Kemarin, saya menerima pesan masuk di FB saya, dari Mario Teguh:
“Hari ini ekonomi menjadi semakin pelik dan sibuk, semakin banyak orang pandai, biaya hidup semakin tinggi, dan segala sesuatu dipersaingkan.Sehingga, Tidak bertindak karena menghindari resiko, adalah justru keputusan yang sangat beresiko.
Dalam bertindak itulah, kita melatih diri untuk mengerti tuntunan Tuhan agar kita menjadi lebih besar dan lebih kuat daripada semua masalah dan resiko”.
Manajemen risiko saat ini merupakan salah satu ilmu yang sedang digalakkan, bukan hanya sesuai untuk mengelola perusahaan, namun juga penting untuk mengelola keluarga, maupun untuk diri sendiri. Jika selama ini saya hanya mendengar dari cerita teman, membaca di milis atau di surat kabar tentang beberapa kejadian, entah penipuan, perampokan, penculikan di taksi atau di angkot, kemarin kejadian tersebut justru menimpa orang yang dekat dengan saya. Syok, panik, sempat tak bisa mengatakan apa-apa, syukurlah beberapa detik kemudian saya bisa menenangkan diri, dan langsung mengambil langkah dengan menghubungi teman-teman yang ada di kota kejadian tersebut. Syukurlah, masih selamat tak kurang suatu apa, walau untuk menyembuhkan traumanya memerlukan waktu yang cukup lama. Namun dengan bantuan orang yang menyayanginya, saya berharap semua cobaan ini bisa dilalui. Dan kejadian ini bukan di Jakarta, namun di kota yang merupakan kota wisata terkenal di Indonesia, bahkan di dunia. Berarti…kita memang benar-benar harus selalu waspada.
Jika memikirkan rasa aman di jalan umum, sebenarnya sejak saya masuk kota Jakarta untuk job training pada awal tahun 1979, om tempat kost rajin berpesan setiap kali saya mau berangkat keluar rumah. “Hati-hati di jalan, fokus ke tujuan, jangan mudah menjawab jika ditanya orang. Segera pulang dan hati-hati jika gelap, berjalanlah selalu ditempat terang, dan jangan berjalan santai, yang bisa memberikan peluang bagi orang yang berniat tidak baik. Dan berhati-hatilah jika mau naik kendaraan umum, perhatikan posisi tempat dudukmu, selalu berada dimana engkau mudah meloncat keluar,” kata om lagi.
Teman satu kost yang memang lebih berpengalaman memberikan tambahan resep “ Agar tak mudah celaka, selalu naik kendaraan umum dengan kaki kanan dan turun dengan kaki kiri, agar jika sopir langsung tancap gas, kita tak terjungkal.” Saya dan teman satu kost, sering kali terpaksa pulang agak malam, karena dari kantor langsung membeli berbagai keperluan. Saat itu kami selalu berusaha menghindari jalan yang gelap, dan memilih jalan yang terang, walau kadang kena risiko disambar kendaraan bermotor. Itu tadi tahun 1979, kira-kira 31 tahun yang lalu, bagaimana keadaan sekarang? Hidup di kota besar di Jakarta memang harus ekstra hati-hati dan selalu waspada. Bahkan di kantor pun harus sedia baju satu set dan makanan, siapa tahu suatu ketika terjebak di kantor tak bisa pulang ke rumah. Ini memang terbukti, karena saya pernah terjebak pada situasi yang membuat terpaksa tidur di kantor, atau kalau pulang malam risikonya lebih tinggi.
Si mbak yang mengelola rumah saya di Bandung, pernah ketemu orang yang pura-pura menanyakan alamat di jalan, kemudian diajak mengobrol sampai semua uang dan perhiasannya diambil. Rasanya memang tragis, karena kita menjadi kawatir jika ada orang (yang mungkin memang orang baik) yang mau minta tolong dan tak berani menjawab. Saya ingat pesan alm ayah saya, “Jika ingin minta tolong, entah menanyakan alamat jalan atau apa, jangan bertanya pada setiap orang yang lewat, namun tanya pada orang yang memang punya wewenang, seperti polisi dsb nya.” Di Jakarta, beragam tindak kejahatan banyak sekali terjadi, lingkungan perumahan juga tak selalu menunjukkan daerah aman. Si mbak pesan agar saya hati-hati jika mau jalan ke mulut gang, karena beberapa bulan ini saya memilih jalan kaki agar bisa sedikit olah raga dan nanti ambil taksi dari jalan besar. Ternyata ada dua kejadian, karyawati yang berangkat kerja ditarik tasnya oleh pengendara sepeda motor, sedang lainnya dipreteli perhiasannya.
