Kapan terakhir jalan-jalan dengan saudara sekandung?

Pada saat masih kecil, rasanya rumah rame dengan celotehan saudara sekandung, juga pertengkaran yang terkadang hanya memperebutkan sesuatu yang remeh temeh. Pernahkah saat itu membayangkan, jika di usia dewasa sangat sulit untuk bisa ketemu semua saudara kandung pada suatu kesempatan tertentu? Jika ayah ibu masih ada, biasanya masih ada acara pertemuan keluarga di saat Lebaran. Atau acara pernikahan, yang terkadang menjadi ajang reuni keluarga. Rasanya dulu, hubungan kekerabatan antar saudara sepupu sangat akrab, apalagi jika orangtua dan saudara sekandung  tinggal dan bekerja pada kota yang sama. Ada arisan keluarga, serta saling kunjung mengunjungi.

Saat anak-anak masih kecil, karena ayah ibu sudah tiada, demikian juga ayah ibu mertua saya dan  ayah ibu mertua adik-adik saya, maka jika Lebaran, kedua adik saya bersama keluarga masing-masing berlebaran dan tidur di rumah saya. Sangat menyenangkan walau dengan ruang yang terbatas. Setelah keponakan makin besar, acara berganti, karena mereka lebih suka punya acara sendiri, mengelilingi kota Jakarta-Bogor-Bandung bersama sepupunya. Dan akhirnya kebersamaan tersebut makin sulit setelah keponakan dewasa, menyelesaikan kuliah, bekerja dan sebagian telah menikah.

Anak menantu, cucu dari bapak ibu Marsono (minus Khristie yang punya bayi di Semarang, dan Arie yang sedang kuliah di Bne). Foto di atas saat masih tinggal di kompleks rumah dinas

Pada  lebaran tahun 2005, ini pertama kalinya saya beserta keluarga kedua adik kandung tidak lengkap, foto ini dibuat saat anak  sulung saya masih kuliah di Bne, dan putri sulung adikku telah menikah dan sedang punya bayi sehingga tak bisa bergabung.

Melihat album tua, terasa kenangan mengharu biru di kepalaku. Betapa sepinya kursi ini, di teras rumahku, di kota kecil Jawa Timur di sana.

Rumah masa kecil, yang sepi setelah ditinggal penghuninya
Teras depan rumah dan bunga yang tak terurus setelah semua penghuni membangun sarang sendiri2 di kota lain

Rumah, yang setiap kali ingin dijual, selalu membuat saya dan adik-adik merasa sayang, mengingat betapa ayah ibu mengumpulkan tabungan serupiah demi rupiah untuk membangun rumah ini dari nol. Rumah ini tumbuh bersama kami sampai dewasa,  diperbaiki secara bertahap dan diberi keramik setelah saya bekerja,  setelah  ayah ibu tak mempunyai tanggungan lagi. Sebagai keluarga guru, bisa dibayangkan betapa beratnya untuk memperoleh rumah idaman, serta kebutuhan menabung untuk biaya anak-anak kuliah sampai selesai. Syukurlah kami bertiga dapat menyelesaikan kuliah S1, dan lucunya, di Perguruan Tinggi Negeri, yang sama pula. Dan akhirnya masing-masing berpisah jalan dalam bidang pekerjaan yang berbeda,  ini penting agar jika terjadi risiko pada pekerjaan (kena PHK dsb nya), masih bisa tolong  menolong. Betapapun, keluarga di Indonesia masih dekat unsur kekerabatannya, sehingga pernikahan juga merupakan persatuan dua keluarga.

Dua minggu lalu, adik bergabung dengan saya untuk menghadiri undangan pernikahan putri dosen ITB, yang dulu satu kampung dengan kami dan  dari satu SMA yang sama. Pertemuan dengan adik kandung, yang sama-sama sibuk tak mudah, setelah diingat-ingat, pertemuan  kami terakhir kali sebelumnya adalah setahun yang lalu.  Betapa cepatnya waktu berlalu tanpa terasa. Pertemuan di antara waktu kondangan ini tak kami sia-siakan walau akhirnya lebih banyak diisi dengan mengobrol, mengenang masa lalu, kangen-kangenan, serta menceritakan perkembangan teman-teman serta berbagi cerita, yang sebagian telah saya tulis dalam tulisan di blog, di sini dan di sini. Dan saat dari Bandung mau pulang ke Jakarta, sebelum meneruskan perjalanan ke kotanya, ternyata adikku baru kali ini melalui tol Cipularang, tentu saja melewati tol Cipularang merupakan pengalaman yang indah, terutama saat ini, di kala kiri kanan Tol belum banyak dipenuhi bangunan, dengan alasan untuk rest area. Sekarangpun telah ada tambahan dua rest area yang dibangun di kiri kanan Tol Cipularang….walau mungkin menyenangkan bagi pengendara mobil yang ingin beristirahat, rasanya sayang sekali.

