Kunjungan saya ke Samarinda selama 4 (empat) hari 3 (tiga) malam, cukup lumayan sebetulnya, namun waktu itu sebagian besar diisi untuk melakukan pelatihan, sehingga melihat-lihat kota Samarinda hanya bisa dilakukan menjelang senja sampai malam hari. Namun kesempatan yang terbatas ini kami lakukan untuk mengelilingi kota guna mencari makanan yang enak. Pada malam pertama kami mencoba makan di Rumah Makan Akmal yang terletak di jalan Awang Lor no.12 Samarinda. Disini menu khas nya adalah berbagai masakan dari ikan laut maupun ikan sungai. Dan karena usia makin merambat, malam itu kami memilih menu kakap bakar, yang rasanya sungguh menggoyang lidah dan makin enak jika ditambah sambal. Sayangnya buat saya rasa sambalnya terlalu pedas, baru mencolek sedikit saja sudah kepedasan, yang membuatku kekenyangan malam itu karena terpaksa rasa pedas tadi diobati dengan mengambil nasi banyak-banyak. Dan tahu-tahu makanan sudah habis…… lupa deh memfotonya….
Hari kedua, setelah pelatihan selesai kami minta diantar untuk mencari oleh-oleh tenunan khas Samarinda. Malam kedua ini kami kelelahan sehingga memutuskan untuk makan malam di hotel saja. Dan begitu memasuki kamar hotel, saya masih sempat mengabadikan keindahan langit menjelang Magrib dari balik jendela SwisBel Borneo Hotel.

Malam itu saya tidur nyenyak sehingga besoknya terasa segar dan siap mengajar seharian. Pulang mengajar, ini adalah hari terakhir kami di Samarinda, karena besok pagi-pagi mesti berangkat ke Balikpapan untuk naik pesawat jam 13.10 wita dari bandara Sepinggan. Jadi, kami memutuskan melihat bangunan unik di Samarinda, berkeliling kota dan kemudian mencari oleh-oleh yang terkenal, yaitu amplang atau kerupuk ikan yang dibuat dari ikan pipih.

Kami mencari di toko Makhada, yang khusus menjual oleh-oleh khas Samarinda, dan senangnya oleh-oleh tersebut dapat langsung dipak, sehingga kami tidak repot lagi untuk membawanya naik pesawat.
Pulang dari membeli oleh-oleh, kami masih berkeliling kota, kemudian mampir di Gramedia. Saat itu sudah berniat mau makan lagi di hotel, tapi membayangkan pak sopir pasti lapar apalagi tadi langsung menjemput dari kantor. Akhirnya kami memutuskan, agar pak sopir yang memberikan rekomendasi tempat makan enak. Sopir dari kantor yang terbiasa didatangi tamu ,biasanya juga menjadi tahu tempat mencari oleh-oleh (baik souvenir maupun makanan khas daerah tersebut), serta tempat makan yang enak. Pilihan pak sopir kali ini adalah Rumah Makan Pondok Borneo yang terletak di jalan Abul Hasan no.5. Tempatnya sederhana, tanpa AC, hanya dipasang kipas angin namun pengunjungnya penuh.

Pilihan makan kali ini, kembali ke menu ikan, yaitu trakulu bakar. Wahh sedaaap…….dan rasanya sungguh pas. Malam ini kami pulang dengan kenyang dan lega….sampai kamar masih harus ngepak koper…..dan ya ampun, ternyata koper udah nggak bisa ditutup, terpaksa ambil tas yang memang disediakan jika kopernya beranak.