Ada beberapa hasil diskusi dengan teman, untuk menyiasati bagaimana jika naik kendaraan umum, yang saya tulis di bawah ini:
1. Jika naik bis atau angkot.
Pastikan bahwa kendaraan umum tersebut cukup penumpang (hindari naik kendaraan umum yang kosong dan duduk dipojok belakang), penumpangnya terdiri dari laki-laki dan perempuan. Karena pernah terjadi, kendaraan umum pintunya ditutup dan dilarikan ke tempat sunyi, penumpangnya dipreteli perhiasan serta uangnya. Dan risiko makin tinggi, jika penumpang perempuan masih muda, karena bisa mengarah ke tindak kejahatan yang lebih berbahaya lagi. Pilih posisi yang dekat pintu keluar namun tetap bisa berpegangan, sehingga tidak terjebak.
2. Jika naik taksi
Pilih taksi yang memang dikenal, pelayanannya baik dan aman. Saya dulu sering terpaksa tak bisa memilih taksi setelah pulang dari periksa dokter di bilangan jalan Rasuna Said, saya ambil taksi di pinggir jalan persis di bawah lampu jalan, dan baru memberhentikan taksi jika merasa taksi tersebut akan aman. Dan begitu masuk taksi, saya langsung menelepon, bahwa saya naik taksi xxxx dengan nomor pintu xxxx…walaupun kadang ini telpon bohongan. Tapi yang jelas saya kirim sms pada si mbak. Dan saya selalu mengarahkan sopir taksi, bahkan untuk setiap belokan, sehingga sopir tak sempat melewati jalan-jalan yang rawan. Tapi kalau bisa memilih, saya akan memilih taksi yang benar-benar dikenal pelayanannya. Pada umumnya sopir juga menyadari jika penumpangnya kawatir, pak sopir sempat bertanya, dan saya menjawab jujur. Saya juga selalu berjaga-jaga, uang yang di bawa tak seberapa juga uang di ATM (karena saya membatasi jumlah uang yang ada di tabungan, yang dapat ditarik melalui ATM).
3. Naik kereta api
Walaupun kereta api eksekutif jangan pernah meninggalkan barang berharga di kursi saat akan pergi ke toilet. Teman saya pernah kehilangan kopernya (padahal koper besar) yang penuh berisi barang belanjaan batik tulis yang baru dibeli dari Solo. Juga ada yang pernah kehilangan laptop, yang isinya pekerjaan.
Apakah rawan hanya di kendaraan umum? Tentu tidak, saya pernah mengalami naik mobil pribadi ditabrak oleh mobil di belakang kami diperempatan Harmoni karena mobil belakang lagi dikeroyok “kapak merah”. Kami kaget mendengar suara “dugg…dug…dug..” yang ramai …… kemudian braaaak….” Bemper belakang mobil kami ditabrak. Karena saat itu kami berempat, sopir dan anakku yang duduk di depan langsung membuka mobil….dan betapa kagetnya saya saat menengok ke belakang melihat sopir belakang dikerumuni sekitar 3-4 orang yang semuanya memegang kapak berwarna merah. Karena kami ribut, ditambah para pengendara sepeda motor juga ikutan berhenti, yang membuat jalan makin macet..para pembawa kapak merah tadi lari cerai berai. Sayang sekali saat itu tak terlihat polisi seorangpun.
Pengendara mobil mengajak kami ke halaman sebuah kantor, agar dia bisa mengganti kerugian, namun kami mengatakan tak perlu dipikir karena kebetulan mobil saya diasuransikan. Si bapak pengemudi mobil terlihat terharu, beberapa kali membungkukkan badannya…mobilnya penyok..dan syukurlah mobil kami tak terlalu parah kerusakannya. Namun ide menabrakkan mobil ke mobil depannya patut dihargai, tapi saya juga nggak menyarankan, jika mobil di depan kita adalah mobil mahal….maklum jika hanya mengklakson, pengemudi lain tak terlalu peduli.
