Hari-hari ini merupakan hari yang berbahagia buat ibu itu. Sepanjang umurnya, anaknya yang laki-laki memang berbeda dengan adiknya (adiknya perempuan). Walau sebagai orangtua, berusaha bertindak adil, mendidik sama, namun tetap ada beberapa perbedaan mendasar, karena sifat mereka sungguh berbeda. Si sulung keingintahuannya besar sekali, dan sebagaimana halnya anak laki-laki kadang keingin tahuannya ini sungguh mengkawatirkan hati seorang ibu. Namun ibu sungguh menyadari, bahwa anak laki-laki memang berbeda, dia nantinya akan terbang tinggi untuk menggapai mimpinya, sehingga orang tua sejak awal harus mempersiapkannya agar bisa mandiri, dan terutama agar menjadi pribadi yang santun.
Ibu, sejak awal kehamilan tak lekang memohon doa pada Nya, agar kehamilannya dijaga oleh Nya, dan agar bayi yang dikandungnya menjadi anak yang sholeh, hormat pada orangtua dan berbuat baik bagi sesama. Pagi itu, ibu menerima telepon dari si sulung, untuk mengucapkan selamat ulang tahun. Sungguh hal yang membahagiakan, karena si sulung jarang mengingat hal-hal yang sepele seperti ini, dan ini pertama kalinya si sulung menelpon pagi-pagi hanya untuk mengucapkan Selamat Ulang Tahun.
Ibu tidak kaget jika mendapatkan ucapan dari si bungsu, karena sebagai anak perempuan, si bungsu sungguh dekat dengan ibu. Dan saat membuka blog si bungsu, ibu mendapati ucapan selamat khas si bungsu, walau si bungsu juga menyempatkan menelpon dari kejauhan. Yahh, jika orang melihat, seolah kehidupan ibu ini sungguh berbahagia, kedua anaknya sudah mandiri, namun bagi seorang ibu, tak ada yang pernah selesai buat anaknya. Duduk di sajadahnya, saat bersimpuh pada Allah, ibu tak lupa menggumamkan doa agar anak-anaknya selalu dilindungi dan dijaga agar berjalan pada jalan yang diridhoi Nya.
Pada saat anaknya masih remaja, hati ibu berdegup terus, kawatir jika anak-anak celaka, rupanya kekawatiran itu juga merambati si sulung setelah dia dewasa. “Ibu, saya sekarang memahami perasaan ibu, kenapa saat itu ibu kawatir jika saya belum pulang selepas Magrib. Sekarang, jika adik belum pulang, saya jadi kawatir,” kata si sulung saat adiknya menginjak SMA. Ibu tersenyum mendengarnya, dan senyum ini makin lebar saat si sulung kembali berkata, “Saya agak kawatir meninggalkan Jakarta bu, karena tidak bisa membantu adik jika dia memerlukan.” Saat itu si sulung mau berangkat ke kota lain untuk melanjutkan kuliah.
Hari-hari bergulir, si sulung telah makin dewasa. Dan sekarang pertanyaan menjadi berbeda, “Ibu, apa perasaan ibu saat mengandungku? Apa saat itu ibu tak kawatir jika saya menjadi anak nakal? Bagaimana ya bu, jika nanti saya punya anak, agar anakku menjadi anak yang sholeh?” Dan pagi itu, melalui telepon jarak jauh, yang menghabiskan waktu lebih dari setengah jam, terjadi percakapan yang sungguh mengharukan. Ibu menceritakan apa yang dilakukannya saat membesarkan si sulung dan adiknya sejak kecil, apa yang harus diperhatikan dari lingkungan sekitar dan sebagainya. Semuanya memerlukan proses, kerjasama antara suami isteri dan lingkungan sekitar. Orangtua tak bisa bekerja sendiri, namun lingkungan nyaman, aman dan penuh keimanan dapat diciptakan sejak di rumah. Orangtua sebagai panutan, karena anak pada awalnya tumbuh dilingkungan keluarga.
Jika dalam keluarga ada orang lain selain keluarga inti (ayah, ibu dan anak), maka orang lain tersebut juga harus menyatu dengan budaya yang dibentuk dalam rumah tangga tersebut. Bahkan jika ada keponakan, atau nenek, semua harus menyatu agar membuat lingkungan yang nyaman, buat tumbuh kembang anak, dan ini tidak mudah. Banyak konflik yang terjadi, harus disikapi dengan bijaksana, namun kuncinya adalah pemahaman antara ayah dan ibu sebagai kesatuan.
