Mainan saat masih kecil

Di daerah Jawa, banyak permainan tradisional yang diikuti dengan nyanyian atau tembang (bahasa Jawa). Menurut wikipedia, tembang dolanan ini masih banyak terdapat di wilayah Banyumasan. Tembang dolanan itu biasanya untuk mengisi waktu jam istirahat di sekolah, masa liburan, dan jika malam hari saat terang bulan, yang dimainkan oleh beberapa anak dilapangan atau halaman rumah yang cukup luas untuk daerah pedesaan atau kota kecil. Masa kecil saya, di kota diujung barat Jawa Timur, permainan anak tak harus berharga mahal, namun bisa diambil dari alam sekitar. Membuat mobil-mobilan bisa dari pelepah pisang dan kulit jeruk, yang pohonnya banyak terdapat di sekitar rumah. Rumah warga umumnya mempunyai halaman cukup luas, ditanami buah-buah an dan sayuran, sehingga praktis kebutuhan sehari-hari dapat dipenuhi dari halaman rumah, kecuali beras, minyak dll.

Tembang dolanan, dan gejuk lesung (diambil dari jogyanews.com)

Jika saat terang bulan, biasanya kami berkumpul di halaman, anak-anak bermain melingkar dengan tangan dibahu teman didepannya, sambil menyanyikan tembang (lagu), mulai dari padang mbulan, suwe ora jamu, pitik tukung, te kate dipanah, cublak-cublak suweng dan sebagainya. Para ibu menemani anak-anaknya dengan menggelar tikar, tak jauh dari kalangan yang dibuat oleh anak-anak….entah mungkin saat itu karena daerah saya belum dialiri listrik, sehingga terang bulan merupakan masa yang ditunggu-tunggu. Setelah saya kelas IV SD, orangtua pindah ke rumah sendiri, yang terletak dipinggir kota, namun telah ada listrik. Semakin saya besar, tanggung jawab terhadap pelajaran juga makin berat, ibu menerapkan aturan agar anak-anak saat Magrib sudah di rumah. Kadang-kadang saya masih bisa bermain bersama anak tetangga di sore hari menjelang Magrib, karena kondisi tetangga juga berbeda dengan kampung lamaku. Permainan ini, antara lain: bekelan, dakon, jumpritan, egrang, gobak sodor, layangan (biasanya anak laki-laki), jamuran (membentuk kalangan seperti lingkaran, dengan tangan saling menggenggam tangan teman dikiri kanan, menyanyi sambil maju mundur). Bijih dakon umumnya dikumpulkan dari bijih sawo manila atau sawo kecik, dipilih mungkin karena warnanya lebih bersih dibanding sawo biasa.

 

Buah sawo (jika sawo manila, biji nya berwarna merah muda). Diambil dari http://www.frangipani.com

 

Pohon sawo manila ini jarang ditemui, sehingga kami menyimpan biji sawo manila dengan hati-hati. Belakangan ini si mbak suka membawakan buah sawo yang dibeli dari pasar, sayangnya bukan sawo manila, namun sawo yang biji nya berwarna hitam, seperti pada gambar. Saya menyukai buah sawo yang rasanya manis, jika kurang matang ada rasa sepet nya.

Selesai makan malam dan belajar, biasanya ibu membiarkan kami bertiga (saya dan kedua adik) bermain di tempat tidur, sambil menyanyi. Kadang ibu ikut serta menikmati permainan kami. Permainan yang biasa dilakukan adalah cublak-cublak suweng, saya sekarang bingung juga kenapa mainan ini yang dilakukan saat mau tidur ya….

