Jabatan dalam KBBI (Kamus Besar Bahasa Indonesia) artinya pekerjaan (tugas) pemerintahan atau organisasi. Sedangkan pejabat adalah pegawai pemerintah yang memegang jabatan penting (unsur pimpinan). Dari definisi ini kita bisa melihat betapa pentingnya tanggung jawab seorang pejabat.Dan memang sangat penting untuk menyadari bahwa menjadi seseorang Pimpinan yang bertanggung jawab atas jabatan tertentu, memerlukan kompetensi, tidak sekadar dari sisi kompetensi, skill, pengetahuan, namun juga dari sisi perilaku dan tanggung jawab. Mengapa? Keberhasilan unit kerja yang dipimpin sangat tergantung dari kemampuan Pemimpinnya, selain Pemimpin juga bertanggung jawab untuk bisa membimbing para pegawai yang berada dibawah bimbingannya, serta menyiapkan regenerasi, sehingga unit kerja tersebut akan berjalan lancar jika ditinggalkan Pimpinan, entah karena pindah tugas, pindah bekerja di tempat lain ataupun pensiun.
Kita menyadari bahwa jumlah jabatan dalam suatu perusahaan terbatas, dibanding dengan seluruh jumlah pegawai dilingkungan perusahaan tersebut. Dan memilih seseorang yang tepat, juga diperlukan sistem yang baik, diperlukan suatu analisis apakah jabatan tertentu memang diperlukan untuk mengembangkan perusahaan tersebut. Bagi perusahaan yang sudah maju, telah mempunyai suatu divisi HRD yang akan menganalisis tentang jabatan ini. Analisis jabatan adalah prosedur untuk menetapkan tugas dan ketrampilan dari suatu jabatan dan orang macam apa yang akan dipekerjakan untuk itu. Analisis jabatan ini perlu, untuk melihat berapa yang diperlukan untuk menentukan berapa jabatan yang diperlukan suatu perusahaan. Saya pernah mendengar, sebuah perusahaan konsultan menetapkan bahwa rentang kendali seorang Pimpinan untuk bisa mengawasi tugas dan pekerjaan bawahan adalah 1 : 7. Artinya seorang Pimpinan maksimal hanya dapat mengawasi secara efektif tujuh orang di bawah kendalinya.
Pada awal masa kerja, oleh wakil manajer saya diminta untuk mempelajari proses bisnis yang ada di bagian dimana saya ditempatkan. “Coba kamu pelajari, sejak awal surat masuk, diagenda, di catat, diserahkan Kepala Bagian, di disposisi kepada siapa yang dinilai mampu mengerjakan atau menjawab surat tersebut, kemudian ditandatangani, di putus, dan dijawab serta dikirim kembali.” Ternyata hal yang sederhana kendalanya justru terdapat di titik yang tak kita perkirakan. Misalkan, sebuah keputusan sudah dibuat, namun saat diberitahu pada klien, ternyata surat jawaban itu bisa teronggok di meja administrasi dua hari….. Hal-hal seperti ini perlu sebuah pemantauan, dan dari segala jenis pekerjaan, menurut saya yang paling berat adalah menghadapi manusia yang berada dibawah tanggung jawab kita. Dari sekian anak buah, sifat dan perangainya tidak ada yang sama, untuk menghandle mereka diperlukan gaya kepemimpinan yang berbeda, sesuai dengan tipe anak buah tersebut.
Pertama kali menjabat untuk memimpin unit kerja, yang paling sulit dihadapi adalah pegawai yang masa kerjanya lama namun karena kompetensi nya terbatas, mereka tidak bisa menduduki jabatan tertentu. Pimpinan harus berhati-hati menangani pegawai seperti ini, dan harus memperlakukan dengan baik, namun tegas, agar mereka dapat diajak bekerja sama. Saat ini banyak perusahaan yang menerapkan ruang pegawai di bagi dalam beberapa cubicle yang dindingnya tidak terlalu tinggi, agar bisa diawasi, namun masih ada privacy. Ruang Pimpinan juga hanya dibatasi kaca transparan, agar karyawan bisa melihat bos bekerja, demikian pula sebaliknya, sehingga interaksi antara karyawan dan atasan berlangsung lancar.