Tol Cipularang

Pembangunan rest area pertama kali menurut saya lebih indah, karena dari jalan Tol masih agak ke dalam, berbelok, dibuat meninggi, sehingga dari jalan masih terlihat hijau, bangunan sederhana dan menyatu dengan alam. Namun bangunan kedua rest area yang belakangan, menunjukkan bangunan besar, megah dan atraktif yang memang dimaksudkan untuk menarik minat pengguna jalan, agar mampir sejenak menikmati hidangan di situ. Keluar dari pintu Tol Cikunir, saya dan adik teringat untuk mampir ke rumah adik bungsuku yang tinggal di Pondok Gede. Minah, yang setia menyopir, mengarahkan mobil untuk keluar pintu Tol Kranggan dan memutar balik ke arah Jatiwarna. Syukurlah adik bungsuku bersama isterinya ada di rumah,  karena nggak janjian sebelumnya. Dan ini lebih menguntungkan,  daripada adik bungsu harus ke rumahku, akan lebih mudah jika kami (saya dan adik kandung nomer dua) mampir ke rumahnya, apalagi besoknya adikku sudah harus kembali ke Jawa Tengah untuk melanjutkan pekerjaannya sebagai dosen di sana.

Pagi ini, saat saya menelepon anak sulungku yang bekerja di Denpasar, terbayang bagaimana hubungan kedua anakku kelak, jika mereka nanti telah sama-sama berkeluarga. Mungkin jaraknya tak hanya dipisahkan kota, bisa juga dipisahkan pulau, atau negara. Dan mungkin, hubungan hanya melalui Facebook (atau jejaring sosial lain sesuai perkembangan zaman), saling menyapa dan mengintip kegiatan saudaranya. Sekarangpun, saya akui, kedua anakku dengan saudara sepupunya hanya sesekali ketemu, tak sedekat hubunganku dengan sepupuku di masa kecil, yang nyaris tiap bulan bisa ketemu, bersepeda bareng dan saling berkunjung tanpa didampingi orangtua.

Iklan

23 pemikiran pada “Kapan terakhir jalan-jalan dengan saudara sekandung?

  1. Saya jalan-jalan terakhir dengan saudara kandung bulan Januari lalu, saat kami berempat bisa berkumpul bersama, mengingat kakak tinggal di Jerman yang hanya bisa pulang ke Indonesia tiap awal tahun. saya yang tinggal di Sulawesi akhirnya mengalah untuk tinggal lebih lama di Jawa setelah Natal, agar bisa ketemu kakak.
    Wah, keluarga besar bu Enny tampaknya guyub sekali ya?

    Iya ya Nana..padahal dulu tiap orang tua anaknya banyak…lha sekarang kan hanya sedikit dan ternyata itupun sulit ketemu semuanya

  2. wah saya sama sodara sudah jauh berada nih, paling facebook, sms, telponan aja 😉
    anyway moment lebaran moment berharga utk berkumpul 😉

    Memang seperti itulah ARul…
    Dan jika tempat tinggalnya berjauhan…bisa juga lebaran tak bisa berkumpul

  3. benar bu, semakin tua, semakin sulit untuk bertemu apalagi yang lengkap. Saya dan adik yang tinggal di Yokohama bertemu paling 2-3 bulan sekali, dan kami memang sudah berkompromi untuk pulang ke jkt bergantian. Maksudnya supaya mama dan papa terus ada harapan bahwa dalam waktu dekat ada anaknya yang datang dari Jepang.

    Ada satu masa keempat anak terpencar di berbagai belahan bumi. Dan kami tahu betapa sepinya mama dan papa saat itu. Terakhir kami berempat kumpul th 2006.

