Menjaga keseimbangan

Neraca (gambar diambil dari http://www.google.com)

Keseimbangan, kata-kata ini sekarang banyak diperbincangkan. Bagaimana hidup sehat dengan menjaga gaya hidup yang seimbang. Betapa banyaknya orang menjadi sakit karena gaya hidup yang tak seimbang, bekerja terlalu keras, kurang istirahat dan  asupan gizi yang tak seimbang.  Gaya hidup  tidak seimbang, sering disebabkan karena tuntutan yang ada disekeliling kita. Jalanan macet, pekerjaan yang tak ada habisnya, membuat pola makan tidak sehat, serta waktu istirahat tak terpenuhi. Ini membuat stres dan menyebabkan berbagai macam penyakit. Selain itu, banyaknya Mal, pusat perbelanjaan, yang selain memudahkan kaum pekerja untuk belanja barang  kebutuhan pokok sepulang kantor, membuat orang menjadi konsumtif, ini didukung pula adanya kemudahan untuk mendapatkan kartu kredit. Tanpa pemahaman yang cukup, pemegang kartu kredit membelanjakan uang nya tanpa pikir panjang, yang akhirnya berakibat pada malapetaka, entah karena dikejar penagih hutang, atau terpaksa menjual asetnya untuk melunasi hutang yang seharusnya tak perlu dilakukan, jika melakukan gaya hidup seimbang, yaitu seimbang antara pendapatan dan pengeluaran.

Dari sisi organisasi kita mengenal keseimbangan ini, yang saya ambil dari tulisan Ekuslie Goestiandi (Kontan, edisi 11-17 April 2011 hal.23). Saya menyukai gaya tulisan Ekuslie, yang sering menggambarkan beberapa teori dengan praktek kehidupan masyarakat sehari-hari. Dalam tulisannya kali ini, Ekuslie membahas tentang “Lebih Besar Pasak daripada Tiang“, yang sebetulnya merefleksikan kehidupan sebagian besar masyarakat kita. Rasanya sudah berpuluh tahun lalu, saat bagaimana orang tua, kakek nenek, mendengung-dengungkan nasehat agar hidup sederhana….atau “sak madyo”, yang berarti sangat banyak. Kehidupan sederhana, bukan berarti berpikir sederhana, namun karena hidup sederhana, hati menjadi lebih tenang, sehingga lebih bisa memikirkan hal lain yang lebih besar. Sak madyo bisa berarti hidup yang  sederhana dan seimbang, tidak terlalu ngoyo, namun yang lebih penting adalah prosesnya, bagaimana proses dalam melaksanakan pekerjaan. Sak madyo, dalam bahasa Jawa adalah sikap hidup yang sewajarnya…mendengarkan pendapat orang lain, tidak cepat mengambil kesimpulan, namun mempelajari lebih dulu, sebelum bertindak atau mengemukakan pendapat.

Atau dalam sisi manajemen risiko, adalah hidup yang telah mempertimbangkan segala risiko, telah memitigasi risiko, mengukurnya, dan membuat kesimpulan seberapa besar risiko yang dapat kita ambil. Tentu hal ini berbeda antara orang yang satu dengan lainnya, dalam hal kemampuan mengambil risiko dari setiap tantangan. Bagi orang yang konservatif, tentu akan bertindak sangat hati-hati…ini berbeda dengan orang yang berani mengambil risiko.

Kembali pada tulisan Ekuslie, yang menyatakan bahwa keseimbangan adalah fondasi bagi stabilitas dan juga pertumbuhan. Dalam organisasi, kita mengenal istilah keseimbangan atau “balance“, yang antara lain kita peroleh dari istilah:

a. Balanced scorecard.

Merupakan konsep yang diperkenalkan oleh Robert Kaplan dan David Norman (1992). Ada empat elemen yang harus dijaga secara “seimbang” oleh sebuah perusahaan, agar dapat tumbuh kembang, yaitu: i) elemen masa kini, yang terkait dengan kinerja keuangan. ii) elemen masa depan, yang terkait dengan kemampuan pertumbuhan.iii) elemen eksternal yang terkait dengan kepuasan pelanggan, dan iv) elemen internal dengan proses bisnis di dalam perusahaan. Konsep keseimbangan antara 4 (empat) elemen ini sangat penting untuk menjaga keseimbangan dalam organisasi, sehingga tumbuh kuat dan bisa bersaing dengan industri yang sejenis.

b. Work life balance.