Jenjang jabatan merupakan suatu jenjang karir yang diinginkan semua orang, namun di satu sisi menduduki jabatan tertentu harus sesuai dengan kompetensi yang kita miliki. Saya pernah mendengar cerita dari seorang teman (semoga sekarang tak ada lagi), bahwa karena seseorang dekat dengan atasan, maka dia bisa memperoleh jabatan penting untuk memimpin suatu wilayah. Namun apa yang terjadi? Karena memang daerah tersebut sangat strategis, berarti juga banyak hal penting yang memerlukan kecepatan mengambil keputusan dengan tepat. Suatu ketika Pimpinan ini tergelincir, dan dia terpaksa harus turun pangkat dua tingkat dibawahnya. Di satu sisi, menjadi Pimpinan artinya juga bertanggung jawab atas segala sesuatu yang terjadi di dalam unit kerja yang di bawah tanggung jawabnya. Walau kesalahan berada pada anak buah, maka sebagai Pimpinan harus tetap bertanggung jawab. Jika kesalahan masih bisa diperbaiki, masih bersyukur jika hanya dimutasikan ke tempat lain, namun tak jarang harus bersiap menghadiri sidang pengadilan karena kesalahan anak buah. Jadi, jika kita menjadi Pimpinan, harus berhati-hati pula memilih orang yang akan menduduki jabatan tertentu, pertemanan yang kurang pas bukan saja merusak perusahaan namun juga menghancurkan karir teman tadi. Disini pentingnya suatu tim dalam menilai jabatan dan karir dalam suatu perusahaan, untuk menghindari kesalahan dalam memilih orang.
Menduduki jabatan memang menyenangkan, karena mendapat berbagai fasilitas, yang jika dilihat oleh orang lain terlihat sangat menyenangkan. Namun juga kehilangan privacy serta waktu bersama keluarga. Seperti kata sepupu saya di facebook..”Dulu, saat punya jabatan, uang banyak, saya tak bisa menikmati karena pergi pagi pulang malam, bahkan hari libur terkadang harus tetap bekerja mengejar target. Sekarang, saya berhenti kerja, bekerja part time, waktu longgar namun uang terbatas, sehingga tidak bebas pula melakukan keinginan atau sekedar jalan-jalan wisata ke tempat yang diinginkan.” Pada akhirnya memang antara keinginan dan kebutuhan tidak pernah bisa sama, jika kita bisa menyeimbangkan alangkah indahnya.
Suatu ketika, saya dipindahkan untuk memimpin unit kerja, didaerah Jakarta Selatan. Setelah sekian tahun bekerja di Jakarta Pusat yang penuh hiruk pikuk, jalanan macet, apalagi kalau ada demo bisa-bisa pulang larut malam, namun makanan banyak dan mudah dijangkau. Ruang kerjapun tak terlalu lebar, karena harga tanah di Jakarta Pusat (daerah segitiga emas) sangat mahal. Begitu dipindahkan ke tempat baru, saya menempati ruang seperempat bagian dari lantai dua, punya ruang rapat sendiri, sekretaris, dekat perpustakaan yang memenuhi setengah lantai. Pernah saat hujan deras campur petir, wakil saya sedang tugas ke luar kota, sekretaris sedang keluar…betapa sepi dan agak seram….suatu ketika, teman saya datang malah menakut-nakuti…”Eh, kamu udah cari orang tua untuk membersihkan ruang ini?” Saya melongo…..namun akhirnya saya mencoba untuk setiap kali sholat di ruang kerja saya, paling tidak sholat Dhuha, sholat Duhur, Ashar dan kadang-kadang Magrib dan Isya. Memang terasa sepi, jika saya lembur, awalnya deg2an juga, namun setelah beberapa bulan saya bisa berdamai dengan situasi sepi ini. Dan saat mantan atasanku datang, dia meledekku…” Lha kalau mau ruangannya kecil, ya jadi pegawai aja.” Benar juga…namun siapapun pasti menginginkan bisa naik ke jenjang tinggi.
Suka duka yang lain, jika ada yang sakit, sebagai Pimpinan saya menjadi sering menengok siswa yang dirawat, ke rumah sakit di daerah Pondok Indah. Dan karena saat itu saya memimpin Divisi Pelatihan, yang namanya siswa sakit, nyaris selalu ada untuk setiap angkatan, dari sakit ringan sampai operasi. Untuk yang sakit ringan, perusahaan menyediakan praktek dokter di lantai dasar asrama yang berdekatan dengan gedung pelatihan, namun entah kenapa, jika siswa yang sudah sepuh datang ke Jakarta, jika sebelumnya memang ada penyakit, maka penyakitnya langsung kambuh. Dan sulitnya evaluasi makanan juga menjadi “agak bias” karena bagi yang lagi stres (maklum pendidikan yang dilakukan dalam rangka persyaratan naik ke jenjang jabatan lebih tinggi), semua makanan rasanya tidak enak. Makanan baru terasa enak, jika sudah selesai ujian akhir, tinggal piknik dan penutupan…
Wah, apapun jabatannya pasti ada beban yg harus kita pikul, terus semangat ya!