Apakah di rumah selalu aman? Jawabannya adalah TIDAK. Betapa seringnya kita mendengar, ada orang dibunuh justru di rumahnya sendiri. Hubungan baik dengan tetangga merupakan salah satu kunci agar kita juga merasa nyaman dan aman di rumah. Namun juga tetap harus waspada, jangan mudah membukakan pintu tanpa mengenal siapa orang yang datang. Biarlah kita mendapat risiko menjadi orang yang dianggap sombong karena tak berani membukakan pintu. Saya sendiri sering tak dibukakan pintu, walaupun itu rumah saudara karena si mbak nya masih baru dan belum kenal, dan kami tak boleh marah. Kehidupan sekarang memang membuat kita harus selalu waspada.
Bagaimanapun kita telah waspada, masih ada jalan bagi para penipu/penjahat untuk mendapatkan korbannya. Tak bisa lain, maka sebagai orang yang beragama, sebelum melanjutkan perjalanan kita berdoa agar selalu dilindungi oleh Nya. Karena risiko yang ada, sebagaimana ditulis pada quote dari pak Mario Teguh di atas, segala sesuatu bukanlah untuk dihindari namun dikelola, karena manusia adalah makhluk social yang selalu berhubungan dengan sesama. Bahkan risiko itu selalu ada walaupun kita hanya tinggal di rumah.
Catatan:
Tulisan ini untuk mengingatkan anak-anakku, dan keponakanku, bahwa kita harus selalu waspada, dan berdoa agar selalu dilindungi oleh Nya. Amien
Tidak ada salahnya untuk selalu waspada, meskipun benar hidup kita semuanya ada dalam tangan Yang Kuasa.
Kota Tokyo di daerah pemukiman, meskipun kejahatan meningkat masih bisa dibilang aman. Saya sering pergi belanja atau foto kopi jam 3 pagi ke toko convinience (macam Circle K) terdekat. Meninggalkan barang belanjaan di sepeda sementara kita pergi pun masih aman, tidak diambil.
EM
Betul Imel…
Kita benar-benar harus mengelola rasa aman ini..
Bukankah karena ini muncul bisnis, satuan pengamanan, bisnis asuransi dll..
Dimana ada risiko, diditu ada peluang bisnis…hahaha
kita memang kudu hati2 ya Bu, krn alat transportasi di negeri kita , disukai atau tidak, belum menjamin rasa aman dan nyaman.
terimakasih utk tips2 nya sangat bermanfaat Bu Ratna 🙂
salam
Betul Bunda, hidup di Jakarta, membuat setiap kali harus waspada….
tingkat kejahatan yg diberitakan sekarang emang bisa bikin parno bagi yg baru tinggal di jakarta bu enny.
tapi kadang menurut saya media juga yg membuat suasana hidup kita jadi gak nyaman. koran2 semacam poskota dan lampu merah contohnya ,bikin kita jadi parno sendiri bacanya. setiap hari ada kejahatan ini dan itu ,serta modus baru lagi.
yg lucu kemarin ada penjahat membius,terus korannya menuliskan obat biusnya apa mereknya dan namanya yg dibeli di apotik,kan itu bisa membuat orang lain jadi ikutan. saya aja yg gak tau jadi tau gara2 ditulis itu,kalau mau niat jahat kan jadi bisa niru2 tuh nantinya ya bu?
Maksud media baik, tapi dimanfaatkan sama orang-orang yang tidak baik.
Ibaratnya seperti pisau tajam, bermanfaat untuk mengiris sayuran, daging untuk membuat masakan yang sedapa. Tapi ditangan orang yang tidak baik, pisau tajam ini bisa membahayakan.
Sikap hati-hati memang sangat perlu ya Bu,…
Betul pak…selalu mengelola atas kemungkinan risiko yang muncul
betul Bu. saya juga dicap ibu yg gak kasihan sama anaknya soalnya anaknya dikurung di rumah terus. yha gimana lg yha bu, di rumah anak saya cuman sama asisten saya yg dari kampung. daripada takut kenapa2, mending saya suruh dalem rumah aja. toh kl libur, pas saya dan suami ada dirumah, anak dan asisten saya saya ajak jalan2 keluar rumah, meski hanya di taman depan.. (*curcol)
bagaimanapun juga yg namanya kejahatan ada dimana2, jadi waspadalah waspadalah (*bang napi mode : on)
Memang serba repot Vivink….
