Apa pilihan makan pagi saat bepergian?

Apa yang anda pilih untuk makan pagi jika sedang tugas luar? Apakah menunya harus nasi dan lauk pauk standar? Atau anda suka mencoba menu baru? Menu makan pagi di sebuah hotel, selain fasilitas kamar (bersih, ada air hangat yang mengalir lancar), merupakan pilihan standar saya kalau bepergian. Celakanya, saya tidak suka mencoba, jadi kalau sudah suka hotel tertentu dan merasa nyaman, maka setiap kali kembali ke kota tersebut, pilihannya ya itu-itu saja…daripada mencoba ke lain tempat dengan hasil mengecewakan. Mengapa? Makan pagi, bagi saya merupakan peletakan dasar untuk kekuatan menghadapi aktivitas sehari penuh. Mantan anak buah saya suka melongo melihat cara makanan yang saya ambil, soalnya makan pagi penting buat saya, sedang makan malam tak terlalu penting, saya bisa tak makan atau sekedar makan buah-buah an.

Pilihan makan pagi

Dan makan pagi di hotel sungguh menyenangkan, ada berbagai pilihan, dan selain itu kita bisa melihat berbagai karakter orang yang saat itu memenuhi restoran. Sekaligus memperkirakan berapa occupancy rate hotel tempat saya menginap, menilai pelayanannya, apakah ramah, cepat atau lambat? Dari  pengalaman, hotel bintang empat tak selalu berarti baik, kadang hotel bintang tiga makanannya enak, atau “miroso” kata teman saya, yang dari Jawa. Saya pernah makan pagi di hotel berbintang empat di suatu tempat, jadual makan pagi di hotel itu antara jam 6.30 s/d 9.00 wita. Karena masih cukup waktu, saya berjalan-jalan dulu mengelilingi taman hotel itu, sekaligus menikmati keindahan pantai yang tak jauh dari hotel tersebut. Pulang ke hotel langsung ke restoran, jam masih menunjukkan jam 7.30 wita…dan apa yang terjadi? Di beberapa tempat makanan, nyaris tak menyisakan makanan, tadinya saya pikir mau ditambah lagi, ternyata tidak…waduhh saya benar-benar kecewa dan mencatat dalam hati, lain kali tak akan memilih hotel ini. Saya melirik ke kanan kiri, memang saat itu sudah mulai liburan sekolah, tamu hotel penuh dengan keluarga yang membawa anak-anak..dan mata saya terbelalak, melihat ada beberapa orang yang wira-wiri membawa makanan yang penuh di piringnya. Jika makanan tadi habis tak masalah…tapi sayang kan kalau tidak habis, karena banyak orang yang tak bisa makan.

Mendidik anak untuk menghargai makanan memang perlu dilakukan sejak dini, anak harus dilatih mengambil makanan secukupnya, harus ingat ada orang lain yang belum makan, serta makanan yang diambil di piring harus habis tanpa sisa. Waktu kondangan, atau bepergian dan menginap di hotel juga merupakan momen penting untuk mengajarkan pada anak, ambil secukupnya, boleh mencoba makanan apa saja, namun sedikit-sedikit dan harus habis. Ini selain melatih kepekaan anak, juga mengajarkan agar anak terbiasa dapat makan makanan apa saja…betapa sulitnya jika kita bepergian ke suatu tempat, namun tak bisa makan karena tak cocok dengan makanannya.

