“Paket” dan melongok 7 Eleven di jl. Fatmawati

Saya kira sebagian besar kita pernah kirim paket, entah melalui kantor pos ataupun melalui perusahaan jasa pengiriman yang lain. Dari mulai kirim sepeda motor, baju, makanan, buku, rasanya saya kenal soal kirim mengirim ini sejak mulai kuliah. Hari Sabtu pagi, saya mesti ke Kantor Pos, karena pada hari Sabtu Kantor Pos hanya buka sampai jam 12 siang, sedang hari Senin sampai Jumat buka sampai jam 7 malam. Mbak yang melayani di counter EMS, Kantor Pos Fatmawati sudah tersenyum dari jauh. Mereka sudah hafal karena saya sering mengirim  berbagai macam jenis paket melalui counter ini. Pagi ini Kantor Pos masih sepi, karena saya sampai sana belum sampai jam 8 pagi, jadi saya duduk menunggu sambil membaca novel.

Mbak N, yang melayani di belakang counter bertanya, “apa isinya bu?”

Sayapun menjawab, “Buku, tas cangklong, makanan (STMJ dan teman-temannya), berbagai kain, dan coklat.”

Mbak N tanya lagi, “Nanti kalau coklatnya sampai sana meleleh bagaimana?”

Nggak apa-apa mbak, selama masih dalam packingnya, nanti kan bisa dimasukkan lemari es,” jawab saya,  tersenyum  membayangkan si bungsu makan coklat kesenangannya, sambil menyipitkan mata…nyam..nyam.

Ibu mau pakai apa? Kalau biasa sampai sana 2 minggu, sedang jika expres akan sampai sekitar 2-3 hari, kira-kira hari Rabu sudah sampai sana bu. Selisihnya sekitar Rp.60.000 sekian, “kata mbak N lagi. “Ah, pakai yang express saja mbak, selisihnya tak banyak kok, ” jawab saya.

Saya mulai menuliskan alamat si bungsu, kemudian mbak N mulai mengetik dan memberikan bukti pengiriman. Dia mengembalikan sisa uang sambil tersenyum….

Hari masih pagi, saya besok pergi ke Balikpapan, terus Samarinda. Masih ada barang yang harus di beli, terutama obat-obatan, untuk jaga-jaga. Saya masuk ke apotik yang berada di samping kantor pos, beli salon pas, kemudian berjalan lagi. Rupanya di sebelah apotik terdapat  7  Eleven, saya teringat saat mengunjungi si sulung di Bne, nyaris setiap sore, sepulang seminar mampir di 7 Eleven yang berdekatan dengan hotel Stamford. Belakangan ini, di Jakarta, 7 Eleven sedang ekspansi, kalau dulu saya hanya mengenalnya di daerah jalan Melawai-Bulungan,  setiap pulang kantor  saya melihat, telah dibuka (2-3 bulan lalu) 7 Eleven  di depan ITC Fatmawati, serta di jalan Panglima Polim. Dan ternyata juga ada di depan RS Fatmawati. Kekhasan 7 Eleven ini, dari empat tempat yang saya lihat, selalu ada di pojok jalan, dengan ruang terbuka untuk duduk-duduk di luarnya. Perkembangan 7 Eleven ini juga pernah dibahas di Kompas, hari Kamis, tanggal 16 Juni 2011. Saya awalnya mengenal cerita tentang 7 Eleven ini dari temanku, yang putrinya masih ABG, setiap kali janjian, teman saya menjemputnya di 7 Eleven jalan Melawai.

