Saat itu saya baru saja masuk Novotel Hotel di Yogya, setelah perjalanan panjang dari Semarang ke Yogya melalui Muntilan yang mengharu biru. Sms adikku yang tinggal di Semarang masuk ke ponselku, menanyakan kabar adik bungsuku, karena anaknya menelpon, kok Om Yong (panggilan ke adik bungsuku) status di FB nya sedang di Harkit. Adikku yang tak tahu singkatan Harkit, bertanya apa maksudnya. Saya segera telepon adik iparku di Jakarta, ternyata suaminya mengeluh sesak nafas, setelah ke dokter disarankan ke RS Harkit (Harapan Kita).
Rupanya setelah itu adikku tak boleh pulang ke rumah, dan harus menjalani perawatan di ruang intermediate untuk diperiksa apa penyebab sesak nafas tersebut. Setelah saya renungkan, saat ke Malang beberapa bulan terakhir, dia sudah mengeluh agak sesak nafas, namun kemudian reda setelah minum air putih. Saat itu disangka karena tekanan darah tinggi nya naik, maklum saat bertandang ke salah satu keluarga, makannya nambah saat disuguhi rawon dan sate. Kami semua tak pernah berpikir yang lain-lain, hanya menyarankan agar kontrol ke dokter setelah sampai di Jakarta. Adik bungsuku ini tak pernah sakit parah, dan belum pernah dirawat di Rumah Sakit, berbeda dengan saya yang telah beberapa kali di rawat di rumah sakit. Kalau sakit, paling-paling flu atau kelelahan, yang sudah langsung baik jika istirahat cukup. Dan dia tak pernah pijat, saat status FB nya mengatakan agak lelah, dan saya menyarankan agar pijat, dia menolak karena memang tak pernah pijat. Tentu saja, mendengar dia sakit jantung membuat saya dan adikku yang di Semarang menjadi kaget. Kami bertiga bersaudara, saya paling sulung, kemudian adik perempuanku tinggal di Semarang dan adik bungsuku (laki-laki) tinggal di Pondok Gede.
Makin kaget lagi, saat Senin siang saat saya masih di Solo, adik iparku telepon, posisiku dimana? Rupanya suaminya sempat jatuh pingsan di kamar mandi rumah sakit. Padahal di ruang intermediate dijaga oleh perawat 24 jam, saat itu adikku ingin ke kamar kecil (yang ada dalam ruang intermediate) tanpa ditemani. Perawat tak keberatan, hanya berpesan agar pintu tak dikunci. Betapa kagetnya saat perawat mendengar ada suara jatuh…adikku sadar saat sudah dikerumuni perawat dan dokter. Sejak itu tak boleh turun dari tempat tidur dan di beri kateter. Rasanya hati ingin segera ke Jakarta, tapi hari Selasa saya masih harus menghadiri acara di UNS. Selesai acara di UNS, dengan penerbangan terakhir melalui bandara A.Yani Semarang, saya langsung pulang ke Jakarta dan besoknya menengok di RS Harkit.
Suami saya, pagi-pagi berangkat dari Bandung, rupanya tertahan di Tol Cikunir-Simatupang, karena ada Obama yang memberikan kuliah di UI. Jadi saya sms suami, bahwa sebaiknya ambil jalan alternatif lain, dan ketemu saja langsung di Harkit. Syukurlah suami bisa putar arah dan ketemu di Harkit saat jam besuk masih buka. Saya trenyuh melihat adikku terkapar tak berdaya, ada selang infus dan selang yang menyambung ke alat monitor jantung, serta selang di hidung untuk membantu pernafasannya, wajahnya sangat pucat. Seperti biasa, dia ingin mengobrol, tapi saya mengatakan agar sebaiknya menghemat tenaga….dan sementara memang dilarang untuk bicara. Sebetulnya yang dikawatirkan adikku adalah anak bungsunya, yang saat ini sedang ikut pendidikan masuk sebuah Bank BUMN. Saya katakan, pendidikan memang sistim gugur, tapi kita harus percaya pada anak, dia akan berusaha semampunya. Dan dia harus tenang karena dua anaknya telah selesai, yang sulung sudah menikah dan bekerja di Kalimantan, sedang bungsunya baru saja diterima untuk masuk ke sebuah Bank dan sedang menjalani pendidikan. Saya katakan, tak perlu ada yang dikawatirkan, apalagi zaman sekarang komunikasi sudah canggih, selama pendidikan masuk asrama, semua ditanggung perusahaan, yang dibutuhkan hanya belajar rajin agar lulus.