Mengemban jabatan tidak mudah karena kita harus bertanggung jawab pada orang yang kita pimpin dan berada dibawah tanggung jawab kita
Kepemimpinan dalam sebuah lembaga tentu harus melihat segala aspek yang ada. Dari segi pengambilan keputusan hingga pedelegasian kerja. Fungsi pengawasan secara transparan bisa dilakukan, dan yang sering terjadi adalah kedisiplinan seringkali diremehkan untuk itu. Berbuat bijak yang meyenangkan adalah hal yang perlu dan harus sehinga setiap lini pekerjaan menjadi mudah dan nyaman. Salam sehat dari kami.Rumah-sehat afiat
Yup…..menjadi pemimpin dan menjabat bukan sekedar menikmati kedudukan, namun ada tanggung jawab besar yang dipegang
di indonesia jabatan masih dianggap suatu privileges,bukan suatu amanah. kalau jaman khalifah dulu,saat diangkat justru menangis karena beratnya amanah yg ditanggungnya,kalau sekarang justru kebalik saat diangkat sujud syukur duluan…
semoga pemimpin2 kita yg baru punya mental yg melihat jabatan sebagai suatu amanah yg harus dipertanggungjawabkan kepada Allah,bukan kepada atasannya 🙂
Itulah sedihnya Didot, padahal pertanggung jawaban untuk menjabat suatu jabatan tertentu sungguh besar. Selain itu pejabat atau pemimpin harus bisa menjadi panutan…
jabatan adalah amanah, yg hrs dipertanggung jawabkan, bukan hanya di dunia namun juga di akhirat.
kalau di negeri kita ,orang yg memegang jabatan masih banyak utk memperkaya diri sendiri, dan tdk amanah dgn jabatannya.
Semoga akan ada perubahan ke arah yg lebih baik lagi nantinya,amin.
salam
Bunda, saya setuju….
Orang yang memikirkan dirinya sendiri, mungkin berpikir dia akan hidup selamanya…padahal selain harus ada tanggung jawab di dunia ini, juga nantinya harus dipertanggungjawabkan di akhirat
Mungkin benar kata orang bahwa tak semua orang dapat menjadi pemimpin, menjadi pejabat, yang memimpin orang lain.
Tapi aneh, ya, Bu, di negeri ini, ada-ada saja orang-orang yang mengejar jabatan meskipun tak memiliki kualifikasi sebagai pejabat/pemimpin. Hahaha….!
Akhir2 ini memang aneh kok…padahal untuk menjabat diperlukan kompetensi yang sesuai, dan tanggung jawab yang besar.
jabatan itu bisa diartikan taggung jawab. setiap orang mempunyai jabatan masing – masing, bukan berati seorang yang tidak bekerja/pengangguran tidak mempunyai jabatan, manusia punya tanggung jawab masing-masing, baik secara vertikal maupun horizontal…. 🙂
Jabatan memang suatu bentuk tanggung jawab, apapun nama jabatan tsb
Benar sekali bu. Banyak sekali pernak-pernik yang harus dihadapi ketika berada di kantor dengan segala hiruk pikuk dan tingkah polahnya. Kadang, seperti yang ibu katakan, berkas yang sudah di disposisikan numpuk lama di bagian pencatatan/bahkan di meja pimpinan sekalipun shg keterlambatan itu tak bisa dihindari. Kalau saya pribadi, biasanya saat bagian umum menyerahkan berkas ke ruangan yang dimana saya ditempatkan, dan ternyata ada berkas pekerjaan saya, biasanya berkas tsb saya ambil duluan utk langsung dikerjakan, sementara pengantarnya saya kasihkan ke teman saya yang bertugas mencatat surat masuk sampai akhirnya ada disposisi dari atasan. Habis, kalau tidak begitu, kadang kasihan berkas orang yang mau pensiun (krn saya menangani hal itu) jadi tertunda gara2 blm di disposisi. Tapi ini mungkin hanya utk pekerjaan yang sifatnya reguler (menurut pendapat saya)
Jika kita memahami, maka sebetulnya banyak hal perlu mendapat perhatian, dan dipantau setiap kali. Yang paling baik adalah dengan menggunakan sistem, sehingga dapat berjalan siapaun yang akan menjadi pimpinannya
Bu… banyak menulis jadi lancar bahasanya mengalir enak.. Selamat ya
Hayoo bu, ngeblog…Kan bu Ninik sering menulis di majalah…jadi pasti banyak yang bisa disharingkan kepada orang lain
Bekerja di perusahaan tanpa jenjang karir memang membosankan, Bu.