    EM

    Saya membayangkan di masa tua juga akan seperti itu…lha sekarang aja sudah sendirian…

  4. Ah tulisannya menyentuh 🙂
    Bu, terakhir saya jalan2 dengan Citra, adik saya, sesaat sebelum saya pindah ke Sydney.

    Saya ingat betul waktu itu saya ngajak dia ke mall dan bilang “Cit, belanjalah sesukamu..”

    Jadi kangen dia 😉

    Hmm tulisan ini bikin kangen ya Don..
    Nahh sekarang ganti Citra yang berkunjung ke Sidney, bersama mama papamu

  5. tulisannya bagus banget bu.

    saya juga jarang sekali bertemu ibu dan kakak. pulang kampung paling setahun cuma dua kali.

    Wahh jadi mengingatkan Syafiq ya…saya juga suka tulisanmu, tentang Boyolali dsb nya.
    Si bungsupun sudah tak ingat rumah di Madiun itu, terakhir ke sana masih balita, saat 1000 hari meninggal nya ibu.
    Jika tahu Syafic dan teman-teman ke Madiun, bisa mampir ke sana…karena rumahku belok ke kanan sebelum jalan ke arah Dungus (belakang SMA I Madiun).

  6. Saya juga sudah lama banget jalan2 bersama dengan seluruh anggota keluarga. Numun kalau ketemu masih sering, lha tempatnya dekat2 semua

    Mesti bersyukur jika tempatnya dekat….jadi bisa sering ketemu

  7. sekitar setahun lalu terakhir ketemu adik saya yg kuliah di luar negeri udah 3 tahun,terus sekarang lanjut kerja disana,jadi kayaknya masih lama lagi bakal ketemunya 😛

    Atau ganti Didot yang menengok ke sana?

  8. terakhir jalan2 dengan saudara kandung ya pas desember kemaren pas mudik ke indo… really missed those moments…

    dulu di indo walaupun kita udah pada married tapi rumah kita pada deketan. jadi once in a while sering pergi bareng juga. apalagi kalo ada yang ultah, pasti bareng2. gitu juga kalo natal. seneng sekali.

    bahkan kadang walaupun gak janjian, bisa tau2 ketemu di mal yang sama dan akhirnya jadi jalan bareng juga. hahaha.
    sayang sekarang udah jadi jauh…. 😦

    Saya membaca blogmu pas cerita pulang kampung ke Jakarta, kayaknya seru banget….tiap hari jalan-jalan bersama keluarga dan kopdar bersama teman-teman.
    Lain kali, jika Arman pulang kampung ke Jakarta, kabari ya…siapa tahu waktunya bisa match untuk ketemu

  9. ya walaupun dekat dengan saudara kandung memang harus diagendakan untuk jalan-jalan . dan walau jauh tapi bila direncanakan dengan baik pasti akan bisa dilakukan.

    salam sehat selalu. Bu bisa tukeran link.
    Blog kami Insya Allah akan diisi mengenai tema kesehatan. Mohon doanya bisa eksis.amien

    Betul…kalau tak diagendakan ya sulit ketemu, masing-masing sibuk…
    Silahkan mas…

  10. kapan ya, sudah sangat lama tak jalan-jalan bareng, saya yang merantau jadi jarang bertemu dengan saudara-saudara yang lain

    Itu memang risiko orang yang merantau….namun bukankah nanti pas ketemu akan sangat menyenangkan?

  11. kebetulan kami saudara sekandung, hampir semua bertempat tinggal di jakarta dan tangerang, jadi memang sudah jadi kegiatan rutin utk tiap akhir pekan berkumpul bersama di rumah ortu di bogor.
    jadi, utk bertemu, berkumpul bersama2 tdk ada masalah.
    salam

    Wahh asyik sekali…..bisa tiap kali ketemu….

  12. Hhmmm…
    Saya jadi teringat dengan abang saya mbak. Kebetulan kami memang hanya dua bersaudara, dan memang jarang bertemu karena dia di Medan dan saya di Jakarta. Bertemu dan berkumpul hanya pada saat lebaran saja….
    Jadi kangen juga sih berkumpul dan jalan rame2 sekeluarga…

    Betul Zee, kesibukan masing-masing membuat kita sulit ketemu keluarga….lha saya dan kedua anak saya, bisa ketemu pas pemilu kemarin karena mencoblos ditempat yang sama….hehehe