Saya menyukai bubur ayam, setiap ada kesempatan makan pagi di hotel, saya selalu mencoba bubur ayam ini, dalam porsi kecil, sehingga jika kurang enak, masih bisa dihabiskan. Sayangnya makan pagi berupa bubur ayam tak tahan lama bagi perut saya, jadi biasanya saya tetap mengambil roti, entah kenapa saya tahan lapar sampai siang hari jika makan pagi berupa roti, dibanding jika makan nasi. Saya agak rewel dengan urusan nasi, karena kadang lauknya tak terlalu cocok. Dengan roti, bisa roti tawar, atau croissant (ini kesukaan saya)…saya bisa menambahkan mentega dan selai sesuai keinginan. Kemudian ditambah dengan minum susu kopi…cukuplah untuk bertahan sampai siang hari. Makanan yang lain hanya merupakan tambahan, atau kadang tak dicoba sama sekali. Makanan tambahan lain, bisa berupa  telor dadar (omelette),  pancake, atau poffertjes.…..jadi selain croissant saya suka menambahkan makanan ini.

Mengamati berbagai orang yang sedang makan di restoran juga merupakan kesenangan tersendiri, entah kenapa saya suka dengan kegiatan orang yang mau berangkat kerja, makan di restoran menunggu dijemput rekan dikota ini….melihat mereka bercakap-cakap dengan semangat. Jika suatu hotel penuh dengan orang yang sedang tugas luar seperti ini, suasana ruang makan juga berbeda. Restoran terlihat tenang walau penuh, percakapan yang gembira di sana-sini, membuat hari itu dimulai dengan semangat. Kadang teman mengajak makan pagi di tempat penjual makanan yang khas di daerah tersebut, seperti coto Makassar, atau nasi kuning (jika di Samarinda), tapi saya lebih memilih makan makanan di hotel sambil melihat suasana sekeliling, menyerap aura hotel tempat saya menginap ini, beserta lalu lalang staf hotel yang melayani.

Apa yang anda pilih saat makan pagi di hotel? Apakah anda lebih memilih sarapan di tempat lain?

Iklan

20 pemikiran pada “Apa pilihan makan pagi saat bepergian?

  1. Sejak berkenalan dengan seorang ibu yang berinisal E.D.R saya selalu makan bubur ayam waktu sarapan di hotel, padahal dulunya saya tidak begitu getol dengan bubur ayam. Sesudah bubur ayam, baru makan roti kecil kalau masih bisa masuk. Kalau tidak ya cukup bubur ayam saja, dan kopi. Kopi itu mutlak kalau pagi.
    Waktu menginap di Valley malah saya masuk restonya mepet (sarapannya dr jam 7-10) Tapi masih bisa santai bahkan sampai jam 11. Senang juga makan di sana.

    EM

    Huahuahua…kita belum nyoba makan bubur ayam Barito ya….ntar pas bukber ya….
    Bubur ayam ini mulai saya suka sejak tinggal di Jakarta….dan nyaris tiap hari makan siang bubur ayam, ketika saya mendapat tugas belajar S2 dari kantor, tapi tetap bekerja, dan di satu saat menjadi Ketua Tim Pengalihan aset Bank tempat saya bekerja ke BPPN. Sampai jam 2 malam kadang masih rapat di BPPN…dan kalau udah kerja capek begini males makan, padahal harus…dan saat itu si sulung masa remaja…waduhh kepala cekot-cekot terus.
    Jadilah langganan bubur ayam, di susul lagi dengan poffertjes…..pancake dan teman-teman nya. Pokoknya makanan yang lembut, hangat, baunya tak terlalu merangsang, bumbunya tak terlalu kuat…hahaha…kok kayak pasien di rumah sakit ya.Kopi sekarang saya hindari, kalau minum kopi di hotel hanya untuk campuran susu….entah kenapa teh susu kok rasanya kurang nikmat, walau sekarang saya sudah bisa menikmati minum teh tarik.

