Mengungsi menurut KBBI adalah pergi menghindarkan (menyingkirkan) diri dari bahaya atau menyelamatkan diri ke tempat yang dirasa aman. Menurut contoh di KBBI, mengungsi dimaksudkan menghindari bahaya seperti banjir, kebakaran, perang dan lain-lain. Namun adakah mengungsi dalam arti lain? Seperti mengungsi untuk menghindarkan diri dari gangguan agar lebih konsentrasi menyelesaikan pekerjaan, atau mengungsi ke tempat yang lebih tenang agar bisa mengerjakan tulisan (novel, karya tulis, proposal) karena telah menandatangani kontrak agar bisa selesai sebelum deadline.
Diakui, istilah mengungsi saat ini bisa bermacam-macam. Saat awal memulai MPP, saya paling pening karena ternyata tinggal di rumah banyak sekali gangguannya, dari mulai penjual makanan, orang yang promosi, juga tetangga yang mengajak aktivitas karena saat kenalan ke tetangga (saya baru pindah rumah), saya mengatakan kalau sudah tak aktif bekerja. Dan adalah wajar jika ibu-ibu senang mengajak beraktivitas ibu-ibu lainnya, padahal saya paling kagok dengan obrolan yang basa basi, jika cuma sebentar tak masalah, namun jika jaraknya lama, dan latar belakang pergaulan, pendidikan berbeda, yang saya kawatirkan adalah menjadi ngrumpi nggak jelas. Jadi, sejak awal saya “agak membatasi diri”. Kebetulan pula, saya mendapat tawaran mengajar secara freelance, yang artinya tak harus pergi setiap hari ke kantor, namun pada saat diperlukan. Walau demikian, saya harus mengerjakan tugas-tugas di rumah, seperti orang kantoran, karena ada dead line nya, juga harus siap bepergian ke luar kota. Jelas tugas ini menyenangkan, karena sesuai passion saya, serta saya tak harus setiap hari berjejalan dijalanan yang makin macet.
Awalnya si mbak yang membantu dirumah Jakarta adalah si mbak yang baru (yunior), sedang si mbak yang lebih senior diperbantukan di rumah Bandung, karena disana ada suami, anak dan keponakan yang sedang kuliah dan sibuk sekali. Sedangkan saya, karena lebih banyak di rumah, akan lebih mudah untuk mengawasi pekerja baru dan bisa mengarahkan. Namun ternyata tak semudah itu, karena konsep bekerja dalam pikiran si mbak baru ini adalah pergi ke kantor membawa tas. Setelah bolak balik pusing karena mendapat gangguan dan konsentrasi buyar, saya memberi batasan, jika ibu sudah masuk ruang kerja itu artinya bekerja dan tak bisa diganggu siapapun. Kalau ada telepon tanya dulu dari siapa, dan bilang akan di cek dulu apa ibu ada di rumah. Sempat frustasi awalnya, maklum kalau di kantor sudah ada sekretaris yang profesional, yang bisa melihat apakah sedang sibuk atau tidak, dan bisa menilai apa telpon itu penting untuk diterima atau tidak. Tapi dengan memberi batasan ruang yang jelas, akhirnya si mbak lama-lama paham, risikonya saya pagi-pagi sudah harus mandi, makan dan masuk ruang kerja….hahaha.
Sekarang kembali ke mengapa saya menulis judul “mengungsi”?. Suatu hari saya mendapat telepon dari saudara saya, apakah saya akhir pekan ada di rumah, dan apakah dia boleh nginep di rumah saya, untuk bekerja. Saya jawab saya tak keberatan, karena saya tahu saudaraku ini sedang sibuk untuk membuat disertasi dan deadline nya makin dekat, sehingga tak bisa main-main lagi. Kebetulan rumah saya, sejak awal memang di set untuk tempat bekerja dan belajar, semua barang yang dibeli berfungsi mendukung belajar dan atau bekerja. Jadi akhir pekan ini, saudaraku (suami isteri) ke rumah membawa laptop dan perlengkapan tempur lengkap (buku, kamus, dan juga lain-lainnya). Si mbak yang sudah pamit sebelumnya mau ke Tangerang awalnya agak kawatir, tapi saya bilang tak masalah, asalkan si mbak pagi-pagi sudah bangun dan masak untuk sehari, nanti toh kalau kurang bisa telpon restoran dan minta layanan delivery order. Saya senang karena saudaraku asyik mengerjakan tugasnya dan bahu membahu dengan suaminya, betapa indahnya melihat kebersamaan mereka, cinta yang tak harus ditunjukkan dengan keromantisan belaka, namun bekerja sama mendukung isterinya yang akan disertasi program doktor.