Pagi besoknya sopir yang akan mengantar ke Balikpapan sudah menunggu di lobby hotel, teman saya baru ingat kalau asuransi mobilnya jatuh tempo hari itu, jadi kami mampir dulu ke Bank untuk transfer biaya premi asuransi melalui ATM. Dari ATM kami langsung menuju arah Balikpapan, sekali lagi melalui jalan berkelok-kelok menuju bukit Suharto. Di bukit ini mulai ada beberapa pondok (gubug) penjual kelapa dan makanan lain. Jika hanya sedikit mungkin akan terasa nyaman karena siapa tahu ada pengendara ingin berhenti sejenak sambil menikmati rerimbunan pohon, namun kalau tak dijaga nantinya bisa seperti daerah Puncak yang hilang keindahannya, karena sejauh mata memandang yang ada di kiri kanan jalan hanyalah gubug-gubug berderet yang tak teratur.
Begitu memasuki daerah Balikpapan jalanan mulai tersendat, karena melewati beberapa pasar dan pertokoan. Sejak awal teman saya ingin ke Kebun Sayur jika sempat mampir Balikpapan. Dalam hati saya agak bingung, kenapa ingin melihat kebun sayur, bukankah sudah melewati pepohonan sepanjang jalan? Atau di Balikpapan, kota yang sering saya dengar ceritanya sebagai kota dengan cuaca yang panas ada kebun yang indah? Akhirnya, setelah melewati pertokoan dan jalan tersendat beberapa kali, pak sopir menghentikan mobil di depan sebuah kompleks pertokoan. Saya langsung bertanya..”Lho! Katanya mau ke Kebun Sayur?” Teman saya menjawab…”Ya, inilah Kebun Sayur“…..Tra lala…rupanya yang ada di benak saya berbeda dengan kenyataannya.


Kebun Sayur yang dimaksud adalah nama kompleks pasar inpres di Balikpapan, tempat kita mencari souvenir khas Kalimantan. Kami segera turun, saya sempat memotret beberapa outlet penjual cenderamata. Waktu hanya 45 menit, jadi kami harus cepat-cepat jika ingin membeli sesuatu. Teman kami menawar beberapa sarung, blouse dan hem batik khas Kalimantan di toko yang terletak di tengah pasar. Tentu saja saya ikutan memilih untuk oleh-oleh buat si mbak di rumah. Ternyata harga sarung disini lebih murah dibanding harga di pasar Samarinda, atau karena kami lebih lihai menawar karena sudah tahu harganya ya?
Sayang outlet nya kecil-kecil, serta warna dan komposisi barang yang dijual terbatas. Kami mencoba lebih masuk ke dalam pasar, sempat membeli barang di beberapa toko lain, namun segera memutuskan melanjutkan perjalanan karena kawatir terlambat sampai bandara. Kami berkutat merapihkan barang belanjaan di dalam mobil, agar sampai bandara sudah tak repot lagi. Di jalan sopir mendapat telepon dari teman yang menunggu di bandara, menanyakan kami sampai dimana. Kami melalui jalan yang mulus dan lebar, melalui hutan kota yang masih rimbun, kemudian sampai pada pemandangan laut yang indah.
Tak lama sampailah kami di bandara Sepinggan, dan langsung menuju lounge. Hal yang menurutku terlihat berbeda adalah, di beberapa bandara yang saya kunjungi, lounge berada di dalam bandara, setelah kami melalui pintu check in. Di Balikpapan ini, ada pintu lounge tersendiri, yang langsung melalui X Ray begitu mau masuk lounge, terletak di lobby bandara, sehingga saya dan teman langsung istirahat di lounge, sedang staf teman di Balikpapan mengurus bagasi. Dari lounge ini ada langsung pintu masuk ke ruang tunggu penumpang….Menjelang keberangkatan, kami pindah masuk ke ruang tunggu….woo ruang tunggunya penuh sesak, mungkin Balikpapan sudah perlu menambah luas kapasitas ruang tunggu bandara sejalan makin banyaknya penumpang pesawat yang melalui bandara ini.
Hem mau donk…
hmm
Senangnya 🙂
Waktu suami tugas ke Samarinda, dia cerita makanannya nyaris ikan2an setiap hari.
