Desainer

Apabila saya  menemukan kata desainer, yang ada dalam otak saya adalah suatu hasil maha karya dalam hal desain pakaian, yang bersifat  haute couture, yaitu sebuah desain pakaian yang bersifat exclusive. Namun dalam perkembangan selanjutnya, saya memahami bahwa kemampuan untuk membuat suatu desain tidak hanya dikenal di bidang perancangan pakaian, namun juga pada berbagai macam bidang pekerjaan lainnya,  bahkan juga dibidang teknik. Sesuai Wikipedia, desainer adalah seseorang yang merancang sesuatu. Definisi yang terluas, kemungkinan diberikan oleh seorang psikolog bernama Herbert Simon: Everyone designs who devises courses of action aimed at changing existing situations into preferred ones, artinya: “Setiap orang mendesain untuk merencanakan serangkaian aktivitas yang bertujuan untuk merubah situasi yang ada menjadi lebih baik”.

Saya ingat cerita mantan bosku, di awal perjalanan karirku, beliau banyak mengajarkan bagaimana supaya saya menjadi pengamat yang baik. Kita tak cukup hanya bekerja dengan baik, namun juga harus bisa mengamati, memperhatikan, melihat apa kelebihan dan kekurangan di bidang suatu jenis pekerjaan. Bila sudah demikian, kita mencoba membayangkan, apa yang sebaiknya kita lakukan jika kita mempunyai kesempatan untuk memperbaiki. Secara tak langsung, bos saya mendorongku untuk mulai berpikir tentang suatu konsep desain, untuk mempermudah jalannya pekerjaan, memahami titik kritis kemungkinan terjadinya risiko dan bagaimana mengelolanya. Semakin meningkat beban tanggung jawab yang diberikan pada saya, memungkinkan saya, untuk setiap kali bergabung dengan beberapa tim, yang tugasnya adalah membuat manual, membuat suatu aturan main yang akan diberlakukan untuk pegawai. Dari rapat-rapat yang diadakan terus menerus diantara anggota tim, yang dipilih dari berbagai unit kerja dan latar belakang pendidikan, membuat saya memahami bahwa tidak mudah untuk mengeluarkan sebuah peraturan, karena kita harus bisa melihat dari semua sisi dan apa kira-kira dampaknya untuk  pegawai.

Selama lebih dari 20 tahun, saya ditempatkan di unit bisnis, unit yang risikonya tinggi, namun juga tempat perusahaan menaruh banyak harapan, karena setiap orang yang ditempatkan di unit ini mendapatkan target yang menantang. Di unit ini pula, awalnya saya belajar bagaimana suatu proses pekerjaan dimulai, sampai dengan proses itu selesai. Disini pula saya melihat berbagai ragam kemampuan seseorang, yang bisa membuat pekerjaan bisa lebih cepat selesai, atau bahkan menjadi benang kusut. Dan disini pula diperlukan sebuah manual, atau standard operasional dan prosedur (umum disingkat menjadi SOP), agar setiap orang yang bergabung dalam perusahaan, memahami prosedur standard yang harus dilakukan, agar pekerjaan berhasil dengan baik.

Menjelang akhir tugasku, saya dipindahkan ke Divisi Pelatihan. Awalnya, saya melihat Divisi ini sebagaimana orang awam melihat, karena di banding dengan Divisi Bisnis, Divisi Diklat ini gaungnya tak terlalu terdengar, mungkin juga karena lokasinya yang agak jauh dari Kantor Pusat, dimana para anggota Direksi maupun para top senior manager berada. Ternyata, di Divisi ini saya justru mendapatkan pengalaman, yang nantinya  menjadi suatu karir baru setelah saya tak aktif lagi di perusahaan ini. Tugas Divisi Diklat yang utama adalah bagaimana mendukung strategi bidang Human Resources, untuk meningkatkan kualitas SDM perusahaan,  sehingga diperoleh para staf yang kompeten dibidang nya. Dan tugas ini benar-benar luas, penuh dengan berbagai strategi bagaimana agar para pegawai menikmati selama pendidikan dan mendapatkan hasil yang baik. Disini, saya dituntut untuk mencoba membuat berbagai desain pelatihan, dari pegawai rendahan sampai top manager, karena sesuai dengan peraturan, semua pegawai minimal dalam setiap tahun harus pernah mendapat pelatihan. Jika perusahaan belum bisa memenuhi, karena keterbatasan pengajar (instruktur), maka para pegawai tersebut dapat  mengikuti pelatihan yang diselenggarakan oleh provider di luar perusahaan, atau pegawai  yang telah memenuhi kriteria tertentu mendapat kesempatan seminar di berbagai negara lain. Untuk memahami apa kebutuhan para pegawai, dilakukan Training Need Assessment (TNA), sehingga desain pelatihan yang dihasilkan, akan bermanfaat bagi peserta pelatihan. Desain  pelatihan ini ada bermacam-macam sifatnya,  ada  yang  bersifat konseptual,  ada yang bersifat agar mengurangi kesalahan,  dapat langsung digunakan di tempat kerja untuk meningkatkan kualitas pekerjaan, dan lain-lain sesuai tujuan yang diinginkan.

