Kapan anda mengenal istilah ini? Bagi saya sendiri, istilah ini baru dikenal (dalam arti dilakukan) saat pertengahan tahun 80 an, saat kantor tempat saya bekerja, pindah ke daerah segi tiga emas di Jakarta. Bersamaan dengan itu, budaya kerja di lingkungan kami juga berubah. Jika dulunya kantor menggunakan AC yang kalau siang tak terasa dingin, di kantor baru AC nya sentral, dan lantai nya bersih. Dan karena dingin, maka para karyawati mulai mengenakan pakaian yang sesuai, yaitu blazer. Di samping kantor dibangun gedung untuk parkir, menyatu dengan berbagai ragam restoran yang menawarkan rasa berbeda serta harga sesuai ukuran kantong kita.
Dulu, jika rapat selalu diadakan di ruang rapat, dengan aneka snack, serta minuman kopi atau teh. Beberapa tahun terakhir ini, jika rapat diadakan siang hari, karena makin sadar kesehatan, snack di ganti dengan buah, dan minuman berupa juice, dari berbagai pilihan rasa buah. Memang ada yang protes karena kurang mengenyangkan, namun lebih sehat, apalagi makan camilan selepas makan siang, diperkirakan semua orang sudah kenyang. Pindah kantor, dengan kondisi berbeda, membuat gaya hidup juga berbeda. Jika dulu pulang kantor menunggu jemputan (suami/isteri) hanya duduk-duduk di depan kantor, kemudian berubah menjadi ketemu di cafe XX yang berada dalam lingkungan gedung kantor. Di satu sisi ini juga mengakrabkan hubungan suami isteri, namun kalau tak hati-hati kantong bisa bocor.
Saat ini saya bekerja part time, seminggu dua kali kantornya terletak dekat Mal di daerah Jakarta Selatan, sedang seminggu sekali (atau kadang dua kali) ke arah belakang istana Merdeka. Bekerja di samping Mal menguntungkan namun juga merepotkan, karena Mal ini masih baru, koordinasi belum lancar, sehingga sulit mencari taksi jika pulang kantor. Akibatnya saya hanya menikmati makanan, karena males berbelanja ke sini. Aneh memang, sama-sama dekat Mal, tapi saya memilih naik bajaj atau taksi (jika kebetulan ada) untuk ke Pondok Indah Mal, berbelanja, baru pulang. Sebetulnya hal ini dapat disadari oleh manajemen nya, namun sepertinya mereka belum “ngeh” soal ini, atau mungkin prioritasnya adalah kaum yang naik kendaraan pribadi dan punya sopir. Padahal….model seperti saya makin banyak di Jakarta, malas bawa kendaraan sendiri, dan lebih suka naik taksi.
Suatu siang, kami ada janji meeting dengan teman, yang juga salah satu pengurus di kantor. Jadilah kami mengadakan janji makan siang di “May Star Restaurant” yang ada di Mal tersebut, sekaligus membicarakan pekerjaan. Restoran ini terletak di lantai satu, dan terkenal dengan masakan sea food nya. Kebetulan pula, sedang ada program diskon. Kami memilih menu, meminta disajikan chinese tea, serta makanan kecil sambil menunggu menu utama disajikan. Tak lama kemudian hape saya bergetar, terus menerus. Melihat siapa pengirimnya, saya agak kaget, karena saya tahu ibu sepupuku sedang sakit keras, namun rasanya tak mungkin orang yang bersangkutan memberitakan hal yang sedih secara langsung. Saya minta maaf dan langsung mengangkat telepon, rupanya dia menanyakan keadaan si bungsu karena melihat di TV One sedang ditayangkan gempa melanda Jepang, diikuti dengan tsunami. Entah kenapa, telepon di Mal ini signalnya tak bagus, dan terputus-putus. Akhirnya saya meminta tolong sepupuku untuk langsung telepon si bungsu, dan mengabarkan kondisi nya jika telah dapat menghubungi. Tak lama kemudian sepupuku sms, kalau si bungsu tak apa-apa.