Ada batu2 permata yg cantik juga kan, bu ?
Iya, banyak dijual batu permata yang cantik..saya sempat beli buat sahabat …sayang belinya sambil lari..lha waktunya mepet, keburu pasarnya tutup…..hehehe
hmm kerupuk ikan nya namanya amplang ya. kalo di bangka (eh bangka apa palembang ya) disebutnya kemplang. hehehe.
Kerupuknya enak Arman, mau???
(Maaf) izin mengamankan KEEMPAX dulu. Boleh, kan?!
Saya kebagian oleh-olehnya gak?
Mangga…silahkan…dinikmati fotonya ya?
wah kalau makan makanan pedas di bulan ini mungkin perutku bisa repot…
tentunya sangat menyenangkan ya Ka, jalan-jalan beragai kota, apalagi mencicipi masakan kulinernya….
Kalau tak tahan pedas ya makannya tanpa sambal..saya juga tak tahan pedas kok
Wah… seru banget wisata kulinernya, Bu 😀
Alhamdulillah ikan2an masih mudah didapatkan di Samarinda.
Senang deh saat membaca kisah ibu saat berada di Samarinda & Balikpapan.
Iya Akin..karena bersama bos, dan dalam rangka tugas tak sempat ketemu Akin…apalagi dari mengajar langsung keliling keburu toko tutup dan gelap.
maaf, Bu, komen diatas maksdunya “seru” 😀
Belanja sovenir memang mesti ditawar banget ya, Bu. Syukurlah Ibu dapat yang harganya lebih murah 😀
Nggak apa-apa..udah di edit…
Kayaknya masih mahal…tapi memang kayaknya segitu di Samarinda..di Balikpapan lebih murah.
wah mborong ntu…
Bagi bagi ke malang,,
hehehe
Langsung habis deh begitu sampai Jakarta
..
Haduh maaf Bu Enny baca paragraf tentang makanan saya lewati..
Lagi puasa soalnya, takut nanti ngiler..
Hi..hi..
Tapi pengalamannya cukup seru..:-)
Salam saya..
..
Lho! Justru kita kan harus tahan godaan walau ada yang makan di depan kita
duh, kepengen nyicip makanan disana…walaupun hampir semuanya berbau ikan,tapi tetap empek-empek ikan hanya milik palembang (promosi mode on)
salam akrab dari pelembang
Tiap daerah punya jenis makanan unik yang berbeda…jadi tak bisa dibandingkan
pondok borne enak2 tuh makanannya.. dulu juga saya pernah makan di sana..
pasar kebun sayur emang pusatnya kalo mau belanja cinderamata di sana..
tapi eh, ga sempet ke pantai Melawai ya bu? padahal pemandangannya bagus lho..
Wahh..itu aja sambil lari, hanya punya kesempatan kurang dari satu jam untuk mampir di pasar tersebut…
kpn2 kl ada waktu mampir ke jogja …. di sini juga banyak kuliner yg tidak klh enaknya …
Udah sering ke Yogya..lha ini kan cerita tentang Samarinda-Balikpapan
di pasar Kebun Sayur nggak ke warung2 makannya bu, letaknya di pojok belakang kios2 souvenir,
udang galah bakarnya di situ enak banget enak dan murah meriah ………hmmm…jadi pengen balik ke bpp lagi nih…
Nggak sempat mbak Monda..hanya sekedar mampir dari Samarinda dalam perjalanan menuju bandara Sepinggan, waktunya juga cuma 45 menit…itupun lari2 dan beberesnya dalam mobil…hahaha
Oleh-oleh khas daerah, yang tentu menarik, ya Bu. Amplang sepertinya enak. Hhmmmm…
Salam kekerabatan.
Memang enak pak..nyam..nyam
Senengnya bu, bisa mengamalkan ilmu sekaligus berwisata. Selamat menjalankan ibadah puasa.