Pada saat saya dan suami ingin membangun rumah, saya mengenal lagi bagaimana suatu proses desain dilakukan. Perancang atau arsitektur yang diminta untuk membantu membuat rancangan rumah, mengajak kami berdua diskusi untuk memahami kebutuhan yang kami perlukan, model rumah seperti apa yang kami inginkan, karakter penghuni, dan berapa kemampuan biaya yang dapat disediakan. Setelah diskusi, arsitek akan membantu perancangan rumah yang akan dibangun, dan disinilah terjadi diskusi yang alot.  Suami, yang lulusan teknik menginginkan rumah yang kuat, namun dari sisi arsitek kurang indah…dan menurut teman arsitek ini, hal seperti ini sering terjadi…justru disini menariknya. Dan sebaiknya kita berdebat dulu, agar setelah mulai dibangun,  berjalan lancar karena telah didiskusikan sampai detail yang paling kecil.

Dari beberapa proses ini, saya belajar bahwa desain adalah awal dari semua proses pekerjaan sebelum dimulai. Bagaimana mendesain peraturan, agar risiko dapat diminimalisir, bagaimana peraturan tersebut dapat dilaksanakan dan dipatuhi oleh semua jajaran yang berada dalam koridor peraturan tersebut diterapkan. Jangan sampai peraturan tersebut tak dapat dijalankan karena terlalu ketat, sehingga sulit dilaksanakan dilapangan. Desain pelatihan yang telah dibuat, pada saat uji coba dilapangan, bila ternyata tak sesuai,  harus dapat dikoreksi, agar tepat pada sasaran. Bahkan membangun rumahpun, koreksi juga dilaksanakan sepanjang proses pembangunan, bahkan terjadi sampai sekarang,  setelah rumah jadi dan ditempati.

Pelajaran yang dapat kita petik adalah, apapun langkah kita, dimulai dengan membuat suatu perancangan, apa tujuan pekerjaan itu dilaksanakan, dan apa yang kita harapkan hasilnya. Tujuan ini sangat penting, karena suatu desain bisa berbeda untuk tujuan yang berbeda. Jadi, desainer yang dimaksudkan di atas, adalah orang yang merancang suatu desain sebelum pekerjaan dilakukan, dan  bisa terdapat di setiap bidang pekerjaan.

Iklan

34 pemikiran pada “Desainer

  1. yang penting kalo mendesain harus mendesain yang baik, yang penuh pertimbangan dan perencanaan yang matang. supaya nanti pelaksanaannya bisa berjalan lancar… betul gak? 😀

    Yup betul…desain yang telah mempertimbangkan risiko dilapangan…

  2. (maaf) izin mengamankan PERTAMA dulu. Boleh kan?!
    TErnyata desainer luas banget dalam segala segi kehidupan kita. Mau nulis komen aja juga mbutuhkan proses desain….

    Nyaris kita semua bisa jadi desainer ya?

  3. Bu, dunia kerja saya juga membutuhkan sebuah perancangan yang matang. Bisa dibilang, dari 100% waktu kerja, 60%nya habis untuk merancang.

    Ketika rancangan baik dan hasil baik kitapun puas.
    Yang susah adalah ketika rancangan kita rasa sudah baik tapi dalam proses ternyata ada yang kurang pas, kita harus set back ke blakang untuk mengulik rancangan awal, mengulang proses dan baru selesai..

    Ribet, tapi tetap puas 🙂

    Saya bisa membayangkan Don..desain IT..harus bisa diterapkan dilapangan, tak mudah dimasuki virus atau tangan usil yang menimbulkan risiko kerugian…serta fleksibel jika diperlukan perubahan atau ekspansi…

  4. rancangan yang baik harus berawal dari analisa yang tepat, begitu bukan tante?? 🙂

    Yup…harus tahu mau digunakan sebagai apa, untuk siapa, dan jangka waktunya berapa lama..apakah rancangan fleksibel, atau ketat dsb nya

  5. Hery Azwan

    Wah, ibu seorang desainer juga rupanya, meski bukan seperti desainer yang dipersepsikan orang awam.
    Beberapa pekerjaan yang pernah saya lakukan juga mirip dengan pekerjaan ibu.
    Senang ya Bu kalau desain kita dapat memuaskan semua pihak. Sebaliknya, sedih juga jika terdapat kekurangan atau hal fatal yang terlupakan dalam desain kita.