Saat anakku kejar-kejaran menyelesaikan studi nya, dia juga mengungsi ke lantai atas di rumah Bandung, dan hanya turun jika mau makan atau pergi ke kampus untuk bimbingan. Saya sendiri, saat kuliah sambil bekerja juga melakukan hal sama, karena tanpa kedisiplinan dan berani mengatakan tidak, maka kuliah tak akan selesai. Bagi orang lain mungkin terasa tak nyaman, saya pernah kedatangan saudara sepupu jauh, pas besoknya saya harus ujian, dan membaca bahannya pun belum selesai. Apa boleh buat, saya minta maaf, memberikan dia setumpuk buku bacaan, masuk ruang belajar dan hanya keluar saat makan, mandi dan sholat… sejak itu sepupu jauhku tak pernah ke rumah lagi, mungkin juga karena kemudian dia menikah atau memang kapok, kawatir pas datang ke rumah pas saya lagi sibuk. Kehidupan di kota besar, dengan kesibukan yang mendera, membuat kita kadang harus memilih, dan sulitnya terkadang buat yang tempat tinggalnya di daerah yang hubungan antar tetangga sangat dekat hal ini sulit dihindari, jika demikian, jalan satu-satunya ya seperti saudaraku tadi, mengungsi ke tempat lain.
Saya tak merasa bersalah, karena saya dan suami pernah datang ke rumah seorang guru besar, mantan dosenku yang saya kagumi, saat menerima saya dan suami, beliau bilang..”Maaf ya, isteri saya tak ikut menemui, karena dia harus mempersiapkan ujian doktoralnya dua hari lagi.” Hmm…saya salut sama beliau, karena bukan hanya beliau sendiri yang maju, namun beliau juga mendorong isterinya untuk maju dalam karirnya dengan dukungan seluruh keluarga.
kalo lagi belajar emang harus mengungsi supaya bisa konsentrasi. emang harus disiplin untuk itu ya bu.
saya dulu kalo ujian ya ngungsi juga… ngungsi di kamar! hahaha. yang penting emang harus tahan godaan. pokoknya kalo udah ngungsi di kamar untuk belajar ya harus ngasih tau orang rumah kalo gak boleh diganggu. ada telp juga gak boleh dikasih.
tapi berhubung saya ini orangnya paling gak bisa sendirian (kecuali kalo lagi baca novel hehe), jadi mengurung diri di kamar itu cukup menyiksa lho. jadinya saya bikin sistem reward untuk diri sendiri. kalo udah berhasil belajar 2 bab misalnya, saya mengizinkan diri sendiri untuk keluar kamar selama 15 menit. sekedar melihat dunia luar, nebeng nonton tv bentar, atau telpon temen. tapi ya harus disiplin, begitu 15 menit harus masuk lagi. hehehe.
Yup betul…jadi ingat saat kuliah S1, karena kost, harus sering mengungsi di balik pagatr, dan pura2 tak tahu kalau ada yang datang. Kalau nggak begitu, bacapun tak selesai…karena jika mau belajar bersama, minimal kita sendiri sudah selesai bacanya dan encoba mengerjakan sendiri, kalau tidak malah makin bingung.
to kan artinya sama aja ma menyepi ya hehehehehehehe………..
salam kenal
Jika anda baca lagi artikelnya..tak berarti menyepi …atau mengungsi seperti arti di KBBI
Salut pada para penuntut ilmu. Mengkondisikan keadaan sehingga nyaman untuk fokus. Ah betapa terbentuknya karakter para pembelajar di rumah ibu.
Bu, bolehkah saya mengungsi ke rumah Ibu? hehe
Achoey,
Kondisinya memang harus dibuat agar anggota keluarga dapat melakukan kegiatan sendiri namun masih terhubung dengan anggota lainnya. Yang penting harus saling menghormati…
Betul sekali Bu, membuat suatu aturan dan batasan memang perlu biar kita semua tidak sama-sama rugi. Saya suka dengan konsep kerjanya lho, sama.
Saya juga sering me-remote kerjaan dari rumah, dan kalau sudah di rumah, saya terpaksa tega mengunci pintu kamar agar anak saya tidak bolak balik masuk dan merengek2 minta ikut. Bahkan kmrn saat saya sakit dan tdk masuk kantor sy tetap remote dr rumah, lalu ternyata ada tukang datang & begitu tahu saya di rumah lgsg ingin ketemu. Tetap saja sy blg sama asisten di rumah, sy lg bekerja, jd nanti saja setelah selesai. Ganggu konsentrasi aja!
