Semalam di Solo

Dalam kesempatan menghadiri undangan acara di UNS, saya diajak teman tidur dirumah masa kecilnya, yang saat ini rumah tersebut  hanya ditunggu oleh salah seorang kerabatnya. Rumahnya yang terletak di Carangan, Baluwerti, jeron beteng kraton Surakarta sangat nyaman dan dekat kemana-mana.

Soto ayam gading, teh nasgitel dan jeruk panas membuat rasa lelah hilang

Siang itu, setelah menempuh perjalanan dari Yogya ke Solo, kami mampir  untuk makan siang di Soto Gading, yang terkenal karena enaknya. Rasa lelah dan “agak pusing” karena sergapan abu Merapi langsung hilang dan semangat jalan-jalan untuk menyusuri kota Solo, muncul kembali.

Setiba di rumah teman, setelah berganti baju, kami menikmati naik becak berdua ke PGS (Pusat Grosir Solo). Temanku ini memang asli Solo, jadi beliau pintar menawar dan melihat barang bagus, kebalikan dariku yang hanya suka beli yang sudah harga pas (dijamin di arena tawar menawar saya suka tertipu karena tak tahu harga). Di satu sisi, saya suka nggak pede jika belanja sendirian, jadi jarang sekali belanja….akibatnya saya terlihat memborong kalau kebetulan barengan teman….Di salah sebuah toko, yang merupakan langganan temanku, saya nyaris tak beranjak, beli daster (termasuk untuk  pasukan garis belakang), beli blouse batik beraneka ragam, hem batik untuk suami dan anak. Selanjutnya kami titip barang di toko tersebut, untuk melanjutkan ke toko yang menjual sprei dan sarung bantal. Wahh bingung memilihnya..akhirnya saya ikutan lagi (hahaha…), apa yang dibeli temanku, saya ngikut…yang jelas tak perlu menawar dan barangnya memang bagus.

Mbak penjual sprei di Pusat Pasar Grosir Solo

Saya beli sprei untuk rumah Jakarta dan Bandung, juga sarung bantal kursi dari batik. Kalau nggak ingat membawanya susah, mungkin kami masih muter terus…akhirnya saya beli tas besar, karena koper saya jelas tak muat lagi. Ternyata diluar hujan deras, jadi kami minta tolong dipanggilkan taksi untuk pulang ke rumah.

Malamnya, ada sms dari dosen UNS, mengajak mengobrol dan makan malam. Karena janji ketemunya jam 19.30 wib dan saya sudah lapar berat, saya memutuskan untuk sedikit makan dulu di rumah, kebetulan di Yogya tadi pagi sebelum pergi ke Solo beli gudeg. Ternyata gudegnya enak sekali, jadi saya makan nya menambah…waduhh bagaimana ini, padahal kan mau diajak keluar makan malam.

Ternyata pak Dosen orang dari luar Solo, sehingga lumayan ribet juga mencari jalan Carangan, jadi agak malam baru ketemu. Kami segera menuju Gladag, tempat jajanan kota Solo yang terkenal, yang lokasinya persis di jalan depan PGS yang saya datangi sore tadi….jalannya kalau malam ditutup untuk kendaraan bermotor dan  disulap menjadi tempat jajanan aneka rupa. Sayang sekali cuaca kurang mendukung, sehingga pengunjung Gladag tak terlalu ramai.

Cabuk rambak
Wedang kacang

Kami memesan sabuk rambak, bubur kacang (saya baru kali ini makan bubur kacang), nasi liwet yang dimakan rame-rame. Obrolan berlangsung seru, membahas tentang manajemen risiko, kaitannya dengan Perguruan Tinggi, serta bagaimana menerapkan hal tersebut. UNS sendiri telah ada materi kuliah “Manajemen Risiko” sehingga besok acaranya akan dihadiri oleh para Dosen dan mahasiswa S1 dan S2 Fakultas Ekonomi. Tak terasa malam makin larut, dan kami segera pulang karena besok pagi akan hadir di acara yang diadakan UNS.

Malam itu tidurku sangat nyenyak, pagi-pagi sudah mandi dan siap untuk menghabiskan acara hari itu. Temanku mengajak jalan-jalan melihat lingkungan sekitar. Saya melihat gerbang kuno yang ada di rumah penduduk dalam jeron beteng ini, di atas pintunya ada tanda PB X, jadi pembangunan beteng dan kraton ini dilakukan pada zaman PB X.

Pintu Gerbang pada masing-masing rumah punggawa kraton dengan tanda PB X

Sayang sekali ada beberapa rumah kuno yang telah direnovasi, sehingga rasanya kurang sesuai….padahal jika renovasinya sesuai dengan bagunan aslinya sangat indah sekali.