Adikku yang di Semarang baru bisa bergabung besoknya, rupanya hari Rabu itu semua kereta api dari Semarang, baik tujuan Jakarta maupun Surabaya dibatalkan. Saya hanya memesan melalui si mbak di rumah, agar nanti mengantar adikku ke RS Harkit, karena hari itu saya harus masuk kerja. Suami segera mengirim bantuan, sopir saya di Bandung diminta untuk ikut bergiliran jaga di rumah sakit, karena saat di intermediate room, setiap saat keluarga dipanggil, jika membutuhkan sesuatu. Setelah 10 hari lebih, akhirnya adikku bisa dipindah ke ruang perawatan, latihan mobilisasi, agar nanti saat pulang ke rumah tidak kaget. Setelah genap dua minggu, adikku boleh pulang ke rumah dan kontrol hari Selasa berikutnya. Selama proses berikutnya, adikku harus cek kesehatan, gigi, THT, dan setiap kali harus kontrol, dokter akan mendiskusikan penyakitnya dan membahas tindakan selanjutnya. Namun dokter yang merawatnya sudah memberikan gambaran, ada kemungkinan adikku harus mengikuti Bental prosedure (operasi bypass), karena pembuluh aortanya (pembuluh darah ke arah jantung) telah menggelembung lebih dari 5 cm, yang dikawatirkan bisa pecah. Karena kawatir, saya meminta adikku sementara tinggal di rumahku, agar lebih dekat kemana-mana, dan ada yang menemani karena saya tidak bekerja full time. Isteri adikku, perwira menengah di ABRI, sangat sibuk, sehingga kawatir jika terjadi apa-apa karena dirumahnya hanya ada pembantu yang bekerja part time (pulang sore/siang). Syukurlah adikku dan isterinya mau sementara tinggal di rumahku, dan saya juga senang bisa ikut mengawasi, sehingga hati ini tidak selalu deg-deg an.
Kemarin, adikku mulai periksa ke dokter gigi, diantar si mbak, karena isterinya juga sibuk di kantor. Saya sudah berpesan agar si mbak juga ikut masuk ke ruang dokter dan juga harus cerita kalau adikku sakit jantung. Entah karena menunggu cukup lama, dan kebetulan belum makan malam, saat diperiksa tekanan darahnya hanya 90/10 mm Hg…dokternya terkejut, dan langsung bertanya “Apa yang bapak rasakan?” Adikku menjawab, “Rasanya mau pingsan.” Langsung dokter memerintahkan si mbak beli roti dan teh manis… setelah makan, tekanan darah naik, namun yang bagian bawah masih 30 mm Hg. Dokter gigi tak berani melanjutkan perawatan, jadi adikku disarankan untuk pulang dulu, biar istirahat. Kemungkinan kami akan mencoba perawatan gigi dan THT di RS Harkit saja, sehingga jika ada keadaan darurat lebih cepat tertangani. Pagi ini saya mulai menelpon RS Ibu dan Anak Harapan Kita, untuk mengecek waktu praktek dokter THT dan dokter gigi.
Semoga adikku akhirnya mendapat perawatan yang memadai, bisa sembuh dan normal kembali.
Semoga adiknya cepat sembuh ya Bu Enny…
Terimakasih doanya Uda…
Iya, sekarang saya paksa (desak) untuk tinggal dirumahku, biar selalu ada orang….
turut merasakan kejadian yg ibu alami, semoga adiknya segera baikan seperti sedia kala.. 🙂
jadi harus jaga2 diri biar sehat jg nih bu 🙂
Terimakasih atas doanya, Arul
semoga adiknya cepet sembuh ya,
disaat seperti itu memang membuat kita bingung dan sangat khawatir
Terimakasih doanya
Ternyata ngaruh yah gigi dan jantung?
Dari pemeriksaan gigi akan terlihat kita sakit atau sehat. Ingat isterinya pakde Kris, ketahuan kalau terkena leukemia saat sakit gigi dan pergi ke dokter gigi di Jayapura. Dokternya menyarankan langsung ke RSCM Jakarta..ternyata leukemia….
semoga adik-nya cepat sembuh ya Buuuu…
Terimakasih doanya Chic
Semoga lekas sembuh om yon…saya dan suami ikut mendoakan dari jauh 🙂
Makasih Pop…saya juga belum sempat ke Bandung…..
semoga adik ibu cepat sembuh, bu.
Makasih Fety
Waa.. sakit jantung dan di Harkit ya Bunda. Cindy, kerja di sana. Kalau sampai dirawat lagi atau akan di by pass kasih tau ya.. Semoga adiknya cepat sembuh, Bunda..
Makasih mas Nug tawarannya….saya pasti ngabari nanti
Sekarang memang masih perawatan untuk ngecek gigi, THT dan lain-lain.
Untuk amannya, nanti check up nya di RS Harkit juga….
Semoga saudara Bu Enny cepat sembuh dan kehidupannya berjalan normal lagi 🙂
Terimakasih doanya, Akin
Semoga adiknya cepat sembuh bu. Saya juga sering mengalami jantung yang sering berdebar-debar dan sesekali disertai rasa sakit, namun belum pernah saya periksakan ke dokter.