Soalnya klo gak begitu, kerjaan ga akan kelar, bukan begitu bu? Sama halnya dgn suami, kalau dia bilang mau kerja, berarti tdk boleh diganggu. Anak hrs diungsikan jauh2 =))
Hehehe…saat anak kecil, saya masih pekerja kantoran…jika mau belajar ya menunggu mereka tidur…memang risikonya kurang tidur, tapi ini kan hanya saat anak-anak belum bisa mengerti. Saat anak-anak ABG dan remaja, malah mereka juga menjadi paham, bahwa ibupun masih harus belajar, dan mereka malah mendorong ibu….karena kalau libur suka diajak di kantor untuk melihat kesibukan ibu saat bekerja.
Sekarang…bekerja freelance sebetulnya nyaris tanpa gangguan, karena anak2 sudah besar, gangguan dari eksternal….ini lebih mudah disiasati asal ART nya juga mendukung. Jadi, kita bisa bekerja karena garis belakang juga mendukung kan?
Saya juga suka mengungsi kalo harus mempersiapkan sesuatu Bu, dan terkadang menyetok makanan di kamar sehingga saya ga perlu keluar-keluar lagi..
kadang2 teman2 saya merasa ga nyaman, tapi lama2 mereka mulai mengenali kebiasaan saya itu..
Tapi tetap saja saya paling kagum dengan adik saya yang bungsu. Kalo sedang konsentrasi belajar, dia bisa membuat tempat mengungsinya sendiri, dunianya sendiri, dimanapun dia berada. Di depan tivi, di tengah orang2 ngerumpi, dia bisa tetap fokus dengan bahan hapalannya, dan tidak terganggu sama sekali dengan keributan di sekitar. Kadang jika dipanggil, dia tidak mendengar karena sedang menekuri bukunya, seakan2 dia tidak ada di situ, hanya badannya saja..
Beh, salut saya, ga bisa begitu.. kalo saya ada gangguan sedikit pasti sudah menoleh, nimbrung, lupa dengan buku, hehe..
Sebetulnya saya termasuk orang yang konsentrasinya tinggi, ada suara apapun kalau lagi baca atau belajar tak perduli. Gangguan, jika kita di colek…..namun dalam kehidupan bertetangga hal ini sering terjadi kan?
nice post buuu.. 🙂
tapi saya ga pernah sukses ngungsi.. hehehe
soalnya kalo lagi pengen kerja, anak nangis, duuuhhh.. terpaksa deh saya batal ngungsi…
Iya, kalau anak mennangis memang tak bisa diteruskan, namun jika punya ART, maka anakpun perlu didisiplinkan…kecuali menangisnya karena sakit.
hmm, manggut-manggut, bu. mungkin suatu saat klo sudah benar-benar kompleks, sepertinya mengungsi perlu dijadikan solusi, bu 🙂
Iya Fety, apalagi jika Fety bekerja di bidang penelitian atau dosen, atau seperti saya, yang selalu bawa kerjaan ke rumah. Hal ini agar bisa cepat pulang ke rumah, sehingga bisa cepat menunggu anak-anak belajar, walau risikonya nyambi kerja, atau dikerjakan saat anak2 sudah tidur
Wah terbayang deh repot pasti Ngungsinya. Jadi ingat jaman kecil dulu, hobby sya baca buku tapi ngga pernah bisa tentram baca buku didalam rumah, karena yg saya baca kebanyakan bukan buku pelajaran, satu2 nya jalan saya ngungsinya ke atas pohon klengkeng didepan rumah dan Dari dahannya loncat kegenteng trus. Baca buku di pojokan yg ngga terlihat dari bawah bahkan sering tertidur disitu , klo didalam rumah sering direcokin ibu seh, diomelin bukannya blajar malah baca buku
Hahaha..terbayang Wieda bandelnya…
Saudaraku pernah jatuh karena tertidur di pohon sambil baca…
Hmm saya juga suka sembunyi hanya untuk baca buku…atau kalau malam, bukunya ditaruh dalam buku belajar, sehingga jika mendadak inspeksi kita tetap terlihat belajar…hahaha….apa anakku juga begitu ya?
Jalan2 in blog.. salam kenal 🙂
Salam kenal juga….
memang mendisiplinkan diri itu perlu sekali ya mbak. kalau kita gampang terpengaruh sekitar dan gak memprioritaskan tugas2 kita, ya amburadul jadinya. saya pas kuliah juga sering begitu, saya tinggal dirumah kakak, sampai lulus, pas mau ujian ibu saya datang kerumah kakak saya cuma nemuin sebentar, untung ibu ngertiin,, heheh… sekarang pas udah kerja malah seringnya di kantor, gak pulang2, hehehhe… (itu ngungsi gak yach.. 🙂 )
Hehehe…artinya mengungsi ke kamar….