Lebih utama, adalah contoh berperilaku, karena bagaimanapun ayah ibu mengajarkan hal-hal baik, anak akan berperilaku seperti yang ditunjukkan oleh sekitarnya. Pada saat anak mulai sekolah, orangtua berkewajiban untuk ikut memperhatikan lingkungan sekolah, mengenal guru yang mengajar anaknya, karena anak pada umur ini akan memperhatikan apapun kata ibu Guru. Semakin besar anak, maka anak mempunyai teman main, disinilah susahnya jika ada teman main yang perilakunya kurang baik. Orangtua harus bisa mengajarkan pada anak, apa yang boleh dan tak boleh dilakukan. Dan jika anak melakukan kesalahan, orangtua harus menegur dan meluruskan nya, jangan menunggu keesokan hari, karena anak yang masih kecil kecil akan lupa apa kesalahannya jika hari telah berganti.
Si sulung bertanya, bagaimana ibu membagi waktu? Yah, ini memang menjadi problem seorang ibu yang juga berkarir di luar rumah. Namun karir ini tak boleh menjadi alasan untuk menyerahkan pendidikan anak sepenuhnya kepada oranglain, karena orangtua tetap harus bertanggung jawab sepenuhnya. Dan saat anak besar, pergaulan anak makin luas, agar ibu tidak kawatir harus kembali berdoa pada Tuhan.
Ibu menjelaskan pada si sulung, jika si sulung terlambat, ibu sangat kawatir dan kekawatiran seorang ibu bisa mempengaruhi anaknya. Jadi, sesuai saran teman baiknya, ibu akan mengambil air wudhu dan sholat dua rakaat, berdoa pada Tuhan, agar anak dilindungi di perjalanannya dan segera pulang jika keperluannya sudah selesai. Selama ini tak lebih dari 30 menit, si sulung akan datang, membuka pintu garasi dengan suara yang heboh, langsung mencari ibu dan bertanya….”Ibu, maaf terlambat, tadi jalanan macet, ibu kawatir ya?” Ibu hanya tersenyum dan tak mengemukakan apa-apa. Saat itu memang belum ada alat komunikasi seperti handphone, namun dengan adanya alat komunikasi, hubungan anak dan orangtua akan lebih lancar.
Tantangan orangtua sekarang akan berbeda, karena anak mendapatkan contoh perilaku dari mana-mana, dari lingkungan pergaulan, televisi, internet, sehingga diperlukan perhatian orangtua agar kemudahan informasi ini dapat digunakan sesuai porsinya. Ibaratnya sebuah pisau, akan berguna jika digunakan untuk memasak, namun berbahaya jika digunakan untuk kejahatan.
Dan engkau adalah Ibu yang bijak
Menguasai banyak aspek hingga mudah mengarahkan sang sulung
Wawasanmu tentang internet membuat sang sulung kan lebih mampu berinternet sehat
Saya justru belajar internet dari anak-anak Achoy..mereka lah yang mengajari saya, bahkan belajar komputer dari mereka.
Namun benar, sebagai ibu harus bisa mengikuti kemajuan, agar anak-anak bisa tetap berkomunikasi.
Mbak, saya jadi ingat kata2 ibu saya dulu, beliau selalu bilang bahwa ucapan seorang ibu adalah doa bagi anak2nya, maka sebagai seorang ibu tidak boleh mengatai anaknya nakal, bandel dlsb
Mbak Eny sangat bijak
Wieda,
Betul sekali
Kalau ayah bisa marah atau bahkan mengutuk..tapi ibu harus hati-hati..karena apa yang keluar dari mulut seorang ibu adalah sebuah doa.
Semoga saya selalu bisa menjaga kata-kata, agar anak-anakku berbahagia mempunyai ibu sepertiku
Sungguh hal2 yg pantas dicatat sebagai bekal hidup. Terima kasih telah berbagi pengalaman ini, ibu….
Oya…semoga blm terlambat mengucapkan selamat ultah ya bu…semoga barokah & rahmatNYA senantiasa tercurah untuk ibu dan keluarga…
Mechta,
Hubungan dekat orangtua dan anak bisa berlangsung sampai anak dewasa, yang penting jangan pernah menghakimi anak.