Sayang, permainan ini tak bisa dinikmati anak-anak ku. Namun saya bersyukur, saat itu kami tinggal di kompleks yang lingkungannya masih hijau, dan anak-anak saya sekolah di SD dekat rumah. Mereka masih bebas berlarian, juga panjat memanjat bersama anak tetangga maupun teman sekolahnya. Mainan dari pelepah pisang jelas tak mungkin, karena terbatasnya lahan, tak memungkinkan untuk ditanami dengan pisang. Namun mereka masih bisa bernyanyi bersama teman, kadang kami bermain sekeluarga, anak saya main organ, piano, ayahnya gitar dan bisa bernyanyi bersama, tentu saja suara saya yang fals ini harus pelan supaya tak mengacaukan nyanyian.

Iklan

27 pemikiran pada “Mainan saat masih kecil

  1. saya jadi teringat masa kecil dulu waktu main-main sama teman-teman di desa…

    melihat bulan purnama say dan anak-anak yang lain bermain bersama…

    indah…

    Memang indah…..dan anak-anak terbiasa sosialisasi sejak kecil.

  2. Bu kayaknya beberapa permainan2 tradisionalnya hampir mirip di seluruh Indonesia, cuman nama2nya berbeda2….
    ah saya masih dapat permainan2 tradisional itu, yang saya membayangkan adalah anak2 yang tinggal di Ibukota, mainnya cuman PS dan internet, game2 online….. Semakin sulit mendapatkan mereka paham permainan daerah.

    Guru2 seharusnya jeli sekali2 menyisipkan permainan tradisional dalam pengajarannya, sehingga tak lupa budaya 🙂

    Dan saat masuk kerja yang dinilai antara lain adalah team work..makanya sekarang ada outbound, in bound dan lain-lain….karena bagaimanapun, dalam bekerja kita akan selalu terlibat dalam tim, untuk mengerjakan proyek bersama. Jarang sekali pekerjaan yang hasilnya tergantung pada kemampuan kita sendiri.

  3. Meski saya lahir sudah ada listrik tapi saya ingat waktu masih balita dulu, waktu bulan purnama tiba ya masih banyak orang ngumpul di tanah lapang di desa, membawa anak-anak dan beramah tamah di sana.

    Kalau mainan saat kecil yang masih saya ingat banyak, Bu.
    Mulai dari mpu-mpu (mbikin bola2an dari tanah dan bata lalu ketika sudah kering diadu), bethik, nekeran (kelereng) dan masih banyak lagi.

    Mainan anak jaman sekarang: iPhone 🙂

    Kita mesti mengusahakan agar anak-anak juga terbiasa berlatih dalam kelompok. Mungkin latihan seni, olahraga dan lainnya. Bagaimanapun kemajuan teknologi memang penting, tapi dalam bekerja dan kehidupan sosial, perlu ada kebersamaan dan kepedulian pada sesama.

  4. Bermain waktu masih jaman kanak2 memang mengasyikkan, kalau di daerah saya dulu ada galah, sorodot gaplok, main perang2an dengan senapan dari bambu dan pelurunya dari biji jambu.

    Anak jaman sekarang mainannya lebih banyak pada mainan teknologi; play station, game komputer, nonton tv berbagai channel, dll.

    Sebaiknya permainan tradisional ini tetap dikenalkan oleh para pendidik mereka di sekolah, dan juga orang tua di rumah. Apalagi jika masih punya pekarangan yang luas.

    Betul Indra, teknologi penting, tapi kita juga wajib menguisahakan permainan kelompok ini. Atau bisa juga berupa ekskul, yang melibatkan kebersamaan dan kemajuan kelompok.

  5. kalo sy paling suka main petak umpet tradisional jogja, namanya bethak bethong. malem hari, sembunyinya bisa ampe manjat2 pohon, kndang sapi, kndang wedus, sawah, dsb…seru pokoe. blm lg benthik, bola boi, gobak sodor, dll. sayang dolanan anak jaman saiki lbh individualis, PS, PSP…

    Anak sekarang memang lebih individu…namun bisa dilatih dalam kelompok, hanya metodenya beda dengan dulu. Seperti latihan basket, seni, bisa merupakan sarana….