    Hehehe..iya..ternyata pekerjaan kita, nyaris semua memerlukan desain atau rancangan yang tepat…
    Kadang kita berperan sebagai desainernya..kadang kita hanya melakukan karena proses desain telah dikerjakan orang lain….
    Dalam setiap desain kita juga harus menyiapkan revisi atau koreksi jika diperlukan.

  6. Saya rasa seorang EO juga desainer ya bu…

    EM

    Ya betul..selain desainer, juga sebagai manager, dan pengendali biaya…hehehe..kompetensi yang kompleks ya..dan membutuhkan kompetensi komunikasi yang baik.

  7. darahbiroe

    hmmm
    saya kira kehidupan juga perlu designer nuy heheh
    biar lebih terarah
    😀

    Jelas dong…kan sesuai tujuan hidup kita masing-masing..mimpi kita mau kemana, bagaimana planningnya untuk mencapai mimpi tsb…

  8. mbak …. kalo desain awal yg kita buat ternyata sering diubah2 sesuai kondisi sehingga hasil akhirnya agak berbeda bagaimana mbak? hehehehe

    Justru desain ini disesuaikan dengan tujuannya…jadi bisa aja diubah agar sesuai keinginan yang berubah…
    Jadi ada desain yang ketat..misalnya IT, mengubahnya tak mudah karena perlu waktu.
    Ada juga desain yang fleksible.

  9. Dalam dunia pengajaran, mendesain ini sangat penting Bu Enny. Seorang pengajar (guru/dosen) yang tak mampu mendesain pengajarannya dengan baik, akan membuat pembelajaran itu menjadi buruk dan tak menghasilkan pencerahan bagi pembelajarnya…

    Setuju Uda..itu yang saya alami sekaranng. Sejak awal, kita sudah mendesain untuk segmen mana yang dituju, dan pada tingkat kedalaman berapa..serta apa yang akan kita berikan…bagaimana case study nya agar memudahkan pemahaman.

  10. kalau bisa, saya pingin mendesain kehidupan supaya tidak terjebak dalam rutinitas yang membosankan, Bu..

    Hahaha…sebetulnya kita punya tipe tertentu, apakah kita suka pekerjaan yang disiplin dan penuh tantangan..atau pekerjaan yang kreatifitasnya tinggi….ini akan berbeda sekali.
    Kebetulan saya suka disiplin, semua harus tertata dengan baik, dan direncanakan sebelumnya..jadi pekerjaan yang saya pilih adalah pekerjaan yang disiplin dengan waktu, target pencapaian jelas, bahkan pakaianpun konservatif.
    Namun jika kita kreatif, tentu akan memilih bidang pekerjaan yang berbeda…
    Dan suami akan berperan disini..lha memilih suami ini, selain ada strategi juga ada unsur takdir..hihihi

  11. semua perlu direncanakan ,seperti kata pepatah : if you fail to plan,you plan to fail 😀
    Hehehe betul…setuju…semua mesti direncanakan sejak awal..persoalan ada koreksi dilapangan itu hal wajar dan dapat disesuaikan.
    Tanpa rencana, bisa berisiko baik di kegagalan maupun risiko finansial lainnya.

  12. Bahkan pernah saya baca ada desainer khusus yang menciptakan trend warna setiap tahunnya. Contohnya tahun 2000 dengan warna logamya. Meskipun hal tersebut tidak selalu berhasil menjadi trend.

    Memang dalam setiap sisi kehidupan sepertinya perlu desainer supa hidup lebih terarah.

    Nice posting Bun.

    Betul mas Nur…rencana memang sebaiknya dilakukan, entah tertulis ataupun hanya mimpi…yang harus terus dikejar. Dalam pekerjaan, rencana ini ditulis dan dibuat break down agar bisa diimplementasikan dengan baik

  13. setuju sekali bu…. 🙂
    makanya tidak mudah untuk menjadi perancang..
    semoga lia segera menemukan teman untuk sama2 merancang kehidupan kedepan.. heheheh

    Jadi kalau ada yang melamun…itupun sebetulnya dalam rangka mencari ide untuk merancang ya…hehehe


  14. Berarti semua orang bisa jadi desainer ya buk..
    ..
    “Mendesain apa yang akan dikerjakan ibarat mengasah kapak sebelum menebang pohon”
    -ata-

    Wahh Ata…pepatah yang bagus….