Terimakasih ucapan dan doanya.
(Maaf) izin mengamankan KEEMPAX dulu. Boleh, kan?!
Seorang ibu bukan sekedar melahirkan anaknya ke dunia tetapi ikut membentuk dan mengarahkan langkah sang anak sehingga sang anak mampu menemukan dirinya sendiri.
Betul sekali…
Dan peranan ibu tak pernah berhenti…bahkan sampai anaknya dewasa
Bedanya, ibu hanya melihat dari jauh dan mendoakannya
komunikasi orang tua dan anak harus tetap dipelihara, guna menjaga keharmonisan keluarga 🙂
Betul…..setuju
Ibu… oh ibu.. 😥
*maap nge-junk* 😀
Kangen ibumu??
Kayaknya si sulung tidak berinternet sehat deh… 😀
Hah! Apa maksudmu nak?
..
si sulung sepertinya kalem dan perhatian ya Buk..
sayang banget sama mamanya.. 🙂
emang beda sama si bungsu… hihihi…
..
salam
..
Ata belum kenal aja..dia lebih heboh dibanding adiknya
..
maksudnya beda sifat, pastinya sama-sama sayang..
🙂
..
Pasti itu Ata, kasih sayangnya tak dibeda-beda kan
saya juga sering wondering gitu lho… takut ntar si andrew gedenya gimana ya…. jadi suka khawatir…. hehe.
btw selamat ulang tahun ya bu!!!
Andrew gedenya pasti asyik..ntar Arman punya teman main yang mengasyikkan
Btw, makasih ya ucapannya
yang penting komunikasi tetap intens dan terjalin, si anak jadi berasa kalo orang tuanya bisa juga menjadi sahabat..
Betul..saya merasakannya sendiri, bisa mengobrol berjam-jam, ketawa-ketawa dengan anak
sekali lagi.. selamat ulang tahun ya Bu 🙂
saya masih tahap belajar jadi orang tua nih Bu, memperhatikan pengalaman2 orang, termasuk postingan2 Ibu hehehe
Makasih Aldi..
Sayapun sampai sekarang masih terus belajar…karena komunikasi tetap harus diperbaiki terus menerus…
bu, selamat ulang tahun ya,
kayaknya nggak lama lagi mantu nih, soalnya ngeliat pertanyaan2 mas sulung mulai mengarah he..he ……
Terimakasih mbak Monda..
Sebetulnya saya sudah mantu bu..hehehe
Tinggal si bungsu, sekarang masih sekolah lagi
Met Milad untuk Sang Ibu… *Kiss n hugs*
Betapa berat mendidik anak dan mengawal jalannya hingga dewasa.
Semoga selalu berada dalam lindungan Allah Ta’ala… 🙂
Akin..makasih ucapan selamatnya
Hmm betul Akin, setelah menjadi orangtua baru sadar, ternyata mendidik anak tidak mudah…
Wah, sugeng tanggap warsa, Bu Enny!
Wah, itu Monda pasti ‘orang baru’ ya.. si Sulung kan memang sudah menikah ya 🙂
Matur nuwun Don..
Mbak Monda memang termasuk baru….maksudnya saya baru kenal, tapi udah ketemuan lho..dengan Donny yang belum
barakallah di hari lahirnya, ibu 🙂
Terimakasih Fety
Bu,
Jadi orang tua itu memang gak gampang ya bu. Saya aja sekarang suka pusing nih ngatur si vaya hahaha.. bandelnya minta ampun.
Kalau sudah begitu saya pasti mencoba mengingat2 bagaimana dulu kedua orang tua mendidik saya dan abang saya…
Betul Zee..
Tapi entah kenapa walau anak bandel, kita tetap menyayangi mereka
Yang pusing adalah bagaimana kita mengajarkan hal-hal bagi anak kecil, yang dia sendiri masih sulit memahami…
Selamat ulang tahun, Mbak Enny. Semoga usia yang sudah dilalui membawa berkah, dan semoga usia yang akan dijelang penuh dengan rahmat Allah. Amiin …
Iya, Mbak Enny banyak bercerita tentang Si Sulung dan Si Bungsu, tempo hari waktu saya menginap di rumah Mbak Enny. Pengin sekali bertemu langsung dengan mereka … 🙂
Terimakasih mbak Tuti….