Selesai makan siang saya segera menilpon si bungsu, betapa leganya hati ini mendengar suaranya. Si bungsu kuliah di daerah yang jauh dari pusat gempa, jadi hanya terasa gempa, namun tak kawatir dengan tsunami. Saya kawatir tentang Imelda yang tinggal di Tokyo, apalagi membayangkan putranya yang kecil-kecil itu berada di sekolah atau rumah, karena Imelda juga bekerja. Saya telepon tak bisa menyambung, akhirnya saya kirim sms. Karena di kantor, saya tak bisa membuka FB, jadi saya hanya mengandalkan kabar dari teman. Alhamdulilah, balesan sms dari Imelda datang yang mengabarkan semua selamat. Di rumah, saya segera membuka internet, untuk mencari tahu kabar Fety yang kuliah di Chiba dan Ekawati yang kuliah di Tsukuba. Wall di FB nya hanya berisi pertanyaan teman-teman yang menanyakan kabarnya, tapi belum ada jawaban.
Baru keesokan harinya, Eka menulis status di Wall nya kalau dia selamat, namun kamarnya porak poranda. Tak lama kemudian Fety juga mengabarkan di statusnya kalau dia selamat. Betapa senangnya mendengar teman-teman yang sedang berada di Jepang selamat. Kembali pada cerita lunch meeting, kelihatannya acara kumpul makan di restoran, baik waktu siang, maupun malam menjadi hal biasa di kehidupan kota besar. Apalagi jika rumahnya saling berjauhan, biasanya dipilih restoran yang lokasinya terjangkau, makanannya enak dan suasananya juga menyenangkan, yang artinya kita bisa mengobrol sampai puas tanpa kawatir dicemberuti pelayan. Bahkan saya perhatikan, ada beberapa restoran atau cafe yang buka sejak jam 6.30 pagi, untuk melayani para pekerja yang tak sempat makan pagi. Bukankah juga ada breakfast meeting? Selama lebih dari 27 tahun bekerja di kantor yang sama, saya pernah beberapa kali menghadiri acara breakfast meeting. Menurut saya ini merupakan acara yang bagus, karena jalanan Jakarta juga masih sepi, kita sendiri masih bugar dengan otak yang belum dipenuhi berbagai persoalan hari itu, sehingga seringkali keputusan penting didapat dari breakfast meeting ini.
Ibu… terima kasih banyak concernnya juga sms nya.
saluran telepon permanen waktu itu amat sibuk, demikian pula HP. Pesan yang dikirim tidak bisa dibaca/diterima saat itu. Sehingga lebih baik pakai email darat spt gmail (itu juga pengalaman buatku). SMS ke jepang itu diubah melalui gateway, dan diterima berbentuk email HP. Jadi tidak bisa langsung. SMS dari ibu baru saya terima (berupa email) setelah 10 jam lewat. Tapi untung saya buka dari komputer langsung di website gatewaynya, karena mau mengirim sms ke ortu saya (sudah kirim lewat email sih, tapi bapak saya minta no sms hehehe) . Jadi bisa tahu bahwa ternyata sudah banyak sms masuk. Saat spt itu memang lebih baik menghindari menelepon langsung.
Saya khawatir sekali dgn keadaan Fety yang berada di Chiba, krn kemungkinan tsunami besar seklai di sana. Saya tinggal jauh sekali dari pantai shg untuk tsunami tidak ada kemungkinan.
Kali ini saya merasa beruntung sekali ada FB dan twitter, terutama Facebook deh. Sebagai media sosial, ini sangat membantu mendapatkan dan menyebarkan informasi. Kok dilalah, twitter yang sering macet, kemarin itu lancar terus!
But di atas segalanya, saya bersyukur dan berterima kasih mempunyai teman-teman blogger yang begitu perhatian. Sungguh, doa dan perhatian teman-teman itu SANGAT MENGUATKAN kami. Semoga tali persaudaraan yang telah dibina selama ini tetap terjaga, penuh damai dan kasih.