  2. jawabannya adalah: sosis! hahaha.
    saya emang suka banget ama sosis. kalo dikasih sosis udah diem dah. 😛
    dulu kan kita sering dinas ke luar kota. kalo pergi bisa durasinya lama. 2-3 minggu. jadi ada temen2 yang sampe merhatiin, dan mereka sampe heran karena saya tiap hari ngambil nya yang paling banyak ya sosis kalo lagi bfast di hotel. hahaha. 😀

    tapi karena kita selalu lama tinggalnya di hotel, tentu kalo ada tawaran makan pagi di luar selalu gak pernah saya tolak. walaupun saya suka banget ama sosis dan gak pernah bosen, tapi ya kalo ada variasi lain ya why not… pasti lebih menyenangkan kan… 🙂

    yang payah tuh hotel2 disini bu. bfast nya cuma american bfast (namanya juga di amerika ya… haha), jadi gak sebanyak macemnya di hotel2 di indo. paling cuma ada pancake, omelete, cereal, dan macam2 roti. sosis disini pun gak seenak sosis di indo. rata2 asin banget sosisnya. jadi kangen ama sosis2 di indo. huahahaha.

    Sosis…..hehehe…..sosis memang enak….
    Tapi bagi saya bukan wajib…..hanya untuk campuran makanan lain, misal: kentang goreng, dua potong sosis, tomat panggang, soybean….dan croissant.
    Kalau ketemu Arman mesti sedia sosis ya…sosis di Indonesia memang enak-enak kok.

  3. Kalau sarapan di hotel, aku coba aja semua makanannya. Tapi tentu saja ngambilnya dalam porsi sedikit. Soalnya saya ini “muatannya” sedikit, cepat kenyang. Padahal di hotel kan pilihan makanannya banyak. Daripada saya cuma milih satu (misalnya nasi goreng), trus langsung kenyang, mending saya makan dikit2 tapi nyobain semua. Hahaha…. 😀

    Kalau waktu masih muda, saya juga seperti itu, agar mengenal berbagai macam rasa masakan. Sedikit, tapi di coba semuanya.
    Cuma…waktu untuk makan harus lama….

  4. Sarapan di hotel? I wanna eat whole things! Hahahaha..
    ya, saya selalu senang kalau sarapan di hotel karena menunya asik2, enak2 dan mengenyangkan semua.

    Tapi yang pasti aku selalu ambil croissant dan kopi. Kalau masih lapar, ambil nasi goreng plus teh. Masi muat lagi ambil croissant lagi plus juice dan terakhir adalah buah2an….

    Abis itu.. tidooorrr :))

    Croissant? Wahh sama dong seleranya….
    Karena roti itu bikin kenyang ….

  5. Sepertinya harus nasi, Bu. Atau kalau misalnya sedia lontong atau ketupat, ya sesekali pakai itu. Bagi saya roti hanyalah sebuah cemilan, sekadar menemani minum kopi. Hwehe. 😀

    Sebagian besar dari kita memang harus makan nasi..katanya nggak nendang…
    Saya memang termasuk “aneh”..kalau makan nasi hanya sedikit, akibatnya gampang lapar.
    Dan jika badan kurang enak, juga tak makan nasi, tapi makan makanan yang lain.

  6. Saya sih enggak terlalu milih-milih makannya, apa aja deh, asal halal dan bergizi..
    Lha wong kita ditakdirkan untuk menjadi omnivore.. Heheee

    Yang penting memang itu…bergizi dan halal.

  7. Kalau sarapan di hotel, ada keinginan sih untuk melahap semua menu yang ada, soalnya jarang-jarang dapat makanan semewah itu ditambah lagi ingat bayaran hotelnya yang mahal, rasanya gak imbang kalau cuma makan dikit, hehehe…

    Tapi, begitu terambil satu menu, trus memakannya, perut saya sudah kenyang duluan dan sudah tidak berselera lagi ngambil yang lain. Itu berarti saya “lapar mata”..

    Saya standar saja Bu, biasanya saya makan nasi goreng + kopi atau teh, dan sedikit buah potong. Kalau kue dan roti, sepertinya saya tidak berminat. Maklum, orang kampung, gak biasa makan roti, hehehe.. 🙂

    Oiya, ada pengumuman penting di surau saya…
    Ditunggu kedatangannya, Bu

    Iya Uda..kalau mau ambil semua pasti nggak kuat, jadi orang hotel juga pinter….dari makanan yang ada di buffee pasti tak habis semua.
    Saya sudah mengunjungi rumah Uda..makasih ya…terpilih untuk dapat hadiah buku.