7 Eleven, gambar diambil dari google

Pagi ini akhirnya saya bisa mengenal 7 Eleven dari dekat, tapi jangan dibayangkan dengan 7 Eleven yang ada di beberapa negara, yang mirip-mirip mini market. Saya berputar-putar sampai  tiga kali dalam toko,  ternyata barang yang diperdagangkan 90% berupa makanan, termasuk minuman. Pada jam sekitar 8.30 wib ini telah ada beberapa pemuda yang sedang menikmati makan pagi ditemani laptop. Saya melihat-lihat sekeliling, barang yang saya cari tak ada…wahh nanti terpaksa minta tolong si mbak cari ke pasar Mede. Tadinya saya berpikir tak perlu minta tolong mbak lagi, karena niatnya pagi ini akan mulai ngepak barang, maklum kalau tak dipersiapkan sering ada barang yang tak terbawa. Akhirnya saya membeli  Vitamilk Choco 2 (dua) botol dan Strawberry Pillow Bread 2 (dua) seharga Rp.26.000,-. Sampai di kasir, mbak yang jaga kasir bertanya, ” botolnya mau dibukakan bu?” Saya terbengong sejenak, lalu sadar setelah melirik kanan kiri, apalagi setelah mbaknya menambahkan, apakah saya mau sarapan di dalam atau di luar. Rupanya hampir semuanya yang beli di 7 Eleven, makan di situ, mungkin sambil baca, atau menunggu teman. Saya menjawab, kalau akan saya bawa pulang. Mbak di kasir tersenyum, saya mengambil barang dan keluar….

Jalan Fatmawati sudah mulai macet, saya mencari taksi atau bajaj, yang ada berbagai warna angkot, saya tak terlalu familier dengan angkotnya, apakah angkot tersebut akan melewati jalan dekat rumah saya? Saya menengok ke kanan, melihat banyak orang mengerumuni penjual bubur ayam.  Saya mendekat dan ikut bertanya, berapa sebungkusnya bang, dan apa bisa dibawa pulang. Abangnya bilang satu porsi Rp.7.000,- lengkap dengan hati ayam, ayam rebus suwir, sambal, kerupuk, kedele goreng. Saya memesan dua bungkus, lalu sadar, bahwa tadi pagi saya sudah sarapan nasi dan sayur lodeh, teh panas manis, serta susu coklat hangat. Waduhh…tapi kayaknya bubur ayamnya enak.

Setelah beberapa menit ada taksi warna putih lewat, sampai rumah  argonya tak sampai Rp.10.000,- namun saya tak tega, jadi saya tambahkan apalagi sopirnya sopan. Sampai rumah, si mbak ketawa, apalagi setelah melihat saya bisa menghabiskan bubur ayam itu…..pantes aja berat badanku bukan turun, malah naik. Berkantor di dekat Mal, membuat setiap kali ingin mencoba berbagai makanan, padahal mesti mulai latihan, karena sebentar lagi puasa.

Paket telah dikirim, semoga nanti hari Rabu sudah sampai di tangan si bungsu. Saya mulai beres-beres koper, mencocokkan dengan catatan, agar tak ada yang ketinggalan. Besok pagi, baru mulai ngepak baju,  dimasukkan koper agar tidak terlalu kusut sampai Samarinda. Saya sudah sms Akin, namun sepertinya sulit untuk ketemu, jadualnya padat dari pagi sampai malam. Tapi…siapa tahu ada waktu yang bisa diselipkan untuk ketemu Akin.

Iklan

25 pemikiran pada ““Paket” dan melongok 7 Eleven di jl. Fatmawati

  1. Kalau paket rendang bisa enggak ya? Hehehe

    Oiya seumur-umur saya belum nyobain ke 7/11, maluuuu… 🙂

    Kalau hanya antar kota sih bisa…tapi ada juga yang bisa dibawa ke LN (temanku pernah), namun tak dipaketkan…
    Silahkan coba 7 eleven

  2. waduh aku baru-baru ini aja tau ada 7-11 di Jkt, dan ternyata konsepnya lain dengan yang di Jepang….

    Bisa bayangkan Rabu nanti ada yang senyum-senyum terima paket 😀

    EM

    Konsepnya memang tempat nongkrong anak muda, ABG…..beda dengan konsep di LN yang seperti minimarket.
    Entah kenapa, di Jakarta semakin banyak tempat untuk nongkrong…dengan membebaskan mereka duduk-duduk untuk mengobrol, karena yang terlihat hanya sekedar minum, ternyata karena mereka kadang sambil ketrja, makanan yang dipesan juga makin bertambah…kalau tak salah, konsep ini diawali di Citos…yang rame sampai sekarang. Walau saya perhatikan, ada beberapa cafe yang juga pasang surut, bahkan tutup.