  13. baru minggu lalu nerkumpul di rumah mama, paling tidak masih bisa sebulan sekali, kecuali satu adk yg tinggal di Kalimantan, 2 kali setahun deh ketemunya

    Yup…Monda…saudara yang tinggal jauh memang agak sulit ketemunya, tapi pas ketemu pasti menyenangkan sekali

  14. Hmmmm, enak yang punya sodara, aku anak tunggal, jadi ngga punya sodara, hmmm, gemana coba? Kasihan ya ….

    Masih ada saudara sepupu kan…dari om/tante atau bude?
    Saya juga cuma tiga bersaudara, dan anak dua….
    Saya lihat yang sembilan bersaudarapun, jika sudah besar juga sulit ketemu.
    Menurut alm ibu, teman baik bisa menjadi saudara kita….jadi kita tak perlu merasa kesepian. Bukankah kadang kita malah bisa kemana-mana dengan sahabat, bukan saudara?

  15. duhh jadi kangen keluarga. terkahir jalan2 bareng keluarga 1 tahun yang lalu, mungkin karena jarak juga memisahkan jadi sulit untuk jalan-jalan bareng keluarga lagi..

    Yah, pada akhirnya kita memang harus dekat dengan teman, tetangga, teman satu kantor…karena pada dasarnya merekalah yang menolong kita jika terjadi sesuatu

  16. Abah lia pernah berbicara sebelum makan.. resapi makanan ini.. ingatlah memory kita makan bersama ini.. mungkin nanti ketika kalian semua pergi .. hal sperti ini susah terjadi lagi…..
    Benar ya bu….. Mungkin cerita diatas juga akan lia alami nanti 😦

    Lia terakhir ketemu 3 bulan yang lalu ? dan biasanya dlm keluarga lia satu pulang maka satu lagi akan pergi 😦 hiksss jadi sedih…

    Itu memang risiko kehidupan Lia..namun jarak yang berbeda tak harus memutus komunikasi, bisa dilakukan melalui telpon, email dsb nya.

  17. Rasanya dahulu tak ada pagarnya deh

    Karena di kompleks rumah dinas yang satpam siap 24 jam, pagar memang tak pernah dikunci.
    Kenikmatan tsb tentu harus berakhir pula kan? Jadi, sekarang harus hati-hati dan menjaga diri sendiri, walau para tetangga masih baik, tapi punya kesibukan masing-masing.

  18. Benar juga itu, Bu, jika kala dulu ada pepatah Jawa berbunyi “mangan ora mangan yen kumpul”, tapi kala ini pepatah Jawa itu berubah, berbunyi “kumpul ora kumpul yen mangan”. Salam kekerabatan.

    Hahaha…betul pak, pepatah itu harus berubah…soalnya dulu bisa berkumpul karena pekerjaan masih mudah, dan orang lebih suka bekerja di daerah tempat tinggalnya sejak kecil. Situasi sekarang berbeda, setelah lulus SMA, sayapun pindah ke kota lain sampai sekarang.

  19. wah jarang sekali yach.. paling kalo lagi pulkam aja berkunjung ke rumah kakak… apalagi dg sepupu2…hemmm perasaan sdh lama banget tidak berkumpul bersama

    Iya ya…makin dewasa kita makin jarang ketemu saudara kandung jika tempat kerjanya berjauhan….

  20. kami masih serumah, tapi ya gitu nggak pernah jalan2 bareng.. aah pingin sekali mengajak mereka jalan2..

    panjenengan saking jawa timur tah bu? jawatimur pundi? Dalem saking malang..

    Jawa Timur paling barat…..


  21. keluarga besar orangtua saya tinggal di satu desa Buk..
    bahkan rumahnya berjajar…hi..hi..
    mungkin satu desa kalodi hubungin masih sodara semua… 🙂
    ..
    hidup di kampung memang nikmat.. 🙂
    ..
    -AtA-

    Itu seperti di desa nenekku alm…semua orang di kampung tsb ada hubungan saudara.
    Tapi setelah nenek meninggal, dan ibu juga menyusul….anak-anak generasi berikutnya sudah menyebar, tak tinggal di kampung lagi

Tinggalkan Balasan

Isikan data di bawah atau klik salah satu ikon untuk log in:

Logo WordPress.com

You are commenting using your WordPress.com account. Logout /  Ubah )

Foto Facebook

You are commenting using your Facebook account. Logout /  Ubah )

Connecting to %s