Kita memang harus menyesuaikan keadaan dengan kemampuan karyawan atau si mbak di rumah dalam membuat peraturan.
Saya dulu buat aturan….jangan membukakan pintu jika tak kenal orangnya (seperti tukang catet meteran listrik, yang udah kenal nama dan orangnya…dan saya punya fotonya…), kalau terima kiriman lewat atas pagar tanpa perlu membukakan pagar dsb nya.
Memang konyol tapi semua untuk keamanan, apalagi jika pagi dan siang hari, lingkungan sekitar rumah sepi karena semua sibuk bekerja.
alam bertindak itulah, kita melatih diri untuk mengerti tuntunan Tuhan agar kita menjadi lebih besar dan lebih kuat daripada semua masalah dan resiko”.
sangat suka dengan kata-kata ini mbak..
terasa sangat manis gimana cara Tuhan mendewasakan kita 🙂
Hehehe…itu kata pak Mario Teguh…saya suka kata-katanya
Saya belajar tentang hal seperti ini waktu memutuskan untuk merantau ke Jogja sekitar 17 tahun silam, Bu.
Waktu itu Mama saya bilang “Kalau turun dari bus pake kaki kiri dulu” tapi dasar bandel, baru sehari di Jogja sudah jatuh waktu turun dari bus karena nggak mengindahkan nasihat Mama 🙂
Hahaha…biasa anak muda suka bandel…dan sayangnya kita suka lupa menjelaskan “Mengapa harus begini? Begitu?”
Ohh.. saya kira kapak merah itu operasinya di daerah Cempaka Mas, ternyata di Harmoni?
Memang rawan Bu.. teman saya pernah kena jambret dari dalam bajaj, ada yang kena jambret pas sedang jalan, dan ada yang kena hipnotis..
Kota2 besar saat ini sangat rawan. karena perjuangan hidup juga keras..
Kapak merah operasinya menyebar…Harmoni, Senin, Cempaka Putih..makanya dulu saya senewen saat si bungsu kerja praktek di Siemen yang terletak di perempatan rawan…
Lha sekarang orang ribut telepon bisa menghipnotis..menurut saya, karena orang yang menelpon pintar mempengaruhi si penerima telepon….jadi bukan hipnotis…memang ada beberapa orang yang ahli membujuk orang lain untuk melakukan tindakan tertentu.
Betul bu..sikap hati2 & waspada memang saat perlu ya… Tips2nya mudah diingat bu, pasti akan berguna bagi kita2 yg membacanya.. Terima kasih… Oya, saya terkesan dengan bapak kost & teman kost yg sangat perhatian. Sungguh membesarkan hati bagi anak kost baru mapun keluarga yg menitipkan anak utk kost disana ya…(maklum pernah jd anak kost juga, hehe…)
Ramah emang perlu. Berprasangka buruk itu gak baik. tetapi di tengah-tengah dunia yang penuh muslihat dan kemunafikan ini kewaspadaan dan kehati-hatian sangatlah perlu
Hehehe…antara ramah dan berprasangka buruk…
Yup…ilmu yang harus kita punya…berprasangka baik itu perlu, tapi menjaga kehati-hatian juga perlu
Terima kasih Ibu untuk mengingatkan. Terkadang saya suka lupa keadaan sekitar manakala mengejar-ngejar bus.
Berhati-hati memang perlu, tapi jangan sampai kita menjadi takut untuk melakukan sesuatu dan membelenggu diri kita
wah iya bu… dimana2 emang gak aman. termasuk di rumah. makanya harus waspada senantiasa.
dulu pas masih kecil, masih di sby, rumah saya pernah didatengin penipu lho. mau nipu bilang ada temen (dan dia tau lho nama temen kakak saya) yang mau minjem video player. wah pokoknya pinter ngomong banget dah itu penipu. untung kita gak gampang percaya. dan akhirnya si penipu itu berhasil dibekuk, kita manggil polisi. ternyata penipu itu udah sering nipu orang2 lain. gile dah…
di rumah di jakarta, tetangga sebelah rumah persis yang pernah kena hipnotis. padahal itu rumah rame yang jaga. ada sopir nya yang udah lama ikut disono, kita juga kenal baik ama sopirnya, ada pembantu2nya… eh semua dihipnotis trus orangnya bisa masuk rumah buat ngambil laptop. gile ya…
di rumah saya sendiri yang kena maling jemuran dan maling sepatu udah beberapa kali. kaco dah…
yah kita yang mesti lebih hati2 sih. walaupun siang2, dan keliatannya aman, lebih baik pintu rumah selalu terkunci.