    Hmm…iya..padahal kalau ditanya mau dikirim apa, suka sok-sok nggak butuh…hihihi

  3. oh blum pernah ke 7-11 giewahyudi? wah….
    saya malu juga saking seringnya ke sana cuman nongkrong doang 😀 hehe

    yang saya suka di sevel itu hotdognya bu,saos cheese sama saos chilinya enak bu, kadang snack2 itu dipakekan saos itu walau ngak nyambung, trus dipakekan sumpit buat makan 😀 hehe
    *aneh ya 😀

    Arul,
    Kan orang Indonesia suka sambal…jadi ingat saat ada studi banding ke beberapa negara, kepala rombongan selalu siap dengan sambal botol yang dibawa khusus dari Indonesia…hehehe..
    Kenapa malu Arul? memang itu konsep mereka kok…kan akhirnya pesan makanan juga kan? Sevel memang dibuat untuk tempat gaul, nongkrong anak muda, atau melepas lelah menunggu macet sambil mengobrol dengan teman.
    Kapan-kapan kalau ke Sevel mau coba hotdog nya deh.

  4. Ah Ibu kalau dengan bubur ayam.. 🙂
    Tapi favorit Ibu masih tetap yang di American Grill kan?

    Huahuahua..
    Tapi rasanya tetap enak yang di American Grill…mungkin karena bisa ambil dengan porsi kecil, menambah rasa bawang putih dan bawang goreng sendiri.
    Udah begitu, Tiah nakut-nakuti….ada gunanya juga dia suka duduk depan Tivi di kamarnya…
    Dia bilang…”Bu, kalau beli makanan di jalan hati-hati, pengawetnya suka aneh-aneh..ada yang dikasih borax…lha cendol aja sekarang mendingan bikin sendiri, kalau beli ya di supermarket yang sudah terjamin.” Duhh hampir nggak kemakan deh…..Mudah2an bubur ayam Barito (yang cuma pengin tapi belum pernah ke sana…ayo Yoga, kapan-kapan coba ya) aman ya.

  5. oh di jakarta sekarang mulai banyak 7/11 ya bu. seinget saya, di singapur tuh yang banyak sekali 7/11 nya ya.

    have a safe trip ke samarinda ya bu!

    Hehehe….Sevel di Jakarta konsepnya berbeda dengan negara lain….tempat ajang gaul anak ABG dan kaum muda.
    Cerita ke Samarinda nanti akan saya posting.

  6. Wah, ntar bila ke Jakarta bisa dicoba mampir di 7/11.

    Tapi, ngomong-ngomong ada dampak jeleknya ya Bu, beratnya nambah terus?

    Kalau nambah berat tapi sehat, nggak apa-apa Uda….
    Kayaknya sesekali saya juga pengin coba mengobrol di sevel ini.

  7. Aku juga beberapa kali melihat 711 ini ada di bilangan Kuta dan Denpasar Bali. Namun karena aku gak pernah nongkrong dan hangout, minimarket seperti itu tidak pernah menarik perhatian ku.

    Mau ke Samarinda ya bu ❓ semoga saja bisa kopdaran dengan kakin, dan ditunggu ulasan nya 😆

    Salam hangat serta jabat erat selalu dari Tabanan

    Konsep 7 Eleven di Kuta, Bali, sama nggak dengan yang di Jakarta?
    Ulasan ke Samarinda akan saya posting nanti.

  8. Narpen nya udah gag nge blog ya bu…dulu sering banget baca blog nya, tapi kayanya tau2 ilang deh :(… sayang uy, suka tulisan2 nya hehehhe… bakat ngeblog dari ibunya kah? :D… sori kalo OOT ya bu :)…

    Narpen masih ngeblog, dengan nama berbeda, tapi jarang banget posting…sibuk riset dikejar target.

  9. Wah … seneng dengar berita Mbak Enny tambah berat badan. Baguslah Mbak, lebih seger dan sehat, kan?
    Ohya, selamat bertugas ke Balikpapan ya, semoga semua lancar dan menyenangkan. Ohya, sempatkan juga jalan-jalan, saya tunggu ceritanya di blog 🙂

    Waduhh..berat badan nggak boleh lebih dari 52 kg mbak…berat kalau naik tangga …hehehe…
    Cerita Samarinda nanti saya posting ya.