Saya merasakannya di perusahaan sebelum sekarang ini. Jadi karena lingkup perush yang kecil, tak terlalu membutuhkan jabatan yang banyak.
Beda dengan sekarang, saya bekerja di perusahaan besar dan global brand. Tantangannya banyak 🙂
Saya akui Don, saya juga termasuk orang yang suka tantangan, sehingga kalau bekerja yang kita tak tahu mau kemana arahnya, pasti membosankan.
Dengan jabatan baru tentunya konsekwensi yang harus di tanggung lebih dari yang lampau.
Namun kadang seseorang tidak mampu menempati pos barunya padahal di Pos lama mereka sangat mumpuni.
Untuk mengatasi ini semua kata kuncinya cuma satu : Belajar dan Belajar
Belajar memang harus dilakukan terus menerus, karena kondisi lingkungan bisnis juga selalu berubah
semakin tinggi jabatan,maka semakin tinggi pula penghasilannya ..lho????
Hmm itu sih tergantung jabatannya…ada juga jabatan yang merupakan kehormatan, jadi ya tak digaji besar
Jabatan adalah sebuah amanah yang harus dipertanggung jawabkan,…
Betul pak, justru ini yang sering dilupakan
kapan yah saya punya jabatan juga … hee …
(nggak tau kapan … kapan-pakan aja deh…).
Bukankah kita semua punya….jabatan sebagai kepala keluarga, sebagai anak sulung….walau tanpa diresmikan.
Juga jabatan sebagai ketua kelompok, ketua tim…..
Sebetulnya hal ini bisa melatih seperti apa dan bagaimana tanggung jawab kita pada saat menjabat itu
Diberi kepercayaan harusnya kita menjaga kepercayaan itu untuk kebaikan, tapi inilah yang sulit. Banyak godaan memang, tapi tergantung diri kita sendiri. Saya juga pengen jabatan nih, hehehe..
http://PakOsu.wordpress.com/
Jabatan terlihat menarik…namun jabatan menarik juga menyertakan beban tanggung jawab yang berat
Asik nih baca artikel disibi sampai lupa komen he..he…
sukses deh
Makasih doanya
Lebih enak jadi pejabat atau penjabat ya Bu ?
Tergantung dari sudut mana melihatnya….ehh penjabat itu apa?
Yang enak isteri pejabat Andi….kalau tak ikut pusing mikirin kerjaan
Memiliki jabatan memang tantangannya luar biasa ya bu, entah jabatan tsb tinggi/tidak..semakin meninggi jabatan, semakin besar pula tantangannya.
yg paling berat justru bukan ketika kita dihadapkan dg kesulitan melainkan ketika kita diberi “kemudahan/fasilitas” biasanya sulit sekali mengendalikan hati untuk tidak tergoda. Duhh semoga kita mampu menjadi orang2 yang amanah ya bu……
Hahaha…benar Rina..dan kalau sudah terbiasa dengan kemudahan/fasilitas, pada saat tak menjabat lagi jadi terkaget-kaget..jadilah post power syndrom
saya takut dapet jabatan jadi stress karena ga mampu ngelaksanainnya hehehehe…contoh hal kecil adalah ketika jadi ebndahara RT … puuussiiinng banget hehehe
Hehehe..aya juga stres kalau jadi bendahara…soalnya pegang duitnya orang….
Jabatan memang identik dengan tanggung jawab, fasilitas, gaji, dll bunda.
Tapi sepertinya hampir semua orang mau jabatan tinggi, fasilitas dan hal2 bagusnya. Tapi nggak semua mau dengan resiko tanggung jawabnya. Krn nggak sedikit juga org yang terkadang jabatannya tinggi tapi lihai ilmu taichi, alias tukang ngeless jika menyangkut tanggung jawab, hahaha….
Best regard,
Bintang
Itulah Bintang, mereka yang seperti hanya memikirkan duniawi dan bukan seorang leader yang bagus
wah tulisanya berkwalitas banget,salam kenal ya,di tunggu kunjungan baliknya