EM a.k.a imelda
Imel, mendengar berita gempa, saya langsung kepikiran anakku dan keluarga Imelda. Bahkan adikku yang belum kenal Imelda, namun jadi tahu karena saya sering cerita, pertanyaannya adalah bagaimana keluarga Imelda. Terbayang anak-anak saat itu ada dimana. Syukurlah, saat kejadian, Imelda dan anak-anak ada di rumah.
Bu, mau komentar soal breakfast meeting. Yang saya tahu bapak saya sering ikut breakfast meeting di hotel-hotel jika bertemu dengan tamu dari LN. Memang efisien sekali. Tamu yg tidur di hotel itu hanya perlu turun ke restoran hotel, dan yang dtg dr rumah jalanan masih sepi, sehingga jarang terlambat.
Tapi ada satu kejadian yang membuat saya bersyukur bapak saya tidak ada breakfast meeting pada hari terjadinya Bom di Marriot. Teman saya, menjadi korban ledakan bom Mariot II pada saat mengikuti breakfast meeting.
Well, nasib/jalan hidup orang memang lain-lain.
EM
Iya Imelda, breakfast meeting di JW Marriot saat itu jadi bencana. Namun kita harus percaya pada taksir Tuhan…..
Breakfast meeting memang menyenangkan, juga lunch meeting, asal lokasinya tak jauh dari kantor. Sedang dinner meeting…kalau boleh pilih, saya pilih pulang aja…..maklum emak-emak, urusannya banyak di rumah.
ikut lega denger berita anak ibu di jepang baik2 aja ya…
tentang snack meeting, kalo disini kalo meeting gak pernah disediain snack bu. hehehe.
Walah…jadi rapatnya malah efisien ya, karena tanpa snack…hehehe…
Lha kalau di Indonesia, segala sesuatu kalau dibicarakan sambil makan, hasilnya pasti menyenangkan….tentu saja karena perut kenyang.
Alhamdulillah si bungsu baik-baik saja, juga teman2 blogger yang lain.
Lunch meeting saya kenal sejak saya mulai bekerja
Waktu yang sempit membuat meeting dilakukan sambil makan siang
Bisa makan siang diluar
atau memesan makan siang untuk dimakan di ruang meeting
mengenai efektif atau tidak …
tergantung pemimpin meetingnya
Salam saya Bu
(bersyukur teman-teman kita di jepang baik-baik saja)
Mungkin asal-usul lunch meeting seperti itu….rapat sambil makan..perut kenyang dan ada keputusan.
Alhamdulillah, si bungsu baik-baik saja.
iya bu bencana gempa dan tsunami di Jepang luar biasa dahsyatnya, semoga dengan teknologi yg dimiliki jepang bisa mengurangi efek dari bencana ini.
Iya Arul, walau teknologi di Jeang sudah tinggi, namun kekuatan alam benar-benar sulit diprediksi.
Semoga kerusakan tak terlalu parah dan dapat segera diatasi.
Alhamdulillah mbak Narpen sehat ya bu.
Iya mbak, Alhamdulillah…
kalo di kantor saya rapat masih sering pake snack2 gitu Bunda…
tapi ada yang sedikit berbeda.. karena mulai mengurangi penggunaan kardus.. agar sampah tidak menumpuk.. snack hanya ditaruh di beberapa piring.. jadi kalo mo ambil ya ambil dari piring.. kayak semacam suguhan di rumah gitu deh…
tapi ternyata efek nya bagus juga lho.. sampah kardusnya bisa berkurang byk bgt.
anyway.. seneng denger putri bunda selamat..
semoga aj… kondisi di sana segera pulih.
dan tentu saja.. doa kita di sini untuk teman, sodara dan semua yang ada di sana…
Memang rasanya lebih enak dipandang jika makanan ditaruh di piring ya….
Kalau di kardus, nanti malah dibawa pulang…hehehe
Alhamdulillah anak bungsuku aman..semoga semua bisa segera diatasi, kasihan rakyat yang menjadi korban dan kehilangan segalanya.