Merupakan konsep keseimbangan antara aktivitas kerja dan aktivitas istirahat, yang diperlukan untuk menjaga kesegaran fisik, mental dan spiritual seseorang. Seseorang yang hanya bekerja dan bekerja, tanpa pernah mengambil waktu istirahat, sama saja tak memberikan kesempatan untuk menambah ilmu, ataupun mengasah kemampuannya. Ibarat pisau yang dipakai terus menerus, tanpa pernah diasah, maka pisau tersebut akan tumpul. Oleh karena itu diperlukan istirahat setelah bekerja keras, mengambil jeda sejenak, nanti kembali lagi bekerja. Akan lebih baik lagi, setelah beberapa waktu, mengambil jeda untuk meningkatkan kompetensi, bisa melalui kursus singkat atau keilmuan yang sesuai dengan bidang yang sedang digeluti.

c. Balance sheet.

Bagi yang bekerja di bidang keuangan, tentu kenal dengan istilah balance sheet atau neraca. Ini bisa diibaratkan dengan  kehidupan, bahwa kehidupan harus seimbang. Perusahaan harus menjaga leveragenya, pada posisi dimana perusahaan tersebut mampu mengatasinya. Seperti seseorang yang harus bisa menjaga aktiva dan pasivanya, antara harta dan hutangnya, jangan sampai kita kebanyakan berhutang yang akhirnya hidup tidak tenteram.  Malukah kita hidup sederhana? Pertanyaan ini harus dijawab oleh kita masing-masing, karena rasa malu itu seringkali disebabkan tidak mau kalah, atau tidak ingin diremehkan oleh orang lain. Jika kita berteman dengan orang yang suka meremehkan orang lain, mengapa kita tak memutuskan hubungan dengan teman tersebut, dan berteman dengan orang lain yang gaya hidup nya sesuai dengan kita.

Apakah kita mampu melakukan dan menjaga keseimbangan ini? Jawabannya, harus. Karena alam pun butuh keseimbangan, jika manusia terlalu serakah, mengeksploitasi alam terus menerus, maka alam akan menjawabnya. Misalkan dengan longsor karena hutan dibabat habis. Dan kita telah banyak melihat sekeliling kita, bahwa menjaga ini lebih sulit dari membangun, namun mudah jika kita memang mau disiplin melakukannya. Marilah kita mulai dari lingkungan kecil kita, mulai menjaga cash flow keuangan rumah tangga kita agar tidak tekor di akhir bulan, serta gali lubang tutup lubang. Menjaga kesimbangan dalam rumah tangga kita, dengan gaya hidup sesuai kemampuan, agar keluarga menjadi tenteram, dan rumah menjadi seperti oase selepas lelah bekerja di kantor. Hidup seimbang akan lebih menenangkan hati…..jadi ingat nasehat saya pada anak bungsuku…”Yang penting prosesnya. Sebagai pelajar/mahasiswa, kalian harus belajar, mempersiapkan diri, setelah itu berdoa dan tidur….Apapun hasilnya, ibu telah melihat proses kalian, sehingga setelah itu tak ada lagi yang disesali.” Nasehat ini perlu, karena jika hanya belajar…belajar..kita bisa kelelahan, dan malah hasilnya kurang bagus.

Bahan bacaan:

Ekuslie Goestiandi. “Lebih Besar Pasak Daripada Tiang.” Kontan, Edisi 11-17 April 2011 hal.23.

Iklan

26 pemikiran pada “Menjaga keseimbangan

  1. hidup emang harus balance ya bu. segala aspek sebisa mungkin harus balance.

    Betul Arman…..tak boleh melakukan sesuatu terus menerus..jeda sejenak, memberikan ruang untuk merenung, juga mengistirahatkan badan….

  2. Jika kita berteman dengan orang yang suka meremehkan orang lain, mengapa kita tak memutuskan hubungan dengan teman tersebut, dan berteman dengan orang lain yang gaya hidup nya sesuai dengan kita.