Kami meneruskan jalan kaki memasuki jalan Wirengan, mampir untuk beli gudeg di mbah Rejo, yang masih sepi karena masih pagi. Mbah Rejo ini langganan temanku sejak dulu, sejak dia masih kanak-kanak, makin siang pelanggannya makin banyak.

Gudeg mbah Rejo di jalan Wirengan, jeron beteng, kraton Solo

Pak Becak menunggu pelanggan, menikmati dulu makan lontong gudeng mbah Rejo

 

 

SD Kasatryan, menggunakan papan petunjuk Jawa Kuno

Kami melewati bangunan ke arah SD Kasatryan yang masih menggunakan tulisan bahasa Jawa. Di masa lalu, SD ini khusus untuk para anak laki-laki keluarga kraton bersama kerabatanya, termasuk para abdi dalem kraton. Kata temanku, rumahnya mendapatkan semacam surat dari Kraton yang berupa petunjuk untuk menempati rumah tersebut, karena kakeknya dulu adalah Carang, yang artinya ahli sastra. Jadi nama jalan di depan rumahnya adalah Carangan, yang merupakan rumah para ahli sastra kraton Solo.

Pintu gerbang ke arah alun-alun selatan, kraton Solo

Memasuki arah pintu gerbang alun-alun selatan Kraton Solo, saya melihat di kiri jalan ada lesehan dan beberapa pembeli yang menikmati makan sambil duduk  lesehan. Saya akhirnya ikutan duduk lesehan dan menikmati makan gudeg dipincuk dan segelas teh manis dari mbok Manto, yang dibantu suaminya. Saya melihat interaksi antara mbok Manto dan suaminya yang menarik, betapa mereka telah mengarungi hidup berdua dengan saling membantu, dan kemesraan keduanya yang terpendam mengingatkan saya pada orang-orang zaman alm orangtua dan juga tetanggaku yang sekarang sudah beranjak lanjut usia. Kemesraan dalam hubungan suami isteri yang halus, tak meledak-ledak, namun sungguh tulus.

Nasi liwet mbah Manto, dan segelas teh manis hangat untuk sarapan

 

Mbah Manto dan suami, melayani pembeli

Setelah kenyang dan menikmati segelas teh manis panas nasgitel, kami meneruskan perjalanan untuk pulang ke rumah dengan membawa perbekalan (lontong gudeg, nasi liwet, ketan urap manis) untuk kerabat temanku bersama putra putrinya. Dijalan saya melihat ada warung Dongo, rupanya Dongo ini berarti minuman…..tadinya saya pikir sejenis makanan.

Tak lama kemudian telah terlihat rumah temanku, kami menaruh makanan di meja makan agar para anggota keluarga bisa menikmati makan yang tadi di beli. Saya sendiri, rupanya setelah jalan-jalan lapar lagi, dan menghabiskan lontong gudeg, serta ketan parutan kelapa yang diberi juruh (sirop) dari gula merah….sedaaap, mudah-mudah an masih ada waktu untuk menurunkan isi perut sebelum dijemput untuk ke acara pagi ini.

Iklan

19 pemikiran pada “Semalam di Solo

  1. bubur kacangnya kacang apa bu? kacang hijau atau peanuts?

    jadi teringat Dongo dalam bahasa makassar artinya dungu 😀

    Saya belum pernah pergi ke Solo Bu. Nanti sekali waktu ingin mampir karena adik ipar saya asalnya dari Solo.

    EM

    Bubur kacang merah..yang untuk sambel itu (peanuts)….hehehe…rasanya agak bagaimana gitu lho..tapi enak.
    Ternyata banyak makanan aneh-aneh di Solo, seperti cabuk rambak, saya juga baru kenal…padahal aslinya rumahku tetanggaan sama Solo….hehehe

  2. Kangen Solo!
    Saya dulu setiap hari minggu slalu ‘nglaju’ ke Solo dari Jogja untuk main musik di gereja. Hal itu terjadi kira-kira tahun 2002-2003, Bu…

    Sekarang saya pengen main ke Solo terlebih karena salah satu sahabat saya yang sama-sama main musik meninggal Januari lalu…

    Posting ini bikin kangen 🙂

    Hehehe…beberapa kali ke Solo, saya suka suasananya
    Sayangnya saat kesana kayak terburu waktu…dan hanya sambil lewat.
    Makanannya enak-enak, namanya aneh-aneh, dan murah meriah. Temanku kaget…lha makan bertiga kok nggak nyampe Rp.50.000,- padahal kalau di Jakarta, pada kondisi sama minimal Rp.100.000,-

  3. saya belum pernah ke keraton solo, moga suatu saat kalo ada kesempatan ke sana 😀
    btw memang asyik2 makanan di solo, terasa solo banget, kalo kota2 lain sepertinya sudah umum makanannya 🙂

    Saya juga baru sekali, masih SD..kali ini jalan-jalan nya di luar kraton Solo, tapi masih di jeron beteng…..
    Kan dulu para punggawa, ahli sastra, keprajuritan dapat rumah dinas di dekat kraton, dan masih dalam beteng, agar bisa dipanggil sewaktu-waktu

  4. Saya pernah beberapa kali ke Solo.
    Memang kesan jawa lama masih terasa di sana terutama di wilayah yang tidak berdekatan dengan pusat keramaian.