Saya kemarin kepikiran dua orang, Imelda dan anak Ibu, Narpen.
Waktu si Yessy me-RT twieetnya Imelda, setidaknya saya yakin dia ‘save and sound’, tenang.
Tapi gimana si Narpen, syukur, senin pagi saya menemui blog ini masih menuliskan sesuatu dan itu tentang berita syukur bahwa Narpen selamat.
Tetap waspada!
Benar Donny, tetap waspada…..karena gempa masih terjadi, mudah2an dalam skala yang lebih rendah dan lama-lama makin tenang.
Yang mengkawatirkan nuklir, mudah2an juga mudah diatasi.
Saya tenang karena bisa langsung telepon Narpen, tapi Imelda susah dihubungi, jadi langsung kirim sms. Ternyata sms juga lama sampai ke sana. Syukurlah teman-teman yang lain (Ekawati Sudjono, dan Ingafety) juga selamat.
Beruntung juga kawan-kawan saya di Jepang selamat. Merasakan gempa saja, tapi itu sudah biasa meski terasa agak hebat goncangannya. 😀
Istilah kita beda. Haha! Kalau di pemerintahan biasanya pakai istilah “rapat”, Bu. Hwehe…
Teman-teman yang udah lama di Jepang memang terbiasa dengan gempa, tapi kali ini gempanya besar sekali dan ada tsunami. Semoga cepat bisa diatasi….
Meeting, rapat…kan artinya sama ….
Dan kalau kita kopdar..kan bisa disebut meeting pula….
Malah sekarang istilah yang beken maksi (makan siang)…..hehehe
Untunglah keluarga dan teman-teman Ibu selamat.. saya ga kenal orang Jepang, cuma mba EM dan kelaurga saja, untung mereka juga baik2 saja, saya lihat dari status FB, dan di status si Kai dan Riku juga sudah bersama Mamanya jadi benar2 lega, hehe.. ga bisa bayangkan kalo saya yang di Sendai, aduh, ngerinya
Betul…melihat di TV aja kita sudah ngeri…betapa sedihnya yang terkena bencana. Semoga mereka tabah, dan segera bisa diatasi…..
Saya senang anakku dan teman-teman yang kukenal semua selamat.
gmn Narpen di sana Bu?
semoga baek2 aja di sana
kalau di sini sekarang meeting udah engga ada snacknya Bu hehehe.. nelangsa dan garing kecuali satu cangkir teh manis dan gorengan (dari kantong pribadi pengundang rapat hahahaha)
kecuali… mengundang lebih dari 3 divisi, baru diperbolehkan menggunakan snack
nanti mesti kapan2 bikin trend NGERONDA MEETING Bu, meeting tengah malam.. 🙂
Alhamdulillah Narpen aman….
Kalau meeting satu Divisi kan sejak dulu nggak ada snack, hanya teh dan atau kopi.
Jadi undang aja 3 Divisi biar ada snack nya….hehehe….
Ngeronda meeting..ogah ahh.…
Alhamdulillah putri ibu baik2 saja…semoga teman2 lain yg di jepang juga selamat ya bu… Ttg lunchmeeting saya belum pernah menjalani (maklum di kota kecil, hehe…) rapatnya masih pake snack & makan siang dus2an… 🙂
Alhamdulillah teman-teman dan anakku selamat.
Tentang lunch meeting, mungkin karena terbatas tempat, apalagi di Jakarta kan sewa kantor mahal…jadi acara akhirnya sekalian di luar.
Dan biar tak bosan serta semangat.
Mbak EM,
Bicara soal bom Marriot, waktu itu bosnya suamiku juga mo breakfast meeting di situ sama bule2. Untung gak jadi ya, kalau tidak mungkin bisa jadi korban.
Bu, syukurlah si bungsu tidak apa-apa ya bu.