  10. Saya belum nih ke 7 Eleven, ingin juga tahu apa sihi nikmatnya nongkrong di sana dengan beli teh sepuluh ribu. Masalahnya jauh2 semua dari tempat tinggal saya. Mungkin nanti saat waktunya ada yg cukup lowong.

    Kapan-kapan aja kalau sempat….ehh Zee kantornya dekat dengan H. Agus Salim kan? Di sana nggak ada ya…?

  11. Bne, itu di mana Bu? Wah, masih suka pergi-pergi ya Bu Edna. Kantor Pos Fatmawati termasuk kantor pos besar ya. Sesekali saya suka melintasi.

    Bne itu singkatan Brisbane, di Australia Timur..saya kesana saat si sulung kuliah disana (program kerja sama UI dan University of Queensland).
    Kantor Pos Fatmawati termasuk Kantor Pos besar…pelayanannya juga bagus. Saya nyaris tiap bulan ke sana untuk kirim paket…maklum anak-anak jauh semua

  12. Ga papa bu, nambah sedikit berat badan…yg penting tetep sehat kan.. Wah, mau tugas ke luar kota ya bu? ditunggu oleh2 ceritanya lho…

    Ntar cerita Samarinda saya posting ya…
    Boleh nambah berat badan asal tak berlebihan, nanti kakinya tak kuat mengangkat BB..

  13. belakangan saya juga mulai percaya lagi sama kantor pos, setelah sekian lama musuhan hheehehe …..

    sevel kayaknya blom masuk ke utara deh, nti klo ada saya mo cobain juga ah hotdognya, beneran enak apa engga yah 🙂
    nama sama tapi konsep bisa beda gitu, iya di spore tuh dimana2 pasti ketemu sevel dan di sevel biasanya bisa nemu barang keperluan sehari2.

    kapan pulang dari Samarinda, Bu? ditunggu ya oleh2 ceritanya 🙂

    Mosok sih belum masuk Jakarta Utara…?
    Di Jakarta Selatan banyak sekali…..
    Pulang dari Samarinda hari Kamis sore…

  14. Di Matraman juga sudah ada, Bu. Belum pernah sekalipun masuk ke 7 Eleven. Entah mengapa kalau saya lihat perasaan mengatakan suasananya terlalu “terang” dan “liar”. 😀

    Suasana terang iya..Liar? Saya tak bisa menafsirkan maksud kata “liar” ini…atau maksudnya mencolok?
    Mungkin maksudnya untuk security, sehingga orangtua lebih merasa aman, karena lampunya terang benderang..dibanding jika lampunya temaram atau remang-remang.

  15. setelah membaca tulisan ibu, kemudian saya ingat2 posisi 7Eleven yang di salemba tengah dan yang di matraman, trus yang di fatmawati, ternyata bener di pojokan :D. Di perempatan gaplek sebrang McD, juga di pojokan (perbatasan Ciputat dengan Depok sawangan) sedang dalam tahap pembangunan tapi saya belum tahu itu bangunan apa, suami saya sempet nyeletuk “ini pasti mo dibangun 7eleven” hihihihi…..

    Suamimu termasuk pengamat juga ya Vivink…
    Apa kabar? menurut saya konsep 7 Eleven bagus, dia mencari niche, atau celah …dari pasar mini market yang sudah penuh.

  16. Baru dari rumahnya Akin dan baca postingan kopdarnyaaa…
    Whuaaa…Akin ditraktiiiir…siriiiiik…hihihi…

    Di Bandung mah seven eleven suka dipake tempat nongkrong buat abege yang begadang gitu tuh mba…terutama yang di dago…

    Kalo belakangan makannya jadi rada banyak…mungkin karena kemaren kemaren ini baru ngurus suami yang sakit mba…menghilangkan stres kan…
    Lanjutkan…hihihi…

    Dan makan banyak ini wajib, terutama jika sedang bepergian, agar tak sakit.
    Di Bandung 7 Eleven juga mulai banyak ya? Memang dimaksudkan untuk segmen anak muda…

  17. ..
    wii paketan buat si Bungsu banyak bener..
    bukan mau dagang di jepang kan.. * becanda Bu..*
    ..
    saya belum pernah ke 7eleven, liat langsung aja belum pernah..
    *nasib wong ndeso.* hihihi..
    ..