  6. Lho bunda dari Banyumas toh?
    Anw.. aku dulu pas di Jogja sempet ngerasain main gobak sodor sama terang bulan main petak umpet ^_^ ah bahagianya masa2 itu.
    Pas udh pindah Jakarta, temen2ku gak ada yang mainan begitu bun 😦
    Tapi kalo main dakon, sampe skr aku msh main sama Adrina bun 🙂 aku punya soalnya hehehe

    Saya dari Jawa Timur Eka….
    Dilingkungan rumahku di kampung suasana juga sudah berubah, tegalan sudah berubah menjadi gedung beton….
    Kalau dengan Adrian main catur, main congklak…hehehe ..membayangkan pasti seru.

  7. sempat merasakan permainan bekel, gobak sodor, egrang, dakon.
    Senangnya masa kecil dulu.
    Selamat Hari Ibu, bunda.
    *peluk*

    Selamat hari Ibu juga, Indah.
    semoga kita bisa berperan sebagai ibu yang baik bagi anak-anak kita dan lingkungan kita

  8. kalau diingat2 mainan jaman kita msh kecil itu lebih menekankan pd sosialisasi ya Bu, dibanding mainan anak2 zaman sekarang yg lebih bersifat individu.
    krn kita mainnya bersama2 dgn teman2 seperti gobak sodor, bekel, lompat tali salomandah dll dsbnya .

    Selamat Hari Ibu, Bu Ratna
    Semoga Allah swt selalu melimpahkan keberkahan dan rakhmatNYA pd Ibu dan keluarga , amin
    salam

    Betul buda, dulu menekankan pada kelompok…
    Sekarang lebih ke individu….
    Namun, setelah bekerja, ke arah kelompok…tanpa bisa sosialisasi dan berhasil dalam kelompok, akan tersingkir, karena pekerjaan hanya lancar kalau dikerjakan dan bisa berkomunikasi dengan banyak pihak.
    Selamat hari Ibu juga, bunda
    Semoga kita menjadi ibu yang berhasil mengantarkan anak-anaknya, dan berperan serta pada lingkungan di sekitar kita.

  9. waktu masih kecil dulu, saat pulang ke rumah nenek, saya sering main-main sama sepupu. tapi sudah lupa nama2nya. yang paling saya inget cuma “cakbur” dan “semba lakon”. 😀

    menyenangkan sekali rasanya.

    tapi keknya sekarang cara bermain anak2 udah berubah bu. sekarang sudah pake handphone semua, sudah bisa “dolanan” laptop semua. 😀

    Itu yang perlu disiasati…bagaimana dengan teknologi yang maju kita tetap bisa bersosialisasi dan bekerja dalam kelompok.
    Karena bekerja dalam kelompok ini merupakan kunci sukses dalam bekerja.

  10. wah jadi inget masa kecil suka main galasin, bancakan, dll sama temen2 sd. terus diajari ibu ku maen congklak dan bekel …

    kalau melihat situasi jaman sekarang emang sudah berbeda banget ya… bahkan anak2 dikampung pun skrg sudah banyak meninggalkan permainan2 seperti itu

    salam kenal…

    Walau tinggal di Jakarta, di sekitar saya, tetangga yang punya anak kecil, juga masih main bersama, jadi permainan kelompok tak sepenuhnya hilang.
    Anak-anak tetap membutuhkan ruang di luar rumah.
    Salam kenal juga, makasih telah berkunjung.

  11. wandypopok

    mendadak ngiler liat gambar sawonya 😦

    haduh cari dimana malem2 gini buk 😦

    Bisa dicari di supermarket yang 24 jam

  12. Jaman kecil saya dulu masih main bekel, congklak, bola kasti, dll bun….cuma krn dulunya tinggal di komplek dan lapangannya lumayan luas2 dan jalannya licin saya sudah kenal sepatu roda dan bersepeda ria bareng teman2 sebaya bun. Terus berenang juga sering krn kebetulan ada fasilitasnya di dlm komplek.