    Ini setuju banget bu…. dan sebetulnya saya beruntung hidup di Jepang, karena semua rata-rata sama. Sama2 tahu juga bahwa hidup itu sulit. Jadi kalau mau bertemu biasanya cari tempat yang paling murah. Bayarnya juga pas sampai 1 yen an 🙂

    EM

    Hahaha…mungkin saya termasuk aneh juga ya….tapi memang teman itu sangat menentukan, apakah kita akan senang mengobrol dengannya atau malah hanya ketemu sekali terus males.
    Memang harus seimbang, bahkan dalam pergulan antar teman, kita tak bisa memonopoli namun juga harus ada saling menghargai…pertemanan yang saling menghormati lebih awet.

  3. Selamat pagi Bu
    Reflesksi yang harus terus di ingat karena dalam praktek keseimbangan mungkin bisa sangat sulit. >_<

    Memang sulit, namun bukan tak mungkin dilakukan.
    Jika terbiasa akan terasa nikmatnya.

  4. Hidup itu memang harus seimbang, ya, agar tidak njomplang. 😀

    Dalam Islam juga diharuskan untuk hidup seimbang (tawazun).

    Kalau njomplang pasti salah satunya jatuh, dan tak mau lagi ya.
    Bahkan alampun bisa marah kalau dieksploitasi habis-habis an

  5. haduh…saya ini tiap hari kerja bisa sampai 10 jam lebih, sementara tidur cuma dua jam. Negeri bener deh, hidup saya jauh dari keseimbangan.

    Bukankah kerja 10 jam sehari hal wajar? Saat anak-anak di bawah usia 5 tahun, tidur saya hanya 2-3 jam sehari….agar semua bisa diselesaikan, baik urusan rumah tangga maupun pekerjaan kantor.

  6. kalo sudah sampai di titik keseimbangan hidup,,
    kata mereka yang berhasil, semua lega, ga ada stress, bersyukur,,
    tapi kalo perusahaan PMA, Balanced scorecard yang untuk elemen Internalnya kayaknya memang disengaja cuma beberapa tahun aja,, setelah itu, dengan alasan menyeimbangkan perusahaan, melakukan peremajaan :(.

    Mungkin kita harus memahami juga corporate plan perusahaan, sebetulnya itu tak hanya terjadi pada PMA. Saya mengalami pasang surut, dan banyak teman yang terpaksa resign di tengah jalan, disarankan atau tidak. Karena perubahan lingkungan bisnis cepat sekali dan perusahaan harus bisa menyesuaikan, pertumbuhan tak sekedar tumbuh namun harus sustainable. Jalan keluarnya, kita juga harus terus belajar, meningkatkan kompetensi, agar kita bisa bekerja dibidang apapun.

  7. Manusia umumnya senang berkumpul dengan yang sama. Ya artinya sama2 taraf ekonominya, sama pendidikannya, jadi dengan demikian semuanya bisa dibilang cukup balance ya bu selama kita ada di kelompok yang memang pas.

    Mungkin bukan taraf ekonomi atau pendidikan sama, namun minat yang sama, serta nilai atau pandangan hidup yang sama. Saya sering juga keluyuran dengan teman yang latar belakang pendidikannya jauh di bawah saya, atau kadang dengan bos yang jauh di atas saya…tapi karena minat sama, asyik aja.

  8. Hidup itu emang harus seimbang ya mbak 🙂
    Gak boleh berat sebelah, ntar bisa miring jalannya, hihihi… 😀
    Tapi terkadang saat menjalaninya pasti ada saja godaannya.
    Ya..namanya juga manusia, kadang jenuh dengan segala sesuatunya 😀

    Godaan itu akan selalu ada, kadang jalan kita juga tak bisa lurus, namun semua harus seimbang…pada akhirnya dapat ditarik garis yang lurus dan tetap mencapai tujuan…bukan berbelok.

  9. mamang kita harus bisa menakar kemampuan kita dengan keinginnan kita
    Imam Ali berkata, “Allah menyayangi orang-orang yang mengetahui kadar dirinya dan tidak melewati batas perjalanannya; menjaga lisannya dan tidak mensia-siakan umurnya”.