Iya, saya sebagai ibu juga harus tahu kapan anak tak bisa diganggu karena harus belajar keras…
Kebetulan di rumah seperti ada aturan tak tertulis, jika melihat anggota keluarga sibuk di depan buku, maka kita akan melirik buku apakah? JIka heboh sampai kening berkerut, artinya ..jangan dekat-dekat dan jangan ganggu
mengungsi buat saya termasuk bengong sendirian di jok belakang mobil di tengah kemacetan jakarta. itu salah satu ‘waktu’ yang bisa dicuri buat diri sendiri dan berpikir, bermimpi, atau sekadar melamunkan sesuatu 😀
Wah Hanny berarti sering dapat inspirasi saat duduk di jok belakang mobil? Ada orang yang seperti itu…kalau saya malah biasanya melihat pemandangan sekitar atau berkutat dengan hal lain.
Wah… semangat study-nya sangat kental… sampe bela2in ngungsi 😀
Yang saya pernah tau biasanya penulis novel yang mengungsi supaya bisa lebih khikmad dalam menulis (jadi ingat film Annie-nya Stephen King, hiii…)
Sebetulnya banyak kok yang setiap kali harus mengungsi untuk menyelesaikan pekerjaan, makanya saya punya ruang kerja. Demikian juga suami, kalau dia udah duduk di meja kerja dalam ruang kerja, ya kita harus menghormati tak ngajk bicara
Kehidupan orang-orang di kota besar, terlebih akademisi, agaknya memang benar berbeda dengan kehidupan di kampung terkait dengan persoalan “mengungsi”.
Orang desa kalau mengungsi justru berlama-lama bicara, ngobrol sana-sini dengan yang dijumpai karena lama tak pernah jumpa. Melepas kerinduan yang kadang kelewat waktu (lupa waktu).
Ya, apa boleh buat, karena dikejar target…..
Kalau belajar saya juga sering terpaksa mengungsi, makanya kalau ada pendidikan harus tidur di hotel yang telah disiapkan oleh panitia, karena biasanya kerja sampai malam.
di Jakarta memang paling enak kalau bisa kerja freelance. macetnya kota Jakarta memang parah…
kalau saya, mengungsi itu paling enak di lantai 2 rumah saya di Jogja. suasananya sangat tenang. nyaris tak ada gangguan. biasanya di sana saya bisa betah berjam-jam…
Rumah saya di Jakarta termasuk lumayan aman dari gangguan, karena tetangga sibuk sendiri-sendiri walau kami saling mengenal.
bbrp bulan lalu, ketika wilayah di mana sy tinggal kebanjiran selama 10 hari, saya mengungsi utk mencari tempat yg aman. seumur2 baru sekali itu kebanjiran. yg jd fikiran saya, pada saat mengungsi kemarin bertepatan dng jadual anak saya mengikuti UNAS. ya, sayapun benar2 mencari tempat ngungsi yg benar2 nyaman spy ia bisa ttp berkonsentrasi dng ujiannya.
mungkin selain mengungsi,
bisa disebut juga ‘menyepi’ 🙂
agar bisa konsentrasi penuh dengan apa yang sedang di kerjakan.
Kalau belajar saya juga harus mengungsi ke suatu tempat yang dapat membuat konsentrasi saya meningkat. Jika tidak, hasil yang dicapai juga akan menjadi asal2an dan prestasi akan melorot.
Kadang kita memerlukan waktu menyendiri agar bisa konsentrasi dalam belajar atau menyelesaikan pekerjaan
Dulu waktu SMA dan kuliah dan tinggal di asrama, enak, krn ada jam studi wajib, jadi sesama penghuni nggak boleh saling ganggu. jadi enak aja belajar di meja belajar masing2 meski tetap dalam satu ruangan.
Waktu pindah kos… waduh… para cewek itu kl nggak ngerumpi ya cekikikan terus … bener2 suasana belajarnya nyaris nggak terasa…gregetan jadinya. Paling asyik ngungsi di perpus kampus di lantai 3. Semua diam, serius studi… tapi kalau udah sore/malam agak serem juga..
Saya salut dengan metode Bu Enny sekeluarga begini ini.. jadi suasana mendukung untuk studi/kerja…
Hehehe..belajar di perpustakaan memang menyenangkan…cuma ada batasan waktunya.
Saya dan suami memang sepakat untuk saling mendukung dalam karir, juga mendukung anak-anak saat belajar…
salut pada para penuntut ilmu yg benar2 hrs pandai2 menyiasati waktu yg dibutuhkan agar bisa se efektif mungkin .
salam
Mungkin sama dengan bunda dulu ya…terbang berkeliling sambil melihat alam dan budaya masyarakat setempat?