Iya, alhamdulillah…selamat berpuasa juga, semoga amal ibadah kita diterima Allah swt
Saya sudah pernah ke Balikpapan, tapi belum ke Samarinda. Mbak Enny mengira Pasar Kebun Sayur itu jualan sayur ya … hihihi … 😀 Memang harga disana cukup murah, apalagi kalau kita bisa menawar. Asesori (gelang, kalung) dari batuan sangat murah, begitu juga dompet dari manik-manik dengan ornamen khas Dayak.
Hehehe…sayang cuma punya waktu sebentar jadi tak sempat mengagumi asesori yang indah2 itu dalam jangka lama, takut ditinggal pesawat
huaaaaaaaaaaa
balikpapannnnnnnnn
kangennnnnnnnnnnnnnnnnnnn
🙂
Yuk..mau ke sana lagi…?
Pelesir ke suatu tempat yang jauh dari rumah selalu ada kesan tersendiri. Salah satu pulau yang belum sempat2 juga saya kunjungi adalah Kalimantan. Membaca cerita ini jadi semakin tertarik. Semoga ada kesempatan.
Semoga mas Indra suatu ketika sampai sana.
waduh kapan yah jalan2 kesana..tapi ada teman sih yang kerja disana..
Ntar kalau mudik sempatkan ke sana
Kapan ya bisa ke sana ?
…
salam superhangat
Salam manis kembali
Sedikit tambahan nih bu Enny, di pinggir sungai Mahakam banyak dijual durian Melak yang mak nyus… duriannya relatif lebih kecil tapi rasanya mantap banget..
Pasar kebun sayur itu, memang jadi persinggahan wisatawan yang ingin membeli oleh-oleh khas Kaltim, lebih afdol kalau bisa menawar harga…
Ah, jadi kepengen ke Balikpapan lagi deh…
Iya, saat malam saya melihat penjual durian berderet sepanjang pinggir Mahakam..pengin sih makan durian namun kala itu baru aja selesai makan malam, jadi cuma menikmati kota Samarinda di malam hari. Hahaha…jadi saya bisa menikmati jalan-jalan pas udah gelap, atau menjelang gelap….maklum biaya dinas….
bu lengkap sekali reportasenya 🙂
berharap suatu saat dapat kesempatan ke Balikpapan nih.
Itupun hanya yang sempat saya kunjungi Fety…sebetulnya masih banyak tempat menarik lainnya
wah jadi kangen dengan tepian mahakam …. gimana kabarnya bu … sehat semua kan
Kabar baik mas Totok…
Mas Totok pernah di Kaltim ya
aaaa….amplaaanggg >.<
Yup…amplang…..
Kriuk..kriuk
Bu Enny, bila mampir di sekitar Sungai Mahakam, di sana banyak kios kecil yang menjajakan penganan khas yang dijajakan masyarakat sempat.
Kalau nanti ke sana lagi, ajak saya ya bu…hihihihi.
Hehehe..doakan ada tugas kesana lagi mas….
Trakulu bakar?? bedeuuh, kayanya enak tuh. puasa2 begini lihat makanan, benar2 menguji iman. 🙂
Yup..sedaap
aaaa.. saya jadi lapar.. apalagi bagian cerita sambalnya.. jadi pengennn.. saya sampe di lampung saja masih merasa ga ada sambel yang pedes.. hehehehe
Yang doyan sambal…benar2 nikmat..
Sayang saya nggak tahan pedas
wadoh.. inget sambel lalapan ala mbok Nem ku, emang samble trasi ora ono sing ngalahke… dicampur lauk apapun tetep muaknyusss… lidah ku ora cocok masakan western, kenapa ya ? kebiasaan makan sambel trasi, kalo ga ono sambel ora marem..