    Setuju Kang…dengan memahami diri kita sendiri, kekuatan dan kelemahan kita, bisa mengukur apakah kita mampu melewati jalan ini apa tidak. Kadang tujuan pun harus dipikir ulang, agar sesuai dengan kondisi.

  10. saya baru tau filosofi pengertian balance scorecard, taunya dulu menggunakan berdasarkan contoh 😀

    nah keseimbangan ini parameternya beda-beda bagi tiap orang,
    termasuk kalo jam kerja ya kerja, pas jam istirahat ya harus istirahat ya bu? 😀
    tapi orang-orang kadang mencari passionnya masing-masing, ada yg workaholic ada yg santai2 saja 😀

    nah seimbang di balance sheet kalo saya blum bisa seperti itu, tidak tekor sih tapi simpannya yg ngak ada :mrgreen: hehe

    Kekuatan, minat, juga passion masing-masing orang berbeda. Namun jika kita memahami diri kita sendiri, maka akan menjadi lebih mudah.
    Teori keseimbangan seperti balance score card bisa diterapkan dalam lingkup kehidupan, dalam kehidupan keluarga…..

  11. Sebuah pencerahan yang luar biasa, Bu Enny..
    Dalam kehidupan sosial pun kita harus lah berimbang; tidak terlalu individu dan tidak pula terlalu sibuk dg urusan sosial. Antara urusan pribadi dan urusan sosial, menurut saya perlu juga keseimbangan.. 🙂

    Betul Uda..menarik mempelajari ilmu, membaca, betapa banyaknya contoh dalam kehidupan nyata, dan bagaimana kita bisa belajar mengaplikasikan untuk kebaikan.

  12. harus lebih banyak lagi blogger yg menyuarakan keseimbangan hidup terutama dalam masalah keuangan agar indonesia nantinya tidak memasuki masa resesi karena public mengkomsumsi diluar kemampuan seperti halnya di amerika sana…

    Keseimbangan dalam hidup memang perlu ya kang Boyin..

  13. bener juga sih mba…
    terkadang kita suka terobsesi dengan hasilnya…
    jadi suka mengabaikan proses nya…

    padahal yang penting kan sudah berusaha ya:)

    Masih berusaha untuk seimbang nih mba 🙂

    Saya dulunya termasuk orang yang result oriented…namun setelah beberapa kali pelatihan, saya menyadari kelemahan saya, karena tak bisa diterapkan pada semua orang (anak buah). Jadi saya mulai lebih kalm, memperhatikan proses, dan ternyata hasilnya lebih bagus. Anak buah merasa lebih dihargai…dan ini bisa saya terapkan dalam mendidik anak-anak ku…

  14. balance memang perlu dalam pengaturan cash flow…tapi pepatah lebih besar pasak dari pada tiang itu sekarang bagaikan cermin besar dihadapan saya……huuuuu….saya harus lebih bijaksana dalam pengeluaran ni…terima kasih untuk tulisannya…

    salam 🙂

    Yup…kita memang harus mengatur anggaran, disesuaikan dengan pendapatan..jangan sampai pendapatan lebih kecil dari biaya yang dikeluarkan. Bagaimana jika pendapatan kecil? Kita harus melakukan efisiensi di berbagai bidang, agar pendapatan dapat menutupi biaya.
    Atau kita harus memikirkan mendapat tambahan pendapatan, jika ongkos tidak dapat ditekan…dengan begitu kita dipaksa untuk kreatif berpikir mengatasi masalah, bukan hanya mengeluh.

  15. saya pikir mau bahas zodiak Libra Bu *geer*

    dalam Islam keseimbangan memang penting Bu, tercontoh dalam ibadah dan mencari dunia, keseimbangan yg terjaga .. “bekerjalah kamu untuk duniamu seakan kamu hidup selamanya, dan bekerjalah kamu untuk akhiratmu seakan kamu mati esok hari” (Abdullah bin Umar bin Al-Khatab)

    Hehehe…karena gambar timbangan ya..dan memang itu zodiakku.
    Sama kan seperti Aldi.
    Betul Aldi, kesenangan duniawi dan akhirat harus seimbang….jadi kita tetap harus berpikir untuk menabung agar mendapatkan kebaikan di akhirat nanti.