    Sejumlah permainan tradisional di sumatera lumayan mirip bun dgn yang di jawa hanya beda penyebutannya saja. Saya dulu sa’at kecil juga suka main layang-layang krn kakak2 saya laki-laki 🙂 mainnya di lapangan golf (hahaha, dan sering diomelin sama satpam komplek karena bandel, hehehe…dulu sa’at kecil nggak tertib aturan, hahaha…)

    Sekarang saya lihat anak-anak saya sudah berbeda jauh dgn jaman saya dulu bunda. Meski di tempat tinggal sekarang ada taman tempat bermain, anak-anak saya lebih suka main games di laptop, PS, nonton VCD, mainnya juga paling dgn saudara sendiri atau sepupu. Waktu bermain anak2 juga lebih sedikit, krn ada jadwal bbrp les, dll krn beban kurikulum sekolah sekarang sepertinya lebih berat.

    Tapi terkadang saya masih suka bermain dgn anak saya permainan congklak di rumah bunda. Meski anak saya laki-laki ternyata anak saya menikmati juga permainan itu, hahahaha…malah terkadang papanya ikutan main lawan anaknya…maklum bunda anakku dua-duanya laki-laki 🙂

    Ok bunda sekian sharing pengalamannya.
    Selamat beraktivitas kembali 🙂
    Note:
    Oyah bunda kalau tidak keberatan minta no hpnya dong. Kirimnya via email saja yah bun 🙂 Siapa tahu saya sempet jalan2 ke daerah Jak-Sel bisa ketemuan sama bunda Ratna 🙂 🙂 🙂

    Best regard,
    Bintang

    Membayangkan, betapa gembiranya anak-anak bisa bermain bersama papa mamanya.
    Kebersamaan yang akan dikenang oleh mereka.
    No hape udah dikirim vis japri

  13. Bu, saya jadi teringat saat2 kecil
    saat lapangan menjadi saksi berjuta keceriaan 🙂

    Lapangannya masih ada nggak?
    Lapangan bola di dekat komplek rumah dinas, tempat anak-anak main saat kecil, sekarang sudah jadi rumah semua

  14. Saat kecil aku juga tidak bisa merasakan indahnya saat bulan purnama, karena alam tempat tinggalku sewaktu kecil ada di Surabaya. Di sana banyak lampu2 yang bersinar kema-mana karena listrik sudah nyala. Namun saat merantau ke Bali semua berubah total. Listrik ada tapi masih banyak tempat2 yang sengaja dibuat sanggah e orang balitv.com . Semua aku curahkan pada pengurus lain nya l)
    Salam hangat serta jabat erat selalu dari Tabanan

    Walau ada kerlap kerlip listrik tetap bisa bermain bersama kan?

  15. F. Junanto

    Bu Eny,
    Saat bulan purnama, saya paling suka mainan Jamuran. Celakanya, perintah yg sering keluar “kendil borot”. Terpaksa borotnya dibuat efisien Bu.
    Kalau tembang, anak sekarang larinya ke youtube. Anak saya smp kelas 2 Bu. Kalau sdh main komputer seharian betah Bu. Saya lihat yg dikerjakan msh aman2 saja, kan nggak apa2 ya Bu Eny ? Tks Bu Eny.

    Nggak apa-apa kok pak Jun…sosialisasi bisa dilakukan melalui kegiatan ekstra kurikuler, misal: basket, menari, dan lain-lain.
    Yang penting anak dilatih juga suatu bentuk permainan tim…berguna saat kerja nanti dalam membentuk team work.

  16. saya walau udah umur segini kadang2 pengrn ketemu kawan2 sepermainan dulu untuk maen sewaktu kecil dulu. dulu kalo maen dikebon kami sering makan singkong muda , wah enak banget lagi asik-asiknya maen eh ada yang punya kebon .yang punya kebonnya marah abis kebonnya jadi acak-acak seeh

    Kenangan manis yang patut untuk dikenang….