Selamat makan…
Terimakasih
senangnya membaca tulisan ini, cara bercerita Bu Ratna yg mengalir dgn enaknya, saya merasa seolah ikut juga ke Balikpapan 🙂
Bahagia ya Bu, bisa membagikan ilmu sambil berwisata. 🙂
Selalu sehat ya Bu.
salam hangat utk keluarga
salam
Makasih bunda..memang menyenangkan bisa kerja sambil jalan-jalan, alhamduluillah
Senangnya bisa mendapatkan amplang bu. Memang itu sudah menjadi ciri khas oleh2 dari Samarinda ketika seseorang kesana. Trus, apakah ibu sempat mencicipi BUAH LAI. Itu lho bu, buah yang masih satu keluarga dgn durian, tapi bentuknya agak kecil dan warna buahnya kuning. Memang kalau tidak musimnya, agak susah sih dicari. Soalnya buah itu adalh buah khas Kalimantan dan langsung didatangkan dari kabupaten2 di sekitar samarinda, seperti kutai barat dan kutai kartanegara.
Saya sempat melihat buah durian dan yang mirip durian berjejer di sepanjang tepi sungai Mahakam….tapi karena sempitnya waktu, hanya bisa menikmati dari balik kaca mobil. Amplangpun hanya mencicipi saat beli untuk oleh-oleh
wah..senangnya bu bisa jalan-jalan di Kota Samarinda..sepakat dengan mas Ifan tuh,,,
saya justru baru bisa merasakan Buah LAI setelah setahun di Samarinda 😀 …
Lain kali kalau ke Samarinda atau Balikpapan jangan lupakan kepiting Kanarinya bu..
hehehe..
Jika ke samarinda lagi, mudah2an sempat mencicipi buah Lai. Kalau kepiting kayaknya harus dihindari karena kawatir kolesterol meningkat
Kaltim. Asyik kata teman yang pernah kesana. Balikpapan yang katanya lebih bagus. Selain nggak macet, kotanya juga bersih. Bahkan Bandara Sepinggan udah jadi bandara international. Lucu ya..kok nggak di Samarinda sebagai ibu kota propinsi.
Teman saya juga bawain oleh-oleh Amplang, Dodol durian, abon kepiting dan Rori Mantau. Roti Mantau ini katanya oleh-oleh yang enak banget apalagi di padu dengan daging lada hitam. Pokoknya “mak nyuusss….”. Infonya sih ada di Pondok Mantau di seputaran Gunung sari Balikpapan. Lupa nanya no. telponya……
kalau pergi ke samarinda harus cobain makanan seafood di pondok borneo, mantap banget, kepiting mantap banget ,apalagi ditambah sambal….ehmmm enak, pokoknnya gak mahal deh. sekali lagi jangan lupa buat yg belum coba dipondok borneo.di jakarta saya udah coba masih kalah deh…
tempat makan yang paling sip di Balikpapan, d belakang Mall BP ad gerobak Ayam Cah Solo. ayam n sambalnya yg bikin maknyus..sampe bikin huh hah huh hah kepedesan.. emg cuma gerobak tapi sip di rasa…
kalu sdh disamarinda jangan lupa mampir kesebulu leh….disitu banyak Danau-danau baru yang belum ada namanya…(lubang galian Tambang),,,,
Kota samarinda terkenal dengan perhiasan dan batu alamnya jadi jika ke samarinda jangan lupa beli perhiasan manik2 nya..hidangan lautnya juga terkenal lho 🙂
sekedar info untuk Pariwisata Kota Bandung Klik http://www.bandungreview.com join us on twitter : @bandungreview , facebook : bandungreview.com
“Bandung Biggest Online Tourism Directory”
temen – temen bisa share info di sini 🙂
Ping-balik: Wisata Kuliner, jalan-jalan ke Pasar Segiri dan Pasar Pagi, di Samarinda «
Jangan lupa ke Rumah Maka Torani Yah … 🙂
Luar biasaaa,,
Informasinya sangat bermanfaat sekali…