  16. omiyan

    bisa balance kalau yang duduk dikursi otaknya ga miring bu hehehe

    Hmm saya agak kurang paham kalimatmu….
    Pembahasan ini untuk kita juga, pada posisi apapun, bisa sebagai seorang mahasiswa, dosen, orangtua..atau bahkan Pimpinan.
    Mungkin yang kok maksud dalam kalimatmu para Pimpinan ya…tapi tak semua Pimpinan jelek kan?

  17. Kalau semua keinginan manusia harus terpenuhi, dunia nggak bakal muat ya, Bu… Sepertinya saya termasuk yang kolot untuk soal ini, dan masih sangat percaya pada idiom jadul semacam “besar pasak daripada tiang” atau pepatah “berakit-rakit ke hulu berenang-renang ke tepian”…

    Syukurlah, keinginan manusia juga bermacam-macam…
    Dan tak semua keinginan manusia terpenuhi, karena tergantung dengan keinginan tsb, dan apakah kita mampu menggapai keinginan tersebut dengan daya yang ada. Karena masing-masing orang mempunyai prioritas yang berbeda.

  18. nasehat itu pada si bungsu, saya setuju sekali, karena kebanyakan orang tua malah hanya melihat hasil semata ketimbang prosesnya. Padahal bisa jadi si anak sudah jungkir balik, tetapi toh banyak faktor yang bisa membuat hasilnya tidak maksimal.

    Hehehe…itulah jika seorang ibu menjadi blogger…yang ditulis selalu ada harapan untuk dibaca anak-anaknya.
    Atau apa yang dibicarakan dengan anaknya menjadi sumber isnpirasi untuk ditulis di blog.
    Dalam perjalanan, pada akhirnya saya mempertimbangkan proses lebih penting dari hasil, terutama untuk kedua anakku….agar mereka tidak stres jika hasilnya tak seperti yang mereka harapkan.

  19. Kita memang harus menjaga keseimbangan ya Mbak, supaya sehat dan panjang umur yang barokah. Terima kasih sudah diingatkan.

    Terimakasih juga mbak, kita saling mengingatkan…..saya juga suka tulisan mbak Puspita.

  20. Setuju dengan Uda Vizon, keseimbangan juga harus ada dalam kehidupan sosial dan kehidupan pribadi. Demikian juga seimbang antara kehidupan dunia dan akhirat, meskipun kalau usia masih muda mungkin masih lebih berat ke kehidupan dunia …

    Hehehe betul mbak..saat usia muda kita merasa akhirat masih jauh, padahal kadang yang muda dipanggil duluan.
    Tulisan ini terinspirasi dari tulisan nya Ekuslie..saya suka tulisannya, teori dipraktekkan dalam dunia kehidupan manusia secara nyata.

  21. belum lama saya juga menulis kesimbangan, ..keseimbangan alam tepatnya
    tapi contohnya nyamuk dan cicak, he..he…,
    tulisannya Ekuslie ini baru tau bu Enny…,
    terima kasih ya

    Nyamuk dan cicak ya mbak…
    Kadang kita banyak belajar dari alam ya

  22. tini

    Bu…jadi merenung itu juga perlu ya bu, untuk merenungkan apakah hidupa kita sudah seimbang dalam berbagai hal.

    Nice sharing, thank you.

    Merenung itu tetap perlu, namun bukan melamun yang bukan-bukan.
    Tanpa merenung, introspeksi, dan hanya jalan mengikuti apa yang telah kita lalui, kita tak akan bisa mendapatkan pembelajaran…karena akan seperti itu saja seterusnya. Namun ada juga orang yang cukup puas dengan hal ini, akhirnya kembali pada masing-masing orang.

Tinggalkan Balasan

Isikan data di bawah atau klik salah satu ikon untuk log in:

Logo WordPress.com

You are commenting using your WordPress.com account. Logout /  Ubah )

Foto Facebook

You are commenting using your Facebook account. Logout /  Ubah )

Connecting to %s