  8. Hehehe…. nyaris setiap ke Samarinda, saya selalu menginap di hotel yang Ibu tempati kemarin, mulai dari jaman mereka baru beroperasi. Dulunya tempat sarapan itu adalah bakal tempat clubbing mereka. Jadi dulu pernah merasakan suasana resto yang enggak nyaman, serba hitam dan tertutup cuma tinggal pasang lampu disko udah jadi tempat ajeb-ajeb. Entah kenapa, kemudian ruangan itu dibenahi dan jadilah seperti sekarang. Terakhir ke sana bulan Desember lalu, masih bisa sarapan tanpa takut kekurangan karena isinya pebisnis semua, cuma memang tidak banyak pilihannya.

    Apa sekarang masih ada diskonya ya? Saya kok nggak perhatian..tapi kayaknya sudah enggak.
    Dan hotel yang ada diskonya, jalan masuknya harus beda, agar tamu atau pramuria yang melayani tamu disko tak berlalu lalang di reception..karena akan mempengaruhi tamu hotel yang lain.

  9. Kadang kadang suka rada kalap juga kalo sarapan di hotel yang biasanya prasmanan gitu ya mba…hihihi…tapi yang penting kan di abisin…hihihi…

    Waktu jaman kerja dulu, lumayan sering dikirim training sama kantor…
    dan sebagai orang norak sejati…
    kalo sarapan biasanya, comot dikit dikit, yang penting keambil semuanya…hihihi…

    Dan sebaliknya nih mba…
    gak pernah tertarik buat ngambil bubur gitu lho mba…
    Perasaan suka rugiiiii banget…hihihi…*kebiasaan beli bubur si Mang Dedi yang 4 ribuan soalnya*

    Sebetulnya yang benar, ini adalah kesempatan mencoba berbagai makanan…asal habis….
    Bubur ayam? Kan nanti ditambah makanan lain…jadi tak melulu bubur ayam aja….entah kenapa saya suka banget jenis makanan ini, mungkin karena tak perlu mengunyah lama-lama…hehehe

  10. biasanya bila makan di tempat asing, suka ambil nasi goreng ( selain memang hoby, rasanya paling aman, hehe…) itu kalau nasgornya bisa ga pedes, nah kalau tak bisa nasgor ya nasi + lauk YG TIDAK PEDES, standar banget ya buu…hehe…

    Nggak apa-apa, kadang kalau pas bepergian kita memang tak sekedar makan, tapi juga mikir perut kita..makanan yang tak cocok, dan membuat perut tak enak juga berisiko, padahal kita sedang dalam perjalanan.

  11. ..
    sewaktu masih jadi junior cook saya sering ditugasin melayani tamu breakfast Bu, jadi tau karakter orang dari negara tertentu..
    dan yang paling rewel emang para rombongan emak-emak…hahahaha…
    ..
    saya si simpel Bu, omelete sama pancake/muffin..
    ..

    Hehehe…saya juga suka pancake…..juga muffin….

  12. jangan2 saya termasuk anak kecil itu *menghabiskan makanan sendiri tanpa mengindahkan orang setelahnya* :mrgreen:

    anyway entah kenapa saya lebih cocok makan nasi di pagi hari, kalo roti atau sekdar makanan ringan, pasti cepat laparnya utk siang.

    Nasi bagi saya sumber energi, maklum kandungan karbohidratnya tinggi, sepertinya jadi semangat utk bekerja sepanjang hari mulai pagi tentunya bu 😀

    Sepertinya karena kebiasaan ya…..
    Saya sarapan nasi tak bisa banyak…jadi mudah lapar…..juga kalau makan nasi mesti lauknya yang pas, baru bisa makan banyak.