Eniwei, saya sendiri sudah pernah breakfast meeting, tapi di kafe saja, sama seruangan, belom pernah di hotel… Enak memang meeting pagi2, bu. Segar.
Memang ngeri ya yang di Marriot itu….jadi kalau ada acara di hotel atau tidur di hotel tsb agak-agak kawatir juga…semoga sekarang lebih aman. Walau begitu, saat ke Medan, saya tidur di JW Marriot.
Alhamdulillah si bungsu tak apa-apa, jaraknya jauh, jadi aman.
Waktu bom Marriot itu ada kawan yang menginap di situ bersama rombongan rekan-rekan dinasnya. Untungnya pas ledakan bom terjadi kawan saya sedang keluar, mengantarkan rekannya menanti taksi karena hendak pulang ke bandara.
Saya nemu lagi nih, meeting itu bukannya istilah dalam perkelahian ya, Bu? Kita tarik lengan lawan, terus kita putar dan kita tekuk ke belakang punggungnya. Itulah meeting. 😀
Meeting kalau tidak salah secara gamblangnya berarti pertemuan kan, ya? Untuk urusan kantor atau dinas, menurut saya memang istilah rapat lebih tepat. Terasa lebih formal begitu. Hoho. Dan saya paling suka snack rapat!
Ya enggaklah…mungkin maksudnya fighting, bukan meeting. Saya juga snack rapat, apalagi yang enak…hehehe
wah gak kebayang ya paniknya jadi bu enny pas kejadian gempa di jepang,karena saya belum punya anak sih hehe… alhamdulillah semua selamat ya bu 🙂
kalau saya seringnya sekarang BRUNCH bu,breakfast and lunch,abis kadang pagi gak sempat sarapan…
Alhamdulillah tak apa-apa…karena sedang lunch meeting, saya malah tenang-tenang. Tapi sepupu suami yang panik karena lihat TV, lha saya sendiri tenang, karena memang tak ada perasaan apa-apa.
Alhamdulillah Narpen tidak apa-apa, ya Bu.
Semasa jadi reporter, sering mendapat undangan liputan breakfast meeting, yang kl buat reporter malah menyebalkan karena harus bangun pagi-pagi, padahal deadline kantor suka sampai tengah malam 🙂
Tapi dapat makan nggak? Biasanya kalau mengundang wartawan, diajak makan juga sambil mengobrol…..
Alhamdulillah Narpen aman, karena jaraknya lebih dari 500 km dari Sendai.
Syukurlah semua teman-teman yang ada di Jepang (Mbak Imel, Narpen, Eka, Fety) semua selamat dan sehat-sehat saja. Sekarang yang dikhawatirkan adalah bahaya radiasi nuklir. Semoga jarak kota-kota yang ditempati teman-teman ada di luar lingkaran bahaya.
Tentang pertemuan di restoran, itu sudah menjadi kebiasaan kopdar juga Mbak. Memang praktis. Makanan siap, jenisnya bisa memilih sesuai selera, dan tidak repot. Pembayarannya bisa ditraktir salah satu (biasanya yang mengundang) atau lebih fair lagi kalau patungan, terutama kalau yang hadir banyak (karena akan memberatkan jika ditanggung seorang saja).
Saya juga bersyukur, teman-teman yang saya kenal di Jepang, selamat semua.
Betul mbak, sekarang pertemuan sukanya memang di restoran, nggak repot….dan bisa memilih makanan sesuai keinginan masing-masing.
jika disuruh memilih antara breakfast meeting vs lunch meeting, saya lebih suka breakfast meeting, seperti kata Mba Imelda, pagi2 jalanan masih sepi, jadi ga perlu buru2, masih fresh pula.
waktu masih single, seneng2 aja klo meeting-nya sambil dinner hehehe apalagi kalau dilanjut karaoke-an hahaha … bener2 deh
*jadi kangen masa2 ngantor dulu*
Hahaha…benar, jika breakfast meeting kan tak perlu makan pagi di rumah….dan makan kenyangpun tak apa, karena akan aktivitas seharian.