gitu juga kalo lagi pergi2 dimana pun, naik apapun harus selalu waspada lah…
eh saya sendiri pernah kena kapak merah lho bu! biasa cuma pernah denger cerita orang lain kan.. eh ini ngalamin sendiri, serem juga lho… 😛
Pernah kena kapak merah? Walah..serem banget..mereka juga suka kekerasan ya kalau korbannya tak mau memberikan harta yang diinginkannya…
kita harus tetap berusaha untuk waspada…. selebihnya itu urusan Tuhan 😀
Yup…setuju
pokoknya aku lillahitaala aja dan baca bismillah dan doa bepergian kalau mau kemana2
ngalamin kecopetan udah pernah juga sih bu, mudah2an jangan kejadian lagi deh
Betul mbak Monda..karena kita juga tetap harus keluar rumah kan?
Yang penting hati-hati..
Kecopetan? Saya juga pernah..sejak itu uang harus dibagi….untung sekarang ada ATM dan KK jadi tak perlu bawa uang banyak.
harus tetap waspada di segala kesempatan dan saat melakukan perjalanan, solanya banyak tindakan kriminal sekarang
jangn lupa juga berdoa… betul ga mba
Berdoa..itu memang kata kuncinya agar kita tenang
Dan waspada…
wah itu tips yang bagus untuk perjalanan ya..
jangan lupa bawa KTP hehehehe.. 😛
emang sekarang ekonomi makin susah…
jadi gag sedikit orang yang suka melakukan segala cara untuk hanya sekedar makan…
KTP? Wahh itu mah harus…supaya jangan sampai menginap di Pondok Bambu
Tips yang indah 🙂
Salam persohiblogan
Lama tak bersua. Maaf karena kesibukan membuat saya sulit BW.
Baru sempet nih, itu pun sekedar sapaan sembari lewat. 🙂
Mohon Maaf Lahir & Bathin
Achoy, apa kabar? Sibuk ya?
saya juga mohon maaf lahir batin
..
Makasih infonya Bu..
Sangat bermanfaat..
Saya suka banget quote Pak Mario yang: -segala sesuatu gak harus di hindari, tp harus dikelola-
kalau selalu takut melakukan sesuatu ujung-ujungnya malah diam ditempat gak maju..
..
Sekali lagi terimakasih sudah di ingatkan..
Salam saya..
..
Ata, quote pak Mario Teguh memang menyenangkan…dan memotivasi kita.
Tapi kita tetap harus berjuang kan Ata…tak berhenti karena takut?
Setiap hari ke sekolah saya naik angkutan umum (bis), Alhamdulillah sampai hari ini aman-aman saja.
Ke pasar naik sepeda onthel neyeng (karatan) masalahnya ditempatkan dimana saja supaya tidak ada yang mau mengambil …. Mungkin karena kami di desa sehingga masih aman.
Namun demikian, terima kasih sudah diingatkan.
Iya mbak, kehati-hatian tetap perlu…karena perlakuan kriminal bisa terjadi karena ada kesempatan…
terima kasih selalu menjadi nasihat dalam setiap postingan
management resiko memang sangat perlu dalam segala hal tentu dalam bisang usaha ya tetap harus memikirkan aspek resiko
Betul mas Totok, di setiap bidang yang kita kerjakan selalu mengandung unsur risiko….
Dan awareness ini yang penting agar kita sukses mengelola pekerjaan apapun.
Terlepas dari faktanya bahwa untung tidak dapat ditolak, malang tidak dapat dihambat, berkendara di tanah air memang masih menjadikan suatu kegiatan yang membahayakan.. terkait masalah rasa aman di jalan, adalah tangungjawab semua pihak, meski pemerintah dan aparat penegak hukum mempunyai jatah porsi terbesar.
Personal security – seperti yang diajarkan tempo hari sebelum masuk terbang ke Iraq, adalah didasari oleh “Common sense” (Akal Sehat) dimana rute, timing dan moda transportasi yang dipakai mempunyai timbangan resiko masing-masing dan alternative atau back-up plans serta exigency resort harus dipikirkan.