  15. Abu Ghalib

    kebetulan sekali saat ini saya sedang berusaha untuk mendesain massa depan saya 😀

    Silahkan..semoga nantinya dapat tercapai dan berjalan lancar

  16. sedang mendesain sekolah buat si kakak bu, tentu dengan melihat minatnya

    Betul bu, orangtua harus sudah memikirkan lanjutan sekolah anak jauh hari…agar bisa mempersiapkan dari sisi biaya dan lain-lainnya. Yang lebih utama adalah mengamati perkembangan anak..saya dulu minta bantuan psikolog (sejak anak kelas 4 SD, sudah mulai saya amati…dibantu test dari psikolog).

  17. Ya… ya… Bu, guru ternyata juga desainer. Dan, setelah saya renungkan, guru yang desainer itu berat banget tugasnya karena harus menghadapi sekian banyak anak didik yang memiliki beragam talenta satu dengan yang lain cenderung berbeda, yang mengharuskan guru untuk dapat memberikan “ruang” demi tumbuh kembang mereka.

    Guru bagi anak didik di sekolah dan guru bagi anak di rumah. Wahh…. inilah orangtua itu.

    Terima kasih Bu, tulisan ini banyak menginspirasi diri saya. Salam kekerabatan.

    Betul pak..
    Kalau bapak mau mengajar, pasti bapak sudah membayangkan materinya akan diberikan dengan cara apa, agar anak-anak bisa menerima dan memahami materinya. Kedalamannya seperti apa, misalkan kelas 1 yang baru masuk akan berbeda dengan kelas 2 dst nya. Juga bapak mesti mentargetkan mereka jika lulus harus bisa masuk di sekolah atau universitas yang bagus…dan desain kurikulum ini walaupun sudah ada pasti masih dicatat lagi (saya ingat ibu alm, setiap malam membuat tulisan besok apa saja yang diajarkan, contohnya dipilih yang mana dsb nya…..)

  18. desain….dan desainer
    memang diperlukan,
    sayangnya elite politik
    dan pejabat, sering lupa
    mendesain buat kepentingan rakyat,
    mereka lbh piawai mendesain
    demi melanggengkan kekuasaan…
    hmmmm 😦

    Sebetulnya pak…saat melihat misi visi, yang utama adalah bagaimana strategi implementasinya…dituangkan dalam milestone yang bisa di monitor.
    Lha kita sendiri yang tak mengarahkan…mestinya saat debat di TV, yang dilihat adalah bagiamana mencapai misi visi ini, bagaimana strategi implementasinya, terus milestone nya bagaimana, berapa lama target tiap milestone tsb.
    Jika sebuah perusahaan bisa membuat planning sampai milestone, per hari, per minggu, per bulan….maka negara kan kumpulan dari semua ini…repot, tapi bisa dilakukan jika mau.

  19. Salam,
    Apapun pekerjaannya dapat dipastikan membutuh design/rancangan/rencana.
    Tanpa itu semua, tidak mungkin kita dapat menentukan arah dan target yang ingin dicapai.
    Kami yang bergerak di bidang kehutanan juga sedang merancang teknik pemanenan hutan yang ramah lingkungan, salah satu dengan RIL ( reduce impact logging ).

    Betul….
    Semua mesti ada perencanaan nya, dibuat grand desaign nya dulu….dan bagaimana implementasinya

  20. Saya punya teman yang kuliah di jurusan Design Interior. saya waktu itu mikir, apa yang dipelajari ya?

    Ternyata beberapa tahun terakhir ini beberapa interior designer sedang naik daun karena tajamnya permintaan rumah hunian dan kantor dengan trend-trend tertentu > minimalis modern, atau rumah mungil dan setting ruang kantor yang elegan dan praktis. Ditambah lagi ada wadah media yang khusus membahas masalah hunian idaman, jadi semakin laku deh para interior desidgner ini… 🙂

    Dan …tanpa disadari, kitapun seorang desainer kan?
    Jika Nana mau ngajar, kan mesti membuat perencanaan, materi apa yang akan diajarkan, disesuaikan dengan partisipannya…murid2 sekolah, mahasiswa, masyarakat umum, atau komunitas tertentu.

  21. Bunda kalau mendesain di bidang kerja sepertinya hampir semua orang pandai, hanya menerapkan desainnya itu yang sering berbeda, hahaha….