Coba Ifan periksa ke dokter, semoga bukan karena sakit jantung
Semoga adiknya cepat diberi kesembuhan dan dapat segera beraktifitas seperti sedia kala ya Mbak.. turut prihatin…
Terimakasih doanya…
Desya doakan semoga adiknya bunda cepat sembuh, dan diberi ketabahan amin…
Bunda jg jaga kesehatan ya, jangan terlalu capek.., semoga semua baek” aja.. 🙂
Makasih Desya…iya, memang harus gantian jaga
aaah ibu saya bisa merasakan kepanikan saat itu. Juga pikiran adiknya ibu memikirkan anak-anaknya. Sampai kapanpun anak-anak memang menjadi pokok pemikiran orang tua ya.
Saya juga harus operasi mencabut gigi paling belakang di RS besar, karena jika terjadi apa-apa bisa langsung ditangani bagian lain. Tapi karena jauh, dan gigi itu sebenarnya tidak sakit/mengganggu (hanya patah saja) maka saya belum pergi pergi sampai sekarang.
Untung saja sekarang tinggal sama ibu ya…bisa berkurang banyak kekhawatirannya. Semoga cepat sembuh ya
EM
Betul EM..orangtua selalu kawatir terhadap anak-anaknya, walau anaknya sudah besar….
Gigi belakang kadang juga bikin runyam EM..saya dulu operasi di LADOGI (khusus untuk rumah sakit gigi AL, dibelakang RSAL Mintoharjo)..dan ternyata proses nya lama sekali..gi saya tumbuh miring kebelakang….
Si sulung operasi gigi, sekaligus mencabut 4 (empat) gigi geraham paling belakang sebelum berangkat ke Aussie..dan dibius total, di RS Medistra gara-gara saya kawatir.
Semoga sang adik segera sehat kembali bu…dan semoga semua keluarga diberi kekuatan dalam menjalani cobaan ini….
Terimakasih Mechta atas doa nya
semoga cepat sembuh………serta para sdr n keluarga yang sabar ya………
Terimakasih doanya
moga cepet sembuh, ya mbak dan semoga bs kembali beraktivitas dengan mbak.
salam kenal,
Terimakasih
semoga cepat sembuh adiknya bu..doa saya dari sini..
Terimakasih doanya kang Boyin
Semoga adik Ibu lekas sembuh. Amin.
Terimakasih doanya, Dian
Cepat sembuh ya Bu untuk adiknya… doa seorang kakak pasti sangat berarti untuk kesembuhannya… (saat ini adiknya Mama juga sedang sakit dan kami cukup prihatin dengan kondisinya.. mohon doanya pula, Bu)
Terimakasih Don doanya. semoga adik mama nya Donny juga cepat diberi kesembuhan.
Semoga adik Bu Enny lekas sembuh ya Bu..
Doa kami..
Terimakasih Nana, doanya
semoga cepat sembuh aja ya
Terimakasih
moga2 adiknya segera pulih kondisinya ya bu…
aduh itu tekanan darahnya 90/10 itu kan rendah banget ya…
Terimakasih doanya Arman..
Iya betul yang bawah rendah sekali…..
Justru itu harus dimaintain dulu, yang atas tak boleh tinggi, dan yang bawah tak terlalu rendah…..
Saya turut sedih Bu. Namun, biar bagaimanapun juga, dari sini kirim doa semoga beliau cepat sembuh dan keluarga sekerabatnya juga diberi ketenangan dalam menghadapi issue ini.
Terimakasih Bangaip, atas doanya
Allah Yang Maha Menyembuhkan, semoga Allah mengangkat penyakit adik Ibu ya bu, kami bantu doa bu.
Terimaksih doanya, Tini
semoga cepet sembuh adiknya..
soal tensi.. hm.. saya juga tensi rendah banget… yang atas aja kadang cuman 95.. kira2 itu normal gak ya.. jadi takut nih
Terimakasih Anna atas doanya.
Berarti Anna termasuk tekanan darah rendah…jika sudah 90/60 mm Hg, badan saya agak melayang..tensi saya rata-rata 100-105/70 mm Hg…ini normal untuk orang yang punya tekanan darah rendah.
Semoga Pak Trijoko cepat sembuh ya Mbak. Saya sempat baca status fbnya waktu di Harkit, dan sempat nulis komen juga …
Kesehatan memang harus dijaga baik-baik, karena itu yang utama dalam hidup ini.
Terimakasih mbak, sudah disampaikan salam nya
turut prihatin atas keadaan adik ibu, semoga keadaan ini tidak berlangsung lama. Semoga adik ibu lekas diberikan kesehatan dan kesembuhan kembali ya bu..semoga seluruh keluarga diberikan kesabaran dan ketabahan dalam menjalani cobaan ini. amin
Terimakasih doanya