Ada baiknya kita senantiasa menjadi kritis layaknya personil PBB yang bekerja di medan penugasan misi berbahaya, bisa diterapkan pada setting normal di tanah air, sedemikian agar ‘safety awareness’ yang cukup bisa membuat kita merasa aman.
Ohya, kalau mau mencoba online test perihal safety & security standard PBB boleh ditengok disini http://dss.un.org (Basic Security in the Field) disana ada test perihal Traveling Safety.
Salam hangat dari Kuwait.
Iya, saya baca tulisannya kang Luigi….
Dibidang ketentaraan, manajemen risiko ini pasti dipelajari, karena memang tugasnya untuk mengelola risiko.
Bahkan selain itu, juga mempelajari masalah atau ilmu sosial, karena bagaimanapun penerapannya berhubungan dengan perilaku manusia.
Menarik juga memerlajari Safety & Security standard PBB…..
Dan manajemen risiko yang saya tulis ini, sebetulnya juga didasarkan standard int’l (Basel II..yang sekarang telah ada Basel III)….memang ini untuk bidang perbankan yang memang high risk. Semoga sukses kang…membayangkan Kuwait kok serem ya…berbatasan dengan Irak
Duh saya ini penakut sekali mbak, entahlah karena mungkin termasuk global warming yah sehingga sifatt manusia jadi lebih tega mencelakai manusia lain? Ngeri ah mbayangin nya
Wieda,
Entah kenapa kayaknya kok sekarang manusia mudah panas. Kita yang masih waras berusaha membuat lingkungan tenang dan damai, minimal lingkungan sekitar kita.
Baca tulisan Mbak Enny, saya jadi miris kalau mengingat ‘kelakuan’ saya di Jakarta. Lha wong saya ini orang udik, kalau pergi ke Jakarta sendirian kok ya santai saja kemana-mana naik taksi. Tapi memang saya selalu hanya mau naik taksi tertentu, dan tidak pernah pergi ke tempat-tempat yang rawan …
Musti lebih hati-hati ya. Tidak hanya pas di Jakarta, tapi dimanapun kita berada. Terimakasih warningnya Mbak (meski jadi ngeri juga … 😦 )
Mbak Tuti ingat ceritaku, yang selalu siap payung pendek…
Modalnya berdoa mbak, jika mau keluar rumah, saya baca ayat kursi…semoga dilindungi diperjalanan oleh Allah swt.
Jakarta memang tak terduga, beberapa kali saya terjebak di tawuran, kerusuhan dll….akibatnya “agak parno” juga, jika melihat jalan tak seperti biasa….lha untung kemarin tak terjebak di jalan Ampera pas ada sidang di PN Jakarta Selatan, pak sopir taksi mengingatkan kalau di Ampera macet total ada sidang, jadi saya menghindari daerah yang dekat jalan tersebut. Syukurlah
Bu, kalau tips turun angkot dengan kaki kiri itu secara logika memang benar. Karena kalau kita adalah righ hand, kita biasanya berpegangan dgn tangan kanan, dan secara otomatis kaki kirilah yang melangkah duluan untuk turun.
Sekarang memang kudu hati-hati banget kalau bawa diri. Saya kalau pergi sama anak saya, lalu misalnya ada ibu2 atau cewek yang memandang2 anak saya penuh minat, saya langsung waspada. Bisa saja orang itu pura2 memuji dan tahu2 anak kita diculik. Aduhhh jauh2lahhh……
Benar Zee kita mesti waspada dan hati-hati…dan juga mesti mengenal pengasuh anak kita (rumahnya, keluarganya dsb nya).
Dan anak yang mudah bergaul dengan orang lain, memang rawan…..
Beritahu anak, jangan pernah mau menerima barang atau makanan dari siapapun…..atau mau diajak siapapun, kecuali (sebutkan yang boleh mengajak anak).
Saat anak saya SMP..gurunya berpesan jangan boleh makan diluar pagar sekolah, karena kadang anak ditraktir oleh senior yang sudah nggak sekolah…nanti anak merasa berhutang budi, dan mau disuruh-suruh…atau diajari merokok….dan lama-lama dikasih narkoba (pernah terjadi). Bayangkan, kitapun tetap harus memberi tahu anak-anak untuk berhati-hati walau sudah SMP. Walau begitu, kita tak perlu membuat anak jadi penakut, yang penting mau jujur dan memberitahu orangtua, siapa teman2nya…..