  13. selamat pagi bu Enny..

    suka sekali ya bu kalau menginap di hotel yang menu makan paginya beragam…saya suka mencobai sedikit2 dan yg pertama dicoba biasanya ya bubur ayam bu. terus mencoba cereal dengan susu, lalu (teteup) makan nasi dan minum jus. saya juga suka menambahkan omelet atau bbq dalam menu saya…^^

    salam saya bu enny

    Hallo Puteri…
    Pekerjaan Puteri pasti banyak jalan-jalan nya ya….
    Memang sebenarnya jika pagi haris tertarik makan apa saja, asal sedikit-sedikit, asal waktu sarapan cukup longgar. Namun jika waktu sempit, kita terpaksa memilih yang paling mudah bagi kita….dan jelas mengenyangkan.

  14. Lukman Nulhakiem

    Kalau nggak sarapan, hari itu diprediksi biasanya saya kehilangan gairah kerja. Yang ada pusing dan badan terasa panas. Makanya kalau pergi jauh, saya biasanya makan pagi yang standar: nasi goreng atau telur ceplok.

    Salam kenal dari Cikampek..

    Salam kenal juga, terimakasih sudah berkunjung ke blog ini.

  15. Kalau di hotel, saya biasanya pilih nasi goreng atau nasi biasa. Soalnya sudah terbiasa makan nasi untuk sarapan, dan tidak kenal bubur ayam (kenalnya waktu di Jakarta saja), jadi saya kurang suka bubur ayam.
    Setelah itu baru saya ambil croissant. Teh juga wajib. Lalu jus. Biar lengkap. Dan memang saya pun terbiasa mengambilnya secukup perut saja.

    Zee,
    Sebetulnya (buka rahasia nih)…waktu muda…saya ambil apa aja, yang penting habis.
    Tapi nasi memang tak bertahan lama, dan yang memalukan, kalau lapar perutku bunyi….hehehe

  16. bubur ayam masuk dalam urutan no.1, kemana aja pasti nyobain buryam, baru deh yang lain nyusul, tentu saja kalau masih muat.
    emang paling senang makan pagi di hotel ya Bu, selain pilihannya banyak, rasanya pun biasanya enak. apalagi tinggal santap, beda kan klo di rumah justru harus menyiapkan sendiri hehehe …
    kalau minumnya sih sudah pasti tidak kopi, teh tanpa gula paling OK, terus klo ada jus dicaplok juga – biasanya klo makan pagi di hotel cenderung rakus hihihi bisa2 siang juga blom laper *anak perempuan ga tau malu ini sih ahahahaha*

    Sama kok Nique…tenang aja, apalagi jika masih muda, kan tak kawatir tentang kolesterok karena metabolisme tubuhnya masih oke.

  17. Sama Mbak, saya suka makan pagi di hotel. Ada suasana tertentu yang tidak kita dapatkan dibandingkan jika kita makan di rumah makan atau kafe. Saya juga suka keramahan pelayanan staf hotel. Menurut pengalaman saya, kalau di Jakarta sarapan di Hilton (sekarang jadi The Sultan ya? ) adalah salah satu yang paling enak. Di Atlet Century, ada aturan bahwa tamu yang makan pagi dilarang memakai sandal dan celana pendek. Memang, saya sering agak ‘sepet’ kalau melihat orang sarapan masih hanya dengan celana pendek, kaos, sandal, dan bisa diduga belum mandi … 🙂 . Mengurangi selera makan tamu lain.