  17. Jadi teringat saat masih kecil dulu, ketika sering bermain bersama teman2. Apa saja kita mainkan. Berbeda dengan dolanan seperti zaman sekarang, dolanan jaman dulu selalu mengedpankan sosialisasi dengan teman2 lainnya.

    Kalau sekarang mainan PS, paling2 berdua aja, sehingga sosialisasinya dengan teman lain juga terbatas.

    Anak sekarang juga perlu dicarikan kegiatan dalam bentuk kelompok, untuk mengasah kepekaan dan bergaul dalam kelompok. Bisa dalam bentuk olahraga kelompok (basket, sepakbola, tennis dll) atau kegiatan lainnya.

  18. Ah, jadi ingat mainan kesukaan masa kecil dulu, yaitu ‘ik-ok’ yaitu memainkan dedaunan yg diikat tali / karet, dengan sebelah kaki (apa nama umumnya ya? ) sedangkan lagu Te kate dipanah mengingatkaku pada salah satu pentas seni dimasa SD dulu, hehe…

    Wahh saya lupa permainan ini…namanya juga IK-OK…
    mainnya pake kaki, diangkat-angkat seperti mempermainkan bola, dan buntalan jatuh artinya harus digantikan dengan yang lain.
    Saya main Ik-Ok ini saat SD..murah meriah, karena dari dedaunan di pagar sekolah atau pagar rumah (sekarang rumah pagarnya dari tembok atau besi)

  19. saat survey lokasi penelitian tempo hari, di daerah paninggaran pekalongan, saya melihat anak-anak kecil memainkan batok kelapa yang diikat dengan smacam tali dan disambung ke tongkat kayu. jadi kayak roda-rodaan berbentuk bola. 😀

    oh ya. ini di dusun yang rada ‘pedalaman’, bu.

    saya jadi tertarik membahas mainan tradisional. setahu saya di jurusan saya (antropologi budaya) kayaknya belum ada skripsi yang membahas soal ini.

    Betul Gun….
    Mungkin akan menarik jika dibuat penelitian…
    Btw dirumahku ada penelitian budaya daerah seluruh Indonesia, dulu kerja suami kan di Institut Kesenian Indonesia (cikal bakal ISI, STSI)…masing-masing perguruan tinggi senin membuat penelitian tentang budaya, adat istiadat, kayaknya termasuk permainan di daerah tersebut.
    Cuma menjadi beda sekali dengan kondisi terkini….
    Juga ada budaya cerita lisan….saya ingat saat masih kecil, saat bermain ke tetangga, anak-anak sering menerima dongeng dari legenda setempat…ada juga cerita-cerita saat bulan Suro

  20. Masa kecil memang manis untuk dikenang. Sayang sekali anak-anak jaman sekarang bentuk permainannya sudah banyak berbeda dengan masa kecil kita dulu. Namun ada yang menarik, PAUD (Pendidikan Anak Usia Dini) yang sekarang sedang berkembang di desa bisa menjadi tempat bermain anak. Kebetulan saya mendapat tugas mengelola PAUD di desa saya sehingga ada tempat penyaluran bakat bermain di masa kecil dulu. Maksud saya berbagi ilmu permainan tradisional edukatif dengan anak-anak usia dini. Menyenangkan sekali …. Salam kangen dai Nganjuk Jatim.

    Wahh senang mendengarnya mbak..semoga sukses programnya ya.
    Anak-anak memang perlu bermain, berkelompok dan belajar saling berbagi…

Tinggalkan Balasan

Isikan data di bawah atau klik salah satu ikon untuk log in:

Logo WordPress.com

You are commenting using your WordPress.com account. Logout /  Ubah )

Foto Facebook

You are commenting using your Facebook account. Logout /  Ubah )

Connecting to %s