalin sekitar.

    Terbayang…saya yang minus 2,5 aja jarak 3 meter tak bisa melihat jelas

  16. Istinov

    Saya ju9a pake kacamata buk.,.
    denger2 minum jus Rimbang setiap harii,,ntar minus nya bisa berkurang,.,.
    btw,,salut sama tulisan2 ibuuk,.,. 🙂

    Jus rimbang itu apa? Saya malah baru dengar….
    Entahlah…yang penting kita bersyukur masih diberi kesehatan yang lain…dan jika mata kurang jelas, tinggal pake kacamata….

  17. anto guna putra

    Saya baru nyoba pake rimbang,,tapi ga dijus,dimakan lalab sama nasi :malu
    ,,hehe..
    Mudah2an berhasil nanti kesini lagi,,
    Btw sudah sering dengar sih,,buah rimbang bagus untuk setidaknya mencegah bahkan mengurangi minus,,
    Masih bnyak yang belum tau ya rimbang ???

Tinggalkan Balasan

Isikan data di bawah atau klik salah satu ikon untuk log in:

Logo WordPress.com

You are commenting using your WordPress.com account. Logout /  Ubah )

Foto Facebook

You are commenting using your Facebook account. Logout /  Ubah )

Connecting to %s