Anak saya keduanya ramai….suka ketawa-ketawa…jadi suka menghabiskan pulsa telepon, tiap telepon mesti lebih dari lima menit padahal keduanya jauh. Tapi senang mendengar suara mereka dan candaannya. Mudah2an suatu ketika mbak Tuti sempat ketemu….kapan ya???
selamat ulang tahun Bunda..
semoga keselamatan dan kesehatan senantiasa diberikan Allah kepada Bunda sekeluarga..
amin…
hm.. karena saya belum jadi ibu, saya hanya bisa berkaca sebagai anak.. oh.. gitu ya perasaan seorang ibu terhadap anak2nya.. perasaan yang mungkin sebelumnya tidak terbayang oleh saya..
salam buat si sulung dan bungsu yaa
Terimaksih Anna, ucapan selamat dan doanya…
Hmm nanti Anna akan mengalami…dan rasanya semakin mereka besar semakin menyenangkan karena bisa menjadi sahabat
Selamat Ulang tahun Mbak Ratna. Semoga Panjenengan bisa menjadi teladan bagi ibu-ibu di Indonesia, seperti halnya saya banyak belajar mendidik kedua anak saya dari Panjenengan. Amin.
Terimaksih mbak Puspita..
Syukurlah jika tulisan di blog yang tak seberapa ini bisa bermanfaat.
terpesona.. termenung, dan mungkin bertanya tentang bagimana kita dengan ibu kita..
btw selamat ulang tahun bu.. salam hormat.
Terimakasih…..
Tulisan ini juga mengingatkan diriku sendiri pada ayah ibu alm, bagaimana perasaan beliau terhadap anak-anaknya…sayang tak sempat tahu, walau saya merasakan beliau sangat menyayangi putra putrinya…selalu mendorong kami untuk lebih berani dan mandiri
Ibu, kau amat bijak
Moga berkah selalu hidupmu
Terimakasih Achoy….engkau nanti juga akan menjadi seorang ayah yang baik…
setelah selama ini menjadi silent reader saja 😀
Selamat ulang tahun bunda eny,
bahagianya mampu mengantarkan putra-putri hingga menginjak dewasa dengan tuntunan yang bijak,
pelajaran berharga buat anis…
Terima kasih Bunda 🙂
Anis,
Makasih kunjungaannya..ucapan selamat dan doanya….
Semoga tulisan saya yang sederhana bisa bermanfaat bagi ibu-ibu yang masih muda…
Ibu yang kesabarannya seluas samudra tanpa batas nih mba 🙂
Menjadi ibu, memang harus punya jiwa sabar..jika belum bisa harus dilatih..hal ini agar anak-anak kita merasa nyaman di rumah, bisa mengobrol dengan ibu (dan harus bisa pasang wajah datar saat mereka cerita hal-hal yang mengkawatirkan).
Salam kenal ya bunda
Salam kenal juga
Selamat ulang tahun Ibu Enny, maaf terlambat…
Saya bersyukur bisa membaca posting ini, banyak hal yang saya dapatkan di sini. Tidak ada sekolah yang mengajari bagaimana menjadi seorang ibu yang baik, tapi dari tulisan/pengalaman Ibu ini, saya mendapatkan sesuatu, bagaimana kelak memberi contoh tindakan yang baik pada anak-anak dan bulan hanya sekedar bicara.
Terima kasih untuk sharingnya Bu Enny…
Makasih Nana, ucapan dan doanya.
Awalnya saya malu menuliskan pengalaman pribadi, karena sebetulnya banyak buku yang mengajarkan bagaimana hubungan orangtua dan anak, serta cara mendidik anak. Namun orang2 terdekatku, memintaku terus menulis, belakangan malah anakku juga meminta, karena ternyata teman2nya banyak yang baca blog ini, dan pengin mendapatkan pengalaman.
Selamat ulang tahun ibu enny…
terima kasih banyak atas sharingnya via blog ini. sebagai seorang ibu muda, sharing ibu bagaikan air di gurun. hehehe… tiba2 jadi puitis. tapi bener lhooo…
semoga ibu selalu sehat, sukses, banyak rejeki en makin disayang suami+anak2 serta Allah.
kapan dolan kesini…
Syukurlah jika blogku bisa bermanfaat bagi orang lain.
salam kenal..bahwa pembangunan nasional in bisa, jika kebeerhaslan ini tercapai dikeluarga…keluarga adalah bagian dr pembangunan bangsa