    Menu yang saya suka? Biasanya saya mencicipi beberapa menu, tapi sedikit-sedikit. Saya jarang makan bubur ayam, karena bikin cepat kenyang, tapi cepat pula lapar lagi. Makan bubur ayam membuat saya tidak bisa lagi mencicipi menu-menu yang lain 🙂 . Bubur cepat bikin lapar, karena banyak kandungan airnya, termasuk karbohidrat sederhana yang cepat dicerna tubuh. Adapun roti lebih awet, karena termasuk karbohidrat kompleks dan perut perlu waktu agak lama untuk mencernanya. Begitu kalau nggak salah … 🙂

    Analisis mbak Tuti benar…..makan roti memang lebih tahan lama.
    Bubur ayam …tetap suka, tapi saya ambil sedikit hanya untuk merasakan saja..kemudian roti….
    Yang menyenangkan sebetulnya karena kita bisa melihat suasana masing-masing hotel yang berbeda, penataan nya, kelompok (segmen) tamu-tamunya, juga cara pelayanannya.
    Saya kalau memilih hotel, dan setiap kali balik ke hotel tersebut, antara lain karena makan paginya enak…apalagi jika makanan enak ini bisa tersaji sepanjang hari.
    Hotel di urabaya dan Samarinda, yang saya datangi lebih dari satu kali, makanannya memang enak…..jadi membuat saya tak selalu harus keluar hotel hanya untuk makan..kecuali memang niat mau cari makanan khas daerah tsb (biasanya kan lebih enak makan di kamar sambil kerja…..maklum bepergian nya kerja melulu sih…bukan karena wisata atau urusan pribadi).

  18. Biasanya kalo sarapan di hotel sering nyoba yang gak biasa saya makan 😀 kalo biasanya makan bubur ayam, nasi goreng, mi goreng, jadi kalo di hotel yha menghindari makanan itu 😀 sarapan paling berkesan yha di nov*tel jakarta pas acara kantor hihihihi, ato di sha**rila jkt xixixi

    Hmm..ini memang kesempatan untuk mencoba makanan baru, yang belum atau jarang kita temui…

  19. Sarapan pagi di hotel? Hmmm, apa ya? Jarang sih soalnya, Bu. Hehehe. Tapi sejak bbrp waktu lalu, saya suka sereal, terutama muesli. Dan kadang di hotel disediakan muesli. Saya memilih itu karena seratnya banyak dan bisa mengenyangkan cukup lama. Kalau masih muat, bisa ambil apa saja sih hehe.

    Iya…pilihan makan di hotel banyak….
    Terutama hotel bintang 4 atau 5…saya biasanya menginap di hotel seperti ini kalau tugas. Tapi bintang 3 asyik juga sarapannya…saya dulu langganan hotel bintang 3 di Yogya, karena suka makan paginya…walau kamar nya sempit..tapi yang penting cukup untuk tidur, ada air panas biar kalau capek bisa mandi air hangat. Bahkan ada wisma (tak berbintang) yang menyenangkan…itu semua saya temukan di Yogya.

  20. Jihan Davincka

    Yah, kalo dah nginep di hotel dibela-belain sarapan di hotelnya bu :D, ogah rugi hehehehehe… suka gag suka, gag bakalan memilih makan di luar :P. Menu favorit kalau saya pasti nasi goreng, tapi biasanya sih selalu mengambil hampir semua jenis menu, tapi sedikit-sedikit. Lagi-lagi dengan alasan takut rugi hehehehe… Yang jarang dicoba biasanya yang menu nya kebarat-baratan, maklum lidah orang kampung ;)… jadi mentok-mentoknya kalo gag nasi goreng, ya bubur ayam, roti pun pasti pake margarine + meses coklat, gag suka keju hihihihihi…

    Wahh Jihan…saya suka mencoba jika makan di hotel…masalahnya jika pas kesana nantinya ada tugas seharian yang butuh stamina kuat, baru deh makanan nya dipilih yang bikin tubuh tetap kuat.

Tinggalkan Balasan

Isikan data di bawah atau klik salah satu ikon untuk log in:

Logo WordPress.com

You are commenting using your WordPress.com account. Logout /  Ubah )

Foto Facebook

You are commenting using your Facebook account. Logout /  Ubah )

Connecting to %s