    Tapi itulah dinamikanya, terkadang menabrak desain awal sedikit2 justru jadi improvisasi bagi saya agar dlm hidup & dunia kerja saya jadi lebih hidup …. Yes hidup kreativitas 🙂 🙂 🙂

    Best regard,
    Bintang

    Sebetulnya tak semua orang pandai mendesain lho….karena desain ini agak ke arah konsep…makanya perusahaan sering membedakan kompetensi berdasarkan ini. Orang2 yang berpikir konseptual ditempatkan di kantor pusat yang akan membuat desain, konsep, arah dan tujuan sebuah kebijakan….sedang di lapangan ditempatkan orang-orang yang kompetensinya memang lebih ke arah operasional.
    Dan betapapun baiknya sebuah desain, sering dilapangan akan terjadi deviasi, jadi dalam strategi implementasi dikenal adanya sebuah review….oleh karena itu dalam kebijakanpun selalu ada escape clause (pernah saya tulis di awal-awal blog ini).

  22. minta tips agar suka desain…saya ada bakat, tapi suka ga berkembang desainnya…

    salam
    purno87

    Anda tak menjelaskan desain apa….arti desain kan banyak (lihat artikel di atas)

  23. saya suka kegiatan rancang merancang bu dan ini pekerjaan baru saya sekarang..sangat menantang dan menuntut kreatifitas

    Ya, kang Boyin mendapatkan inti yang saya tulis.
    Merancang memang menantang kreativitas dan menarik untuk terus diamati…..apakah memang rancangan kita tepat?

  24. kalo di pekerjaan saya, kata designer selalu dikaitkan dengan Autocad dan gambar teknik 🙂

    Nggak apa-apa…seperti membangun rumah, kan juga harus dirancang dulu…kemudian ahli teknik sipil akan menentukan kebutuhan material untuk membangun rumah tsb.

  25. ian

    susahnya jadi perancang, harus pandai berkreatifitas 😉

    dan hebat juga nich tante ratna, bisa gabungin hal ini dengan kehidupan 🙂

    Hmm…dan kreatifitas ini yang harus terus ditingkatkan dalam segala kehidupan

  26. hiduppun juga mesti didesain yah, bu. jadi secara tidak langsung kita juga adalah desain kehidupan kita, dengan tidak memungkiri ada pendesain yang lebih mumpuni dari kita. Dialah Sang Khalik.

    Betul Fety….
    Kita tetap harus mendesain rencana kita kedepan bersama pasangan tercinta, bagaimana nanti anak-anak dibesarkan, pendidikannya…walau kita harus percaya ada rencana Tuhan yang menentukan

  27. Ada kalanya, desain yang sudah dibuat di awal pekerjaan itu kemudian ternyata tidak sesuai dengan kondisi yang ada di lapangan, atau dengan hasil yang ingin dicapai. Maka dilakukanlah re-desain. Desain yang baik bukanlah desain yang kaku dan tak bisa diubah, tetapi desain yang bisa mengakomodasi perubahan. Di bidang apa pun, desain memang memiliki peranan sangat penting. Kalau saya mah tahunya cuma desain di bidang teknik sipil saja Mbak … 🙂

    Betul mbak Tuti, desain yang kaku malah berbahaya karena tak bisa menyesuaikan dengan perubahan lingkungan.
    Justru desain yang fleksibel yang bagus…..

  28. Desainer memang punya arti luas, mulai dari mendesain dengan pilihan yang sudah ada, contohnya adalah mendesain blog dengan widget dan juga header yang ada sampai pada desain yang memang benar-benar keluar dari imajinasi kita sendiri.

    Saya ada cerita unik sedikit, dulu waktu SMA kelas 3, pelajaran Seni Rupa kalau nggak salah, di suruh bikin interior rumah ibadah. Saya cari model interior rumah ibadah dari gambar, terus saya gambar sambil dimodifikasi di sana-sini. Hasilnya: dapat A! Itulah satu-satunya nilai Seni Rupa saya yang dapat A. Entah kenapa waktu itu bisa dapet A saya juga heran, padahal saya orang yang nggak punya jiwa seni sebenarnya… hehehe…

    Wahh kang Yari ternyata berbakat menjadi arsitek…..
    Saya baru bisa untuk mendesain pelatihan, itupun untuk segmen tertentu saja

Tinggalkan Balasan

Isikan data di bawah atau klik salah satu ikon untuk log in:

Logo WordPress.com

You are commenting using your WordPress.com account. Logout /  Ubah )

Foto Facebook

You are commenting using your Facebook account. Logout /  Ubah )

Connecting to %s