    Paket untuk si bungsu karena jauh, dan sekalian untuk mengirim barang-barang yang dibutuhkan dia….biasanya dia protes karena ibu juga mengirim macam-macam tambahan….maksudnya sekaligus aja mengirimnya.
    Sevel ini juga baru beberapa bulan ini di Jakarta kok..udah agak lama yang di daerah Bulungan, namun kemudian ekspansinya cepat sekali…mungkin yang di Bulungan merupakan Pilot Project (hehehe…sok tahu ya saya).

  18. Saya ikut kecipratan coklat monggonya Bu, tidak meleleh dan masih baik. Hmm, enak sekali. Tottemo oishi. Terima kasih.
    Makanan dari Indonesia memang berbeda ya.
    .

    Hehehe…padahal dia nggak terlalu suka coklat monggo..lebih suka yang silver queen (ini mungkin karena nostalgia…dulu setiap pulang dari Bandung, di stasiun saya beli silver queen untuk oleh-oleh).

  19. “sesekali gaul yuk kayak anak muda, nangkring di 711” .. kata temen kantor waktu lembur
    hahaha sevel emang udah jadi icon nangkring baru buat anak muda sekarang Bu

    kalo mini market lain dibikin cafe ala sevel juga, apa bakal laku juga kah?

    Mungkin tidak...follower memang lebih sulit, harus ada nilai beda yang bisa dipersepsikan oleh pelanggan.

  20. Hery Azwan

    7 Eleven ini bermula dari hidden asset milik Fuji Image yang mulai sepi akibat penetrasi kamera digital. Aset ini yang biasanya berada di tempat strategis, disulap menjadi tempat nongkrong anak muda. Saya pernah mengalaminya sekali di 7 Eleven Pasar Festival. Makanannya memang sederhana dan murah2, tidak seperti di cafe waralaba terkenal. Strategi yang cerdik dari pemilik Fuji Image untuk mengubah bisnisnya. Btw, paketnya dikirim ke Jepang ya Bu? Sorry lupa nggak ngikuti blog ibu sudah lama sekali.

    Salam saya Bu….

    Aduuhh…saya juga sudah lama tak berkunjung ke rumah bang hery.maklum makin keteteran nih nulis postingan.
    Dan saya nggak bisa bikin link, jadi kadang susah mencari alamat blog teman-teman.
    Iya..paketnya dikirim ke Jepang, dari serbat, tolak angin, coklat, juga buku bacaan.

  21. si.tukang.nyampah

    terakhir balik jakarta sempet kaget ngeliat 7-Eleven yg rame banget. dan kayaknya hype bgt gitu. padahal di tempat saya 7-Eleven ya cuma minimarket gitu doang…ada makanan, tp biasa banget.

    sampe bingung sendiri…kenapa di jakarta sampe heboh banget. tyt emang konsepnya beda sama 7-Eleven sini, gyahahhaha.

    Konsep 7 Eleven di Jakarta memang berbeda, tak tahu di daerah lainnya (masih di Indonesia).

  22. Seven Eleven dan sejenisnya itu andalan kalao lagi jalan2 ke tempat jauh dan bingung mau makan apa. Pasti ada mi instan dan kopi instan. Tapi di minimarket sini ditambah lagi, ada jahe instan ya Bu 😀

    Jahe instan….udah langsung bisa di minum?
    Ini di daerah Bogor ya, dimana?

  23. 7 Eleven emang jadi beken banget dikalangan ABG Jakarta. Ada minuman yang dijual disana, apa ya namanya? SLushie atau Slurpee gt deh.

    7 Eleven disingkat jadi Sevel, Bu… biar makin ‘gowl alias gaul’, hehehe…

    Sevel ini memang beken di kalangan ABG…sampai di analisis Kompas dua kali….justru karena itu saya pengin melihat dengan mata sendiri, seperti apa.

Tinggalkan Balasan

Isikan data di bawah atau klik salah satu ikon untuk log in:

Logo WordPress.com

You are commenting using your WordPress.com account. Logout /  Ubah )

Foto Facebook

You are commenting using your Facebook account. Logout /  Ubah )

Connecting to %s