    Untuk makanan, kebetulan saya termasuk yang tidak terlalu bingung dengan pemrosesan isi perut. Yang penting enak dan murah. Itu sudah cukup. hehehe…

    Kalau boleh usul, foto pada saat di perjalanan dan pemandangan alamnya lebih diperbanyak ya Bu…

    Wahh iya ya…kali ini memang lagi cerita banyak tentang makanan
    Lha cuma semalam, tapi sudah makan berbagai macam penganan…hehehe

  5. 🙂

    saya yang di dekat dengan solo aja belum pernah jalan2 sedetil Bunda Enny 🙂
    kalo ke sana paling sebentar ajah..

    ohya, sempat makan serabi gak Bunda? enak lhoo…

    Kali ini nggak makan serabi Anna..karena penginnya yang panas-panas…badan agak pusing dan lelah setelah kena abu terus selama di Yogya.

  6. cabuk rambak itu rambaknya dikasih bumbu kacang gitu ya bu? menarik ya.. hehe.

    kayaknya makanannya menarik2 ya bu… huahaha yang dikomen makanannya doang.. 😛

    Hehehe…betul Arman…..cabuk rambak, seperti lontong diberi sambel kacang ditambah krupuk

  7. Wah senangnya. Selama ini saya ke Solo hanya lewat-lewat saja jika akan pergi ke kota2 di Jawa Timur.

    Gudegnya enak bu? Enak mana dengan yang di Wijilan. Ataukah Gudeg di Solo punya ciri khas yang berbeda dibandingkan di Yogya?

    Rasanya sama-sama enak, tapi berbeda…..
    Di Yogya menurutku lebih manis….di Solo nggak terlalu manis.

  8. Duuh..jadi kangen ke Solo..sejak swargi bapak seda, kami jadi jarang kesana lagi. Oya, jadi penasaran juga sama cabuk rambak itu…sering denger tapi blom pernah nyoba…

    Solo memang terkenal dengan kulinernya…..
    Saya juga jarang kesana, hanya sesekali dan selalu dapat pengalaman unik

  9. saya kangen banget ama gudeg solo yang saya rasa malah enakan di banding jogja, dan juga sotonya….aduh senengnya bulan depan saya juga libur ke indo bu..heee

    Gudeg Solo yang dimana mas Boyin?
    Kapan pulkam ke Indonesia…kita bisa ketemuan…

  10. Lebaran Idul Adha kemarin, saya mengajak keluarga ke Solo Bu Enny…
    Meski saya sudah beberapa kali ke Solo, tapi baru kali ini yang bisa berwisata di sana. Solo memang unik dan asyik… 🙂

    Betul Uda…makanan nya asyik-asyik…
    Murah lagi……

  11. Wah… ini dia.Bagusnya sih kalau di Solo kita makan sedikit saja, sekadar icip-icip, supaya tidak kenyang, sehingga masih muat untuk kudapan berikutnya 🙂

    Betul sekali paman….soalnya apa-apa enak, tapi perut udah nggak muat

  12. Subhanallah…
    Seru banget kisahnya, Bu…
    Saya jadi ingat, waktu saya ke Solo juga sibuk beli seprei dan jarik. Akhirnya kerepotan sendiri pas bawanya 😀

    Hehehe..iya, lapar mata.
    Dan tasnya menambah untuk bawa barang-barang tsb, untung tak melebihi kapasitas bagasi.

  13. saya paling suka kalo pas malem di depan PGS. jalanny ditutup, trus dibuka pusat kuliner. mantepe poll. langsung santap tengkleng, yihaaa

    Kayaknya kalau nggak hujan rame ya….sayang saat itu habis hujan deras, jadi tempat parkiran becek

  14. Djaswadi

    aku seneng banget lihat gbr-2 dan setelah membaca … inget waktu masih kecil di SD Kasatriyan Surakarta ….

    Berarti rumahnya daerah sekitar Beteng ya

Tinggalkan Balasan

Isikan data di bawah atau klik salah satu ikon untuk log in:

Logo WordPress.com

You are commenting using your WordPress.com account. Logout /  Ubah )

Foto Facebook

You are commenting using your Facebook account. Logout /  Ubah )

Connecting to %s